Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142322 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widi Satrio Wibowo
"ABSTRAK
Prancis adalah salah satu negara dengan populasi orang kulit hitam yang cukup besar di Eropa. Orang kulit hitam di Prancis kerap kali dilekatkan dengan prasangka dan stereotipe negatif oleh masyarakat. Melalui karya seni khususnya musik rap, stereoritpe dan prasangka negatif dapat dikukuhkan atau sebaliknya, karena di dalamnya mengandung subjektivitas dan sudut pandang pengarang mengenai suatu hal. Tak terkecuali dengan lagu, yaitu Sur Ma Route dan Force d rsquo; tre karya seorang rapper terkenal Prancis Black M. Menggunakan teori representasi dan identitas Stuart Hall, penulis berusaha menelusuri bagaimana identitas orang kulit hitam direpresentasikan dalam larik lagu rap karya Black M. Artikel ini memperlihatkan identitas orang kulit hitam yang berlawanan dengan stereotipe masyarakat. Orang kulit hitam dalam dua lagu tersebut direpresentasikan sebagai sosok yang tangguh dan membanggakan. Musik rap Black M hadir untuk mengekspresikan opini dan kritiknya dengan memaparkan kisah hidupnya sebagai role model orang kulit hitam yang berhasil melawan stereotipe negatif masyarakat.
ABSTRACT

France is one of the countries with large black people population in Europe. French black people are often attached to negative prejudgement and stereotypes by society. Through art, especially rap music, negative stereotypes and prejudices could be reinforced or vice versa, because they contain the creator rsquo s subjectivity and point of view about something. No exception to these rap songs titled Sur Ma Route and Force d rsquo tre by a famous French rapper Black M. Using the theory of representation and identity by Stuart Hall, the author tries to explore how the identity of black people are represented in the lyrics of rap songs by Black M. This article shows the identity of black people as opposed to community stereotypes. The black people in these two songs are represented as a formidable and proud figure. Black M 39 s rap music came to express his opinions and criticisms by describing his life story as a role model of black people who succeeded against the negative stereotypes of society."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ganesh Annisa Ramadhania
"Artikel ini membahas representasi imigran kulit hitam di Prancis melalui tokoh Hassan dan Sophie dalam film cerita pendek Place des Fêtes karya Oliver Schmitz. Place des Fêtes adalah salah satu sekuen yang ada dalam film Paris, Je t’aime. Stereotip dan konteks sosial di Prancis menjadi faktor pendukung dalam merepresentasikan tokoh tersebut. Hassan digambarkan sebagai sosok yang dominan berstereotip negatif, sedangkan Sophie memunculkan stereotip positif. Tidak hanya melalui aspek naratif saja, film ini juga dianalisis melalui aspek sinematografis yang juga berperan penting dalam pemaknaan.

This article discusses the representation of black immigrant in France through the characters of Hassan and Sophie in the work of Oliver Schmitz short film, Place Des Fêtes. Place des Fetes is one of the sequences in the film Paris, Je t'aime. Stereotype and social context in France are contributing factors in representing the figures. Hassan is described as a dominant negative stereotype, whereas Sophie shows positive stereotypes. Not only through the narrative aspect, the film is also analyzed through the cinematographic aspect which also an important role in interpreting.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Marselyna
"Tesis ini membahas tentang konsep double consciousness untuk melihat krisis identitas rasial yang dialami remaja kulit hitam di Amerika era post-racial, yang direpresentasikan dalam film Dear White People. Dalam tesis ini, analisis mengenai double consciousness dilakukan berdasarkan aspek krisis identitas yang dialami tokoh utama, yaitu dalam hal penampilan fisik, posisi diri di antara mahasiswa lain, hubungan romantis antar karakter, dan kesenjangan generasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa double consciousness masih dialami oleh kaum kulit hitam tetapi dalam konteks yang berbeda dengan konsep awal yang dikemukakan DuBois di tahun 1900-an. Selain itu, krisis identitas yang dialami oleh para remaja kulit hitam terjadi karena mereka dipaksa untuk melihat diri dari sudut pandang orang kulit putih ketika mencoba untuk mengartikulasikan identitas rasial mereka sebagai kaum kulit hitam.

This thesis focuses on the concept of double consciousness to analyze how the racial identity crisis is experienced by African-American youth in the United States in the post-racial era, as represented in Dear White People film. In this thesis, an analysis of double consciousness is based on some identity crisis aspects experienced by the main characters, which are physical appearance, how the characters position themselves among other students, romantic relationship, and generation gap.
The findings indicate that the concept of double consciousness is still experienced by African-American but in a different context compared to the original concept proposed by DuBois in 1903s. Furthermore, the identity crisis that emerged as the effect of double consciousness experienced by African-American youth occurs because they are forced to see themselves from the white people point of view while they are trying to articulate their own racial identity as blacks
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifio Yafi Narendra
"Serial TV Breaking Bad 2008 - 2013 merupakan salah satu yang terbaik di antara serial lainnya yang bertemakan kejahatan dan Narkoba. Popularitas serial ini telah mendunia karena kualitas plot, akting, dan produksi yang luar biasa, serta memberikan nuansa baru kepada penonton. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis serial ini tentang bagaimana serial ini telah menetapkan kode baru di antara serial TV sejenisnya. Hingga saat ini, sepertinya belum ada penelitian yang mengkaji Breaking Bad tentang dampaknya terhadap industri pertelevisian, khususnya yang mengkajii tentang representasi terhadap identitas. Semua representasi yang ada dalam Breaking Bad pada akhirnya mempengaruhi serial ini hingga dapat menghasilkan tren baru pada industri pertelevisian. Teori yang digunakan adalah teori identitas budaya dan teori representasi dari Stuart Hall, karena serial ini akan dianalisis dengan pendekatan budaya. Breaking Bad memiliki oposisi biner yang kompleks, pemilihan setting yang unik, dan representasi identitas yang bersifat metafor. Tiga hal tersebut digambarkan sedemikan rupa sehingga memiliki peran penting dalam menetapkan kode yang baru bahwa adanya pahlawan bukanlah suatu keharusan, dan kisah yang hebat dapat terjadi tidak hanya di kota-kota besar.

In terms of drug related crime TV series, Breaking Bad 2008 2013 appears to be one of the best among the others. The popularity of this series has spread all over the world due to its outstanding plot, acting, and production. Breaking Bad delivers a fresh nuance to the audience. This paper aims to analyze the series based on how it has set new codes among this kind of TV series. Up until now, there seems to be no research that examines the series in terms of its impact towards the industry, specifically, ones that examine the representation of identity in the series. All of those representations eventually affect the entire show to offer a new trend in the industry. Theories that are used are theory of cultural identity and theory of representation from Stuart Hall because the series will be analyzed with cultural approach. Breaking Bad offers a complex binary opposition within its characters, unusual selection of setting, and metaphorical representations of identity. These characters with their unusual and dramatic characterization, setting, and representations of identity have roles in setting the new codes that a hero is not a must, and a great story can be made not only in big cities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ayu Aisyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana orang kulit hitam direpresentasikan dalam iklan majalah Hörzu, sebuah majalah mingguan yang terbit di Jerman. Iklan yang terbit pada tahun 2006 tersebut menampilkan seorang perempuan kulit hitam dan seorang lelaki kulit putih. Analisis tekstual yang dilakukan terhadap iklan ini memperlihatkan adanya penggunaan stereotip perempuan kulit hitam sebagai objek yang eksotis.

Advertising has potentially strong influence on consumers, not merely to convince people to buy things, but also to shape people‟s idea. Thus it is important to analyze advertisement to reveal the ideological meaning of the ad. This research focuses on the depiction of black woman in an advertisement of Hörzu weekly magazine. By conducting textual analysis on the ad, this research finds that the woman on the ad is depicted as a stereotyped exotic object."
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Sekartaji
"ABSTRAK
Tesis ini menganalisis karya sastra drama yang berjudul OvertonesA karya Alice
Gerstenberg (1916) dengan menggunakan teori Feminis Psikoanalisa. Melalui
drama Overtones, Alice Gerstenberg menyoroti isu beban domestik perempuan
pada awal abad 20 yang berat sehingga berdampak bagi kondisi psikis mereka;
perempuan dikondisikan untuk tidak memiliki hak atas diri dan suaranya sendiri
sehingga mereka rentan terhadap keretakan diri. Hal tersebut diungkap melalui
dua tokoh perempuan Harriet dan Margaret sebagai cultured woman; sebuah hasil
konstruksi diri patriarki yang harus tampil dengan sikap tidak murni sedangkan
suara dan keinginan mereka yang murni, yang disebut sebagai primitive self, tidak
diizinkan untuk tampil ke permukaan. Melalui Feminis Psikoanalisa milik Nancy
Chodorow terungkap bahwa masalah psikis perempuan yang berpotensi
meretakkan diri perempuan telah dimulai sejak perempuan sejak masih kanak–
kanak, bukan karena penis–envy melainkan dikarenakan adanya dominasi
patriarki yang konstruktif terhadap diri perempuan. Hal ini menyebabkan
perempuan tidak dapat mencapai identitas diri mereka sendiri dan malah
menghasilkan diri perempuan yang manipulatif serta obsesif .

ABSTRACT
This thesis analyzes a one – act drama entitled Overtones by Alice Gerstenberg
(1916) using Feminist Psychoanalysis theory. Overtones by Alice Gerstenberg
highlight the issue of women's domestic burden in the early 20th century that
made women were vulnerable to the mental health issue. In this matter, women
were conditioned not to have the right for their own voice even for their own
selves. This situation lead them to the splitting self and it was revealed by two
female characters Harriet and Margaret as cultured woman – a self constracted
by patriarchy – should appear without pure desire. Unlike the pure desire, which
is referred to primitive self, was not allowed to come out to the surface. Nancy
Chodorow sees this problem through her theory, Feminist Psychoanalysis. She
discovered that women psychic is vulnerable to such problem as it started since
the younghood, not the penis – envy; women had experienced a sever constructive
self under the patriarchy domination. This problem stands as a major point
toward the failure on women self identity achievement."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T35869
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadhli Adbaka
"

Studi ini bertujuan untuk mengungkap kemunculan emoji-emoji yang pada meme-meme yang bernarasi stereotip kulit hitam di media sosial dari kacamata linguistik. Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika sosial, terutama kerangka analisis sintagmatik dan paradigmatik, bersama dengan elemen bahasa dan keterkaitan antarmodal. Tujuannya adalah untuk menggali fenomena emoji stereotip kulit hitam dan peran mereka dalam media sosial, khususnya pada platform Instagram Reels. Penelitian kualitatif ini melibatkan pengumpulan dan analisis konten video meme dengan jumlah likes lebih dari 200.000, serta komentar dan emoji terkait yang diperoleh melalui metode web scraping dari postingan Instagram Reels. Penelitian ini mengungkap empat temuan utama. Pertama, emoji selalu berada pada komentar yang mengafirmasi pesan stereotip kulit hitam dalam meme. Kedua, penggunaan elemen bahasa menjadi penghubung emoji dengan komentar dan gambar melintasi entity, occurrence, dan figure. Ketiga, hubungan yang dihasilkan oleh emoji dengan komentar meme didasarkan oleh dua pendekatan utama—simbolis dan metaforis—untuk menjembatani emoji, komentar, dan video meme. Keempat, emoji mempunyai peran ganda, yakni sebagai sebagai topeng digital yang memfasilitasi keterlibatan dalam dunia online tanpa takut akan dampak negatif dan sebagai alat untuk memasuki topik sensitif seperti stereotip kulit hitam. Penelitian ini menyimpulkan bahwa emoji yang teridentifikasi memiliki peranan yang signifikan dalam menggambarkan narasi stereotip mengenai individu berkulit hitam, baik dalam konteks linguistik maupun interaksi di media sosial.


This study aims to reveal the emergence of emojis in memes narrating stereotypes about black individuals on social media from a linguistic perspective. The research adopts a social semiotics approach, utilizing syntagmatic and paradigmatic analysis alongside language elements and intermodal coupling. Its focus is to explore the phenomenon of stereotypical black emojis and their roles in social media, specifically Instagram Reels. Employing a qualitative methodology, this study collected video meme content targeting posts with over 200,000 likes, along with their associated comments and emojis. Data extraction from existing Instagram Reels posts was conducted through web scraping. This study reveals four main findings. First, emojis consistently accompany comments affirming stereotypical messages about black individuals in memes. Second, the use of language elements serves as a link between emojis, comments, and images across entity, occurrence, and figure. Third, the relationships generated by emojis with meme comments are based on two main approaches—symbolic and metaphoric—to bridge emojis, comments, and video memes. Finally, emojis play a dual role, acting as digital masks facilitating engagement in the online world without fear of negative repercussions as well as tools to broach sensitive topics such as black stereotypes. This research suggests that the identified emojis play a significant role in depicting stereotypical narratives regarding black ethnicity, both in linguistic contexts and social interactions on social media platforms.

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Apriyansah
"Tulisan ini membahas mengenai identitas dan eksistensi musik Underground di Bandung pada tahun 1990 hingga 1999. Kebudayaan yang telah dirintis sejak akhir dekade 1960 di Indonesia, telah banyak mengalami penyesuaian identitas dan eksistensi terutama ketika memasuki dekade 1990. Kerusuhan yang terjadi pada konser Metallica tahun 1993 di Jakarta, berdampak kepada keberadaan musik Underground di Indonesia. Termasuk keberadaannya di kota Bandung. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui keadaan musik Underground di Bandung dalam mempertahankan identitas dan eksistensinya pada dekade 1990. Tulisan ini menggunakan metode sejarah dengan empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Berdasarkan telaah yang dilakukan, demi mempertahankan identitas dan eksistensinya. Komunitas musik Underground yang ada di Bandung menciptakan sebuah media yang bersifat independen dari nilai-nilai kemandirian dan anti kemapanan yang mulai diterapkan pada periode ini.

This article discussed the identity and existence of underground music in Bandung in 1990 until 1999. The culture that had been initiated since the late 1960s in Indonesia, has undergone many identity and existence adjustments, especially when entering the 1990s decade. The riots that occurred at the Metallica concert in 1993 in Jakarta, has an impact on the existence of Underground music in Indonesia. Including its presence in the city of Bandung. The purpose of this paper is to find out the state of underground music in Bandung in maintaining its identity and existence in the 1990s. It uses the historical method of the four stages: heuristics, criticism, interpretation and historiography. Based on the analysis, in order to maintain its identity and existence. The Underground music community in Bandung created a media that was independent from the values of independence and anti-establishment that began to be applied in this period."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fadilah
"ABSTRAK
Artikel ini membahas penggemar laki-laki fanboy K-pop mengonstruksikan identitas gendernya ketika ia menyukai budaya populer yakni musik K-pop yang secara umum dilihat memiliki banyak penggemar perempuan. Artikel ini juga melihat bagaimana fanboy K-pop mendefinisikan identitas gender mereka baik ketika mereka menjadi fanboy K-pop maupun identitas seksual mereka sebagai laki-laki. Fanboy K-pop mendefinisikan identitas gender mereka dengan meakukan negosiasi dengan konstruksi gender yang ada di institusi sosial tempat mereka berinteraksi meskipun terdapat berbagai stereotip terhadap mereka sebagai fanboy K-pop.Studi sebelumnya mengemukakan bahwa buaya populer seperti musik, film, olahraga, dan video games bisa mengekspresikan dan menguatkan identitas gender individu yang melakukan atau menikmatinya. Mereka bernegosiasi baik dengan meyembunyikan hal yang mereka sukai atau mempertahankan hal yang mereka sukai dan menunjukkan identitas gender mereka dengan cara lain. Argumen penulis dalam artikel ini penggemar laki-laki K-pop bisa mengonstruksikan dan menegosiasikan identitas gender mereka. Hal tersebut karena fanboy K-Pop memiliki power dalam pembentukan identitas gender mereka. Pengetahuan yang dimiliki oleh fanboy K-pop baik dari institusi pendidikan maupun media membuat mereka memiliki kekuatan atau daya tawar untuk mengonstruksi identitas gender mereka. Ketika melakukan konstruksi identitas gender, mereka menggunakan pengetahuan mereka sebagai kekuatan untuk menegosiasikan identitas gender mereka dengan masyarakat dan institusi sosial mereka.Pendekatan penelitian kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dengan fanboy K-pop digunakan untuk memahami bagaimana mereka mengonstruksi atau menegosiasikan identitas gender mereka.

ABSTRACT
This article focuses on gender identity construction inmale K pop fans K pop fanboys as they interested in K pop music which in generalconsidered as popular culture that primarily cater towards female audience. This article also aims to pinpoint how K pop fanboy defines their gender identityboth as K pop fanboy and as a male. K pop fanboy defines their gender identity by negotiating with existing gender constructs at the social institution in which they interacts even though there are some steoreotypes toward them being a K pop fanboy.Previous studies showed popular culturesuch as music, film, sports, and video games express and strengthen gender identity of its participants.They either negotiate by concealing things that they like, or by continue defending what they like and project their gender identity through other ways. In this article, it is argued that K pop fanboys construct and negotiate their gender identity because they have power in their gender identity construction. Knowledges that they get both from their educational institution and media make them have bargaining power to construct their gender identity. During gender identity construction, their knowledge used as their power to negotiating their gender identitywith their society and social institution.Qualitative research approach using in depth interview with K pop fanboys to understandhow they construct or negotiate their gender identity."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vito Auditya
"Festival musik alam merupakan salah satu jenis festival musik dengan popularitas tinggi di Indonesia. Musik sebagai komoditas dan festivalnya adalah bagian dari bauran pemasaran. Festival musik alam dianggap unik karena pemilihan tempatnya yang tidak biasa dan memiliki identitas tempat yang berbeda dengan festival musik pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui identitas tempat yang dibentuk penyelenggara dan terbentuk pada benak penonton dan mencari hubungan antara keduanya lewat bauran pemasaran. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner untuk penonton dan wawancara untuk penyelenggara dan informan ahli (pengamat musik). Analisis yang digunakan adalah analisis spasial deskriptif dan komparatif. Identitas tempat yang dirancang oleh penyelenggara adalah sebuah festival musik yang berbeda tempat (place) dan suasananya (product) pada festival lainnya sehingga memberi kesan mendalam. Disisi lain, selain suasana alamnya, penonton juga mempertimbangkan musisi (product) yang hadir, sesuai dengan selera anak muda sebagai penonton utama festival musik alam. Hubungan antara identitas tempat penonton dan penyelenggara adalah keduanya memiliki kesamaan, yaitu tentang kenyamanan dan akses (place), serta produk yang sesuai dengan keinginan yang dapat memberikan kesan mendalam jangka panjang yang berbeda. Tidak ada signifikansi pengaruh harga (price) dan promosi (promotion) dalam penentuan identitas tempat festival musik alam. Bagi penonton, tempat (place) diselenggarakannya festival musik tidak terlalu bermakna dalam penengambilan keputusan. Hal yang paling penting adalah penampil dan pengelolaan festival (product). Sedangkan, bagi penyelenggara, tempat (place) penyelenggaran merupakan satu target dan pencapaian tertentu, selain penampil (product).

The natural music festival is a music festival type with high popularity in Indonesia. Music as a commodity is part of the marketing mix aspect. Natural music festivals are considered unique because of the unusual selection of venues, the venue that has a different place identity than music festivals in general. This study aims to determine the place identity formed by the festival music organizer and by the audience's perspectives and find out the relation between these two through the marketing mix approach. Data from the audience were collected by questionnaires, whereas information from the organizers and the music experts were collected through an in-depth interview. The result finalizes throughout the descriptive and comparative spatial analysis. The place identity proposed by the organizer is a music festival that has a special place and exclusive atmosphere (product) from other festivals so that it gives a deep impression. On the other hand, besides the natural atmosphere, the audience consideration is also to the musician's (products) performance. The musicians should fulfill the young audience's preference. The common perspective of place identity that is formed by the organizer and the audience is the coziness atmosphere and access factor, as well as the product that meets the audience's needs. In the long term, these factors can give a deep impression. The price and promotion did not determine the place identity of the natural music festival. For the audience, the music festival venue is not significant in the decision-making process.  The most important thing is the performer and the festival management (as the product). In contrast, the venue is a specific achievement for the organizer, in addition to the product (viewer)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>