Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 403 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulkifli Amin
"ABSTRAK
The smoking habit give many bad effects, especially in health and economy aspect. In Indonesia, most people still have this habit. Quit smoking is beneficial. Clinicians have an important role in helping patients to quit their smoking habit. "
Bandung : Interna Publishing (Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam), 2016
CHEST 3:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli Amin
"Kebiasaan merokok memberikan dampak yang buruk, terutama pada hal kesehatan dan ekonomi. Di Indonesia sendiri, masih banyak penduduk yang memiliki kebiasan merokok. Berhenti merokok memberikan keuntungan yang banyak. Dokter memiliki peranan penting dalam membantu pasien mengehentikan kebiasaan merokoknya."
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
616 UI-IJCHEST 3:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Carr, Allen
[Place of publication not identified]: Opus, 2010
362.296 CAR c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Amin S
"ABSTRAK
Rokok merupakan faktor resiko utama dari penyakit jantung, kanker, penyakit paru
kronis, kanker mulut dan tenggorokan. Perilaku merokok bahkan dapat kita jumpai
pada kelompok umur yang lebih muda, yakni pelajar sekolah. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh peringatan kesehatan bergambar pada
kemasan rokok terhadap intensi berhenti merokok Siswa SMA laki-laki dengan
menggunakan studi cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan pada siswa
SMA di Makassar yang dihitung berdasarkan rumus uji hipotesis beda proporsi
yaitu 96 responden dari SMU, 64 responden dari SMK, 11 responden dari MA.
Tingkat efektivitas pengaruh kesehatan bergambar pada kemasan rokok terhadap
intensi berhenti merokok Siswa SMA laki-laki diukur dengan menggunakan
kuesioner. Seluruh gambar memiliki hubungan yang signifikan dengan intensi
berhenti merokok responden, yaitu gambar 1 dengan nilai p = 0,001, gambar 2
dengan nilai p = 0,001, gambar 3 dengan nilai p = 0,002, gambar 4 dengan nilai p
= 0,001 dan gambar 5 dengan nilai p = 0,004. Dari keseluruhan variabel independen
yang diduga paling kuat mempengaruhi intensi berhenti merokok pada responden
adalah Gambar 4 dengan p value < 0,05. Dengan nilai OR sebesar 2,7 yang artinya
Gambar 4 memberikan peluang 2,7 kali menyebabkan tingginya intensi berhenti
merokok siswa.

ABSTRACT
Smoking is the main risk factor of heart disease, cancer, chronic lung disease,
cancer of the mouth and throat. Smoking behavior can even be encountered in the
younger age groups, the students of the school. This study was purposed to analyze
the impact pictorial health warnings on cigarette packs toward the intentions to quit
smoking of male high school students by using the cross sectional study. Sampling
is done on high school students in Makassar, which is calculated based on the
formula of hypothesis test different proportions of high school at 96 respondents,
64 respondents from SMK, 11 respondents from MA. The effectiveness of pictorial
health effect on cigarette packs to the intention to quit smoking male high school
students were measured using a questionnaire. The whole picture has a significant
relationship with the intention of quitting the respondents, namely figure 1 with a
value of p = 0.001, Figure 2 with p = 0.001, figure 3 with p = 0.002, Figure 4 with
p = 0.001 and figure 5 with p = 0.004. The total of independent variables that
suspect the most strongly influence on respondents' intention to quit smoking is
Figure 4 with p value <0.05. With OR of 2.7, which means Figure 4 provides 2.7
times the chance of causing high intention to quit smoking students"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhidayati Fawzani
"Rokok memiliki kekuatan adiksi yang terbilang besar. Orang yang terlanjur memiliki kebiasaan merokok, sulit untuk menghentikannya. Karena itu, apabila suatu saat seorang perokok menghentikan kebiasaannya, pasti ia akan terasa tersiksa baik fisik maupun mentalnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara sukses berhenti merokok dan mengetahui faktor-faktor kemudahan berhenti merokok. Diharapkan juga bisa menggalang dan mewujudkan setiap unsur masyarakat untuk menciptakan etika masyarakat dalam merokok. Penelitian dengan metode kualitatif melalui studi kasus 3 perokok berat dilakukan pada tahun 2004 di Yogyakarta. Kriteria informan meliputi umur di atas 40 tahun, kawin, sudah berhenti merokok, termasuk perokok berat dengan lama merokok di atas 10 tahun dan menghabiskan lebih dari 20 batang per hari. Wawancara terhadap informan dilakukan dengan memakai alat perekaman. Modal utama sukses berhenti merokok adalah niat dan tekad yang kuat dari perokok itu sendiri. Alasan untuk berhenti merokok adalah faktor kesehatan, organisasi keagamaan, dan keluarga. Faktor kesehatan berkaitan dengan sakit yang diderita oleh informan, seperti hipertensi, demam tinggi, batuk-batuk, dan dada terasa nyeri. Faktor organisasi keagamaan berkaitan dengan organisasi agama yang diikuti informan yang melarang merokok. Faktor keluarga berkaitan dengan keluarga informan yang mengikuti jejaknya sebagai perokok. Di samping itu, informan juga mempunyai balita yang seharusnya tidak boleh terkena asap rokok. Metode yang dipilih untuk berhenti merokok adalah metode pengobatan, perubahan perilaku, dan dorongan positif. Semua peristiwa di atas menyebabkan seorang perokok harus menghentikan kebiasaannya sebagai perokok. Hikmah di balik itu semua adalah perokok memiliki kemauan yang kuat untuk berhenti dari merokok.

Smoking Cessation Therapy. Cigarettes are regarded as being highly addictive. Consequently, if the smoker quits their habit, they will feel physically and mentally stressed. The purpose of this research is to understand, successful methods of quitting smoking, and factors which ease quitting smoking. It is also hoped to be able to lay a base for and bring into reality every element of society to create a social etiquette in smoking. Research using qualitative method by case studies among 3 smokers was undertaken in 2004. The criteria of the informant was age more than 40 years old, married, successfully in smoking cessation, and 10 years more as a smoker. The interview to informants was hold by recorder. The principle model of successful quitting smoking was the strong will and determination of the smokers themselves. The reasons to stop smoking were also health, religious organisation, and, family factors. Health factors are related with disease suffered by the informants such as hypertension, fever, cough and headache. Religious organisation factors are related to religious organization that prohibit to smoke. Family factors were related to the family of the informants who followed in their footprints as smokers. Besides that, the informants also had young children who should not be exposed to cigarette smoke. The methods used by the informants to smoke cessation were therapy, changing behavior, and positive encouragement. All the above incidents resulted in a smoker quitting their habit. The wisdom behind all this is a smoker who has a strong will to quit smoking."
Jogjakarta: Universitas Gadjah Mada. Fakultas Ilmu Budaya, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Zulkifli Amin
"ABSTRACT
Atherosclerosis is a chronic inflammatory disorder involving innate and adaptive immunity process. Effector T cell (Teff) responses promote atherosclerotic disease, whereas regulatory T cells (Tregs) have been shown to play a protective role against atherosclerosis by down-regulating inflammatory responses which include multiple mechanisms. Compelling experimental data suggest that shifting the Treg/Teff balance toward Tregs may be a possible therapeutic approach for atherosclerotic disease, although the role of Tregs in human atherosclerotic disease has not been fully elucidated. In this review, we discuss recent advances in our understanding of the roles of Tregs and Teffs in experimental atherosclerosis, as well as human coronary artery disease."
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2017
610 UI-IJIM 49: 1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli Amin
"ABSTRAK
Gangguan ketersediaan oksigen akibat perburukan kondisi fisiologis akut akan meningkatkan risiko moralitas, khususnya pada pasien kritis yang memiliki keterbatasan daya konpensasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai saturasi oksigen perifer (Spo2) saat pasien masuk dalam memprediksi moralitas pasien gawat darurat medis dengan kondisi kritis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang merupakan rumah sakit rujukan nasioanl di indonesia.
metode kami melakukan penelitian kohort retrospektif pada pasien kritis di ruang Resutasi Instalasi Gawat Darurat RSCM pada bulan Oktober sampai November 2012. pengukuran Spo2 dilakukan dalam waktu 15 menit setelah pasien masuk. Subjek kemudian dibagi menjadi dua kelompok: kelompok dengan SpO2 lebih atau sama dengan 95% (1) dan kurang dari 95% (2). Luaran yang dinilai adlah moralitas selama perawatan. Uji log-rank digunakan untuk membandingkan kesintasan kedua kelompok. Risiko moralitas selama perawatan dianalisis dengan Cox propotional hazard model.
Hasil moralitas selama perwatan terjadi pada 69 ( 40,1%) dari 172 subjek penelitian. Pasien dengan SpO2 kurang dari 95% memiliki laju kesintasan yang lebih rendah secara bermakna ( rerata kesintasan 21,3 vs 28,6 hari, log-rank p = 0,011). rasio hazard terjadinya moralitas adalah 1,8 (IK 95% 1,13 sampai 2,90) pada pasien dengan SpO2 di bawah 95%.
simpulan saturasi oksigen perifer di bawah 95% pada saat pasien masuk meningkatkan risiko moralitas secara bermakna. Karena mudahnya nilai saturasi tersebut, maka SpO2 sebaiknya dipertimbangkan sebagai prediktor moralitas pada pasien gawat darurat medis dengan kondisi kritis."
Jakarta: Departement of Internal Medicine, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli Amin
"ABSTRAK
Ventilator-associated pneumonia (VAP) merupakan infeksi nosokomial yang paling sering diteuka di intensive care unit (ICU) dan memiliki angka mortalitas yang tinggi. Hipoalbuminemia telah lama diketahui sebagai pertanda prognosis buruk pada pasien dengan penyakit kritis, namun peranannya pada pasien VAP belum jelas diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan albumin serum inisial dalam memprediksi mortalitas pasien VAP.
Metode: Kami melakukan penelitian kohort retrospektif dengan menganalisis data pasien VAP yang dirawat di rumah sakit Cipto Mangunkusumo selama kurun waktu tahun 2003- 2012. Pasien dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan kadar albumin serum inisial: Grup-1 (kurang dari 2,7 g/dL), Grup-2 (2,7-3,5 g/dL), Grup-3 (lebih dari 3,5 g/dL). Risiko mortalitas selama perawatan dianalisis dengan Cox propotional hazard model.
Hasil: Dari 194 pasien yang diikutsertakan, sebanyak 95 (49%) pasien termasuk dalam Grup-1, 83 (42,8%) pasien termasuk dalam Grup-2 dan 16 (8,2%) pasien termasuk dalam Grup-3. Mortalitas selama perawatan terjadi terjadi pada 58,2% subjek. Rasio hazard terjadinya mortalitas untuk Grup-1 dan Grup-2 adalah 2,48 (IK 95% 1,07 sampai 5,74; p = 0,033) dan 1,42 (IK 95% 0,60 sampai 3,34; p = 0,43) apabila dibandingkan dengan Grup-3.
Simpulan: Adanya hipoalbuminemia akan meningkatkan risiko mortalitas. Kadar serum albumin inisial sebaiknya dipertimbangkan sebagai prediktor mortalitas pada pasien VAP."
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli Amin
"Tujuan: mengetahui kesintasan jangka pendek dalam 28 hari pada pasien acute respiratory distress syndrome
(ARDS). Metode: studi retrospektif dilakukan di rumah sakit pusat rujukan tersier di Jakarta, Indonesia. Pada
studi ini, digunakan data rekam medis yang diambil selama 10 bulan, yaitu Oktober 2015 hingga Agustus 2016.
Keluaran primer studi ini adalah kesintasan jangka pendek selama 28 hari terhitung sejak pasien didiagnosis
sebagai ARDS. Hasil yang didapatkan kemudian dianalisis menggunakan Kaplan-Meier dan analisis multivariat
Cox regresi. Hasil: studi ini mendapatkan 101 pasien ARDS dalam periode 10 bulan. Kesintasan keseluruhan
selama 28 hari adalah 47.5% dan nilai median adalah 10 hari (95% CI 2.47 ? 17.52). Kesintasan pada pasien
ARDS cenderung menurun signifikan pada minggu pertama setelah didiagnosis ARDS. Hal itu menunjukkan
mortalitas tertinggi terjadi pada minggu pertama. Skor APACHE II >20 menunjukkan HR 2.45 (95% CI 1.40-
4.28) dan derajat ARDS moderat-berat menunjukkan HR 2.27 (95% CI 1.25-4.12). Kesimpulan: kesintasan
jangka pendek di negara berkembang seperti Indonesia masih rendah dan manajemen yang optimal pada awal
dari minggu pertama pada pasien ARDS akan memperbaiki tingkat kesintasan.
Aim: to identify the 28-day short-term survival rate in patients with acute respiratory distress syndrome
(ARDS). Methods: this is a retrospective cohort study conducted at a tertiary referral hospital in Jakarta, Indonesia.
We conducted the study for 10 months and data was extracted from medical records between October 2015 and
August 2016. The primary end point of the study was 28-day short-term survival rate using the initial date of ARDS
diagnosis as the index time. Overall survival rate was analyzed using Kaplan-Meier test and multivariate Cox
regression analysis. Results: there were 101 ARDS subjects during 10 months of study. The overall rate of 28-day
survival was 47.5% and the median time of survival was 10 days (95% CI 2.47?17.52). The survival rate in ARDS
patients was reduced significantly at the first week after the diagnosis of ARDS was made, which indicated that the
highest mortality occured in the first week. Subjects with APACHE II score of >20 had a hazard ratio (HR) of 2.45
(95% CI 1.40-4.28) and those with moderate-severe of ARDS had HR of 2.27 (95% CI 1.25-4.12). Conclusion: the
short-term survival rate of ARDS in developing countries including Indonesia is still low and early management
with optimal treatment provided within the first week may improve the survival rate."
University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2016
610 IJIM 48:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dian Harlivasari
"Latar belakang: Penggunaan tembakau menimbulkan ketergantungan nikotin sehingga proses berhenti merokok menjadi sulit dan membutuhkan bantuan khusus. Keterbatasan terapi berhenti merokok di Indonesia mendorong lahirnya terapi farmakologi alternatif. Hasil penelitian preklinik menunjukkan terdapat peluang efektivitas N-acetylcistein (NAC) terhadap berhenti merokok.
Metode: Penelitian ini menggunakan uji acak plasebo terkontrol pada perokok yang dilakukan selama Januari-Desember 2018. Sebanyak 90 perokok mendapatkan perlakuan yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu NAC 2x1200 mg dan plasebo selama 4 minggu. Pengamatan dilakukan pada minggu ke 1,2,3 dan 4. Pada akhir perlakuan dilakukan penilaian abstinence rate (AR), nilai withdrawal dan craving.
Hasil: Nilai AR pada kelompok NAC sebesar 37,7% sementara kelompok plasebo 6,7%. Pada variabel demografi yang bermakna terhadap abstinence adalah skor Fagestorm, motivasi dan nilai CO ekshalasi dasar dan percobaan berhenti merokok sebelumnya. Pada variabel akhir penelitian yaitu nilai CO ekshalasi akhir, jumlah rokok akhir, nilai withdrawal akhir dan nilai craving akhir bermakna secara statistik ( nilai p <0,001)
Kesimpulan: Abstinence rate pada kelompok NAC lebih superior dibandingkan kelompok plasebo. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan durasi pemberian lebih panjang dan pengamatan terhadap continues abstinance rate (CAR).

Background: Tobacco cigarette smoking often resulted in nicotine dependence which caused difficulties in smoking cessation program which in turn requiring smokers to seek professional help. However, pharmacotherapy for smoking cessation was limited in Indonesia. Preclinical studies suggested n-acetylcysteine (NAC) might able to reduce withdrawal and craving symptoms for substance dependence particularly nicotine addiction among smokers.
Methods : This placebo controlled clinical trial was conducted between January to December 2018. This study randomly grouped 90 cigarette smokers into NAC-treated (NAC 1200 mg bid) and placebo group whose four weeks of treatment was observed. The study objective was to compare abstinence rate (AR), withdrawal, and craving symptoms using scoring system at the end of the study.
Results : The AR in NAC-treated group was 37.7% and in placebo group was 6.7%. Fagerstrom score of nicotine dependence, motivation, and base exhaled CO concentration were related to abstinence. Decrease of daily cigarette consumption and exhaled CO concentration, and changes in withdrawal and craving score, were observed among the smokers by the end of the study.
Conclusion : This preliminary study suggested feasibility and efficacy of NAC for smoking cessation. Follow-up study of NAC on AR should be carried out.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>