Ditemukan 62664 dokumen yang sesuai dengan query
Titi Mumfangati
"Serat Wulang Pandhita Tekawardi merupakan salah satu karya sastra jawa yang berisi piwulang atau ajaran. Piwulang atau ajaran tersebut pada dasarnya berupa nilai nilai luhur hasil pemikiran nenek moyang pada masa lampau. Kehidupan masa lampau tercermin dalam karya sastra kuna, khususnya Serat Wulang Pandhita Tekawardi. Naskah ini sesuai dengan judulnya berisi piwulang atau ajaran, terdiri dari 2 bagian;bagian pertama adalah ajaran atau piwulang yang diberikan oleh pendeta purwaduksina kepada istrinya; bagian kedua berisi ajaran pendeta tekawardi yang berada di gunung melinggeretna kepada muridnya. permasalahan dalam kajian ini adalah apa saja kandungan nilai budaya dalam serat Wulang Panditha Tekawardi. selain itu akan dilihat relevansinya dalam kehidupan masyarakatsekarang. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengungkapkan nilai - nilai budaya dalam serat Wulang Panditha Tekawardi. pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan. selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif analisis. Hasil kajian menunjukkan bahwa Wulang Panditha Tekawardi berisi nilai- nilai yang masih dapat dimanfaatkan dan diterapkan dalam kehidupan masa sekarang. Nilai -nilai tersebut yaitu nilai religius, nilai kesetiaan, nilai moral, nilai etika, dan nilai didaktis. Oleh karena itu mempelajari, mengungkapkan dan melaksanakan ajaran ajaran yang ada dalam teks tersebut merupakan tindakan yang tepat. hal ini dimaksudkan agar nilai - nilai luhur tersebut tidak lenyap begitu saja bahkan mempu menjadi ciri jati diri bangsa Indonesia pada umumnya, masyarakat Jawa khususnya."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2017
794 PATRA
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
Titi Mumfangati
"
ABSTRACTSerat Wulang Pandhita Tekawardi merupakan salah satu karya sastra Jawa yang berisi piwulang atau ajaran. Piwulang atau ajaran tersebut pada dasarnya berupa nilai-nilai luhur hasil pemikiran nenek moyang pada masa lampau. Kehidupan masa lampau tercermin dalam karya sastra kuna, khusunya Serat Wulang Pandhita Tekawardi. Naskah ini sesuai dengan judulnya berisi piwulang atau ajaran, teridiri dari dua bagian: bagian pertama adalah ajaran atau piwulang yang diberikan oleh Pendeta Purwaduksina kepada isterinya: bagian kedua berisi ajaran pendeta Tekawardi yang berada di Gunung Malinggeretna kepada para muridnya. Permasalah dalam kajian ini adalah apa saja kandungan nilai budaya dalam Serat Wulang Pandhita Tekawardi. Selain itu akan dilihat relevansinya dalam kehidupan masyarakat sekarang. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengungkap nilai-nilai budaya dalam Serat Wulang Pandhita Tekawardi. Pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif analisis. Hasil kajian menujukan bahwa Serat Wulang Pandhita Tekawardi berisi nilai-nilai yang masih dapat dimanfaatkan dan diterapkan dalam kehidupan masa sekarang. Nilai-nilai tersebut yaitu nilai religius, nilai kesetiaan, nilai moral, nilai etika, dan nilai didaktis. Oleh karena itu, mempelajari, mengungkapkan, dan melaksanakan ajaran-ajaran yang ada dalam teks tersebut merupakan tindakan yang tepat. Hal ini dimaksudkann agar nilai-nilai luhur tersebut tidak lenyap begitu saja bahkan mampu menjadi ciri jati diri bangsa Indonesia pada umumnya, masyarakat Jawa pada khususnya."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2017
959 PATRA 18:2 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
PATRA 7(1-2) 2006
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
M. A. Sudi Yatmana
Jakarta: Grasindo, 1992
392.592 SUD u (1)
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Mawaddatul Khusna Rizqika
"Budaya Jawa sangat dekat dengan unsur tanah. Orientasi kehidupan sehari-hari berpusat pada keselarasan antara dirinya sebagai makhluk manusia dengan alam sebagai kesatuan bagian yang lebih luas. Upaya manusia Jawa dalam menjaga hubungan baik dengan alam dapat dilihat pada penggunaan ani-ani saat proses panen padi di sawah. Konsep penghormatan kepada Dewi Sri atau Dewi Padi oleh masyarakat Jawa mendasari praktik budaya ini. Menjaga Dewi Sri sama halnya dengan menjaga alam. Demikian juga sebaliknya. Kajian ini bertujuan untuk menginterpretasi koleksi ani-ani yang dikelola oleh Museum dan Cagar Budaya. Koleksi ani-ani tidak hanya dilihat sebagai benda material, tetapi juga memiliki makna mendalam khususnya bagi para pendukung kebudayaan itu sendiri. Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah kualitatif yang berdasarkan pada koleksi ani-ani milik Museum dan Cagar Budaya dari wilayah budaya Jawa, khususnya Jawa Tengah"
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta, 2022
900 JSB 17:1 (2022)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
PATRA 4(1-2) 2003
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Irmawati Marwoto Johan
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library
"Setiap orang pada hakikatnya adalah pemimpin, minimal peminpin diri sendiri. Dalam budaya Jawa telah diwariskan konsep kepemimpinan hasthabrata oleh para raja dan pujangga untuk dapat dijadikan pedoman dan diterapkan dalam melaksanakan tugasnya mengatur bangsa dan negara. Ajaran tersebut ditemukan dalam Kakawin Ramayana, Serat Rama Jarwa, Ajipamasa, dan cerita Wayang Wahyu Makutharama. DIberikan oleh Prabu Rama kepada Barata dan Wibisana; diberikan Prabu Ajipamasa kepada Gendakusuma dan Jayasusena serta diberikan Kresna kepada Arjuna."
JMN 5:2 (2014)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Arlin Putri Prahasti
"Fear of Missing Out (FoMO) merupakan sebuah fenomena psikologi yang didefinisikan sebagai rasa takut kehilangan momen berharga orang lain di media sosial. Berdasarkan budaya Jawa rasa takut (FoMO) dipahami sebagai rasa was-was, dan khawatir yang dapat menjauhkan diri manusia Jawa dengan Gusti. Film pendek Njagakke Ndog’e Si Blorok (2021) memiliki tokoh utama bernama Mbak Sum yang merupakan representasi manusia Jawa yang mengalami FoMO. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan FoMO dalam diri tokoh utama film pendek Njagakke Ndog’e Si Blorok. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud, FoMO oleh Przybylski dkk. dan didukung oleh konsep kejiwaan Jawa menurut Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu). Hasil pembahasan menjelaskan bahwa Mbak Sum memiliki karakter penderita FoMO. Adapun temuan lain penelitian ini adalah bahwa manusia Jawa yang mengalami FoMO ternyata memiliki sikap buruk yang bertentangan dengan sikap dalam ajaran budaya Jawa. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa seseorang yang FoMO akan dikuasai oleh id dalam dirinya, sehingga ia akan mengedepankan kepuasan pribadi di atas segalanya. FoMO dapat diatasi dengan menanamkan 5 sifat Pancasila menurut ajaran Pangestu. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai karakter manusia Jawa yang mengalami FoMO disertai dengan solusi untuk meminimalisasinya.
Fear of Missing Out (FoMO) is a psychological phenomenon that is defined as the fear of losing other people's precious moments on social media. Based on Javanese culture, fear (FoMO) is understood as a feeling of anxiety and worry that can distance Javanese humans from Gusti. The short film Njagakke Ndog'e Si Blorok (2021) has a main character named Mbak Sum who is a representation of a Javanese person who has experienced FoMO. This research aims to show FoMO in the main character of the short movie Njagakke Ndog'e Si Blorok. The method used is descriptive qualitative, with Sigmund Freud's psychoanalytic theory, FoMO by Przybylski et al. and supported by the Javanese psychological concept according to the Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu). The results of the discussion explained that Mbak Sum has the character of a FoMO sufferer. Another finding of this research is that Javanese people who experience FoMO apparently have bad attitudes that are contrary to attitudes in Javanese cultural teachings. This research also shows that someone who is FoMO will be controlled by his inner id, so he/she will prioritize personal satisfaction above all else. FoMO can be overcome by instilling the 5 characteristics of Pancasila according to Pangestu's teachings. It is hoped that this research can provide an overview of the character of Javanese humans who experience FoMO along with solutions to minimize it."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Shella Agustiana Pratiwi
"Penelitian ini membahas tentang analisis konflik keluarga dalam novel Katresnan karya Soeratman Sastradihardja. Novel Katresnan karya Soeratman Sastradihardja (2013) yang digunakan sebagai korpus dalam penelitian ini, merupakan salah satu karya sastra berbahasa Jawa yang mengangkat tema keluarga, menceritakan tentang konflik antara orang tua dan anaknya. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana gambaran konflik dan strategi resolusi konflik keluarga dalam novel Katresnan karya Soeratman Sastradihardja. Tujuan penelitian ini adalah untuk menambah wawasan tentang konflik keluarga dan strategi resolusi konflik sebagai sarana pembelajaran dalam menghadapi konflik keluarga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, menggunakan teori Model Proses Konflik dan teori Manajemen Konflik Thomas dan Kilmann (dalam Wirawan, 2010), melalui tinjauan analisis gender. Berdasarkan hasil analisis, konflik keluarga dalam novel Katresnan karya Soeratman Sastradihardja digambarkan melalui para tokoh yang memiliki perbedaan sudut pandang dan saling berselisih paham, sehingga menimbulkan konflik yang ditunjukkan melalui dialog-dialog perdebatan dalam beberapa fase konflik, yang kemudian konflik tersebut mereda dan selesai dengan menggunakan beberapa gaya manajemen konflik, di antaranya kolaborasi (collaborating), kompromi (compromising), dan menghindar (avoiding) sebagai strategi resolusi konfliknya. Strategi resolusi konflik tersebut dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat konflik sebagai bentuk menjaga hubungan antar manusia yang berdasarkan pada keharmonisan, kerukunan, dan keselarasan hidup, yang dapat terbangun jika tidak adanya konflik terbuka yang lebih besar.
This study discussed the analysis of the family conflict in Katresnan novel by Soeratman Sastradihardja. The Katresnan novel by Soeratman Sastradihardja (2013) used as the corpus in this study, is one of the Javanese literature that has held the family theme, telling of the conflict between parents and their children. The problem in this study is how a picture of conflict and family conflict resolution strategy in Katresnan novel by Soeratman Sastradihardja. The purpose of this study is to further insight into family conflict and conflict resolution strategy as a means of learning how to deal with family conflict. The methods used in this study are qualitative descriptive methods, using Conflict Process Model theory and Conflict Management theories Thomas and Kilmann (in Wirawan, 2010), through a gender analysis review. Based on the results of the analysis, family conflicts in Katresnan novel by Soeratman Sastradihardja are described through characters who have different points of view and are disagree with each other, giving rise to the conflict presented through debate dialogues in several phases of conflict, which then subsides and ends by using some of the conflict management styles, among which is collaborating, compromising, and avoiding it as a conflict resolution strategy. The conflict resolution strategy is carried out by those involved in conflict as a form of preserving human relationships based on harmony in life, which can awaken if there is no greater open conflict."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library