Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133784 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohamad Yusuf
"ABSTRACT
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui di antara keempat jalur transmisi kebijakan moneter, yaitu jalur moneter langsung, jalur suku bunga, jalur kredit, dan jalur nilai tukar yang lebih efektif dalam implementasi kebijakan moneter dengan sasaran tunggal inflasi di Indonesia dan mengetahui variabel yang paling cocok digunakan sebagai sasaran operasional pada jalur yang paling efektif. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis Vector Autoaggresion (VAR). Penelitian ini merupakan studi kasus untuk Indonesia periode tahun 2000 triwulan I samppai tahun 2013 triwulan III. Data bersumber dari statistik ekonomi dan keuangan Indonesia (SEKI), laporan tahunan Bank Indonesia, IMF finance Statistics, dan publikasi Badan Pusat Statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jalur suku bunga merupakan jalur yang paling efektif dibanding dengan jalur jalur lainnya. Analisis yang dilakukan melalui uji impulse response dan uji variance decompotition menggambarkan kendalan penggunaan jalur suku bunga dalam mencapai sasaran akhir inflasi, terlihat dari respon yang diberikan oleh inflasi dan varians dari variabel-variabel yang terlibat dalam jalur ini. Pengujian pada jalur suku bunga menunjukkan bahwa shoc RPUAB mendapat respon yang kuat dan juga cepat dari inflasi sehingga cocok digunakan sebagai sasaran operasional dalam mencapai sasaran akhr inflasi."
Direktorat Jenderal Pembendaharaan Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2016
336 ITR 1:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amrullah
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T27340
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sugiharso Safuan
"One of some problematic issues of identification of the effectiveness of the monetary policy is the question on whether the monetary policy mechanism transmissions can perform fully in transmitting the changes of monetary policies into the national and regional level of economy. On earlier studies, Muelgini (2004) relatively compares the effectiveness of monetary policies of the jive mechanism transmission channels at the national level of the economy employing impulse response function.
The results show that prior to the economic crises in Indonesia credit channel is not ejective, and for after crises periods' interest rates, credit and asset price channels are becoming relatively important. Utilizing similar methodology Laksono (2005) finds that the effectiveness of monetary mechanism varies among regions. This research analyzes the findings of both Muelgini's and Laksono's employing different methodology to evaluate the channels through which monetary policies are transmitted.
"
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 7 No. 2 Januari 2007: 93-104, 2007
JEPI-7-2-Jan2007-93
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadi
"Krisis tahun 1997 yang salah satu sumbernya diperkirakan berasal dari krisis nilai tukar bath Thailand, pada tahun 1998 menjalar ke Indonesia dan telah menyebabkan kontraksi pada perekonomian Indonesia hanya dalam waktu tidak lebih dari 1 tahun. Hal ini mempunyai dampak langsung terhadap penurunan investasi di Indonesia sampai saat ini.
Penelitian ini ingin menjelaskan secara empiris apakah kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank sentral setelah krisis (tahun 1997 sampai dengan tahun 2004) efektif dalam menghambat pelarian modal dan berhasil meningkatkan investasi di Indonesia yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan moneter (suku bunga, pinjaman luar negeri, harapan inflasi, kredit perbankan) belum dapat mendorong investasi di Indonesia.Kemungkinan besar faktor diluar ekonomi seperti politik, keamanan, kepastian hukum, peraturan perundang-undangan sangat berpengaruh terhadap peningkatan investasi di Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T16925
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arianto Reksoprodjo
"Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melihat efektifitas penggunaan panduan kebijakan moneter atau monetary policy rule yang dicetuskan oleh Bennet T. McCallum dalam menurunkan tingkat pertumbuhan dalam jangka panjang tanpa mengabaikan adanya kemungkinan fluktuasi pada perekonomian yang mungkin terjadi pada jangka pendek. Panduan atau rule tersebut secara garis besar bertujuan untuk membuat harga tumbuh pada tingkat yang rendah dengan membuat cadangan perbankan atau uang primer, yang merupakan salah satu instrumen kebijakan moneter, tumbuh pada tingkat yang dapat membuat pertumbuhan output nominal sama dengan pertumbuhan output rill jangka panjang. Hal ini secara teoritis akan dapat meminirnisir tingkat pertumbuhan harga. Pengujian dilakukan dengan mensimulasikan penerapan panduan kebijakan moneter tersebut dalam penyusunan kebijakan moneter di Indonesia pasca Deregulasi Juni 1983 melalui model Keynes dinamis sederhana. Simulasi yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh suatu gads trend harga dalam jangka panjang untuk kondisi-kondisi di mana panduan tersebut tidak dipergunakan dan di mana panduan tersebut dipergunakan, sehingga dengan membandingkan garisgaris trend tersebut dapat terlihat apakah penggunaan panduan McCallum dalam penibuatan kebijakan rnoneter dapat membuat harga dalam jangka panjang tumbuh pada tingkat yang lebih rendah. Tahapan simulasi yang dilakukan pertama-tama adalah mengestimasi parameterparameter regresi model Keynes dinamis sederhana dengan mempergunakan data triwulanan Indonesia sejak dikeluarkannya Paket Juni 1983 hingga triwulan keempat 1993, sehingga model tersebut dapat mempunyai validitas yang baik untuk kondisi Indonesia. Dan hasil estimasi regresi, terlihat diperlukan waktu yang cukup lama bagi perubahan pertumbuhan variabel uang primer sebagai variabel instrumen untuk dapat mempengaruhi pertumbuhan harga. Kemudian dilakukan pengujian kelayakan simulasi untuk model tersebut dengan menggunakan besaran-besaran Root Mean Square Error (RMSE), Mean Absolute Error (MAE), Mean Percentage Error (MPE), dan Theil Inequality Coefficient (TIC) untuk memastikan bahwa deviasi data hasil simulasi tidak menyimpang jauh dan data sebenarnya. Hasil simulasi ini juga merupakan hasil simulasi model Keynes tanpa keberadaan panduan kebijakan McCallum. Kemudian ke dalam model tersebut dimasukkan panduan kebijakan McCallum yang mensubstitusikan variabel uang primer dalam model yang bersangkutan, dan disimulasikan kembali, namun kali ini tidak dilakukan pengujian kelayakan simulasi, karena hasil simulasi pasti akan berbeda jauh dari data sebenarnya mengingat panduan kebijakan McCallum ini tidak pernah dipergunakan di Indonesia. Hasil simulasi kemudian dibandingkan dengan hasil simulasi model Keynes tanpa keberadaan panduan kebijakan tersebut. Perbandingan hasil simulasi tersebut di atas menunjukkan bahwa penggunaan panduan kebijakan McCallum dalam penyusunan kebijakan moneter dalam jangka panjang memang dapat menurunkan tingkat pertumbuhan harga, namun dalam jangka pendek penggunaan panduan tersebut menimbulkan fluktuasi pertumbuhan harga yang lebih besar dibandingkan jika panduan tersebut tidak dipergunakan. Hal ini dikarenakan penggunaan panduan McCallum memerlukan suatu kondisi di mana variabel instrumen dapat segera tersesuaikan jika terjadi penyimpangan dari apa yang ditargetkan, sedangkan dari hasil estimasi regresi maupun hasil simulasi menunjukkan perubahan variabel uang primer baru dapat mempengaruhi perubahan tingkat harga setelah lag waktu yang cukup panjang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Muhammad Nasim
"Banyak sasaran yang ingin dicapai secara serentak serta tidak berfungsinya mekanisme transmisi secara efisien akibat disintermediasi dalam sistem keuangan menyebabkan pengendalian moneter secara tidak langsung menjadi kurang efektif. Di satu sisi, perkembangan nilai tukar yang belum stabil dan inflasi yang masih tinggi memaksa Bank Indonesia sebagai otoritas moneter untuk mempertahankan kebijakan uang ketat, yang berakibat tingginya suku bunga di dalam negeri. Di sisi lain, tingginya suku bunga telah berdampak negatif terhadap dunia usaha karena membengkaknya kewajiban pembayaran bunga dan terhentinya pemberian kredit barn oleh perbankan, akibatnya nonperforming loan (NPL) meningkat dan bank-bank beroperasi dengan negative spread.
Penelitian ini mengevaluasi kembali apakah mekanisme transmisi yang selama ini dipergunakan masih relevan dijalankan dan mencari alternatif mekanisme lainnya yang lebih mengakomodasi terhadap kondisi perekonomian Indonesia yang semakin terbuka. Dengan menggunakan indeks kondisi moneter (IKM) sebagai sasaran antara pada mekanisme transmisi kebijakan moneter akan diketahui ketat atau tidaknya stance dari kebijakan moneter yang ditempuh.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indeks kondisi moneter (1KM) dapat memberikan informasi tentang akan dilakukannya pengetatan atau pelonggaran moneter di Indonesia. Pergerakan indeks kondisi moneter (IKM) ditentukan oleh gejolak dari komponen yang membentuk indeks kondisi moneter (1KM) yaitu suku bunga dan nilai tukar."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20049
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syofriza Syofyan
"Kebijakan moneter Indonesia sampai saat ini pada dasarnya masih menggunakan paradigma lama yang mengandalkan mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui pengendalian jumlah uang beredar dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi. Mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah jalur yang dilalui oleh sebuah kebijakan moneter untuk mempengaruhi kondisi perekonomian. Mekanisme transmisi kebijakan moneter selama ini menyatakan bahwa Bank Indonesia (BI), dapat mengendalikan M (0) dan dengan asumsi multiplier uang (Money Multiplier) tetap, BI akan dapat mengendalikan M(1} dan M(2). Melalui pengendalian M(1) dan M(2), BI dapat mempengaruhi PDB Nominal atau permintaan agregat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Yuheri
"Dalam teori ekonomi, kebijakan moneter yang dilakukan oleh otoritas moneter di suatu negara melalui operasi pasar terbuka dengan mengubah domestik asset, secara otomatis akan menyebabkan perubahan dalam jumlah yang sama namun dalam arah yang berlawanan terhadap aset luar negeri. Disisi yang lain, dalam sistem kurs mengambang, pada saat terjadi defisit transaksi berjalan, kebijakan moneter yang dilakukan otoritas moneter berupa perubahan pada aset domestik bersih akan menyebabkan timbulnya kelebihan penawaran uang (excess money supply) yang dinetralisir dengan masuknya aliran modal sebagai surplus dari neraca pembayaran. Kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral seringkali tidak efektif apabila kebijakan yang dilakukan ternyata menimbulkan aliran pembayaran baik berupa aliran modal masuk maupun aliran modal keluar yang tidak dapat disterilisasi sehingga usaha yang dilakukan untuk menetralisir gangguan eksternal tidak memiliki pengaruh yang signifikan.
Tesis ini akan mencoba menganalisa pengaruh aliran modal masuk terhadap efektifitas kebijakan moneter melalui operasi pasar terbuka untuk kasus Indonesia, Besarnya aliran modal masuk dari luar negeri telah mendorong semakin meningkatnya konsumsi domestik dan terjadinya substitusi tabungan domestik untuk ekspansi kredit perbankan sehingga menimbulkan tekanan terhadap inflasi.
Dari uji ordinary least squared (OLS) terhadap model aliran modal masuk periode triwulan I 1990 sampai dengan triwulan IV tahun 2002, ditemukan bahwa pengaruh aliran modal masuk disamping meng-offset defisit transaksi berjalan juga telah menetralisir efek kebijakan pengendalian moneter melalui perubahan aset domestik bersih sebesar 57,63%. Sehingga pada perlode aliran modal masuk yang tinggi efektifitas pengendalian inflasi menjadi berkurang. Hal ini juga didukung dengan uji VAR dan impulse response function shock operasi pasar terbuka terhadap jumlah uang beredar (MO, Ml dan M2), bahwa shock operasi pasar terbuka terhadap uang primer, Ml dan M2 pada periode sebelum masuknya aliran modal luar negeri lebih efektif dibandingkan pada periode masuknya aliran modal luar negeri baik pada masa sebelum krisis (Januari 1990 sampai dengan Juli 1997) maupun pada masa setelah krisis (Agustus 1997 sampai dengan Desember 2002).
Kurang efektifnya kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia pada periode aliran modal masuk tersebut disamping dipengaruhi oleh aliran modal masuk yang menetralisir efek operasi pasar terbuka, antara lain juga disebabkan kurang stabilnya hubungan antara uang primer sebagai sasaran operasional operasi pasar terbuka dengan M1 dan M2 sebagai sasaran antara."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T12056
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadi
"Krisis tahun 1997 yang salah satu sumbernya diperkirakan berasal dari krisis nilai tukar bath Thailand, pada tahun 1998 menjalar ke Indonesia dan telah menyebabkan kontraksi pada perekonomian Indonesia hanya dalam waktu tidak lebih dari 1 tahun. Hal ini mempunyai dampak langsung terhadap penurunan investasi di Indonesia sampai saat ini.
Penelitian ini ingin menjelaskan secara empiris apakah kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank sentral setelah krisis (tahun 1997 sampai dengan tahun 2004) efektif dalam menghambat pelarian modal dan berhasil meningkatkan investasi di Indonesia yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan moneter (suku bunga, pinjaman luar negeri, harapan infiasi, kredit perbankan) belum dapat mendorong investasi di Indonesia.
Kemungkinan besar faktor diluar ekonomi seperti politik, keamanan, kepastian hukum, peraturan perundang-undangan sangat berpengaruh terhadap peningkatan investasi di Indonesia. (world Development Report, 2005)"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20010
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>