Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49554 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sihombing, Gabriel Partogi Hamonangan
"ABSTRAK
Indonesia ranks 4th in the largest populated country on earth, with having almost 255 million poeple. With that number also. Indonesia possesses one of the most diverse society in the world, with having numerous culture, communities, and tradition. That diversity is a part of Indonesia's heritage and pride. Indonesia strives to be a diverse, open, and tolerant society, as envisioned in the national slogan, Bhinneka TUnggal Ika, meaning Unity in Diversity. But the diversity in Indonesia is not always smooth as it might look like. This paper will discuss about the disparity among Indonesians. Particularly the Chinese Indonesian descendants who are legally Indonesians, yet face discrimination and victimization, as a part of the minority. This paper will also elaborate how Indonesia should pursue the tolerant society to pursue unity in diversity, in regards to fully accept Chinese Indonesian descendants as a part of Indonesia, healing the old collective wounds and tensions that still linger, and becoming a wholly great and open nation."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2017
330 ASCSM 39 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Hendra
"Pluralism and multiculturalism is not only a fact of life but also has become our national identity that grows and develops long before this nation merge into one unified whole, namely the Republic of Indonesia (NKRI). Despite the recent Indonesian nation incessantly beset by problems, either in the form of communal conflict, social injustice, equitable development, as well as repressive actions carried out by some groups or circles in the name of religion as legitimacy but nonetheless this nation stands firmly with the symbol and identity diversity. Currently and in the next 50 years, suppose the Indonesian people in both urban and rural areas do need the right choice amid national life increasingly disturbed due to popping conflicts that occur in many areas of the nation. Various theories and ideas have been studied and analyzed critically in order to uphold nation unity and religious tolerance in civilized cultural diversity. A civilized society need a frame of reference for understanding why social issues as well as the threat of national disintegration as a result of the eruption of the conflict in the form of ethnicity, religion, identity, and culture remains the case for nearly 72 years of Indonesian independence. Followed by what the best solution is expected."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM 40 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"[Budaya Indonesia tidak bisa dilepaskan dari budaya agama, bahkan budaya agama sudah mengakar sejak awal kedatangan generasi pertama di negeri ini. tapi dalam tahun-tahun belakangan ini agama sering dijadikan alat oleh sekelompok orang untuk melakukan tindak kekerasan, munculnya radikalisme, dan fundamentalisme yang menegasikan the other. Suatu fenomena yang sangat menyedihkan sekali, jika dibandingkan dengan kondisi kehidupan beragama di masyarakat Indonesia pada masa klasik. Dalam khazanah ilmu-ilmu social modern, agama ternyata tidak dikaitkan dengan konflik, melainkan lebih kepada integrasi dan harmoni. Di Indonesia agama, khususnya Islam telah menjadi satu dasar pemersatu yang penting, dan mampu beradaptasi dengan budaya setempat, sehingga agama menjadi system pemertahanan kultur dan harmoni. Selanjutnya agama Islam tidak hanya berfungsi sebagai priestly religion, sebagai penyanggsa status qua, tetapi ia juga berfungsi sebagai propethic religion, yang menjadi model mobilisasi massa untuk menggerakan perubahan. Tulisan ini bertujuan mendiskripsikan bagaimana nilai luhur dan ideal dalam agama pada masa klasik di Indonesia telah menjadi sumber pemertahanan kultur dan harmoni dalam relasi pergaulan sesama, yakni Indonesia yang bineka tunggal ika. Gambaran data sejarah agama pada masa klasik di Indonesia dipandang penting untuk merekonstruksi masyarakat Indonesia yang plural dan multikultural pada masa sekarang dan akan datang., Indonesian culture can not be separated from religious culture. Religious culture had been in this state since the first generation. But recently the face of moderate religion turned into a radical religion. The rise of radicalism is increasingly enforcing to negate the other.
In the discourse of modern social sciences, religion is not associated with the conflict, but rather to the integration and harmony. The religion in Indonesia, especially Islam is capable to adapt the local culture, thus showing a harmony. So the role of religion as an institution of the priesthood__creating a harmony in society at one hand__and on the other hand plays a role as a prophetic religion, as liberator force.
This paper aims to describe how the values ​​and ideals in religion have become a source of preservation of culture and harmony in Indonesian society as in the past and construct the plural dan muliticultural society in Indonesia in the future.]"
[, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia],
MK-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnul Fatonah
"Indonesia merupakan negara bhineka. Kebhinekaan memunculkan berbagai dinamika budaya. Konflik muncul karena pergesekan dalam ruang budaya yang beragam tersebut. Jika dibiarkan, konflik dapat berlangsung terus-menerus dan hal ini dikhawatirkan menjurus pada perpecahan bangsa. Sebuah upaya perlu dilakukan guna merawat persatuan dan kesatuan Indonesia. Beragam strategi bisa digerakan, baik struktural maupun kultural. Gerakan kultural yang bersifat praktis dapat dikerjakan masyarakat secara mandiri. Dongeng kebhinekaan merupakan strategi alternatif yang dapat dilakukan untuk merawat kebhinekaan di Indonesia. Tema kebhinekaan dimaksudkan untuk memperkenalkan dan memasukkan nilai-nilai keberagaman. Dongeng kebhinekaan berfokus pada pembentukan karakter anak. Anak-anak merupakan landasan dasar pembentukan mentalitas manusia sebelum tumbuh dewasa. Stimulasi melalui dongeng akan mampu merangsang kepekaan anak, khususnya saat berusia 3-7 tahun terhadap berbagai situasi sosial. Mereka akan belajar untuk lebih berempati pada sesama, mampu untuk mengidentifikasi diri dengan lingkungan sekitar, dan memosisikan diri di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang beragam. Dengan demikian, anak akan tumbuh dan berkembang jauh lebih baik."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2017
330 ASCSM 39 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vincentia Irmayanti Meliono
"The life of the Indonesian community that was plural and heterogeneous could cause and have an impact the view emergence that was positive or the negative towards that. The plurality and heterogeneity preferably should be not seen as two different poles but preferably that was responded to with the wise attitude. The phenomenon of Indonesia culture that was bipolar could be responded to with the human attitude through the studying process in understanding multiculturalism and education for the younger generation. Through multiculturalism and ethics consciousness, the person could learn to minimise the conflict that happened in Indonesia."
Depok: Departemen kewilayaan Fakultas ilmu Pengetahuan Budaya UI, 2009
360 JETK 1:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Leonardus Aditya Krisnadi
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pendidikan multikulturalisme Charles Taylor dapat menjadi strategi untuk melampaui narasi sinophobia di Indonesia. Narasi sinophobia di Indonesia telah lama hadir bahkan sejak era kolonial Belanda. Meskipun konstitusi Indonesia menekankan pentingnya penghargaan pada keberagaman, narasi sinophobia masih tumbuh subur di akar rumput. Untuk dapat melampaui narasi sinophobia maka penelitian ini menawarkan pendekatan pendidikan multikulturalisme yang dibahas oleh Charles Taylor. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan model penelitian filsafat mengenai masalah aktual. Penelitian ini menggunakan metode analisis historis dan refleksi kritis untuk membedah persoalan sinophobia di Indonesia secara mendalam. Dengan menggunakan metode analisis historis dan refleksi kritis, penelitian ini menyimpulkan bahwa narasi sinophobia adalah peninggalan dari kebijakan segregasi rasial yang terus melestarikan kecurigaan antar etnis dan merusak persatuan bangsa. Untuk menanggulangi dampak dari sinophobia maka dibutuhkan pendidikan multikulturalisme sebagai upaya menciptakan generasi muda yang menghargai keberagaman bangsa Indonesia tanpa terjebak pada stigma tertentu. Dalam pendidikan multikulturalisme terdapat dua aspek penting yaitu kurikulum yang berdasar pada pengakuan dan perwujudan penghargaan yang ideal sehingga kecurigaan antar masyarakat dapat digantikan dengan penghargaan pada keberagaman sebagaimana yang ditawarkan Charles Taylor.

This research aims to explain how Charles Taylor’s multiculturalism can be used as a strategy to overcome sinophobia narrative in Indonesia. Sinophobia in Indonesia has been present since the Dutch East Indies era. After Indonesia gained independence, the Indonesian constitution emphasizes the importance of tolerance and respecting diversity. Nevertheless, sinophobia still thrive in grassroots level. In order to overcome sinophobia, this research offers Charles Taylor’s multiculturalism education approach. This research is a philosophical research on actual problems. This research uses historical analysys and critical reflection as research method to deep dive on sinophobia problem in Indonesia. With historical analysys and critical reflection, this research conclude that sinophobia narrative is a legacy from racial segregation policy that preserved the interracial suspicion. To overcome the impact of sinophobia, multiculturalism education is needed to create a new generation that respect the diversity of Indonesia. In multiculturalism education, there are two important aspects: a curriculum based on recognition and the realization of ideal recognition, thus making the interracial suspicion can be replace with appreciation for diversity as envisioned by Charles Taylor."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Pati Hadikara
"Keberagaman merupakan suatu ciri khas identitas yang selalu melekat pada nilai-nilai sosial
budaya masyarakat Indonesia. Keberagaman juga menjadi motto bangsa Indonesia yang mempersatukan perbedaan yang ada, dalam nilai-nilai multikulturalisme. Namun pemahaman atas makna keberagaman ini tampak belum bisa membawa masyarakat Indonesia mengerti hingga ke akar pengertian atas keberagaman itu sendiri. Hingga sering sekali, kita melihat banyaknya perpecahan dan salah pengertian tentang bentuk keragaman yang ada didalam masyarakat Indonesia itu sendiri. Dengan demikian penulis mencoba untuk memberikan sedikit pandangannya terhadap persoalan atas ragam yang ada dengan menulis sebuah artikel ilmiah. Dengan menggunakan metode Dekonstruksi Jacques Derrida, teori Dekonstruksi Jacques Derrida digunakan dalam penelitian ini untuk membongkar dan merekonstruksi ulang makna keberagaman. Hal tersebut akan memperkaya pemahaman dan pengertian atas bentuk keberagaman yang ada di dalam masyarakat Indonesia itu sendiri. Dengan begitu masyarakat Indonesia dengan sendirinya bisa paham dan mengerti lebih baik tentang makna keberagaman. Dengan hasil penelitian bahwa perlunya rekonstruksi pemaknaan ulang makna keberagaman dengan sikap kritis, revitalisasi budaya hingga Pendidikan multikultural.
Diversity is a characteristic of identity that is always attached to social values Indonesian culture. Diversity is also the motto of the Indonesian nation which unites existing differences, in the values ​​of multiculturalism. However, this understanding of the meaning of diversity does not seem to be able to bring Indonesian people to understand the roots of the understanding of diversity itself. Until very often, we see many divisions and misunderstandings about the forms of diversity that exist within Indonesian society itself. Thus the author tries to provide a bit of his views on the problem of the existing variety by writing a scientific article. By using Jacques Derrida's Deconstruction method, Jacques Derrida's Deconstruction theory is used in this study to dismantle and reconstruct the meaning of diversity. This will enrich the understanding and understanding of the forms of diversity that exist within Indonesian society itself. That way the Indonesian people themselves can better understand and understand the meaning of diversity. With the results of the research that it is necessary to reconstruct the meaning of diversity with a critical attitude, cultural revitalization to multicultural education."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Azmah Ulya
"Latar belakang penelitian ini adalah untuk menjelaskan makna lampion merah dalam kebudayaan Cina di Jakarta. Setiap negara memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam kebudayaan Cina setiap warna memiliki maknanya masing-masing. Masyarakat Cina sangat percaya mengenai makna dari setiap warna, salah satunya adalah warna merah. Dalam kebudayaan Cina merah merupakan warna keberuntungan. Warna merah identik dengan hari-hari besar di Cina. Begitu pula dengan orang-orang Cina yang datang dan menetap di Indonesia, khususnya Jakarta. Kebanyakan masyarakat Cina memakai pakaian berwarna merah pada saat hari-hari besar, seperti pada saat perayaan tahun baru Imlek. Demikian pula oranamen-ornamen yang digunakan, seperti lampion merah. Lampion merah yang biasanya di gantungkan di depan pintu pada saat perayaan Imlek tidak hanya sebagai hiasan untuk memeriahkan perayaan Imlek saja, tetapi juga sebagi tanda keberuntungan dan kemakmuran.

The background of this research is to explain the meaning of red lanterns in Chinese culture in Jakarta. Every country have different culture. In Chinese culture, every colour has a meaning. Chinese people strongly belief regarding the meaning of each colour, one of them is red. In Chinese culture, red is a colour of fortune. Red identically with the major holidays in China. Likewise the Chinese people who came and lived in Indonesia, especially in Jakarta. Most of Chinese people wear red cloth during their major holidays, such as during the celebration of the Lunar new year. Likewise ornaments are used, such as red lanterns. Red lanterns that usually hung on the door during Chinese New Year celebrations are not just as decoration for the celebration of Chinese New Year, but also as a sign of fortune and prosperity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Dea Desita
"Batik merupakan warisan budaya leluhur bangsa Indonesia. Periode awal kemunculan batik erat hubungannya dengan masa kerajaan Majapahit dan penyebaran Islam di tanah Jawa. Motif batik secara general dapat dibagi menjadi dua, yaitu motif batik pedalaman (keraton) dan motif batik pesisir. Motif batik pedalaman biasanya bermotif simbolik geometrik, serta corak-corak yang yang memiliki makna tertentu. Batik pedalaman biasanya berwarna hitam, cokelat, biru atau putih. Sedangkan batik pesisir biasanya memiliki motif yang banyak dipengaruhi oleh negri lain karena daerah pesisir biasanya dijadikan tempat persinggahan oleh para saudagar asing. Motif batik pesisir yang mendapat pengaruh dari negri lain, antara lain : awan, burung phoenix, naga, gajah, dll. Warnanya pun biasanya berwarna terang. Salah satu batik pesisir yang terkenal di Indonesia adalah batik mega mendung, batik ini merupakan produk asimilasi budaya antara kebudayaan Cina dan Indonesia.

Batik is the ancestral heritage of Indonesia. The initial period of batik emergence is closely connected with the Majapahit empire and the spread of Islam in Java. Batik motifs in general can be divided into two, namely the inland batik motif (palace) and the coastal batik motifs. Inland batik motif is usually symbolic geometric motifs, and the motifs that have specific meanings. Batik inland usually black, brown, blue or white. Meanwhile, coastal batik motifs usually have a lot of other lands as influenced by coastal regions typically be a haven by foreign merchants. Coastal batik motifs from other lands influenced by, among other things: clouds, phoenix, dragon, elephant, etc.. The color is usually light. One of the famous coastal batik in Indonesia is a batik mega mendung, batik mega mendung is a product of cultural assimilation between Chinese and Indonesian culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"The life of the Indonesian community that was plural and heterogeneous could cause and have an impact the view emergence that was positive or the negative towards that. The plurality and heterogeneity preferably should be not seen as two different poles but preferably that was responded to with the wise attitude. The phenomenon of Indonesia culture that was bipolar could be responded to with the human attitude through the studying process in understanding multiculturalism and education for the younger generation. Through multiculturalism and ethics consciousness, the person could learn to minimise the conflict that happened in Indonesia."
JUETIKA
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>