Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150958 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Kadek Budi Artawan
"ABSTRACT
Joged Bumbung adalah salah satu bentuk karawitan Bali yang sangat populer saat ini. Kepopulerannya dalam seni pertunjukan tidak hanya dikenal oleh masyarakat Bali tetapi juga masyarakat Indonesia. Seni pertunjukkan Joged Bumbung memiliki fungsi utama sebagai hiburan, yang biasanya dipentaskan setelah melaksanakan upacara mepandes, pawiwahan, ulang tahun pemuda dan instansi lainnya. Fenomena dalam perkembangannya muncul berbagai bentuk baru dalam komposisi iringan tari Joged Bumbung yaitu digunakannya instrumen non tradisional Bali seperti xylophone, gitar bass elektrik, angklung kocok, kendang sunda, cymbal, dan tambourine. Perahu Layar merupakan salah satu iringan tari Joged dengan media ungkap gamelan Joged Bumbung yang dipadukan dengan intrumen non tradisional Bali. Iringan tari Joged Perahu Layar diciptakan pada tahun 2011 oleh Kadek Dwi Cipta Adi Kusuma. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini difokuskan sebagai berikut : 1) Bagaimana bentuk estetis lagu Perahu Layar Seka Joged Bumbung Cipta Dharma, 2) Bagaimana proses transformasi lagu Perahu Layar kedalam Seka Joged Bumbung Cipta Dharma, 3) Apa fungsi dan makna lagu Perahu Layar Seka Joged Bumbung Cipta Dharma. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang didukung dengan beberapa teori sebagai pembedah permasalahan antara lain: teori estetika, teori kreativitas, teori fungsi musik, dan teori semiotika. Dilihat dari segi bentuk iringan tari Joged Bumbung Perahu Layar tersebut menggunakan konsep Tri Angga yaitu kawitan, pangawak, dan pakaad. Bagian pangawak dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian cecelantungan dan bagian jaipongan. Pada bagian jaipongan Kadek Dwi Cipta Adi Kusuma menggunakan instrumen xylophone sebagai melodi pokok memainkan lagu Perahu Layar. Proses transformasi yang dilakukan Kadek Dwi Cipta Adi Kusuma yang menjadikan lagu Perahu Layar sebagai iringan tari Joged Bumbung memiliki proses diantaranya ekplorasi, improvisasi, dan pembentukan. Lagu Perahu Layar aslinya berasal dari Jawa Tengah, karya dari Ki Nartosabdo yang kemudian Kadek Dwi Cipta Adi Kusuma menjadikannya sebagai iringan tari Joged Bumbung. Suatu karya pastinya memiliki fungsi dan makna yang terkandung didalamnya. Iringan tari Joged Bumbung Perahu Layar memiliki fungsi sebagai pengungkapan emosional, fungsi sebagai hiburan, dan fungsi reaksi jasmani. Adapun makna yang terdapat dalam iringan tari Joged Bumbung Perahu Layar yaitu makna komunikasi, kreativitas, dan makna ekonomi.
"
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 KJSP 3:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Kadek Budi Artawan
"ABSTRAK
Joged Bumbung adalah salah satu bentuk karawitan Bali yang sangat populer saat ini. Kepopulerannya dalam seni pertunjukan tidak hanya dikenal oleh masyarakat Bali tetapi juga masyarakat Indonesia. Seni pertunjukkan Joged Bumbung memiliki fungsi utama sebagai hiburan, yang biasanya dipentaskan setelah melaksanakan upacara mepandes, pawiwahan, ulang tahun pemuda dan instansi lainnya. Fenomena dalam perkembangannya muncul berbagai bentuk baru dalam komposisi iringan tari Joged Bumbung yaitu digunakannya instrumen non tradisional Bali seperti xylophone, gitar bass elektrik, angklung kocok, kendang sunda, cymbal, dan tambourine. Perahu Layar merupakan salah satu iringan tari Joged dengan media ungkap gamelan Joged Bumbung yang dipadukan dengan intrumen non tradisional Bali. Iringan tari Joged Perahu Layar diciptakan pada tahun 2011 oleh Kadek Dwi Cipta Adi Kusuma. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini difokuskan sebagai berikut : 1) Bagaimana bentuk estetis lagu Perahu Layar Seka Joged Bumbung Cipta Dharma, 2) Bagaimana proses transformasi lagu Perahu Layar kedalam Seka Joged Bumbung Cipta Dharma, 3) Apa fungsi dan makna lagu Perahu Layar Seka Joged Bumbung Cipta Dharma. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang didukung dengan beberapa teori sebagai pembedah permasalahan antara lain: teori estetika, teori kreativitas, teori fungsi musik, dan teori semiotika. Dilihat dari segi bentuk iringan tari Joged Bumbung Perahu Layar tersebut menggunakan konsep Tri Angga yaitu kawitan, pangawak, dan pakaad. Bagian pangawak dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian cecelantungan dan bagian jaipongan. Pada bagian jaipongan Kadek Dwi Cipta Adi Kusuma menggunakan instrumen xylophone sebagai melodi pokok memainkan lagu Perahu Layar. Proses transformasi yang dilakukan Kadek Dwi Cipta Adi Kusuma yang menjadikan lagu Perahu Layar sebagai iringan tari Joged Bumbung memiliki proses diantaranya ekplorasi, improvisasi, dan pembentukan. Lagu Perahu Layar aslinya berasal dari Jawa Tengah, karya dari Ki Nartosabdo yang kemudian Kadek Dwi Cipta Adi Kusuma menjadikannya sebagai iringan tari Joged Bumbung. Suatu karya pastinya memiliki fungsi dan makna yang terkandung didalamnya. Iringan tari Joged Bumbung Perahu Layar memiliki fungsi sebagai pengungkapan emosional, fungsi sebagai hiburan, dan fungsi reaksi jasmani. Adapun makna yang terdapat dalam iringan tari Joged Bumbung Perahu Layar yaitu makna komunikasi, kreativitas, dan makna ekonomi."
Denpasar : Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia , 2017
700 KJSP 3:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Pande Sulistyas Agustina
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat objektifikasi yang terjadi pada perempuan penari dalam praktik budaya seni tari Joged Bumbung. Metode yang digunakan adalah etnografi feminis, yang bertujuan untuk melihat operasi gender dan distribusi kekuasaan yang terjadi di dalam masyarakat dan budaya di dalamnya. Ditemukan bahwa perempuan penari dalam kasus ini, terobjektifikasi secara seksual karena adanya sistem budaya patriarki, dan diperparah karena mekanisme pasar kapitalis. Temuan ini kemudian dilihat menggunakan perspektif feminis
radikal sebagai teori utama dalam menjelaskan fenomena yang ditemukan dan perspektif feminis sosialis sebagai teori pendukungnya
ABSTRACT
The purpose of this research is to see the objectification of woman dancer in the
traditional dance, Joged Bumbung. The method used in this research was feminist
ethnographic that was used to see the gender operation and the distribution of
power happened in the society and the culture within. It was that women dancer in
this case, was objectified sexually because of the patriacrchy system, and worsen
by the capitalistic market. This findings was analyzed using the radical feminist
perspective as the main theory and socialist feminist perspective as the supporting
theory.;The purpose of this research is to see the objectification of woman dancer in the
traditional dance, Joged Bumbung. The method used in this research was feminist
ethnographic that was used to see the gender operation and the distribution of
power happened in the society and the culture within. It was that women dancer in
this case, was objectified sexually because of the patriacrchy system, and worsen
by the capitalistic market. This findings was analyzed using the radical feminist
perspective as the main theory and socialist feminist perspective as the supporting
theory.;The purpose of this research is to see the objectification of woman dancer in the
traditional dance, Joged Bumbung. The method used in this research was feminist
ethnographic that was used to see the gender operation and the distribution of
power happened in the society and the culture within. It was that women dancer in
this case, was objectified sexually because of the patriacrchy system, and worsen
by the capitalistic market. This findings was analyzed using the radical feminist
perspective as the main theory and socialist feminist perspective as the supporting
theory.;The purpose of this research is to see the objectification of woman dancer in the
traditional dance, Joged Bumbung. The method used in this research was feminist
ethnographic that was used to see the gender operation and the distribution of
power happened in the society and the culture within. It was that women dancer in
this case, was objectified sexually because of the patriacrchy system, and worsen
by the capitalistic market. This findings was analyzed using the radical feminist
perspective as the main theory and socialist feminist perspective as the supporting
theory.;The purpose of this research is to see the objectification of woman dancer in the
traditional dance, Joged Bumbung. The method used in this research was feminist
ethnographic that was used to see the gender operation and the distribution of
power happened in the society and the culture within. It was that women dancer in
this case, was objectified sexually because of the patriacrchy system, and worsen
by the capitalistic market. This findings was analyzed using the radical feminist
perspective as the main theory and socialist feminist perspective as the supporting
theory.;The purpose of this research is to see the objectification of woman dancer in the
traditional dance, Joged Bumbung. The method used in this research was feminist
ethnographic that was used to see the gender operation and the distribution of
power happened in the society and the culture within. It was that women dancer in
this case, was objectified sexually because of the patriacrchy system, and worsen
by the capitalistic market. This findings was analyzed using the radical feminist
perspective as the main theory and socialist feminist perspective as the supporting
theory.;The purpose of this research is to see the objectification of woman dancer in the
traditional dance, Joged Bumbung. The method used in this research was feminist
ethnographic that was used to see the gender operation and the distribution of
power happened in the society and the culture within. It was that women dancer in
this case, was objectified sexually because of the patriacrchy system, and worsen
by the capitalistic market. This findings was analyzed using the radical feminist
perspective as the main theory and socialist feminist perspective as the supporting
theory.;The purpose of this research is to see the objectification of woman dancer in the
traditional dance, Joged Bumbung. The method used in this research was feminist
ethnographic that was used to see the gender operation and the distribution of
power happened in the society and the culture within. It was that women dancer in
this case, was objectified sexually because of the patriacrchy system, and worsen
by the capitalistic market. This findings was analyzed using the radical feminist
perspective as the main theory and socialist feminist perspective as the supporting
theory., The purpose of this research is to see the objectification of woman dancer in the
traditional dance, Joged Bumbung. The method used in this research was feminist
ethnographic that was used to see the gender operation and the distribution of
power happened in the society and the culture within. It was that women dancer in
this case, was objectified sexually because of the patriacrchy system, and worsen
by the capitalistic market. This findings was analyzed using the radical feminist
perspective as the main theory and socialist feminist perspective as the supporting
theory.]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S60601
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Intan Amyrantie
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manado: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995/1996
306 WUJ
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
Nasution, Isman Pratama
"ABSTRAK
Debus merupakan suatu bentuk permainan kekebalan yang dilakukan seseorang terhadap benda tajam. Permainan tersebut, kini lebih dikenal sebagai suatu bentuk kesenian yang unik dan langka, yang hanya dimiliki oleh beberapa wilayah tertentu saja di Indonesia. Adapun wilayah tersebut, diantaranya adalah Jawa Barat, Sumatera Barat dan Aceh.
Debus, timbul dan muncul di Jawa Barat sejalan dengan awal masuknya agama Islam. Debus sendiri sebenarnya lahir dari kebudayaan Islam untuk menarik, masyarakat memeluk agama Islam. Oleh karena itu, debus dikembangkan oleh para guru agama atau syeh yang menjadi pimpinan sLlatL(kelompok tarekat tertentu. Di Indonesia, khususnya di Jawa Barat, aliran tarekat yang mengembangkan debus ini adalah aliran tarekat Qadiriyah dan Pi-raiyah.
Pada masa kini, debus tetap eksis dan dapat disaksikan peragaan permainannya. keberadaan debus yang cukup unik ini, menarik untuk dikaji dan diamati. Da1am penelitian ini, pokok kajian tertuju pada masalah fungsi debus dalam sistem budaya masyarakat Banten dan proses perubahan yang dihadapi debus masa kini.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa keberadaan debus hingga kini dilandasi pada keberlangsungan fungsi debus sendiri yang masih dipertahankan, baik ke dalam sistem debus maupun ke luar yaitu sistem budaya masyarakat pendukungnya, Debus melakukan perubahan dan modifikasi, untuk tetap debus dapat bertahan dan menarik untuk disaksikan oleh masyarakat pada masa kini."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Wijanarko
"Close information system becomes a barrier for people to access information about the Keraton Yogyakarta. In this open and digital era, the Tepas Tandha Yekti (a division in the system of the Keraton administration) led by GKR Hayu has made the cultural information about the Keraton open. This paper is a report about how the Keraton of Yogyakarta has brought its cultural information via an open information system through digital media Facebook. This report also presents online responses on the presence of the Faeebook account of the Keraton Yogyakarta in 2016."
Yogyakarta: BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA D.I. YOGYAKARTA, 2017
400 JANTRA 12:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>