Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175187 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Lestari
"ABSTRAK
Studi ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012 untuk mengetahui sebaran terbaru Rafflesia zollingeriana dan struktur populasinya di Taman Nasional Meru Betiri. R. zollingeriana yang ditemukan sebanyak 19 populasi yang terdiri atas 26 koloni 152 individu. populasi R.zollingeriana dominan ditemukan di lereng bukit, jauh dari pantai. beberapa populasi berbeda di dekat pemukinan (kantong) dan di zona hutan dikat zona rehabilitasi. dari 19 populasi yang telah diamati, sembilan merupakan distribusi baru yang belum pernah didokumentasikan dan satu antaranya berada di luar kawasan TNMB . populasi tersebut terdiri atas bunga mekar ( 7,89%), kuncup hidup (63,16%) dan kuncup mati ( 28,95%). kuncup hidup dengan diameter 0,1-5 cm mendominasi populasi (50%), sedangkan kuncup yang siap mekar (diameter lebih dari 15 cm) hanya 0,42%. tingkat keberhasilan kuncup untuk mekar diperkirakan rendah, sehingga keberlanjutan populasi R. zollingeriana terancam dan perlu dilstarikan, baik secara in situ maupun ex situ. saran konservasi, baik secara in situ maupun ex situ disampaikan dalam makalah ini. "
Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, 2014
580 BKR 15:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Lestari
"Studi ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012 untuk mengetahui sebaran terbaru Rafflesia zolingeriana dan struktur populasinya di Taman Nasional Meru Betiri. R. zolingeriana yang ditemukan sebanyak 19 populasi yang terdiri atas 26 koloni dan 152 individu. Populasi R. zolingeriana dominan ditemukan di lereng bukit, jauh dari pantai. Beberapa populasi berada di dekat pemukiman (kantong) dan di zona hutan dekat zona rehabilitasi. Dari 19 populasi yang telah diamati, sembilan merupakn distribusi baru yang belum pernah didokumentasikan dan satu di antaranya berada di luar kawasan TNMB. Populasi tersebut terdiri atas bunga mekar (7,89%), kuncup hidu (63,16%) dan kuncup mati (28,95%). Kuncup hidup dengan diameter 0,1-5 cm mendominasi populasi (50%), sedangkan kuncup yang siap mekar (diameter lebih dari 15 cm) hanya 0,42%. Tingkat keberhasilan kuncup untuk mekar diperkirakan rendah, sehingga kebelanjutan populasi R.zolingeriana terancam dan perlu dilestarikan, beik secara in situ maupun ex situ disampaikan dalam makalah ini."
Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, 2014
580 BKR 17:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yudo Asmoro
"Unit geomorfologi merupakan faktor yang menentukan bentukan permukaan bumi yang berpengaruh terhadap tutupan lahan di atasnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tutupan lahan yang terdapat di setiap unit geomorfologi yang ada di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur menggunakan analisis yang berbasis Sistem Informasi Geografis. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan metode tumpang susun peta berdasarkan variabel ketinggian, lereng, bentuk medan, jenis batuan, struktur geologi, bentukan asal, pola aliran sungai yang mengacu kepada sistem klasifikasi ITC.
Dari hasil penampalan peta peta tersebut kemudian ditampalkan dengan peta tutupan lahan untuk melihat tutupan lahan yang ada di setiap. Unit geomorfologi yang terdapat pada kawasan TNMB adalah : unit geomorfologi vulkanik, unit geomorfologi struktural, unit geomorfologi fluvial, unit geomorfologi karst, dan unit geomorfologi marin. Sedangkan tutupan lahan yang terdapat pada kawasan TNMB adalah hutan primer, hutan sekunder, hutan mangrove, semak/belukar, perkebunan, pertanian lahan kering. sawah, tanah permukiman, rawa, dan padang rumput.

Geomorphological units are factors that determine the formation of the earth 39 s surface which affect of the land cover above its. The purpose of this study is to determine land cover at each geomorphological unit rsquo s in the Meru Betiri National Park East Java based on spatial analysis using Geographic Information System. The problems are solved by using overlaying methods based on variables such as altitude, slope, terrain shape, rock types, geological structure, formation the rock origin, the river pattern and refers to the ITC classification system.
From the results overlay map is then overlaying map with land cover map to seethe existing land cover on each unit of geomorphology. Geomorphological units contained in the Meru Betiri National Park are Volcanic units of geomorphology, Structural unit of geomorphology, Fluvial unit of geomorphology, units of Limestones unit of geomorphology, and Marine units of geomorphology. While land cover found in the Meru Betiri National Park is primary forest, secondary forest, mangrove forest, shrub scrub, plantation, dry land farming fields, opened land, settlements, swamps, and grasslands.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S70097
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Rini Wardani
"Penelitian ini membahas tentang perilaku adaptasikomunitas lokal di 3 desa penyangga kawasan Taman Nasional Meru Betiri setelah kegiatan DA REDD+ yang difokuskan pada dampak perilaku adaptif dan aksi adaptasi. Pendekatan penelitian mempergunakan kualitatif dengan jenis deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa adanya intervensi sosial pada Desa Curahnongko dan Andongrejo melalui program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh LSM lokal mampu meningkatkan perilaku adaptif dan aksi adaptasi komunitas lokal dalam upaya konservasi karbon hutan. Berbeda dengan Desa Wonoasri yang tidak mendapat intervensi sosial dari LSM lokal yang kegiatan pemberdayaan masyarakatnya tidak berjalan optimal.

This research is to describe the local adaption behavior in 3 villages buffering in Meru Betiri National Park following the DA REDD+ implementation which is concern on adaptive behavior impact and adaptation action. This research uses a qualitative approach with descriptive type. The result shows the effectiveness of social intervention by local NGO in Curahnongko and Andongrejo through the community development program can empower the adaptive behavior and local adaptation action to the forest carbon conservation. Different with Wonoasri which has no social intervention through the community development program from the local NGO not optimal implemented.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Kurniawan
"ABSTRAK
Penelitian mengenai struktur populasi Yaki (Macaca nigrescens) telah dilakukan pada hutan primer di Toraut dan hutan terganggu di sekitar Matayangan, Sub Seksi Konservasi Dumoga, Taman Nasional Bogani Nani Warta Bone, Sulawesi Utara dari bulan Juli sampai November 1998. Data yang diambil untuk penelitian struktur populasi Yaki (Macaca nigrescens) adalah jumlah individu berdasarkan umur clan jenis kelamin, jarak pengamat dari kelompok, ketinggian kelompok dari tanah, petunjuk terhadap pertemuan, waktu saat pengambilan data dimulai, waktu saat pengambilan data diakhini, gangguan hutan, clan keadaan lokasi pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi Yaki (Macaca nigrescens) di Toraut dalam keadaan stabil, sedangkan populasi di Matayangan walaupun masih dalam keadaan stabil, tetapi keberadaannya untuk jangka waktu yang panjang tetap terancam."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Kalima
"Rattan is a spiny climbing palm that grows into the canopy of the tropical rain forest using a climbing whip in the form of cirrus or flagella. The natural distribution of rattan is from Africa, India, Sri Lanka, China, Malay Peninsula, Indonesian Archipelago, Papua New Guinea until Australia and Fiji. There are 9 genera and about 300 species of rattans in the Indonesian Archipelago.
In the forest of Indonesia, rattan grows from the lowland until the mountain area, that is from 0 to 2,900 meters about sea level (m asl). Its habitat is mostly on most area with annual rainfall above 2,000 to 4,000 mm per year.
Almost all part of rattan canes are used by people surrounding forest area for many of their everyday life. For Indonesia, rattan is a non timber forest product that gives the greatest income to the economy of the country. The country supplies 90 % of the world demands on rattan cane as the raw material for furniture.
For a management of a forest, it is believed that much basic knowledge about the nature of the forest is needed. One of them is to develop the forest as a resource of cane industry in a sustainable way. For this purpose the composition, distribution and density of rattan species in Gunung Halimun National Park (TNGH) were studied as a model. To facilitate a familiarity to the identity of rattan in TNGH, a study on the rattan flora of Java have been conducted. Hence the purpose of the study is to provide a manuscript of a field guide book of the rattan flora of Java and a study of the species composition, density and distribution of rattan in TNGH.
Data were collected from December 1994 until May 1995. For the rattan Flora of Java, all specimens herbarium at Herbarium Bogoriense and Forest Research and Development Center and Nature Conservation were observed. Quantitative characters were noted and measured to create the identification key and description of the species. For species composition on rattan in TNGH, three areas were observed namely in Gunung (G.) Kencana, G. Pameungpeuk, and G. Pangkulahan using a continues square transect method, from elevation 800 - 1,400 m asl.
The result of the study shows that, there are five genera consisting of 24 species of rattan in Java: Korthalsia (two species), Ceratolobus (two species), Plectocomia (two species), Calamus (14 species) and Daemonorops (four species). It is found that, Ceratolobus glaucescens, C. pseudoconcolor and Plectocomia longistigma are not included in the previous study done by Backer and Bakhuizen van den Brink, Jr.(1968), however this study supports their opinion that Calamus spectabilis and Daemonorops palembanicus are not found in Java.
From three areas in TNGH, it was found that there are 13 species of rattans in the region. In terms of species richness and densities, G. Pameungpeuk comes first, follows by G. Pangkulahan and G. Kencana. Calamus heteroideus, C. javensis, Daemonorops melanochaetes, and Plectocomia elongata are dominant both in seedling and nature forms. The rattans are relatively abundant in the areas less than 1000 m asl. and decrease in number of species as well as the minimal population in the higher altitude. Calanms ornatus occures in 800 - 1,400 m asl., Daemonorops ruber in 800 - 1,500 m asl., D. oblongus in 800 - 1,400 m asl . According to previous studies by DransfieId (1974) and Mahyar (1983), they were found only from 0 - 800 m asl."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T3700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Broto Raharjo
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S31285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Toni
"Pengambilan data penelitian tentang perbandingan struktur komunitas karang batu di lereng terumbu Pulau Pramuka dan Pulau Penjaliran Timur, Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNLKS) telah dilakukan pada bulan Juni 2008. Penentuan stasiun penelitian dilakukan dengan cara haphazard selection. Penentuan jumlah unit kuadrat minimum di kedua lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode sampling dua tahap. Pengambilan data karang batu dengan menggunakan metode visual quadrat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah marga karang batu yang ditemukan di P. Pramuka sebanyak 14 marga yang termasuk ke dalam 7 famili, sedangkan 20 marga yang termasuk 10 famili terdapat di P. Penjaliran Timur. Acropora adalah karang batu utama penyusun ekosistem terumbu karang di P. Pramuka dan P. Penjaliran Timur karena memiliki Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi, yaitu sebesar 86, 10% dan 58, 63%. Indeks keanekaragaman, kemerataan, dan dominansi marga karang batu di P. Pramuka dan P. Penjaliran Timur berturut-turut adalah1,93; 0,73; dan 0,18, sedangkan di P. Penjaliran Timur sebesar 2,14; 0,71; dan 0,26. Tingkat kesamaan marga karang batu di P. Pramuka dan P. Penjaliran Timur, yaitu 75%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S31508
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Oktavia Almalisa
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>