Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133311 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Eviyati
"Desa Pajambon adalah pusat budidaya buah jambu biji di kabupaten Kuningan. Teknik budidaya dan penanganan pasca panen disana tidak berdasarkan Standar Operasi Prosedur (SOP) dan penanganan pascapanen yang baik (Good Handling Practices/GHP) seperti penggunaan pupuk yang kurang tepat, kesuburan tanah yang tidak optimal, pengendalian hama yang tidak tepat, dan penanganan pascapanen yang tidak terlaksana dengan baik. Sekarang ini penerapan SOP dan GHP pada teknik budidaya buah jambu biji yang akan menyebabkan produksi dan kualitas hasil panen yang optimal ini sangatlah rendah. Pengetahuan petani mengenai teknik budidaya dan penanganan pascapanen harus ditingkatkan. Metode yang digunakan dalam program ini melingkungi konseling, pelatihan, dan pendampingan. Hasil dari program ini diantaranya adalah petani memahami teknik pembudidayaan dan penanganan pascapanen sesuai dengan SOP dan GHP, hasil panen dari buah jambu biji mengalami peningkatan kualitas menjadi A (≥250 g), serta penurunan hasil panen buah jambu biji yang berkualifikasi C (149 g."
Bandung: Unisba Pusat Penerbitan Universitas (P2U-LPPM), 2017
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Star fruit is a type of fruit that is easily damaged and require a special postharvest handling. Some of the
postharvest handling efforts are by storing at low temperature storage and packaging. Storage at low temperature
can extend the shelf life and maintain the quality of the star fruit. The purpose of this study is to extend the shelf
life and maintain the quality of the star fruit, and to know a good packaging for the star fruit. The star fruit were
picked from the orchid in Tuban, East Java, and the treatment was conducted in the Postharvest Laboratory,
University of Trilogy. The research uses randomized complete block design of two factors. The first factor is the
temperature of storage consisting of 18oC temperature and room temperature, the second factor is the packaging
consists of styrofoam + plastic wrap, plastic, foamnet and paper). The data is processed by using the scoring
method and by collecting from the fixed-trained panelists. Data qualitatively transformed into quantitative data
by using the symbol numbers. The research shows that the star fruit which is stored at a temperature of 18oC can
extend the shelf life to 14 days after harvest (HSP) with the packaging by using styrofoam + plastic wrap, by using
plastics and foamnet (12 HSP) and by using paper (10 HSP). While the star fruit at room temperature storage,
with the packaging by using styrofoam + plastic wrap can extend the shelf life to 8 HSP, and by using foamnet,
plastics and paper to 6 HSP.
Belimbing merupakan buah yang mudah mengalami kerusakan, maka diperlukan upaya untuk penanganan
pascapanen yang baik. Salah satu upaya penanganan pascapanen yaitu dengan cara penyimpanan dengan suhu
rendah dan pengemasan. Penyimpanan dengan suhu rendah dapat memperpanjang masa simpan dan
mempertahankan kualitas buah belimbing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperpanjang masa simpan
dan mempertahankan kualitas buah belimbing serta mendapatkan cara pengemasan yang baik. Buah belimbing
dipetik di kebun Tuban, Jawa Timur dan perlakuan dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Universitas Trilogi.
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dua faktor. Faktor pertama yaitu suhu simpan terdiri atas (suhu
18oC dan suhu ruang), faktor kedua adalah pengemasan terdiri atas (styrofoam + plastik wrap, plastik, foamnet
dan kertas). Data skor diolah menggunakan metode skoring. Metode ini dengan cara mengumpulkan dari panelis
tetap yang terlatih. Data secara kualitatif dirubah menjadi data kuantitatif dengan menggunakan simbol angka.
Dari penelitian ini di dapatkan hasil bahwa buah belimbing yang disimpan pada suhu 18oC dapat memperpanjang
masa simpan sampai 14 hari setelah panen (HSP) dengan pengemasan styrofoam + plastik wrap, pada pengemasan
plastik dan foamnet (12 HSP) dan pengemasan kertas (10 HSP). Sedangkan buah Belimbing pada penyimpanan
suhu ruang, dengan pengemasan styrofoam + plastik wrap dapat memperpanjang masa simpan selama 8 HSP, dan
pada pengemasan foamnet, plastik dan kertas (6 HSP)."
Jakarta: Universitas Trilogi. Program Studi Agroekoteknologi, 2016
630 AGRIN 20:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Sinu
"Indonesia yang pembangunannya berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dengan dimensi pembangunan kerakyatan dalam usaha mengelola dan memanfaatkan surmber daya alam dalam rangka pembangunan ekonomi nasional telah mampu menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi yang semakin stabil dan dinamis. Rakyat baik yang berdiam di kota-kota besar maupun yang berdiam di pelosok-pelosok pedesaan meletakkan tumpuan harapannya dari sukses program pembangunan perekonomian nasional tersebut.
Titik berat dari pembangunan perekonomian nasional selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama (PJPT I) adalah pada sektor pertanian, karena itu sukses pembangunan perekonomian nasional yang saya maksudkan di sini adalah di sektor pertanian. Pembangunan di sektor ini telah mampu membawa perekonomian nasional memasuki kondisi swasembada pangan, khususnya beras, sejak Pelita IV, tepatnya tahun 1984. Lebih dari itu kenyataan yang terus dialami masyarakat petani Indonesia dewasa ini adalah bahwa pelbagai bentuk inovasi teknologi pembangunan pertanian seperti: intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi tersebar luas ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk di dalamnya wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), propinsi yang sebagian wilayahnya berlahan kritis. "
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naimatul Khoiriyah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik hayati, kimia dan metode konservasitanah terhadap hasil kentang di andisol, serta hubungan hasil kentang dan serapan P dengan perlakuan pupukorganik hayati, kimia dan metode konservasi di andisol. Penelitian dilakukan bulan Maret-Desember 2017 di DesaPandansari, Paguyangan, Brebes dan Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas JenderalSoedirman, Purwokerto. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAK faktorial dengan tiga faktor. Faktorpertama yaitu pupuk organik (P) dengan 6 taraf terdiri dari P1 (kontrol), P2 (POH 20 ton/ha), P3 (POH 15 ton/ha),P4 (POH 10 ton/ha), P5 (POH 5 ton/ha) dan P6 (POH 2,5 ton/ha). Faktor kedua adalah pupuk kimia (K) dengan 4taraf yaitu K1 (kontrol), K2 (dosis anjuran dan 200 kg kapur), K3 (1/2 dosis anjuran dan 200 kg kapur) dan K4(1/4 dosis anjuran dan 200 kg kapur). Faktor ketiga yaitu lereng dengan 3 taraf, yang terdiri dari L1 (kontrol), L2(bedengan sejajar kontur miring 10%) dan L3 (bedengan sejajar kontur). Variabel yang diamati yaitu tinggitanaman, jumlah daun, hasil kentang, pH H2O, dan serapan P. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organikhayati dan kimia dengan metode konservasi tanah berpengaruh terhadap hasil kentang di andisol dan terdapathubungan korelasi antara hasil kentang dan serapan P."
Universitas Jenderal Soedirman. Fakultas Pertanian, 2018
630 AGRIN 22:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cungki Kusdarjito
"ABSTRAK
Selama ini, kemajuan pembangunan suatu negara digambarkan sebagai tahapan-tahapan perkembangan secara horizontal, dari pertanian, industri dan jasa. Transformasi dapat dilakukan ketika terjadi pemindahan kelebihan tenaga kerja sektor pertanian di pedesaan ke sektor industri di perkotaan tanpa mengurangi output di sektor pertanian. Pendekatan ini mendasarkan pada perkembangan revolusi industri 1.0 dan 2.0 Ketika industrialisasi berjalan, terjadi perpindahan penduduk dari desa ke kota. Untuk memasuki industrialisasi, suatu negara harus menyiapkan basis industrinya agar menjadi negara maju seperti yang dilakukan Jepang, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa. kondisi ini menekan kemajuan negara-negara yang terlambat melakukan industrialisasi dan mereka akhirnya hanya berperan sebagai penyedia bahan mentah. Pendekatan yang bersifat dualistik tersebut saat ini sudah ditinggalkan seiring dengan kemajuan teknologi informas, komunikasi dan transportasi. Pendekatan saat ini adalah melalui Global Value Chain (GVC). Negara berkembang dapat mengintegrasikan perekonomian dalam GVC tanpa harus membangun seluruh basis industrinya. Semenjak tahun 1990-an, beberapa negara berkembang mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Melalui GVC, transpormasi vertikal di dalam beberapa sektor juga dapat dilakukan, sehingga suatu negara dapat memilih spesialisasinya. Transformasi vertikal juga memungkinkan penerapan industri 4.0, berjalan bersamaan dengan tahapan indsutri sebelumnya dalam satu waktu. Permasalahan yang dihadapi, pemikiran dan teori ekonomi yang dipakai saat ini berbasis pada pemikiran tahun 1850an sampai dengan tahun 1950-an sehingga tidak sesuai lagi dengan kondisi terkini yang sesuai dengan industri 4.0."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2019
330 ASCSM 44 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian,
630 WPPP
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Perkasa RNT
"Produksi benih secara in vitro dapat dijadikan metode alternatif dalam perbanyakan benih sumber kultivar unggul, namun penelitian penggunaan zat pengatur tumbuh yang tepat dalam mendukung regenerasi dan enkapsulasi pada kultivar ini belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi TDZ dan NAA pada media dasar MS dan vitamin dari media B5 terbaik dalam regenerasi eksplan embryonic axis dan menentukan apakah metode enkapsulasi yang digunakan dapat mengenkapsulasi eksplan kedelai kultivar Rajabasa secara in vitro dengan baik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, yang berlangsung dari bulan Mei hingga Agustus 2014. Eksplan yang digunakan adalah embrionic axis kedelai kultivar Rajabasa. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap. Media yang digunakan adalah MS dan Vitamin dari media B5 dengan penambahan zat pengatur tumbuh TDZ (0 mg L-1; 0,01 mg L-1; 0,1 mg L-1; 1,0 mg L-1) dan NAA (0 mg L-1; 0,01 mg L-1; 0,1 mg L-1; 1,0 mg L-1), kemudian tahap kedua dilakukan enkapsulasi pada eksplan hasil regenerasi menggunakan Na-Alginat 4% + CaCl2.2H2O 100 mM. Perlakuan yang terbaik diperoleh pada perlakuan TDZ 0,01 mgL-1 + NAA 0 mgL-1, tetapi tahap enkapsulasi yang dilakukan belum mampu mengenkapsulasi eksplan hasil regenerasi secara in vitro dengan baik.

In vitro seed production can be used as an alternative method in seed multiplication of superior cultivars sources, but the research concerning the use of the growth regulators to support regeneration and encapsulation in this cultivar has never been done. The objective of this experiments is to find out the best combination of TDZ and NAA on medium MS + vitamin from medium B5 in the regeneration of embryonic axis explant and determine the encapsulation method used in this research that can encapsulate soybean cv Rajabasa in vitro. Current research was carried out from May to August 2014 at Tissue Culture Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran. The explants used in the research are embryonic axis of Rajabasa soybean cultivar. Its experimental design was a Completely Randomized Design (CRD). The used medium was MS and vitamin from medium B5 with the addition of growth regulators TDZ (0 mgL- 1; 0.01 mgL- 1; 0.1 mgL- 1; 1.0 mgL- 1) and NAA (0 mgL- 1; 0.01 mgL- 1; 0.1 mgL- 1; 1.0 mgL- 1). Second stage of encapsulation in explants regenerated using Na-Alginate 4% + CaCl2.2H2O 100 mM. The best treatment was obtained on combination of TDZ 0,01 mgL-1 + NAA 0 mgL-1, but the encapsulation stage in this research has not been able to encapsulates regenerated explants in vitro.
"
Bogor: Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, 2016
630 AGRIN 20:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Noor
Jakarta: Rajawali, 2007
630 MUH r (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Asih K. Karjadi
"ABSTRAK
Tanaman bawang merah (Allium ascolonicum L) termasuk dalam genus Allium sp yang diperbanyak secaravegetatif melalui umbi. Perbanyakan benih bawang sudah dilakukan secara in vitro (konvensional), untuk tujuanpeningkatan mutu atau hanya perbanyakan tanaman . Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur JaringanBalai Penelitian Tanaman Sayuran, pada bulan Februari sampai Agustus 2014. Untuk menghasilkan tanamanbebas penyakit terutama virus dapat digunakan teknik kultur jaringan yang dikombinasikan dengan perlakuanpemanasan. Penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh pemanasan dan sumber eksplan terhadap pertumbuhandan perkembangan eksplan bawang merah.. Perlakuan pemanasan bahan eksplan bawang merah dilakukan secarabertahap selama 4 minggu, masing-masing 1 minggu untuk suhu (30, 33, 35 dan 37 oC). Media yang dipergunakanuntuk penumbuhan eksplan adalah MS + MS vits + sucrose 30 g/l + IAA 2 mg/l + Kinetin 2 mg/l + GA3 0.01mg/l agar gelgro 2 g/l pH 5.7. Penelitian terdiri dari 2 kegiatan yaitu Perlakuan pada cv. Pikatan, dan pada cv.Bima Brebes. Sebagai eksplan dipergunakan yaitu (1/3 bulb/ umbi) dan (shoot tip/ jaringan meristematik denganbeberapa daun primordia). Perlakuan eksplan yang digunakan yaitu tanpa pemanasan dan dengan pemanasan.Pertumbuhan dan perkembangan dari planlet diamati pada penelitian ini. Hasil dari penelitian menunjukkanbahwa perlakuan pemanasan bahan eksplan bawang merah cv. Bima Brebes, belum menurunkan persentase planletyang terinfeksi virus. Eksplan (1/3 bulb) dan (shoot tip), mempunyai pertumbuhan eksplan diatas 50%. Umumnyasemakin kecil eksplan persentase planlet abnormal semakin tinggi. Kontaminasi kultur umumnya disebabkanbakteri dan jamur yang terbawa dari eksplan (endogen). Perlakuan pemanasan bahan eksplan bawang merah secaravisual tidak berpengaruh pada persentase pertumbuhan dan persentase kultur terkontaminasi."
Universitas Jenderal Soedirman. Fakultas Pertanian, 2018
630 AGRIN 22:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ronni Rens Mankin
"RINGKASAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan informasi tentang hubungan dan pengaruh dari faktor-faktor pendidikan, pendapatan kotor petani dan rasio jumlah tanggungan petani dengan luas tanah garapannya terhadap terjadi dan meluasnya tanah kritis yang dalam hal ini diidentifikasi berupa padang alang-alang. Padang alang-alang diduga sebagai hasil pembukaan hutan yang merupakan salah satu hasil kegiatan yakni perladangan berpindah yang sampai sekarang masih banyak dilakukan didaerah pedesaan di luar pulau Jawa.
Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan para petani peladang dan pengamatan di lapangan pada sampel bekas tanah ladang yang pernah dikerjakan terakhir kalinya. Pengambilan sampel dilakukan terhadap semua bekas tanah ladang didaerah desa Tumbang Tahai dan daerah desa Marang Kecamatan Bukit Batu, Kotamadya Palangka Raya, Propinsi Kalimantan Tengah.
Dengan bertitik tolak pada pandangan bahwa padang alang-alang dapat dikategorikan sebagai tanah kritis yang ditinjau dari segi pertanian secara potensial tidak dapat menjalankan salah satu atau beberapa fungsinya yakni unsur produksi pertanian, media pengaturan tata air dan media perlindungan alam lingkungan, maka ditarik hipotesis pertama bahwa di kedua daerah desa itu terdapat hubungan dan pengaruh faktor pendidikan, pendapatan kotor petani, dan rasio jumlah tanggungan petani dengan luas tanah garapannya terhadap terjadinya dan meluasnya tanah kritis, dan hipotesis kedua adalah bahwa pengaruh faktor pendidikan yang rendah dari para petani merupakan faktor yang terbesar pengaruhnya.
Hasil analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga faktor yang diduga tersebut secara bersama-sama berpengaruh, tetapi secara sendiri-sendiri justru faktor pendidikan tidak cukup kuat menunjukkan adanya pengaruh yang berarti. Ternyata pengaruh yang paling besar adalah dari faktor pendapatan kotor petani. Kemudian dari hasil perbandingan terhadap kedua daerah desa tersebut,ternyata pengaruh letak geografis daerahnya, adanya kesempatan kerja di luar sektor pertanian,dan banyaknya jumlah tanggungan petani serta luas tanah garapannya, mempengaruhi pula terhadap besarnya pengaruh faktor faktor tersebut.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk mencegah atau paling tidak mengurangi terjadinya tanah kritis antara lain adalah (1) memberikan bimbingan dan penyuluhan lebih intensif bagi para petani peladang, khususnya di daerah terpencil dan terisolasi, (2) memberikan perhatian khusus terhadap daerah-daerah yang memiliki tanah kritis dan potensial menjadi lebih luas dengan cara melakukan perbaikan dan perluasan prasarana dan sarana kehidupan, dan (3) mengusahakan terciptanya lapangan kerja di luar sektor pertanian lebih luas.
Penelitian lebih lanjut yang perlu dilakukan adalah meneliti lagi faktor-faktor yang diduga berpengaruh dengan memasukkan pula faktor lain dan menerapkannya pada daerah yang lebih luas dan berbeda.
"
1985
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>