Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99698 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Komang Ayu Anantha Putri
"ABSTRACT
Anak Agung Gede Oka Dalem seniman tari kelahiran 3 Mei 1954, Oka Dalem disebut sebagai tokoh penggerak karena beliau mampu berkreativitas, mengkoordinir para seniman, serta terus berinovasi menjadikan pertunjukan pariwisata yang maju dan eksis. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai bintang panggung, seoarang guru yang mampu memberi contoh dan pengelola seni yang baik bagi kelima sekaa yang benaung, sehingga dengan manajemen seni yang professional Oka Dalem dapat mendatangkan banyak manfaat bagi para masyarakat yang tergabung dalam lima sekaa yang secara bergantian pentas regular di wadah seninya. Sangat jarang terdapat seniman tari yang mampu menjadikan seni sebagai mata pencaharian utama, seperti yang dilakukan Oka Dalem yang mampu hidup sejahtera berkat sebuah pertunjukan pariwisata yang beliau kelola.
Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah karya tulis yang mampu digunakan sebagai informasi tentang tokoh seniman yang mampu memanajemen dan menggerakkan seni pertunjukan wisata, khususnya. di Desa Peliatan Ubud. Terdapat tiga pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini. Pertama yaitu bagaimana riwayat kehidupan dari Oka Dalem yang menggiring dirinya untuk menjadi seoarang seniman dan tokoh yang berpengaruh di Desa Peliatan, kedua yaitu bagaimana motivasi Oka Dalem dalam mengelola seni pertunjukan pariwisata di Desa Peliatan, Ubud, Gianyar, Ketiga yaitu apa saja kontribusi A.A Gede Oka Dalem sebagai tokoh penggerak seni pertunjukan pariwisata di Desa Peliatan, Ubud ,Gianyar. Adapun teori yang digunakan untuk membedah ketiga rumusan masalah tersebut adalah teori tokoh egoistik, teori motivasi kerja, teori professional dan teori estetika.
Sebagai tokoh penggerak, Oka Dalem juga mampu berkreativitas dan berinovasi dengan memberikan ruang dan kesempatan bagi semua anggota sekaa melalui wadah seni yang benama Balerung Mandera Srinertya Waditra. Wadah seni ini merupakan bukti nyata seoarang tokoh penggerak yang mampu menjadi fasilitator yang hebat, karena beliau tidak hanya mampu mendirikan wadah seni, melainkan mampu mengelola sekaa yang bernaung di dalamnya serta menjadikan wadah seni tersebut terkenal sampai menjadi sumber mata pencaharian tambahan bagi masyarakat pendukungnya."
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 KJSP 3:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Sustiawati
"ABSTRAK
Pencatuman seni dalam program-program pendidikan dapat difungsikan untuk membantu pendidikan, khususnya dalam usahanya untuk menumbuhkembangkan peserta didik agar menjadi utuh, dalam arti cerdas nalar serta rasa, sadar rasa kepribadian serta rasa sosial, dan cinta budaya bangsa sendiri maupun bangsa lain. Localgenius knowledge atau pengetahuan kearifan lokal Bali sebagai identitas/kepribadian budaya bangsa wajib dilestarikan dan ditransformasikan sejak pendidikan usia dini melalui pengalaman belajar seni untuk menjadikan siswa mampu mewarisi dan mempertahankan nilai-nilai luhur kearifan lokal budaya Bali sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Tujuan penelitian ini teridentifikasinya potensi localgenius Bali sesuai dengan topik dan tema kurikulum sekolah dasar sebagai sumber pengembangan desain pembelajaran seni tari di sekolah dasar berpendekatan Integrated Learning. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan pendekatan Research and Development (R&D). Penelitian tahun pertama ini diawali dengan research melalui beberapa tahapan yaitu (1) analisis kebutuhan; (2) analisis kurikulum di sekolah dasar; (3) analisis potensi localgenius Bali; (4) analisis komparasi antara hasil analisi kebutuhan, kurikulum sekolah dasar dan potensi localgenius Bali. Teknik pengumpulan data digunakan studi pustaka, wawancara, observasi, dokumentasi dan diskusi terarah, serta analisis datanya digunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan, hasil analisis kebutuhan bahwa adanya fenomena rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air semakin menipis, maka hasil analisis kurikulum dipilihlah tema 3 yaitu Hidup Rukun dan tema 5 yaitu Bangga Sebagai Bangsa Indonesia di kelas 5 sekolah dasar. Hasil analisis Localgenius Bali, dipilih seni tradisi Bali yang masih lestari dan sarat dengan nilai-nilai luhur religius, etika, estetika, bela negara dan kepahlawanan, yaitu (1) Gebug Seraye (mewakili Bali Timur/Kabupaten Karangasem); (2) Med-medan (mewakili Bali Selatan/Kota Denpasar); (3) Megoak-goakan (mewakili Bali Utara/Kabupaten Buleleng); dan (4) Makepung (mewakili Bali Barat/Kabupaten Jembrana)."
Denpasar: Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Dyan Ratna
"ABSTRACT
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk dapat mengetahui dan memahami Tek Tok Dance sebagai seni pertunjukan pariwisata baru di Bali. Penelitian yang berlokasi di Puri Kantor, Ubud, Bali ini dilakukan karena adanya ketimpangan antara asumsi dan kenyataan di lapangan. Pada umumnya di Bali berkembang seni pertunjukan pariwisata antara lain : Cak Dance, Legong Dance, dan Barong Dance. Tetapi kenyataannya ini berbeda. Pertanyaannya: (1). Bagaimana bentuk pertunjukan Tek Tok Dance di Puri Kantor, Ubud?, (2). Mengapa Puri Kantor Ubud menciptakan Tek Tok Dance?, dan (3). Apa kontribusinya bagi Puri Kantor, masyarakat, dan industri pariwisata di Bali?
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah pertunjukan Tek Tok Dance itu sendiri, para informan, buku-buku, dan jural terkait. Seluruh data yang telah dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan studi kepustakaan dianalisis secara kritis dalam perspektif kajian budaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1). Sebagai sebuah seni pertunjukan pariwisata baru, Tek Tok Dance disajikan dalam bentuk dramatari. Hal itu dapat dilihat dari cara penyajian, koreografi, struktur pertunjukan, lakon, tata rias busana, dan iringan musik pertunjukannya, (2) Puri Kantor di Ubud menciptakan Tek Tok Dance pads tahun 2013 karena adanya peluang pasar dan potensi berkesenian masyarakat setempat yang memadai, (3) Muncul dan berkembangnya Tek Tok Dance sebagai sebuah seni pertunjukan pariwisata baru di Bali berkontribusi positif bagi kehidupan ekonomi, sosial, budaya masyarakat setempat,para pihak terkait, dan pengayaan bagi industri
pariwisata Bali."
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 KJSP 3:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Sudarma
"Tari Babuang adalah bentuk tari wali yang sangat disakralkan oleh masyarakat Desa Pakraman Pengotan- Bangli. Tarian ini hanya dapat dipentaskan oleh sekaa teruna dari Desa Pengotan Bangli-pada ritual Bhatara Dalem Pingit. Prosesi pementasannya adalah Pider sekar, ngastawa di Pelinggih Sanggar Tawang, sesolahan tari Babuang, dan perang papah Biu.
Tari Babuang pada ritual Bhatara Dalem Pingit memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi keagamaan, fungsi estetika, dan fungsi inklusi sosial. Fungsi agama, tari Babuang adalah bentuk persembahan untuk para leluhur yang tinggal di Gunung Airawang (Gunung Abang), dan manifestasi dari Tuhan yang tinggal di pura Tuluk Biu. Fungsi estetikanya terkait dengan nilai kesucian (sivam), kebenaran (satyam) dan keseimbangan atau harmoni (sundaram). Sebaliknya, fungsi inklusi sosial, tarian ini digunakan sebagai sarana membina solidaritas di antara masyarakatnya.
"
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
R.M. Soedarsono
Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990
792.09598 SOE s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Viewed from the perspective of art and culture, in general the province of Nusa Tenggara Barat (NTB) has a very pluralistic cultural diversity, in addition to art and culture that are rooted in tradition and culture of Sasak, there are also art traditions rooted in the cultural traditions of other ethnic which have occupied especially the territory of Lombok and Mataram in the periods of long enough time. The plurality of cultural traditions when explored and developed more broadly becomes an additional point for NTB in the development of the tourism industry. Of the various forms of artistic cultural traditions, the Balinese performing arts is one of art forms that developes in the city of Mataram and has quite high potency if it is involved in the tourism industty. Appeals for more highlighting the indigenous cultural traditions of Sasak people causes the marginalization of Balinese arts and gives very small chance to participate actively in the world of tourism development efforts in Mataram. This phenomenon is examined in this study, particularly related to the issues presented, namely, the role of government, community and tourism components in exploiting the potency of traditional performing arts in the tourism industry as well as the conception of the shape and structure of the traditional performing arts in the tourism industry in the city of Mataram."
MUDRA 31:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Nurjaya
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S48056
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Ruastiti
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk memahami makna Tari Sang Hyang Dedari yang kini sering disajikan dalam konteks pariwisata di Puri Saren Agung Ubud, Bali. Padahal Tari Sang Hyang Dedari merupakan sebuah tari upacara untuk memohon keselamatan bagi masyarakat setempat. Sebagai sebuah tari upacara, Tari Sang Hyang Dedari semestinya hanya disajikan di pura dalam konteks upacara saja. Namun kenyataannya di Puri Saren Agung Ubud berbeda. Untuk itu, penelitian yang berlokasi di Puri Saren Agung Ubud ini akan mengkaji permasalahan tentang: (1) mengapa Puri Saren Agung Ubud menyajikan Tari Sang Hyang Dedari dalam konteks pariwisata?; (2) bagaimana mereka menyajikan?; dan (3) bagaimana Puri Saren Agung Ubud memaknai Tari Sang Hyang Dedari tersebut?
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dalam perspektif cultural studies yang dianalisis dengan teori dekonstruksi, teori estetika postmodern, teori praktik, dan teori relasi kuasa pengetahuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Puri Saren Agung Ubud menyajikan Tari Sang Hyang Dedari dalam konteks pariwisata karena dilatari adanya peluang pasar yakni berkembangnya industri pariwisata di Ubud serta adanya potensi kesenian masyarakat yang memadai untuk menampilkan seni pertunjukan pariwisata (2) Puri Saren Agung Ubud menyajikan Tari Sang Hyang Dedari untuk pariwisata dalam bentuk tari kreasi baru pelegongan yang konsep penciptaannya merupakan pengembangan bentuk estetika pertunjukan Tari Sang Hyang Dedari untuk upacara; (3) Puri Saren Agung Ubud memaknai pertunjukan Tari Sang Hyang Dedari dalam konteks pariwisata terebut sebagai sebuah kreativitas seni, produk pariwisata bernilai ekonomi, sebagai pengikat relasi sosial masyarakat yang berimplikasi pada pelestarian seni pertunjukan tradisional di daerah tersebut pada era global."
Denpasar: Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hoetink, B.
Depok: Masup Jakarta, 2007
959.8 HOE n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Perkembangan Pariwisata di Bali sangat cepat pengaruhnya bagi penduduk di Desa Peliatan. Ini tampak pada masyarakat yang mulai mengalihkan mata pencahariannya dari pertanian ke sektor pariwisata yang Iebih memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satunya memanfaatkan lahan untuk mendirikan pondok wisata (home stay). Salah satu aktivitas masyarakat dalam merespons kegiatan pariwisata tersebut adalah menggunakan tempat tinggalnya sebagai akomodasi bagi para wisatawan, Rumah penduduk tersebut kemudian dikomodifikasi menjadi pondok wisata bagi wisatawan. Pergeseran rumah penduduk menjadi pondok wisata tampak pada penataan bangunan seperti dapur menjadi garase dengan tujuan membcrikan fasilitas yang lebih kepada wisatawan. Bangunan-bangunan lain mulai betmunculan, bahkan kebun yang menjadi salah satu aspek palemahan yang dipercayai oleh masyarakat Bali sebagai salah satu aspek dari konsep Tri Hita Karana dimanfaatkan untuk fasilitas akomodasi wisatawan. Dengan demikan telah terjadi pergeseran terhadap konsep Tri Hita Karana.
Palemahan; pondok wisata; banjar tebesaya; tri hita karana"
JPSNT 20:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>