Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190718 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Helvira Novianti Pratiwi
"Fenomena bullying pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif cukup menghawatirkan. Hal tersebut dapat disebabkan karena kurangnya keterampilan kerjasama yang dimiliki anak berkebutuhan khusus. Keterampilan kerjasama diasumsikan memiliki hubungan dengan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Penelitian yang bersifat korelasional ini menggunakan sampel anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah dasar inklusif negeri maupun swasta dengan rentang usia middle childhood atau 6-12 tahun sebanyak 108 partisipan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Social Skills Improvement System Gresham Elliot, 2008 dan Friendship Quality Questionaire Parker Asher, 1993.
Hasil analisis korelasional keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan. Dengan kata lain, semakin tinggi keterampilan kerjasama anak berkebutuhan khusus, maka akan semakin tinggi pula kualitas pertemanan yang dimiliki. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan berdasarkan jenis kelamin. Hasil analisis menunjukkan bahwa anak perempuan memiliki keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan yang lebih tinggi daripada anak laki-laki. Orang tua dan guru di sekolah dasar inklusif disarankan untuk mengembangkan keterampilan kerjasama guna meningkatkan kualitas pertemanan anak berkebutuhan khusus.

The rate of bullying against children with special needs in inclusive primary schools is highly alarming. Children with special needs are at greatest risk of being bullied because they typically lack of cooperation skills. It is assumed that cooperation skills would determine the quality of friendship in children with special needs.The purpose of this study is to examine whether there is a correlation between cooperation skills and the quality of friendship in children with special needs in in inclusive primary schools. This correlational study used a sample of children with special needs who attend inclusive primary schools. They were in middle childhood, aged 6 to 12 years. In total, 108 participants were involved for this study. Social Skills Improvement System Gresham Elliot, 2008 and Friendship Quality Questionaire Parker Asher, 1993 were used as research instruments.
The findings of this study indicate that there is a positive and significant correlation between cooperative skills and the quality of friendship in children with special needs. In other words, it appears that higher cooperation skills lead to a high quality friendship in special needs children. Moreover, this study found that cooperation skills and the quality of friendship in special needs children would vary significantly by gender. Girls reported to have better cooperation skills, thus having a higher quality of friendship than boys.The results advocate that developing cooperation skills for children with special needs is important because it helps them build friendships in an inclusive environment. They provide an insight to parents and teachers in inclusive primary schools that these cooperations skills should be reinfornced to maintain quality of friendship in children with special needs.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Putri Anandiva
"Kualitas pertemanan merupakan hal yang paling penting untuk dilihat dalam meneliti mengenai pertemanan anak-anak, termasuk anak berkebutuhan khusus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara keterampilan komunikasi dan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat perbedaan kualitas pertemanan dari anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif berdasarkan jenis kelamin. Dalam penelitian ini, keterampilan komunikasi diukur dengan menggunakan alat ukur Social Skills Improvement System SSIS dimensi komunikasi yang dikembangkan oleh Gresham dan Elliott 2008, sedangkan kualitas pertemanan diukur dengan menggunakan alat ukur Friendship Quality Questionnaire FQQ yang dikembangkan oleh Parker dan Asher 1993. Partisipan dari penelitian ini adalah anak berkebutuhan khusus yang berusia antara 7 hingga 12 tahun, hanya memiliki satu jenis kebutuhan khusus, memiliki tingkat gangguan yang tergolong ringan, dan memiliki kemampuan membaca N = 108. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan komunikasi dan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Dengan kata lain, semakin tinggi keterampilan komunikasi dari anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif, semakin tinggi pula kualitas pertemanannya. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari kualitas pertemanan anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif berdasarkan jenis kelamin.

Friendship quality is the most important thing to be seen when studying about friendship of children, including children with special needs. The aim of this study was to examine the relationship between communication skills and friendship quality among children with special needs in inclusive primary school. This study was also aimed to examine the difference of friendship quality of children with special needs in inclusive primary school by gender. In this study, communication skills was measured by the communication dimension of Social Skills Improvement System SSIS Gresham Elliott, 2008, meanwhile friendship quality was measured byFriendship Quality Questionnaire FQQ Parker Asher,1993. Participants of this study consisted of children with special needs aged between 7 and 12 years, only have one type of special needs, have a mild level of disability, and have the ability to read N 108 . This study was a correlational study which was conducted with a quantitative approach. The results of this study showed a significant relationship between communication skills and friendship quality among children with special needs in inclusive primary school r 0.613, p 0.01. This meansthe higher the communication skills of children with special needs, the higher their friendship quality is. The result of this study also showed a significant difference of friendship quality of children with special needs in inclusive primary school by gende."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Rahadianty
"Pertemanan merupakan salahsatu kunci keberhasilan dari dibentuknya pendidikan inklusif. Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti menduga terdapat permasalahan pada keterampilan asertif anak berkebutuhan khusus yang dapat berpengaruh pada kemampuan membangun dan mempertahankan pertemanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keterampilan asertif dan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus. Selian itu penelitian ini juga bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan keterampilan asertif dan kualitas pertemanan berdasarkan perbedaan jenis kelamin dan jenis disabilitas. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan sampel anak berkebutuhan khusus yang memiliki satu jenis disabilitas dengan tingkat keparahan ringan dan bersekolah di sekolah dasar inklusif N = 84. Rentang usia responden pada penelitian ini 7 tahun-12 tahun. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Social Skills Inventory Scale SSIS Gresham Elliot, 2008 dan Friendship Quality Questionnaire FQQ Parker Asher, 1993. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara keterampilan asertif dan kualitas pertemanan r = .321, p < .01. Hal ini menandakan semakin tinggi keterampilan asertif anak berkebutuhan khusus, akan semakin tinggi kualitas pertemanannya. Selain itu hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang antara kualitas pertemanan yang signifikan antara responden laki-laki dan perempuan, namun tidak ada perbedaan pada keterampilan asertif. Hasil lain dari penelitian ini mengindikasikan tidak ada perbedaan keterampilan asertif dan kualitas pertemanan berdasarkan jenis disabilitas. Seluruh jenis disabilitas menunjukkan keterampilan asertif dan kualitas pertemanan yang tergolong tinggi.

Friendship between special needs children and typical children is one of the keys to the success of inclusive education. Based on previous studies, we assume there is a lack in assertive skill among special needs children which can affect their ability to initiate and maintain friendship. The purpose of this study is to examine the relationship between assertive social skill and friendship quality of special needs children in inclusive setting. This study is also purposed to examine the difference between assertive skill and friendship quality based on gender differences and type of disability. This is a correlational study, using special needs children with one type of disability with mild severity as research sample, with age ranging from seven to twelve years old based N 84. Instruments used in this study are Social Skills Inventory Scale SSIS Gresham Elliot, 2008 and Friendship Quality Questionaire FQQ Parker Asher, 1993 . Result shows there is a significant positive relationship between assertive skill and friendship quality r .321, p .01. The conclusion is the increase in assertive social skill on special needs children will increase their friendship quality. The study also shows there is a significance difference in friendship quality based on gender, but no significance difference found in assertive skill. Another results indicate there is no difference in both assertive skill and friendship quality based on types of disability. Both assertive skill and friendship quality are relatively high based on types of disability."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Dinda Devina
"Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan antara kontrol diri dan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat perbedaan kualitas pertemanan dan kontrol diri berdasarkan jenis kelamin. Pengukuran kontrol diri dilakukan menggunakan adaptasi alat ukur Social Skills Improvement System SSIS yang dikembangkan oleh Gresham dan Elliot 2008 . SSIS memiliki 7 tujuh dimensi yang terdiri dari kerjasama, komunikasi, empati, asertif, keikutsertaan, tanggung jawab, dan kontrol diri. Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengukur dimensi kontrol diri. Pengukuran kualitas pertemanan dilakukan dengan alat ukur Friendship Quality Questionnaire yang dikembangkan oleh Parker dan Asher 1993. FQQ memiliki 6 enam dimensi yang terdiri dari validation and caring, conflict resolution, conflict and betrayal, help and guidance, intimate exchange, serta companionship and recreation. Responden dalam penelitian ini berjumlah 84 responden dengan karakteristik berusia 6-12 tahun, memiliki satu jenis kebutuhan khusus yang tergolong ringan, serta memiliki kemampuan membaca dan menulis. Melalui teknik pearson correlation, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara kontrol diri dan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus r=0,444, p.

This research is conducted to prove that there is a relationship between selfcontrol and friendship quality in children with special needs in inclusive primary school. The differences of friendship quality and self control based on gender are also examined. Self control is measured with an adaptation of Social Skills Improvement System SSIS which was developed by Gresham and Elliot 2008. SSIS has 7 seven dimensions which consists of cooperative, communication, emphaty, assertive, engagement, responsibility, and selfcontrol. In this research, specifically researcher only measure the self control dimension. Friendship quality is measured with Friendship Quality Questionnaire which was developed by Parker and Asher 1993. FQQ has 6 six dimensions which consists of validation and caring, conflict resolution, conflict and betrayal, help and guidance, intimate exchange, and companionship and recreation. Eighty four participants aged 6 ndash 12 years old, has only one type of special needs that classified as mild, and have ability to read and write, participated in this study. Based on pearson correlation technique, there is relationship between self control and friendship quality in children with special needs r 0,444."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munadira
"Memeroleh kesempatan untuk lebih dapat terlibat dalam partisipasi sosial dan menjalin pertemanan dengan siswa reguler merupakan salah satu manfaat utama dari pendidikan inklusif. Dalam membahas mengenai pertemanan, kualitas pertemanan merupakan aspek yang paling penting untuk diteliti karena dapat menentukan tingkat kepuasan dalam pertemanan. Empati, diasumsikan merupakan salah satu faktor yang memprediksi kualitas pertemanan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara empati dan kualitas pertemanan pada siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Penelitian ini bersifat korelasional dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner self-report. Empati siswa diukur dengan menggunakan Social Skills Improvement System SSIS yang dikembangkan oleh Gresham dan Elliot 2008 , sedangkan kualitas pertemanan diukur dengan menggunakan Friendship Quality Questionnaire FQQ yang dikembangkan oleh Parker dan Asher 1993 . Responden dalam penelitian ini berjumlah 108 siswa berkebutuhan khusus yang berasal dari lima wilayah di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan r=0,221, p.

Getting a chance to be more involved in social participation and establishing friendships with regular students is one of the key benefits from an inclusive education. In discussing about friendship, the friendship quality is the most important aspect to be studied because it can determine the level of satisfaction in friendship. Empathy, is assumed to be one of key factor that could predict friendship quality. This research was conducted to find out the relationship between empathy and quality of friendship among students with special needs, in inclusive elementary school. This is a correlational study and research variables are measured by self report questionnaire. Empathy was measured by Social Skills Improvement System SSIS developed by Gresham and Elliot 2008 , while Friendship quality was measured by Friendship Quality Questionnaire FQQ developed by Parker and Asher 1993 . Participants in this research were 108 special needs student from five area in Jakarta. The result shown that there is a significant relationship r 0.221."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Mellyza Rizka
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh keterampilan sosial terhadap kualitas pertemanan yang dimediasi oleh dukungan sosial teman sebaya pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 292 anak berkebutuhan khusus yang belajar di sekolah inklusif yang tersebar di wilayah DKI Jakarta. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian adalah Friendship Quality Questionnaire FQQ mengukur kualitas pertemanan; Social Skills Improvement System SSIS untuk mengukur keterampilan sosial; Social Support Questionnaire for Children SSQC untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya. Hasil penelitian yang didapatkan adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara keterampilan sosial terhadap kualiatas teman sebaya yang dimediasi oleh dukungan sosial teman sebaya pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif secara parsial. Hal ini berarti keterampilan sosial tetap berpengaruh signifikan dan hubungannya kuat terhadap kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Hasil penelitian menyarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai dukungan sosial yang tidak hanya dari teman sebaya tetapi juga dari orangtua pada anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif dalam membentuk kualitas pertemanan.

This study was aimed to determine the influence of social skills on friendship quality mediated by peer social support in special need children at inclusive primary school. A total of 292 participants are special need children at inclusive primary school spread throughtout the DKI Jakarta. The instrument were used for research variables are Friendship Quality Questionnaire FQQ for measured friendship quality Social Skills Improvement System SSIS for measured social skills and Social Support Questionnaire for Children SSQC for measured peer social support. The results was there is a significant influence between social skills on friendship quality partial mediates by peer social support in special need children at inclusive school. It means social skills still have a strong influence and correlation on friendship quality in special need children at inclusive school. These findings suggest that to research social support not only at peer but from parents in special need children at inclusive school in needed for making friendship quality.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T50915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Talita Margijanto
"Pengembangan pendidikan inklusif di Jakarta meningkatkan kebutuhan akan penelitian yang meneliti faktor yang berperan dalam keberhasilan pendidikan tersebut. Peneliti tertarik untuk meneliti hubungan sikap guru terhadap pendidikan inklusif dan strategi pengajaran guru di sekolah dasar inklusif pada kelompok guru yang pernah memiliki pengalaman kontak langsung dengan anak berkebutuhan khusus sebelum mengajar di sekolah inklusif dan yang tidak pernah.
Penelitian dilakukan pada 102 guru sekolah dasar inklusif di Jakarta dan Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan sikap guru dan perbedaan strategi pengajaran di antara kedua kelompok guru; namun terdapat hubungan yang signifikan antara sikap guru dan strategi pengajaran. Hal itu menunjukkan bahwa semakin positif sikap guru, semakin banyak strategi pengajaran inklusif yang digunakan guru.

The development of inclusive education in Jakarta raises the need to study factors related to its success. This research aims to study the relationship between teachers’ attitude towards inclusive education and teaching strategies among inclusive primary school teachers. Furthermore, this research also investigates the role of prior contact with special education need (SEN) students and its effect on both attitude and teaching strategies.
The study was done to 102 primary school teachers across Jakarta and Depok. The result shows no significant difference on attitude and teaching strategies among teachers who had prior contact with SEN students and teachers who hadn’t. However, significant correlation was found between teachers’ attitude towards inclusive education and teaching strategies, which indicates increased attitude is followed by increased number of inclusive teaching strategies used.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57166
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Marjani Qalbi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara sikap guru terhadap pendidikan inklusif dengan peer acceptance siswa reguler terhadap anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif negeri. Sikap guru pada konteks pendidikan inklusif didefinisikan sebagai kecenderungan dalam memberikan respon terhadap anak berkebutuhan khusus baik secara kognitif, afektif, dan perilaku (Mahat, 2008). Peer acceptance didefinisikan sebagai sejauh mana individu mampu diterima secara sosial oleh kelompok teman sebayanya (Berk, 2007).
Penelitian ini dilakukan pada 11 sekolah dasar inklusif negeri di sekitar Jakarta, Depok, dan Bogor. Total responden penelitian ini adalah 50 guru dan 482 siswa reguler laki-laki dan perempuan kelas 4, 5, dan 6 SD.
Penelitian ini menggunakan alat ukur Multidimentional Attitudes Towards Inclusive Education versi Indonesia (MATIES-VI) dari Mahat (2008) dan Peer Acceptance Scale (PAS) dari Piercy, Wilto dan Townsend (2002, dalam Jenkins & Lloyd, 2010). Teknik unit analisis kelas digunakan dalam penelitian ini dengan merata-ratakan skor siswa reguler dan mengorelasikannya dengan skor guru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap guru terhadap pendidikan inklusif dengan peer acceptance siswa reguler terhadap anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif negeri (r=-0.196, p<0,05). Artinya, sikap guru yang positif tidak selalu diikuti oleh penerimaan teman sebaya oleh siswa reguler yang positif terhadap siswa berkebutuhan khusus.

This research was conducted to find the relationship between teacher`s attitude towards inclusive education with regular student`s peer acceptance towards student with special needs in inclusive public primary school. The teacher`s attitude in the context of inclusive education is defined as a tendency to respond to children with special needs both cognitive, affective, and behavioral (Mahat, 2008). Peer acceptance is defined as a degree to which an individual is able to be accepted socially by a group of peers (Berk, 2007).
This study was conducted in 11 inclusive public primary schools in Jakarta, Depok, and Bogor. Total respondents of this study were 50 teachers and 482 regular students boys and girls grade 4th, 5th, and 6th.
This study uses Multidimentional Attitudes Towards Inclusive Education Indonesian version (MATIES-VI) by Mahat (2008) and Peer Acceptance Scale (PAS) by Piercy, Wilto and Townsend (2002, in Jenkins & Lloyd, 2010). Unit analysis of class is used in this study by averaging the scores of regular student`s score and correlate it with the teacher`s scores.
The results showed that there was no significant relationship between the teacher`s attitudes towards inclusive education with regular students peer acceptance of children with special needs in inclusive public primary schools (r = -0196, p <0.05). It means, positive teacher`s attitude is not always following by positive regular student`s peer acceptance towards student with special needs.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noorfazly Oktaviani
"Pendidikan inklusi memberikan kesempatan kepada siswa berkebutuhan khusus untuk menerima kualitas pendidikan yang sama dengan siswa reguler pada umumnya. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa hambatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap guru dan peer acceptance siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar Inklusif Swasta. Penelitian diikuti oleh guru kelas (N=45) dan siswa reguler (N=294) kelas 4, 5 dan 6. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multidimentional Attitude toward Inclusive Education (MATIES) dan Peer Acceptance Scale (PAS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap guru dan peer acceptance siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar Inklusif Swasta. Namun, ditemukan bahwa dari sikap guru komponen kognitif memiliki hubungan yang signifikan dengan peer acceptance siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar Inklusif Swasta. Juga, tidak ditemukan perbedaan sikap guru antara guru yang memiliki pengalaman mengajar kurang dari 6 tahun dan guru yang memiliki pengalaman mengajar lebih dari 6 tahun.

Inclusive education provides the opportunity for students with special needs to receive the same quality of education to regular students in general. However, in practice there are still some obstacles. This study aims to determine the relationship between teacher attitude and peer acceptance of regular students towards student with special needs in inclusive private primary school. The study followed by classroom teachers (N = 45) and regular students (N = 294) of grade 4, 5 and 6. The measuring instrument used in this study is Multidimentional Attitude toward Inclusive Education (MATIES) and Peer Acceptance Scale (PAS).
The results showed that there was no significant relationship between teacher attitude and peer acceptance of regular students towards student with special needs in Inclusive Private Primary School. However, it was found that the cognitive component of teacher attitudes have a significant relationship with peer acceptance of regular students towards student with special needs in Inclusive Private Primary School. As well, there was no difference in the attitudes of teachers among teachers who have teaching experience less than 6 years and teachers who have teaching experience more than 6 years.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65266
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melius Mau Loko
"Siswa berkebutuhan khusus merupakan kategori murid di kelas yang menjadi perhatian para guru karena keistimewaan mereka yang jauh dari kondisi normal anak seusianya. Karakteristik anak berkebutuhan khusus yang tidak dipahami oleh guru dengan metode terbaik dalam proses belajar mengajar di kelas akan berdampak stres pada guru dan menimbulkan masalah psikologis pada guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat stres guru sekolah dasar inklusif dengan guru sekolah dasar non-inklusif yang tidak mengajar siswa berkebutuhan khusus. Penelitian ini menggunakan desain analitik komparatif pada 60 responden guru sekolah dasar inklusif dan sekolah dasar non-inklusif di kota Depok yang diambil dengan metode purposive sampling. Tingkat stres diukur menggunakan instrument Wilson Stress Profile for Teacher WSPT , dan dianalisis menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan tingkat stres antara guru sekolah dasar inklusif dengan guru sekolah dasar non-inklusif p > 0,05 . Perawat kesehatan sekolah perlu melakukan pengkajian terkait kondisi psikososial guru yang belum mengikuti pelatihan tentang siswa berkebutuhan khusus dan guru mengajar siswa berkebutuhan khusus lebih dari 1 siswa di kelas.

Students with special needs in the classroom require a significant amount of teacher attention and effort due to the nature of their illness or condition. Teachers, particularly at the elementary level, recognise they need to find the best method to cater to the students rsquo needs while also managing their time efficiently and effectively, so as to not create a heavier workload and psychological problems. This study aims to determine the difference in stress levels experienced by inclusive elementary school teachers who teach students with special needs and non inclusive elementary school teachers who do not teach students with special needs. There were 60 teachers who participated in the comparative study who were selected from inclusive and non inclusive elementary schools in Depok. These participants were selected based on certain criteria established in the research purposive sampling method . The stress level is known using the Wilson Stress Profile for Teacher WSPT instrument, and bivariate analysis using chi square statistical tests. The results of this study shows that there is no significant difference in stress level between inclusive elementary school teachers and non inclusive elementary school teachers p 0,05 . School health nurses need to undertake an assessment of the psychosocial condition of teachers who have not attended prior training on students with special needs. Teachers are also recommended to undergo the assessment should they have more than one student with special needs in their class."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>