Ditemukan 83708 dokumen yang sesuai dengan query
Khalis Al Ghifari
"
ABSTRACTPenelitian ini membahas mengenai keberfungsian keluarga sebagai prediktor terhadap ide bunuh diri pada remaja akhir. Keberfungsian keluarga menjadi faktor protektif maupun faktor risiko dari ide bunuh diri pada remaja akhir. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan jumlah partisipan sebanyak 496 individu, dengan rentang umur 18-22 tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Positive and Negative Suicide Ideation Inventory PANSI untuk mengukur ide bunuh diri, dan Family Assesment Device FAD untuk mengukur persepsi individu mengenai keberfungsian keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga secara signifikan dapat memprediksi ide bunuh diri pada remaja akhir R=-0.487.
ABSTRACTThis research explaining about family functioning as a predictor of suicide ideation among late adolescents. Family functioning could become a protective and risk factor, for adolescents rsquo suicide ideation. This is a quantitative research that includes 496 participants, aged 18 22. The data were collected using Positive and Negative Suicide Ideation Inventory PANSI to measures suicide ideation, and Family Assesment Device FAD to measures individual perception of their family functioning. The result suggests that family functioning can significantly predict suicide ideation among late adolescents R 0.487."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Oktarina Rizka Putri
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat apakah keberfungsian keluarga dapat berfungsi sebagai prediktor kecanduan internet pada remaja akhir. Pada penelitian ini, partisipan berjumlah 504 orang yang masuk kedalam kategori remaja akhir, yaitu berusia 18 ndash; 22 tahun. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah Internet Addiction Test IAT untuk mengukur kecanduan internet dan Family Assesment Device FAD untuk mengukur keberfungsian dari keluarga yang dipandang oleh partisipan. Kemudian didapatkan hasil bahwa keberfungsian keluarga secara signifikan dapat memprediksi kecanduan internet pada remaja akhir R=,145.
This study has the intent to see whether family functioning predict internet addiction among late adolescents. In this study, participants amounted to 504 people who entered into late adolescent category, namely aged 18 22 years. The measuring tool used in this research are Internet Addiction Test IAT to measure Internet addiction and Family Assessment Device FAD to measure the functioning of the families seen by the participants. Then the results obtained that family functioning can significantly predict internet addiction among late adolescents R ,145."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Simatupang, Atikah Mawaddah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi keberfungsian keluarga terhadap autonomy pada remaja akhir. Keberfungsian keluarga diukur dengan Family Assessment Device Eipstein, Baldwin, Bishop, 1983 sedangkan autonomy diukur dengan Adolescent Autonomy Questionnaire yang dikembangkan oleh Noom, Dekovic dan Meeus 1999 dan telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Sumayyah 2014. Sebanyak 192 remaja 18-21 tahun menjadi responden dalam penelitian ini M=19.45 tahun, SD=1.20 tahun. Analisis dengan teknik regresi menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga dapat menjadi prediktor autonomy pada remaja akhir R= 0.312.
The aim of this study was to examine the contribution of family functioning towards autonomy in late adolescence. Family functioning was measured by using Family Assessment Device Eipstein, Baldwin, Bishop,1983 while autonomy was measured by Adolescent Autonomy Questionnaire Noom, Dekovic, Meeus,1999 and had been adapted into Indonesian by Sumayyah 2014. The participants in this study consist of 192 late adolescents aged 18 21 years old M 19.45 years, SD 1.20 years. By using regression analysis, the results of this study indicated that family functioning could predict autonomy in late adolescence R 0.312."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69408
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Aushi Ariana Putri
"Di akhir masa remaja, individu sering mengalami krisis identitas. Peran keluarga sangat penting dalam menjaga kestabilan pembentukan identitas remaja tersebut. Peneliti dalam penelitian korelasional ini ingin melihat keberfungsian keluarga sebagai prediktor identitas remaja akhir. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah McMaster Model of Family Functioning MMFF dan identitas Erikson. MMFF memiliki 6 dimensi di bawahnya yaitu dimensi penyelesaian masalah, komunikasi, peran dalam keluarga, respon afektif, keterlibatan afektif, dan kontrol perilaku.
Peneliti juga ingin melihat dimensi-dimensi MMFF yang memberikan kontribusi dalam memprediksi identitas remaja akhir. Pengukuran variabel MMFF menggunakan alat ukur Family Assesment Device FAD skala general functioning. Pengukuran variabel identitas remaja akhir menggunakan Erikson Psychosocial Stage Inventory EPSI skala identity. Partisipan penelitian berjumlah 496 remaja akhir dengan rentang usia 18 hingga 22 tahun. Pengujian hipotesis dilakukan dengan simple dan multiple regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18.3 identitas remaja akhir dapat diprediksi oleh keberfungsian keluargnya R=.429.
At the end of adolescents 39 period, a person eventually experiencing an identity crisis. Family 39 s role is very important to keep the stability of adolescents 39 identity formation. Researchers as in this correlation study want to see family functioning as a predictor of late adolescents 39 identity. Theories used in this research are McMaster Model of Family Functioning MMFF theory and Erikson 39 s identity theory. Six dimensions under MMFF are problem solving, communication, family role, effective response, affective involvement, and behavior control. The researcher also wants to see the MMFF 39 s dimensions that contribute to predicting late adolescents 39 identity. Measurement of MMFF was using a general functioning scale of Family Assessment Device FAD . Measurement of late adolescents 39 identity was using identity scale of Erikson Psychosocial Stage Inventory EPSI. The participants in this study were 496 late adolescents with the range of the age between 18 and 22 years. The hypothesis testing used simple and multiple regression. The results showed that the family functioning can predict 18.3 late adolescents 39 identity R .429."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dika Septina Anggraeni
"Penelitian ini membahas mengenai keberfungsian keluarga sebagai prediktor ketidakterbukaan remaja akhir pada orangtua. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 424 orang berusia 18 hingga 21 tahun yang tinggal di berbagai daerah di Indonesia. Adapun alat ukur yang digunakan yaitu, Self-Concealment Scale SCS untuk mengukur ketidakterbukaan remaja akhir pada orangtua dan Family Assessment Device FAD untuk mengukur keberfungsian keluarga yang dipersepsi oleh partisipan. Didapatkan hasil bahwa keberfungsian keluarga secara signifikan dapat memprediksi ketidakterbukaan remaja akhir pada orangtua R=,496.
This research conducted to examine family functioning as the predictor of self concealment among late adolescents to their parents. There were 424 participants from around Indonesia aged 18 to 21 for this study. The data were collected using Self Concealment Scale SCS to measure late adolescents self concealment and Family Assessment Device FAD to measure family functioning through participant's point of view. Result for this study indicated that significantly family functioning can be a predictor of late adolescents self concealment to their parents R .496, p"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dwiyanti Nur Annisa
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat peran efikasi diri dalam memengaruhi kemunculan ide bunuh diri pada mahasiswa. Berdasarkan hasil survei, dikatakan bahwa kelompok usia mahasiswa merupakan kelompok yang rentan mengalami ide bunuh diri, sehingga diperlukan upaya yang dapat mencegah kemunculan ide bunuh diri. Salah satu upaya tersebut yaitu meningkatkan efikasi diri. Partisipan pada penelitian ini merupakan 694 mahasiswa aktif perguruan tinggi. Data diolah dan dianalisis menggunakan analisis regresi linear sederhana untuk melihat seberapa besar peran efikasi diri terhadap ide bunuh diri dan independent sample t-test untuk melihat apakah ada perbedaan skor ide bunuh diri pada jenis kelamin, sumber dukungan sosial, dan riwayat diagnosis gangguan kesehatan mental. Partisipan diukur dengan menggunakan alat ukur General Self-Efficacy Scale (GSES) dan Depressive Symptom Index - Suicidality Subscale (DSI-SS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peran efikasi diri terhadap ide bunuh diri, sehingga dapat dikatakan bahwa efikasi diri dapat memprediksikan kemunculan ide bunuh diri. Pada penelitian ini ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat ide bunuh diri pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Mahasiswa yang tidak memiliki sumber dukungan sosial dan memiliki diagnosis gangguan kesehatan mental ditemukan memiliki tingkat ide bunuh diri yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan bahwa efikasi diri dapat menjadi faktor protektif ide bunuh diri, sehingga mahasiswa disarankan agar meningkatkan efikasi diri supaya dapat mengurangi kemunculan ide bunuh diri.
This study was conducted to see whether there is a role for self-efficacy in the emergence of suicidal ideation in college students. Based on the survey, it was said that the student age group is a group that is prone to experiencing suicidal ideation, so efforts are needed to prevent the emergence of suicidal ideation. One of the effort is to increase self-efficacy. Participants in this study were 694 active college students. The data were processed and analyzed using simple linear regression analysis to see how big the role of self-efficacy on suicidal ideation and independent sample t-test to see differences in suicide ideation scores on gender, sources of social support, and history of mental health disorder diagnosis. Participants were measured using the General Self-Efficacy Scale (GSES) and Depressive Symptom Index - Suicidality Subscale (DSI-SS). The results show that there is a role of self-efficacy in suicidal ideation, so it can be said that self-efficacy can predict the emergence of suicidal ideation. In this study, there was no difference between male and female suicidal ideation. Students who did not have a source of social support and had a diagnosis of a mental health disorder had higher rates of suicidal ideation. Based on this study, it was found that self-efficacy is a protective factor for suicidal ideation, so students are advised to increase self-efficacy so to reduce the emergence of suicidal ideation."
Depok: Fakultas Psikologi Univeraitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nahda Hanura
"Memiliki ide bunuh diri dapat mengakibatkan seseorang untuk merencanakan hingga melakukan upaya bunuh diri. Kelompok mahasiswa yang berusia 18-25 tahun, atau tahap usia emerging adulthood, merupakan kelompok yang rentan untuk memiliki ide bunuh diri karena mahasiswa berada di tahap usia untuk melakukan eksplorasi diri, namun terdapat tuntutan akademik, tanggung jawab, dan tututan untuk bersikap mandiri di perguruan tinggi yang berbeda dengan tingkat pendidikan pada tahap usia perkembangan sebelumnya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ide bunuh diri adalah resiliensi yang berperan sebagai faktor protektif dalam membantu individu untuk bangkit kembali dan menghadapi kesulitan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resiliensi dalam mempengaruhi ide bunuh pada mahasiswa. Partisipan penelitian ini berjumlah 649 orang yang merupakan mahasiswa yang berusia 18-25 tahun di Indonesia. Alat ukur Depressive Symptom Index-Suicidal Subscale digunakan untuk mengukur ide bunuh diri dan Connor-Davidson Resilience Scale-10 digunakan untuk mengukur tingkat resiliensi. Berdasarkan hasil analisis simple regression, diperoleh bahwa resiliensi dapat memprediksi ide bunuh diri secara signifikan pada mahasiswa dengan koefisien korelasi yang negatif, Hal tersebut menunjukkan semakin tinggi resiliensi pada mahasiswa, maka ide bunuh diri yang dimiliki akan cenderung semakin rendah.
Having suicidal ideation may lead a person to plan suicide which also may result in a suicide attempt leading to death. College students at the age of 18-25, known as the emerging adulthood stage, are at increased risk of suicidal ideation because it is the age where they explore themselves, yet as a student, they have academic demands, growing responsibilities, and autonomy in college, contrast to their previous educational level and developmental stage. Amongst the factors that can influence suicidal ideation is resilience which acts as a protective factor in helping individuals to be able to bounce back and face difficulties. The aim of this research was to examine the role of resilience as a predictor of suicidal ideation in college students. The participants of this research were 649 college students ranging 18-25 years old in Indonesia. The Depressive Symptom Index – Suicidal Subscale was used to measure suicidal ideation and the Connor-Davidson Resilience Scale-10 was used to measure the level of resilience. According to the simple regression analysis used, the result indicates that resilience significantly predicts suicidal ideation in college students with a negative correlation coefficient. Therefore, the higher resilience in college students, the lower possibility they have of having suicidal ideation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Amindari Nadia Fitriyanti
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat peranan keberfungsian keluarga dalam memprediksi delinkuen pada remaja di Jakarta. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat kontribusi tiap-tiap dimensi keberfungsian keluarga terhadap perilaku delinkuen. Pengukuran keberfungsian keluarga dilakukan menggunakan adaptasi alat ukur Family Assessment Device FAD yang disusun oleh Epstein, Baldwin dan Bishop 1983 . FAD memiliki 7 dimensi yaitu 6 dimensi kerfungsian keluarga mengacu ke McMaster Model of Family Functioning dan 1 dimensi keberfungsian keluarga secara umum. Nilai koefisien reliabilitas untuk dimensi problem solving adalah sebesar 0.807, dimensi komunikasi sebesar 0.544, dimensi role functioning sebesar 0.630, dimensi respon afektif sebesar 0.707, dimensi keterlibatan afektif sebesar 0.678, dimensi kontrol perilaku sebesar 0.696, dan general functioning sebesar 0.830. Pengukuran perilaku delinkuen dilakukan dengan alat ukur perilaku delinkuen yang dikembangkan oleh Nurwianti 2015. Nilai koefisien reliabilitas untuk alat ukur perilaku delinkuen adalah sebesar 0.711. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 289 responden dengan karakteristik berusia 12-17 tahun dan belum menikah, tinggal di Jakarta atau bersekolah di Jakarta, dan mampu membaca dan menulis. Melalui teknik simple regression, diperoleh hasil bahwa persepsi mengenai keberfungsian keluarga dapat memprediksi perilaku delinkuen R=.382.
This research is conducted to examine whether family functioning could predict delinquent behavior among adolescence in Jakarta. Contribution of each family functioning dimensions is also examined. Family functioning is measured with an adaptation of Family Assessment Device FAD which was created by Epstein, Baldwin and Bishop 1983. FAD has 7 measuring dimensions, 6 of which are family functioning in accordance to McMaster Model of Family Functioning and 1 dimension of general functioning scale. Reliability coefficient for problem solving is 0.807, 0.544 for communication, 0.630 for role functioning, 0.707 for affective response, 0.678 for affective involvement, 0.696 for behavior control, and 0.830 for general functioning. Delinquency is measured with delinquency scale created by Nurwianti 2015 with a reliability coefficient of 0.711. Participants of this study consist of 289 adolescence in Jakarta with following characteristics aged 12 ndash 17 and not married, currently living in Jakarta or undergoing a study in Jakarta, and capable of reading and writing. Using simple regression analysis, the result pointed out that perceived family functioning could predict delinquent behavior R .382."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66843
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Puspita Alwi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberfungsian keluarga sebagai prediktor internalizing problem pada remaja yang mengalami bullying. Selain itu penelitian ini ingin melihat dimensi keberfungsian keluarga yang berkontribusi terhadap internalizing problem tersebut. Pengukuran internalizing problem dilakukan dengan menggunakan Strengths & Difficulties Questionnaire(SDQ) dan pengukuran keberfungsian keluarga dilakukan dengan menggunakan Family Asessment Device (FAD). Responden juga diminta untuk mengisi alat ukur bullying questionnare sebagai screening korban bullying. Data didapatkan dari 201 responden yang berasal dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jakarta. Usia responden berkisar antara 12-17 tahun (M = 14,3).
Melalui teknik statistik regresi linear, hasil penelitian menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga secara umum berkontribusi menurunkan internalizing problem pada remaja yang mengalami bullying (p< 0,01) dengan nilai 𝑅2 sebesar 12,1 % dan nilai β sebesar -0,211. Selain itu didapatkan hasil bahwa diantara semua dimensi keberfungsian keluarga, dimensi respon afektif merupakan prediktor yang signifikan untuk mengurangi internalizing problem yang terjadi (p< 0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keberfungsian keluarga merupakan prediktor yang signifikan untuk mengurangi internalizing problem pada remaja yang mengalami bullying.
This study was conducted to determine the family functioning as a predictor for internalizing problems on adolescences who experience bullying. In addition this study wanted to see the dimensions of family functioning that contribute to internalizing problem. The internalizing problem was measured using Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) and family functioning was measured using Family Assessment Device (FAD). Respondents were also asked to fill bullying questionnare as a screening of bullying victims. Data were obtained from 201 respondents from Junior High School (SMP) and senior high school (SMA) in Jakarta. The age of respondents ranged between 12-17 years (M = 14.3). Through linear regression statistical techniques, the results showed that family functioning in general contribute to decrease internalizing problems in adolescents who experienced bullying (p <0.01), with the value of 𝑅2 was 12,1 % and the value of β was -0,211. In addition it showed that among all the dimensions of family functioning, affective responsiveness was a significant predictor to decrease internalizing problems (p <0.05). Based on these results it can be concluded that the family functioning is a significant predictor to decrease internalizing problems in adolescences who experience bullying."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66471
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fatimah Azzahro
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat peranan family functioning dalam memprediksi perilaku self-concealment pada remaja. Pengukuran variabel family functioning menggunakan alat ukur Family Assessment Device FAD versi 3. Pengukuran self-concealment menggunakan alat ukur Self-Concealment Scale SCS .
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 571 dengan rentang usia 13-21 tahun. Pengujian hipotesis menggunakan teknik simple regression, diperoleh hasil bahwa family functioning dapat menjadi prediktor munculnya perilaku self-concealment R=.376, p
This research was conducted to see the role of family functioning in predicting self concealment behavior among the adolescents. The measurement of family functioning variables was using measuring instrument of Family Assessment Device FAD version 3. The measurement of self concealment was using the Self Concealment Scale SCS. The participants in this study amounted to 571 with an age range of 13 21 years old. Hypothesis testing using simple regression technique, obtained the result that family functioning can be a predictor of the emergence of self concealment behavior R .376, p "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69765
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library