Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86633 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fajar Ajinugroho
"ABSTRACT
Pesatnya pembangunan di zaman yang semakin maju ini berbanding lurus dengan meningkatnya permintaan akan energi listrik. Termasuk pada bangunan Rumah Sakit X yang menggunakan berbagai macam perangkat beban serta membutuhkan energi listrik baik beban tenaga dan non tenaga yang masing-masing harus memiliki kesesuaian pada instalasi listrik bangunannya, untuk memastikan penyaluran dan pendistribusian tenaga listrik pada Rumah Sakit X bekerja dengan baik dan aman maka perlu dilaksanakan audit instalasi listrik bangunan yang terdiri dari 2 jenis pengujian yaitu uji pengukuran dan pengujian visual, yang dimana pada uji pengukuran di lakukan pengukuran tegangan, arus, suhu, dan tahanan pentanahan, untuk mengetahui beberapa parameter seperti Pembebanan Trafo, Ketidak Seimbangan Beban, Kemampuan Hantar Arus, Rating Proteksi, Susut Tegangan dan losses Daya akibat Arus Netral. Maka dengan nilai Pembebanan Trafo sebesar 14,38 dari total kapasitas daya Trafo Suplai. Untuk nilai ketidakseimbangan beban sebesar 2,86. Dari parameter parameter tersebut dapat dianalisis untuk kemudian mengetahui apakah Sistem Instalasi Listrik pada Bangunan Rumah Sakit X masih laik operasi atau perlu dilakukan beberapa evaluasi.Untuk pengujian visual dilakukan dengan cara melihat apakah instalasi listrik yang ada pada suatu bangunan sudah sesuai dengan acuan yang berlaku yaitu PUIL 2011, IEC,dan peraturan pemerintah lainnya terkait keaandalan instalasi listrik pada suatu bangunan sehingga instalasi listrik pada bangunan tersebut dapat dikatakan andal serta memberikan evaluasi jika ada ketidaksesuaian antara instalasi listrik bangunan dengan standar acuan.

ABSTRACT
The rapid development in this advanced era is directly proportional to the increasing demand for electrical energy. Included in building Hospital X that uses a variety of load devices and requires electrical energy both power and non power load which each must have a suitability on the electrical installation of the building, to ensure the distribution of electric power in Hospital X works well and safely it is necessary to conduct an audit of building electrical installation, consisting of two types of testing that is the test of measurement and visual testing, which in the measurement test conducted voltage measurement, current, temperature, and Grounding Test, to find out some parameters such as percentage load of Trafo, unbalanced load, Current Carrying Capacity, Nominal Current of breaker, and Drop Voltage. So with the value of the Transformer loading 14.38 of the total power capacity of the Distributed Trafo. For value of the load imbalance of 2.86, from parameters can be analyzed to then find out whether the Electrical Installation System in Building Hospital X is still worthy of operation or need to do some evaluation. For visual testing is done by looking whether the existing electrical installation in a building is in accordance with the prevailing reference that is PUIL 2011, IEC, and other government regulations related to the reliability of electrical installations in a building so that the installation of electricity in the building can be said reliably and provide an evaluation if there is a mismatch between the electrical installation of buildings with reference standards. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Ismail Rivai
"Krisis ekonomi dan otonomi daerah dapat menyebabkan menurunnya subsidi pemerintah kepada rumah sakit. Disisi lain jumlah dan jenis pelayanan rumah sakit harus ditingkatkan karena demand masyarakat yang makin meningkat oleh sebab terjadinya pergeseran pola penyakit.
Tarif yang berlaku saat ini ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat tahun 1995 dan oleh karena adanya rencana dari RSUD Solok., untuk menjadi rumah sakit swadana, maka perlu ditetapkan tarif rasional, yang dalam penelitian ini dihatasi pada penetapan tarif di instalasi rawat inap menurut kelas rawatan.
Dalam menetapkan tarif rasional di instalasi rawat inap dilakukan penelitian biaya di unit-unit penunjang dan unit-unit produksi, meliputi biaya investasi, biaya operasional dan biaya pemeiiharaan. Data berupa data sekunder dikumpulkan dari catatan/laporan kegiatan, pengolahan data dilakukan dengan double distribution method, dan kemudian dilakukan perhitungan yang menghasilkan biaya total dan biaya satuan. Survey kemampuan membayar masyarakat (ATP) dilakukan pada pengunjung rawat inap dengan wawancara berupa kuesioner yang telah disiapkan. Persepsi stakeholders yangterkait dengan penelapan tarif dilakukan dengan wawancara mendalarm. Simulasi tarif dilakukan dengan berpatokan pada biaya satuan, tarif saat ini, ATP, persepsi .stakeholders, dan cost recovery ale. Dengan demikian didapat tarif rasional instalasi rawat inap menurut kelas rawatan, yaitu: Kelas Utama: Penyakit Dalam Rp. 30.000, Kelas 1 Penyakit Dalam Rp. 22.500_- , Kelas I Kebidanan Rp. 27.500, Kelas II Bedah Rp. 20.000.-, Kelas II Anak Rp. 20.000,-, Kelas 11 Penyakit Dalam Rp. 16,000,-; dan Kebidanan Rp. 22.500,-. Kelas ZFI Bedah Rp. 6,000. Anak Rp. 8.000,- , Penyakit Dalam Rp. 4.000.-dan Kebidanan Rp. 6,000, . Rekomendasi dari penelitian ini adalah masih tetap diharapkan subsidi dari pemerintah kepada rumah sakit dan masyarakat tak mampu.
Daftar bacaan : 35 (1983 - 2000)

Determining Rational Tariff of Hospital's Ward Installations that Classified by the Class Rate at Rumah Sakit Umum Daerab Solok in 1999/2000Economic crisis and district autonomy influenced government's subsidies to district hospitals. On the other side, public hospitals should improve and develop their services to respons public's demand.
Tariff of RSUD Solok was set up in 1995 (Perda) and due to the plan to become more atonomous the hospital need to determine its Rational Tariff.
In setting up Rational tariff for inpatient care costs for supporting and production units were determined including investment and operational costs, as well as maintenance cost. The secondary data was collected from hospital records, has been and analysed using double distribution method. To describe the ability to pay (ATP), interview to the patiens have been conducted, interviews with stakeholders were also conducted to obtain information on their stakeholders perception of the rational tariff Simulation had been done based on findings of unit cost, perceptions,and the cost recovery rate. Proposed tariffs for inpatient care (RSUD) Solok, are as follow. TIP (Internal Medicine) Rp. 30.000; First Class: Internal Medicine Rp. 22.500,-, Obgyn Rp. 27.500, Second Class: Surgery Rp. 20.000, Pediatric Rp. 20.000, Internal Medicine Rp. 16.000,- and Obgyn Rp. 22300, Third Class: Surgery Rp. 6.000, Pediatric Rp. 8.000, Internal Medicine Rp. 4.000,- and ObgynRp. 6.000, Based on the findings, the government need to continue to provide subsides to public hospitals and the poor.
References: 35 (1983 - 2000)"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T10759
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Kencono Putro
"Bolometers adalah termal inframerah sensor yang menyerap radiasi elektromagnetik sehingga meningkatkan suhu. Kenaikan suhu yang dihasilkan adalah kenaikan fungsi dari energi radiasi yang mendorong atau mengenai bolometer dan diukur berdasarkan resistansinya. Mikrobolometer dapat diartikan juga sebagai array dari sensor yang sangat sensitif dalam mendeteksi panas terhadap radiasi inframerah.
Pada skripsi ini akan mensimulasikan satu pixel microbolometer dengan menggunakan program IntelliSuite. Mikrobolometer yang didisain akan digunakan sebagai alat inspeksi instalasi listrik, di dalam satu pixel mikrobolometer ini dilengkapi dengan thermistor NTC (Negative Temperature Coeficient), sedangkan rangkaian yang digunakan pada disain microbolometer ini yaitu rangkaian dengan menggunakan arus konstan.

Bolometers are thermal infrared sensor that absorbs electromagnetic radiation thereby increasing the temperature. The resulting temperature increase is the increase in the function of the radiation energy that drives or the bolometer and the measured resistance. Microbolometer can be interpreted also as an array of sensors that are very sensitive in detecting the infrared heat radiation.
At this skripsi will simulate one pixel microbolometer using IntelliSuite program. Microbolometer which will be designed to be used as an electrical installation inspection, this microbolometer complete with a thermistor NTC (Negative Temperature coefficient),while the circuit used in the circuit design of this microbolometer using constant current.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45098
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Islamiati
"Salah satu jenis pelayanan di rumah sakit yang paling banyak dikunjungi dan membutuhkan waktu untuk mengantre adalah pelayanan farmasi. Hingga saat ini waktu tunggu pelayanan resep obat yang belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Pemerintah melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008, yaitu ≤ 30 menit untuk obat non racikan dan ≤ 60 menit untuk obat racikan masih sering ditemukan dalam penyelenggaraan pelayanan farmasi di rumah sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dari lamanya waktu tunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan di instalasi farmasi rumah sakit di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain literature review yang dilakukan dengan menganalisis hasil studi yang telah tersedia sebelumnya. Dari hasil pencarian yang dilakukan melalui database PubMed, Proquest, Google Scholar, Universitas Indonesia Library dan FKM UI Library, ditemukan sebanyak 18 artikel mengenai faktor-faktor penyebab lamanya waktu tunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan di instalasi farmasi rumah sakit di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama waktu tunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan di instalasi farmasi dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan pada status pasien dan jenis resep obat yang dilayani. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan lamanya waktu tunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan di instalasi farmasi rumah sakit di Indonesia sangat bervariasi dan saling berkaitan satu sama lain, diantaranya adalah sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kebijakan dan standar operasional prosedur, persediaan obat-obatan, serta status pasien.

One of the most visited type of hospital services that requires time to queue is pharmacy service. Until now the waiting time for prescription drug services that are not in accordance with the standards set by the Government through Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008, which is ≤ 30 minutes for non-concoction drugs and ≤ 60 minutes for concoction drugs are still frequently found in pharmacy service arrangements in hospitals. This research aims to determine the causal factors of the length of waiting time for outpatient prescription drug services at hospital pharmacy installations in Indonesia. This research applied literature review designs that were conducted by analyzing the previous studies results. From the search result that was done through PubMed, Proquest, Google Scholar, Universitas Indonesia Library, and FKM UI Library databases, 18 articles about the causal factors of the length of waiting time for outpatient prescription drug services at hospital pharmacy installations in Indonesia were found. The result of the study showed that the waiting time for outpatient prescription drug services at the pharmacy installation from one hospital to another hospital was differ, it was due to differences in patient status and types of prescription drugs served. The factors that cause the length of waiting time for outpatient prescription drug services at hospital pharmacy installations in Indonesia very varied and relate to each other, such as human resources, facilities and infrastructure, policies, standard operating procedure, availability of medicine, and patients status."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Wirawan
"Bagi pasien rumah sakit, pelayanan kesehatan yang berkualitas tidak hanya dirasakan
dengan sembuhnya dari penyakit secara fisik namun juga menyangkut kepuasan pasien
terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan serta tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Pasien akan puas
apabila layanan yang diterimanya setidaknya sama atau melampaui harapan pasien.
Sedangkan pasien merasa tidak puas apabila layanan yang diterimanya tidak sesuai
dengan harapan pasien. Berdasarkan data capaian indikator mutu di Rumah Sakit Bakti
Timah (RSBT) Mentok Tahun 2022, terdapat beberapa indikator mutu yang belum
mencapai target. Selain itu angka kunjungan pasien JKN di instalasi rawat jalan RSBT
Mentok Tahun 2020-2022 juga mengalami penurunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran kepuasan pasien dan gambaran minat kunjungan ulang pada pasien
JKN di instalasi rawat jalan RSBT Mentok Tahun 2023. Desain penelitian ini adalah
Cross Sectional dengan jumlah sampel sebanyak 120 orang. Analisis statistik
menggunakan uji Chi Square atau uji Fisher Exact. Berdasarkan uji statistik untuk
melihat hubungan karakteristik responden dengan minat kunjungan ulang didapat hasil
seluruh karakteristik responden memiliki p value > 0,05 yang artinya tidak ada hubungan
yang signifikan antara karakteristik responden dengan minat kunjungan ulang. Sedangkan
hasil uji statistik antara kepuasan responden pada dimensi Tangibles dengan minat
kunjungan ulang diketahui p value > 0,05 yang artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara kepuasan responden pada dimensi Tangibless dengan minat kunjungan
ulang. Dan hasil uji statistik antara kepuasan responden pada dimensi Reliability,
Responsiveness, Assurance dan Emphaty dengan minat kunjungan ulang diketahui p
value ≤ 0,05 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara kepuasan responden pada
dimensi Reliability, Responsiveness, Assurance dan Emphaty dengan minat kunjungan
ulang. Hubungan kepuasan pasien secara keseluruhan didapat hasil p value ≤ 0,05 yang
artinya ada hubungan yang signifikan antara kepuasan pasien dengan minat kunjungan
ulang. Hasil pemetaan unsur pelayanan pada diagram Kartesius didapat hasil 5 (lima)
unsur pelayanan berada pada kuadran A yang artinya menjadi prioritas utama untuk
dilakukan upaya perbaikan. Kelima unsur pelayanan tersebut yaitu kondisi ruang tunggu
pasien, ketersediaan alat kesehatan, ketersediaan jenis pemeriksaan di laboratorium,
ketersediaan obat di instalasi farmasi rumah sakit dan kehadiran dokter sesuai jadwal
pelayanan. Oleh karena itu pihak RSBT Mentok harus lebih memperhatikan unsur-unsur
pelayanan yang belum memberikan kepuasan maksimal kepada pasien

For hospital patients, quality health services are not only felt by recovering from physical
illness but also regarding patient satisfaction with the attitudes, knowledge and skills of
health workers in providing services and the availability of adequate facilities and
infrastructure. Patients will be satisfied if the service they receive at least equals or
exceeds patient expectations. Meanwhile, the patient feels dissatisfied if the service he
receives does not match the patient's expectations. Based on the achievement data of
quality indicators at Bakti Timah Mentok Hospital in 2022, there are several quality
indicators that have not reached the target. In addition, the number of JKN patient visits
at the outpatient installation at Bakti Timah Mentok Hospital in 2020-2022 has also
decreased. The purpose of this study was to describe patient satisfaction and interest in
revisiting JKN patients at the outpatient installation at Bakti Timah Mentok Hospital in
2023. The study design was cross sectional with a sample size of 120 people. Statistical
analysis using Chi Square test or Fisher Exact test. Based on statistical tests to see the
relationship between the characteristics of the respondents and the interest in repeat
visits, it was found that all of the characteristics of the respondents had p value > 0.05,
which means that there was no significant relationship between the characteristics of the
respondents and the interest in repeat visits. While the results of statistical tests between
respondents' satisfaction on the Tangibles dimension and intention to revisit, it is known
that p value > 0.05, which means that there is no significant relationship between
respondent's satisfaction on the Tangibles dimension and intention to revisit. And the
results of statistical tests between respondents' satisfaction on the dimensions of
Reliability, Responsiveness, Assurance and Empathy with interest in repeat visits are
known to be p value ≤ 0.05, which means that there is a significant relationship between
respondents' satisfaction in the dimensions of Reliability, Responsiveness, Assurance and
Empathy with interest in repeat visits. The relationship between patient satisfaction as a
whole resulted in p value ≤ 0.05, which means that there is a significant relationship
between patient satisfaction and interest in repeat visits. The results of the mapping of
service elements in the Cartesian diagram show that 5 (five) service elements are in
quadrant A, which means they are a top priority for improvement efforts. The five
elements of service are the condition of the patient's waiting room, the availability of
medical devices, the availability of types of laboratory examinations, the availability of
drugs in the hospital pharmacy installation and the presence of doctors according to the
service schedule. Therefore, the Bakti Timah Mentok Hospital must pay more attention
to service elements that have not provided maximum satisfaction to patients.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berlin: Siemens Aktiengesellschaft John Wiley & sons, 1987
R 621.319 24 ELE I
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Schram, Peter J.
Massachusetts: National Fire Protection Assocoation, 1988
621.310 42 Sch e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abdillah Natsir
"ABSTRAK
Usaha konservasi energi dalam bentuk audit atas penggunaan energi pada bangunan komersial khususnya gedung perkantoran dan pelayanan masyarakat merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam usaha optimasi energi, tata cahaya adalah salah satu bagian yang tidak dapar dipisahkan dalam usaha optimasi tersebut.
Untuk mengoptimalkan fungsi secara keseluruhan atas instalasi listrik dan perangkatnya perlu dilakukan analisa-analisa guna mendapatkan tingkat pemakaian energi yang lebih efektif lebih efisien.
Audit energi listrik merupakan pemantauan pemakaian energi listrik pada suatu instalasi bangunan dengan cara mencari peluang-peluang penghematan energi lewat analisa atas instalasi listriknya, identifikasi penggunaan lampu dan pola pengoperasian dari sistim instalasi yang terpasang.

"
2000
S39837
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Permana
"Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien. Didalam dunia farmasi, manajemen persediaan menghadapi tantangan yang unik dimana harus menyeimbangkan tingkat persediaan yang memenuhi kebutuhan pasien dan juga meminimalisir biaya persediaan. Metode yang dapat digunakan untuk menentukan kebijakan pengendalian persediaan tersebut adalah Continuous Review System dan Periodic Review System untuk mendapatkan parameter kebijakan seperti jumlah pemesanan, titik pemesanan kembali, dan biaya total persediaan. Simulasi Monte Carlo dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi pada parameter total biaya yang dihasilkan oleh kedua jenis model kebijakan yang telah diperoleh terhadap perubahan variabel permintaan serta lead time. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah model kebijakan Continuous Review System dengan biaya persediaan total yang lebih rendah.

Hospital pharmacy service is an integral part of the health care system in a hospital. In pharmacy, inventory management faces many unique challenges. which must balance the inventory levels that meet the needs of patients and also minimize inventory costs. The method can be used to determine the inventory control policy is Continuous Review System and Periodic Review System where these methods are used to obtain the policy parameters such as quantity order, reorder point, and the total cost of inventory. Monte Carlo simulation is performed to see changes in the parameters of the total cost of the two types of policy models based on changes in demand and lead time variable according to the deviation of each variable. The results obtained in this study is a Continuous Review System model gives the total cost of inventory lower than the Periodic Review System model.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55382
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Scaddan, Brian
Jakarta: Erlangga, 2004
621.319 24 SCA et (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>