Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168347 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Citra Noviasari
"Plastik yang dapat terbiodegradasi merupakan salah satu solusi dalam upaya mengurangi limbah plastik. Plastik dapat diproduksi dari mikroalga dengan kandungan protein yang tinggi, seperti Spirulina platensis. Mikroalga dicampur dengan polimer; dalam penelitian ini polivinyl alkohol digunakan sebagai polimer untuk menghasilkan bioplastik. Material lain yang dibutuhkan yaitu gliserol sebagai plasticizer untuk meningkatkan fleksibilitas dan maleat anhidrida sebagai compatibilizer untuk memperkuat ikatan antara mikroalga dan polimer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan plastik biodegradable dengan sifat mekanik yang mirip dengan plastik komersial, yaitu dengan kuat tarik sebesar 26,4 kgf/cm2 dan elongasi 222,5.
Dalam penelitian ini, hal yang divariasikan adalah jumlah maleat anhidrida, yaitu 0 wt, 2 wt, 4 wt, dan 6 wt dan jumlah gliserol, yaitu 15 wt, 20 wt, 25 wt, dan 30 wt. Sifat mekanik, seperti kuat tarik dan elongasi, dan morfologi permukaan dengan menggunakan SEM telah dianalisis. Dari percobaan ini diperoleh konsentrasi optimal compatibilizer adalah 6 wt dan konsentrasi optimal plasticizer adalah 30, menghasilkan kuat tarik film bioplastik 27,7 kgf/cm2dan elongasi 66. Morfologi permukaan yang terbentuk dilihat dengan SEM menunjukkan bahwa film bioplastik yang menggunakan compatibilizer memiliki permukaan yang lebih homogen dibandingkan dengan film bioplastik tanpa compatibilizer.

Biodegradable plastics are one of the breakthrough in the effort to reduce plastic waste. Plastic can be produced from microalgae with a high protein content, such as Spirulina platensis. Microalgae were mixed with polymer polyvinyl alcohol was used in this research to produce the bioplastics. Other materials were glycerol as plasticizer to increase flexibility and maleic anhydride as compatibilizer to strengthen the bond between the microalgae and polymer. The aim of this research is to produce biodegradable plastic with mechanical properties similar to commercial plastics, i.e. tensile strength of 26,4 kgf cm2and elongation of 222,5.
This research varied the amount of maleic anhydride, which were 0 wt, 2 wt, 4 wt, and 6 wt and the amount of glycerol, which were 15 wt, 20 wt, 25 wt, and 30 wt. Mechanical properties, i.e. tensile strength and elongation and surface morphology with SEM have been analyzed. Based on the experiment, the optimum compatibilizer composition for bioplastic film is 6 wt and the optimum plasticizer composition is 30 wt, which shows the tensile strength at 27,7 kgf cm2and elongation at 66. Surface morphology comparison with SEM shows that bioplastic film with compatibilizer have more homogeneous surface than without compatibilizer.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Ambar Khalis
"Dewasa ini, sampah plastik merupakan isu lingkungan terbesar. Semenjak penggunaan plastik konvensional berasal dari polimer fossil, sehingga sulit diuraikan oleh bakteri. Solusi yang tepat adalah menggantikanya dengan bioplastik. Penelitian ini menggunakan Chlorella vulgaris dan PVA sebagai bahan pembuatan bioplastik. C. vulgaris dipercaya memiliki potensi sebagai bahan campuran pembuatan plastik dikarenakan tingginya kandungan biopolimer Protein, karbohidrat. Namun, C. vulgaris/ PVA memiliki beberapa kelemahan seperti sifat fisik-kimia yang buruk. Compatibilizer dan plasticizer diperlukan untuk meningkatkan homogenitas, kompatibilitas dan elastisitas campuran alami dan sintetis karena kedua bahan memiliki sifat yang berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi maleat anhidrat dan gliserol terbaik sebagai compatibilizer dan plasticizer. PVA graft maleat anhidrat PVA-g-MAH disintesis dengan memadukan PVA, Maleic anhydride 2, 4, 6 berat PVA, DMSO dan KPS dengan suhu 120 oC. C. vulgaris dimodifikasi menjadi termoplastik dengan mencampur aquadest dan variasi gliserol 15, 20, 25, 30 v dari berat C. vulgaris. Pada penelitan ini komposisi terbaik diperoleh pada penambahan maleat anhidrat 6 dengan gliserol 15 karna menghasilkan sifat mekanik terbaik yaitu kuat tarik 42 kgf/cm2 dan elongasi 13. Selain itu, dapat dindikasikan bahwa penambahan compatibilizer dan plasticizer dapat meningkatkan homogenitas dan elastisitas film plastik PVA-Chlorella.

Nowadays, plastic waste is the biggest environmental issues. Since the usage of conventional plastic which come from fossil polymer that can not be decomposed by decomposer. One of the solution is bioplastic. This study used Chlorella vulgaris and PVA as the based materials to made bioplastic. Chlorella is chosen as the new potential of raw material for its high amount of biopolymer Protein, carbs. However, Chlorella PVA has some weakness such as poor physical chemical properties. Compatibilizer and plasticizer are needed to improve the homogeneity, compatibility and elasticity of natural and synthetic mixtures as both materials have different properties.
This study aims to obtain the best maleic anhydrides and glycerol concentration as compatibilizer and plasticizer. Maleic anhydrate grafted PVA PVA g MAH was synthesized by blending PVA, Maleic anhydride 2, 4, 6 wt PVA, DMSO and KPS with temperature 120 oC. Chlorella was modified by mixing aquadest and glycerol variations 15, 20, 25, 30 v wt of Chlorella. In this research, the best composition was obtained in addition of 6 maleic anhydride with 15 glycerol because it yielded the best mechanical properties with tensile strength 42 kgf cm2 and elongation 13. In addition, it can be indicated that the addition of compatibilizer and plasticizer can improve the homogeneity and elasticity of PVA Chlorella plastic films.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Bagus Prakasa
"Penggunaan tabir surya (sunscreen) adalah cara untuk melindungi kulit dari bahaya paparan sinar UV. Saat ini, ada banyak tabir surya berbasis bahan kimia (sintetis organik) di pasaran, seperti ovobenzone, oxybenzone, otisalate yang telah terbukti sebagai bahan kimia beracun bagi kulit. Penelitian terkait penggunaan bahan alami sebagai zat aktif untuk tabir surya terus meningkat, salah satunya adalah mikroalga. Mikroalga Spirulina plantesis adalah cyanobateria yang secara alami menyerap sinar UV dalam selnya, yaitu flavonoid. Flavonoid berpotensi untuk digunakan sebagai bahan tabir surya aktif karena kemampuannya untuk menyerap panjang gelombang maksimum dalam kisaran sinar UV, serta meningkatkan nilai SPF. Dalam penelitian ini, flavonoid divariasikan dalam kisaran 1-10% (w/w) dan perbandingan olive oil : candelilla wax divariasikan, yaitu 10: 1 dan 5: 1 dengan kisaran komposisi wax adalah 35-40% (w/w) untuk mendapatkan stabilitas krim dan nilai SPF yang optimal dari sediaan krim sunscreen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan senyawa flavonoid dalam sampel kering dan basah mikroalga adalah 22,10 mg/g ekstrak dan 10,91 mg/g ekstrak. Komposisi sunscreen terbaik pada penelitian ini adalah sunscreen dengan ekstrak mikroalga 7% (w/w) dan perbandingan antara olive oil : candelilla wax adalah 35: 7, karena formulasi ini memberikan hasil yang baik yang dikategorikan sebagai ultra-SPF (29,57) dan memiliki skor stabilitas yang baik (18,67 dari 20). Oleh karena itu, tabir surya dari ekstrak mikroalga yang mengandung flavonoid aman digunakan, karena total mikroba masih di bawah batas mikroba total pada SNI dan tidak mengiritasi kulit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safrina Dewi Ratnaningrum
"Penelitian prcxiuksi β-karoten pada Spirulina platensis (Norstedt) Geitler (1925) di dalam medium Zarouk p.a. (proanalisis) dan teknis telah diiakukan dl Lab. Akuakultur, Puslitbang Bioteknologi LIPI, Cibinong. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan produksi β-karoten pada S. platensis yang dipeiihara di dalam medium Zarouk p.a. dan teknis. Selain itu, juga diiakukan analisis biomasa, klorofil a, dan karotenoid sebagai data penunjang. Rancangan pdhelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 2 perlakuan yaitu: medium Zarouk p.a. dan teknis, dengan 3 ulangan pada masing-masing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi β-karoten tertinggi dicapai keduanya pada ts (180 jam) sebanyak 0,1608 pg/ml (medium Zarouk p.a.) dan 0,1837 pg/ml (medium teknis)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S31084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Weediyanti
"Kanker merupakan penyebab kematian terbanyak urutan ketiga di Indonesia. Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan abnormal dari sel tubuh. Salah satu dari penyebab kanker adalah adanya radikal bebas reactive oxygen species (ROS) pada tubuh. Radikal bebas merupakan senyawa yang memiliki elektron tidak berpasangan, sehingga bersifat reaktif. Radikal bebas dapat distabilkan dengan antioksidan. Fikosianin adalah salah satu zat yang memiliki aktivitas antioksidan dan dengan begitu memiliki potensi untuk mencegah kanker. Spirulina platensis adalah penghasil fikosianin yang paling dikenal. Kandungan dari fikosianin pada Spirulina dapat dioptimalkan melalui jenis dan kandungan nitrogen pada media kultivasi. Penelitian ini akan mengkaji hal tersebut dengan memvariasikan sumber nitrogen pada medium Zarrouk, yaitu NaNO3 dan NH4NO3, dan konsentrasinya untuk kultur Spirulina platensis. Kultivasi dilakukan pada fotobioreaktor 250 mL dengan aerasi 250 mL/min, pencahayaan kontinyu 2200 lux, dan suhu 27 – 30 °C, selama 165 jam periode kultivasi. Fikosianin kemudian diekstrak dengan metode sonikasi dan diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH. Profil pertumbuhan, yield fikosianin, dan aktivitas antioksidan terbaik didapat dari kultur dengan NaNO3 0,03 M sebagai sumber nitrogen. Yield fikosianin yang didapat adalah sebesar 22,996 ± 0,072 mg/g dengan nilai IC50 sebesar 1.438,681 ± 50,274 ppm.

Cancer is the third leading cause of death in Indonesia. Cancer is a disease caused by abnormal growth of body cells. One of the causes of cancer is the presence of free radicals reactive oxygen species (ROS) in the body. Free radicals are compounds that have unpaired electrons, this condition will make them reactive. Free radicals can be stabilized by antioxidants. Spirulina platensis is the best known producer of phycocyanin. The content of phycocyanin in Spirulina can be optimized through the type and concentration of the nitrogen in the cultivation medium. This study will examine this matter by varying the nitrogen sources in Zarrouk medium, namely NaNO3 and NH4NO3, and their concentrations for Spirulina platensis culture. Cultivation was carried out in a 250 mL photobioreactor with aeration of 250 mL/minute, continous lighting of 2200 lux, and temperature of 27 – 30 °C for 165 hours of cultivation. Phycocyanin then was extracted by ultrasonication method and tested for its antioxidant activity by DPPH method. The best growth profile, phycocyanin yield, and antioxidant activity were obtained from culture that used NaNO3 0.03 M as nitrogen source. The yield of phycocyanin obtained was 22,996 ± 0,072 mg/g with an IC50 value of 1.438,681 ± 50,274 ppm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Zahra Fitriani
"Penggunaan listrik di dunia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan populasi manusia sehingga dibutuhkan energi berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk menghasilkan listrik, salah satunya pemanfaatan Biological Photovoltaic Cell (BPV). Sel BPV memanfaatkan sifat fotosintetik mikroalga untuk memproduksi arus listrik. Sistem BPV akan mengambil elektron yang terbentuk pada mikroalga yang sedang berfotosintesis.
Penerapan reaktor BPV tanpa membran dan tanpa biofilm pada bioanoda meskipun memiliki laju transfer elektron yang relatif kecil dapat tetap dilakukan dan produksi listrik masih dapat ditingkatkan, diantaranya dengan meningkatkan densitas sel dan mengatur intensitas cahaya pada reaktor BPV. Oleh karena itu, pada penelitian kali ini telah dilakukan variasi intensitas cahaya dan densitas sel mikroalga pada BPV tanpa mediator. Mikroalga yang akan digunakan adalah Spirulina platensis.
Pada penelitian ini, Open Circuit Voltage terbesar yang dihasilkan adalah 320 mV pada saat kondisi Optical Density sel S. platensis bernilai 0,9 dengan intensitas cahaya 1700 lux. Densitas daya yang dihasilkan 1,5 mW/m2 masih relatif kecil dibandingkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan densitas sel dan pengaturan konfigurasi intensitas cahaya dapat meningkatkan listrik yang dihasilkan dan perlu dilakukan hal-hal lain untuk meningkatkan produksi listrik seperti menambah permukaan elektroda dan membuat biofilm mikroalga agar BPV nantinya dapat digunakan digunakan secara komersial sebagai sumber energi listrik terbarukan yang ekonomis dan ramah lingkungan.

Electricity consumption in the world is increasing along with the increasing needs and the human population, then we need sustainable and environmentally friendly energy to produce electricity, one of the application is Biological Photovoltaic Cell (BPV). BPV cells utilizing the properties of photosynthetic microalgae to produce electric current. BPV system will take the electrons that produced by photosynthetic microalgae.
The application of BPV reactor without membrane and without biofilm on bioanoda yielding a low rate of electron transfer, but still can be done and electricity production can be improved, such as by increasing the cell density and adjust the light intensity at the reactor BPV. Therefore, the present study has been done variations of light intensity and density of microalgae cells in BPV without mediators. Microalgae to be used is Spirulina platensis.
In this study, the Open Circuit Voltage generated the largest is 320 mV when the condition Optical Density S. platensis cells is about 0.9 with 1700 lux light intensity. The resulting power density of 1.5 mW/m2 is still relatively small compared to studies conducted earlier.
From this study it can be concluded that the increase in cell density and configuration settings light intensity can improve the electricity is generated and the other things needs to be done to increase electricity production, such as increasing the electrode surface and makes biofilm microalgae so that BPV later can be used in commercial use as a source of electrical renewable energy that economically and environmentally friendly.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62410
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marvel Pratama Tjiaman
"Latar Belakang
Karbonil, yang merupakan produk sampingan dari oksidasi protein, sering kali meningkat seiring dengan penuaan. Spirulina platensis, alga mikroskopis yang kaya akan nutrisi dan antioksidan, telah menunjukkan potensi dalam mencegah akumulasi stres oksidatif di otak. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian Spirulina platensis terhadap kadar karbonil pada otak tikus Wistar berbagai usia, dengan harapan dapat memberikan wawasan mengenai manfaat Spirulina terhadap otak.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental menggunakan sampel biologis tersimpan dari otak tikus Wistar yang telah diberikan ekstrak etanol Spirulina platensis selama 29 hari per oral. Sampel pada penelitian ini dibagi menjadi 6 kelompok, 3 kelompok kontrol dengan usia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu, serta 3 kelompok yang diberi ekstrak Spirulina platensis dengan usia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu. Parameter yang digunakan adalah kadar karbonil yang diukur menggunakan metode Allen.
Hasil
Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian Spirulina platensis menurunkan kadar karbonil otak, tetapi secara statistik tidak signifikan, pada semua kelompok usia dibandingkan dengan kelompok yang tidak menerima suplementasi. Penurunan paling menonjol antara kelompok akuades dengan yang diberi Spirulina platensis terjadi pada kelompok tikus dengan usia 18 minggu.
Kesimpulan
Suplemen Spirulina memiliki potensi sebagai sumber antioksidan yang dapat mengurangi stres oksidatif pada otak akibat penuaan meskipun penurunan karbonil yang terjadi tidak signifikan. Untuk menilai efek Spirulina terhadap otak, diperlukan kelompok tikus dengan usia yang lebih tua.

Introduction
Carbonyl, a byproduct of protein oxidation, often increases with aging. Spirulina platensis, a microscopic algae rich in nutrients and antioxidants, has shown potential in preventing the accumulation of oxidative stress in the brain. This study aims to evaluate the effect of Spirulina platensis administration on carbonyl levels in Wistar rats’ brain of various ages, with the hope of providing insight into the benefits of Spirulina on the brain.
Method
This study employed an experimental design using stored biological samples from the brains of Wistar rats administered ethanol extract of Spirulina platensis orally for 29 days. The samples were divided into six groups: three control groups aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks, and three groups receiving Spirulina platensis extract at the same ages. The parameter measured was carbonyl content, assessed using the Allen method. Results
The analysis showed that Spirulina platensis administration reduced brain carbonyl levels, but statistically insignificant, in all age groups compared to the control groups that did not receive supplementation. The most noticeable reduction between the aquadest group and the group given Spirulina platensis was observed in the 18-week-old rats. Conclusion
Spirulina supplementation has potential as an antioxidant source to reduce oxidative stress in the brain due to aging, although the observed reduction in carbonyl levels was not significant. Older rat age groups are needed to assess Spirulina’s effects on the brain.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erien Tannur Wijaya
"Latar Belakang
Glutathione (GSH) adalah antioksidan endogen yang melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas. Seiring bertambahnya usia kadar GSH dalam tubuh, termasuk di otak cenderung menurun sehingga meningkatkan risiko penyakit neurodegeneratif. Spirulina platensis merupakan mikroalga kaya nutrisi dan antioksidan, yang berpotensi mencegah kerusakan oksidatif pada otak. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh Spirulina platensis terhadap kadar GSH pada otak tikus Wistar dari berbagai usia, untuk mengetahui potensinya sebagai antioksidan di jaringan otak tikus berbagai usia.
Metode
Penenelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan organ otak sebagai bahan biologis tersimpan dari 30 tikus jantan Wistar yang dibagi menjadi enam kelompok. Tiga kelompok kontrol usia 12, 18, dan 24 minggu diberi akuades, sementara tiga kelompok perlakuan pada usia yang sama diberi ekstrak Spirulina platensis dengan dosis 200mg/kgBB per oral selama 29 hari. Kadar GSH diukur menggunakan metode Ellman. Hasil
Kadar GSH otak total pada kelompok kontrol yang diberi akuades usia 12 minggu yaitu 0,142±0,012 μg/mg protein, kelompok kontrol usia 18 minggu yaitu 0,150±0,031 μg/mg protein dan kelompok kontrol usia 24 minggu yaitu 0,110±0,016 μg/mg protein. Pada kelompok perlakuan yang diberi Spirulina platensis usia 12 minggu yaitu 0,117±0,023 μg/mg protein, kelompok perlakuan usia 18 minggu yaitu 0,114±0,022 μg/mg protein, dan kelompok perlakuan usia 24 minggu yaitu 0,094±0,020 μg/mg protein. Kesimpulan
Pemberian ekstrak Spirulina platensis dosis 200 mg/kgBB selama 29 hari pada tikus Wistar berbagai usia belum mampu mencegah penurunan kadar Glutathione (GSH) otak yang terjadi seiring bertambahnya usia.

Introduction
Glutathione (GSH) is an endogenous antioxidant that protects cells from free radical damage. As age increases, GSH levels in the body, including the brain, tend to decline, raising the risk of neurodegenerative diseases. Spirulina platensis is a nutrient-rich microalga with antioxidant potential, which may prevent oxidative damage in the brain. This study aims to evaluate the effect of Spirulina platensis on brain GSH levels in Wistar rats of different ages, to explore its potential as an antioxidant in brain tissues.
Method
This experimental study used stored brain tissue from 30 male Wistar rats divided into six groups. Three control groups aged 12, 18, and 24 weeks received distilled water, while the three treatment groups of the same ages were given Spirulina platensis extract at a dose of 200 mg/kgBW orally for 29 days. GSH levels were measured using the Ellman method.
Results
The total brain GSH levels in the control group given aquadest at 12 weeks were 0.142±0.012 μg/mg protein, at 18 weeks were 0.150±0.031 μg/mg protein, and at 24 weeks were 0.110±0.016 μg/mg protein. In the Spirulina platensis-treated group, the GSH levels at 12 weeks were 0.117±0.023 μg/mg protein, at 18 weeks were 0.114±0.022 μg/mg protein, and at 24 weeks were 0.094±0.020 μg/mg protein.
Conclusion
Administration of Spirulina platensis extract at a dose of 200 mg/kgBW for 29 days to Wistar rats of various ages has not been able to prevent the decrease in brain Glutathione (GSH) levels that occurs with age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Susanna
"Kandungan protein yang tinggi dalam Spirulina platensis dapat dimanfaatkan sebagai sumber Protein Sel Tunggal (PST). Dengan menggunakan mencit (Mus musculus), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan biomassa kering Spirulina platensis sebagai suplemen Protein Sel Tunggal (PST) dengan mengukur pertumbuhan berat badan mencit. Sebanyak 30 ekor mencit jantan, dengan berat antara 30-50 gram, dan umur antara 5-7 minggu. Sebanyak 25 ekor sebagai Perlakuan yaitu dengan membuat perbandingan antara biomassa kering dan pelet sebagai makanan tikus sebesar 10 %, 20 %, 30 %, 40 %, dan 50 %, dan 5 ekor sisanya sebagai Kontrol tanpa diberi biomassa (100 % pelet). Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari, data dianalisis denga menggunakan t-test dan analisis varians.
Hasil penelilitan menunjukkan bahwa pemberian biomassa kering S. platensis kepada mencit (Mus musculus) dapat mempengaruhi kenaikan berat badan pada pengamatan dari hari pertama sampai hari kedua belas, tetapi menurun pada hari ke-tiga belas sampai hari ke-empat belas, dan mengalami kestabilan sampai hari ke-tujuh belas. Ada perbedaan yang bermakna antara berat badan sebelum pemberian dan setelah pemberian biomassa kering S. platensis selama 17 hari. Perbedan terjadi pada Minggu I dan II, tidak semua konsentrasi biomassa mempunyai pengaruh yang sama terhadap pertambahan berat badan mencit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagai biomassa kering ganggang hijau biru bersel tunggal yang banyak mengandung protein yang dapat berpengaruh terhadap kenaikan baerat badan mencit, maka dapat diasumsikan bahwa biomassa S. platensis dapat dianggap sebagai sumber protein sel tunggal (PST) mencit (Mus musculus) pada konsentrasi yang tertentu.

The using of Spirulina platensis as Supplement of Single-Celled Protein (SCP) to Mice. High protein in Spirulina platensis can be used as a source of Single-Celled Protein. By using mice (Mus musculus) as a animal laboratory, the objective of this research is to know the influence of Biomass S. platensis to the increase of body weight of mice. The name of species is Mus musculus, strain is Swiss derivate. Utilized mice were male, 30-50 weighing gram, and 5-7 weeks of age. Treatment group was given by palette and given by biomass of S. Platensis, while control also fed palette but did not give biomass of S. platensis. Yielded biomass was used as food mixed with palette with composition of dry biomass S. platensis with palette was 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, and 50%. Data analysis was conducted by using t-tes and analysis of variance.
The results showed that by giving of dry biomass of S. platensis affected to the increasement of body weight from the first day until twelfth day of observation, and decrease on the thirteenth and fourteenth day. Pursuant to result of statistic, there is a significant difference (p < 0,05) between before giving and after giving of dry biomass S. platensis during 17 day. By giving dry biomass of S. platensis to mice (Mus musculus) at first and second week, it was found the difference of average mice body weight among six concentrations of biomass but did not at the third week. It means that not all concentration of biomass have same effect to the increase of mice body weight as a Single-Celled Protein."
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; Pusat Studi Lingkungan Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zarahmaida Taurina
"ABSTRAK
Mikroalga Spirulina platensis berpotensi untuk dikembangkan karena dapat memproduksi senyawa kimia esensial berupa pigmen fikosianin yang dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan alami. Pertumbuhan mikroalga dan produksi fikosianin sangat bergantung pada ketersedian nutrisi dalam medium kultur. Penelitian ini menggunakan variasi ketersediaan nutrisi dalam medium kultur sebagai alternatif mahalnya medium Zarrouk. Variasi medium kultur berupa ekstrak tauge 4 , 6 , dan 8 v/v dengan penambahan pupuk urea 80, 100, dan 120 ppm pada masing-masing konsentrasi ekstrak tauge, serta medium Zarrouk 10 mL/L sebagai kontrolnya. Tiap medium akan dilihat pengaruhnya terhadap profil pertumbuhan serta kandungan fikosianin. Kultivasi pada masing-masing variasi medium akan dilakukan pada reaktor 1 L dengan aerasi secara terus menerus, intensitas cahaya sebesar 3000-4000 lux, dan suhu 27-30oC. Fikosianin diperoleh dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan buffer fosfat pH 7, dan diuji kandungannya menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Pada penelitian ini, densitas sel tertinggi diperoleh pada kultur mikroalga Spirulina platensis dalam medium ekstrak tauge 8 v/v dengan penambahan 120 ppm pupuk urea. Kandungan fikosianin tertinggi diperoleh pada kultur mikroalga Spirulina platensis dalam medium ekstrak tauge 8 v/v dengan penambahan 100 ppm pupuk urea dengan konsentrasi fikosianin sebesar 257,12 mg/L.

ABSTRACT
Spirulina platensis has the potential to be developed because of essential chemical compounds in the form of phycocyanin that can be used as an antioxidant. The growth of microalgae and phycocyanin depends on the availability of nutrition contained in culture medium. This study used variations of nutrition contained in culture medium as alternatives to the expensive Zarrouk medium. Microalgae is cultured in variations medium which are bean sprout extract medium 4 , 6 , and 8 v v with the addition of urea fertilizer 80, 100, and 120 ppm , and Zarrouk 10 mL L as the control in order to know effect on the growth profile and phycocyanin content. The cultivation will be carried out at 1 L reactor with continuous aeration, light intensity is 3000 4000 lux, and temperature is 27 30oC. Phycocyanin is obtained by liquid liquid extraction method using phosphate buffer pH 7. Phycocyanin test performed by using UV Vis spectrophotometry. The result show that the highest dry biomass is obtained on bean sprout extract medium 8 v v with the addition of urea fertilizer 120 ppm. The highest content of phycocyanin is obtained on bean sprout extract medium 8 v v with the addition of urea fertilizer 100 ppm with phycocyanin concentration of 257.12 mg L."
2017
S67807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>