Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74704 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Aji Winata
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi alat ukur Teacher Caring Scale TCS pada guru sekolah menengah. Penelitian ini dilakukan kepada guru sekolah menengah di daerah Jabodetabek n=291. Hasil pengujian psikometri cronbach alpha menunjukkan bahwa alat ukur TCS memiliki tingkat konsistensi internal yang baik ?=0,916. Pengujian validitas konstruk menunjukkan korelasi yang signifikan dengan alat ukur agreeableness r=0,371.

This study aims to construct a Teacher Caring Scale TCS measurement for secondary school teachers. This research was conducted to secondary school teachers in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi n 291. The results of psychometric test with cronbach alpha indicates that TCS measurement has a good internal consistency level 0.916. Construct validity shows significant correlation with agreeableness r 0,371.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhliyah Tania Heryanto
"Adaptabilitas menjadi karakteristik yang dibutuhkan guru untuk menghadapi perkembangan pendidikan yang dinamis seiring berkembangnya zaman. Oleh karena itu, diperlukan sebuah alat ukur untuk mengetahui tingkat kecenderungan karakteristik adaptabilitas pada guru. Penelitian bertujuan untuk mengkonstruksi alat ukur yang memiliki konsistensi, valid mengukur adaptabilitas guru, memiliki item yang mampu membedakan kemampuan individu, dan memiliki skor yang bermakna. Penelitian dilakukan kepada guru sekolah menengah di wilayah Jabodetabek n=290. Hasil pengujian menunjukkan bahwa alat ukur Adaptabilitas Guru dengan 24 item memiliki konsistensi internal yang baik ? = 0,895, mampu mengukur adaptabilitas guru melalui uji validitas konstruk dengan agreeableness r=0,217, p.

Adaptability becomes an important characteristic for teacher to face the development of dynamic education as time progress. Therefore, a test that measures teachers level of adaptability is needed. This research aims to construct a consistent and valid measure of teachers adaptability test that contains items which can discriminate individual ability and can be meaningfully interpreted. This reasearch was administered to 290 junior and senior high school teachers in Jabodetabek area. Result from this study showed that Teacher's Adaptability measurement is internally consistent 0,895 and able to measure teacher's adaptability through construct validity test r 0,217.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thelma Ghatya
"Kualitas pendidikan Indonesia masih berada dibawah rata-rata kualitas pendidikan dunia dan memerlukan banyak pengembangan. Berdasarkan studi literatur, guru yang efektif merupakan kunci utama untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap siswa dan dirinya merupakan salah satu karakteristik utama guru efektif. Ekspektasi yang tinggi dapat disebut sebagai Teacher Academic Optimism. Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi alat ukur yang konsisten, valid mengukur teacher's academic optimism, memiliki item yang mampu membedakan karakteristik optimism akademik guru, serta memiliki norma menginterpretasi skor.
Penelitian dilakukan kepada guru sekolah tingkat menengah di 15 SMP dan SMA Jabodetabek n=295; Musia= 47,4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat ukur Optimisme Akademik Guru OAG memiliki konsistensi internal yang baik ? = 0,917, memiliki kecocokan good fit dengan model yang ada RMSEA=0,077; CFI=0,96, valid dalam mengukur teacher academic optimism karena berkorelasi dengan optimism disposisional yang secara teoretis berhubungan r = 0,468, n = 295, p.

Indonesia 39s education quality still below the average of world wide education quality and need a lot of improvement. Based on literature studies, effective teachers are the key to improving the quality of education. Having high expectations of students and itself is one of the main characteristics of effective teachers. High expectations can be explained as Teacher 39 s Academic Optimism. This study aims to construct a consistent, valid scale of teacher 39s academic optimism, having items that differentiate the characteristics of teachers academic optimism, as well as having norms to interpret scores.
The study was conducted to middle school teachers in 15 junior high and senior high schools in Jabodetabek n 295, Mage 47.4. The results showed that the Teachers Academic Optimism OAG scale has good internal consistency 0.917, has a good fit with proposed model RMSEA 0.077, CFI 0.96, valid in measuring teacher 39s academic optimism because it correlates with theoretically related dispositional optimism r 0.468, n 295.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasya Millatina
"Pentingnya guru untuk mulai terbuka terhadap penggunaan teknologi informasi dan komunikasi TIK dalam pembelajaran menjadi dasar pertimbangan dari konstruksi alat ukur sikap guru terhadap teknologi informasi dan komunikasi STTIK. Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi alat ukur sikap terhadap TIK yang reliabel, valid, memiliki item yang baik, serta memiliki skor yang bermakna. Penelitian dilakukan kepada guru sekolah menengah di Jabodetabek n=294. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat ukur STTIK memiliki konsistensi internal yang tinggi ?=0,913, valid mengukur sikap terhadap TIK melalui uji validitas konstruk dengan alat ukur self-efficacy yang secara teoritis berhubungan dengan konstruk sikap terhadap TIK r=0,542, p < 0,01, serta valid mengukur sikap terhadap TIK dalam arti memiliki kecocokan goodness of fit dengan model teoritis yang ada RMSEA=0,08; GFI=0,86; CFI=0,96. Alat ukur terdiri dari 21 item dimana item memiliki daya diskriminasi dan factor loading yang berfungsi dengan baik, meskipun masih memancing respon yang kurang merata. Pemaknaan skor alat ukur STTIK menggunakan within group norms dengan metode scaled score M=10; SD=3.

The importance of teacher starting to open towards the use of information and communication technology ICT in learning process has become the basis of construction of teachers rsquo attitude towadrs information and communication technology scale TAICTS. This study aimed to construct attitude towards ICT scale, which was valid, reliable, and having both good items and meaningful scores. Participants were secondary school teachers in Jabodetabek n 294 . The results revealed that TAICTS have high internal consistency 0,913, valid to measure attitude towards ICT through construct validity test with self efficacy scale by which theoretically related with attitude towards ICT construct r 0,542, p 0,01. TAICTS was found to be valid to measure attitude towards ICT in which have goodness of fit with the existing theoretical models RMSEA 0,08 GFI 0,86 CFI 0,96. This scale consisted of 21 items, which all of them have well functioned Item Discrimination Indices and factor loading, even though it still provoked uneven responses. The scoring meaning of TAICTS used within group norms with scaled score method M 10 SD 3.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Muhamad
"Berbagai penelitian menjelaskan bahwa kesadaran metakognisi perlu dimiliki guru untuk meningkatkan keefektifan dan performanya dalam mengajar. Namun penelitian kesadaran metakognisi pada konteks guru masih kurang mendapat perhatian, belum banyak dilakukan, dan belum ada alat ukurnya. Penelitian ini bertujuan untuk menkonstruksi alat ukur Teacher Metacognition Awareness TMA yang reliabel, valid, memiliki item-item yang baik, dan tersusun norma. Penelitian dilakukan kepada guru sekolah menengah di Jabodetabek n=293.
Hasil penelitian menunjukan bahwa alat ukur TMA merupakan alat ukur yang reliabel, baik secara total = 0,88, dimensi knowledge about cognition = 0,77, maupun dimensi regulation of cognition = 0,82. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa alat ukur TMA dan dimensinya juga valid dalam mengukur konstruk kesadaran metakognisi dan dimensinya memenuhi pernyaratan validitas factor analysis, convergent evidence, dan konsistensi internal. Alat ukur TMA terdiri dari total 24 item dan 12 item pada setiap dimensinya, dimana item tersebut memiliki daya diskriminasi yang baik dan memiliki kontribusi terhadap konstruk kesadaran metakognisi. Pemaknaan skor alat TMA menggunakan within-group norms dengan transformasi scaled score M=10; SD=3.

Various studies found that metacognition awareness needs to be possessed by teachers to improve their effectiveness and performance in teaching. However, there is still lack of research which examine metacognition awareness on teachers as well as lack of attention on the topic. Moreover, the scale that measure metacognition awareness on teacher has still not existed yet. This research attempted to construct Teacher Metacognition Awareness TMA scale in which is reliable, valid, having good items, and having norms. The study was conducted for secondary school teachers in Jabodetabek n 293.
The results revealed that the TMA scale was a reliable scale, in terms of total 0.88, knowledge about cognition 0.77, and regulation of cognition dimension 0.82. The results also indicated that the TMA scale and its dimensions are valid for measuring the metacognition awareness and its dimensions complying the validity requirements of factor analysis, convergent evidence, and internal consistency . The TMA scale consists of 24 items and 12 items in each dimension by which each item has a good discriminating power and contributes to the construct of metacognition awareness. TMA test rsquo s score was interpreted using within group norms with scaled score M 10 SD 3.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasyani Karima
"Guru dikatakan sebagai penentu keberhasilan dalam pendidikan. Meskipun begitu, masih banyak guru yang belum kompeten dan berkualitas di Indonesia dan kurangnya antusiasme guru dianggap sebagai salah satu penyebabnya. Hal ini menjadi dasar pengembangan alat ukur Skala Antusiasme Guru SAG di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun alat ukur yang konsisten secara internal, valid mengukur antusiasme guru, memiliki item yang mampu membedakan individu, serta menyusun norma. Penelitian dilakukan kepada guru sekolah menengah di 15 sekolah di Jabodetabek n=299. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat ukur SAG memiliki tingkat konsistensi internal yang baik ?=0,886, valid mengukur antusiasme guru melalui uji validitas konstruk dengan alat ukur new general self-efficacy pada dimensi antusiasme dalam mata pelajaran r=0,379, p.

Teachers are said to be the determinants of academic success. However, there are still many teachers who are not competent and qualified in Indonesia with lack of teacher enthusiasm is considered as one of the main cause. This became the basis for the development of Skala Antusiasme Guru SAG in Indonesia. This study aims to construct a test that internally consistent, validly measure teacher 39 s enthusiasm, have items that able to discriminate individuals, and set the norms. The study was conducted on secondary teachers in 15 schools in Jabodetabek area n 299. Result of the study shown that SAG has good internal consistency 0,886, validly measure teacher 39s enthusiasm through construct validity check with new general self efficacy test in subject enthusiasm r 0,379.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridhoutomo Putra Sutryarjoko
"Pengembangan kreativitas murid merupakan peran penting untuk guru. Namun, situasi pandemic dan berbagai tekanan mengancam menurunkan well-being guru. Terdapat indikasi well-being guru memiliki pengaruh terhadap perilaku guru untuk menumbuhkan krestivitas murid. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara well-being guru dan Creativity Teaching Behavior (CFTB). Penelitian ini mengumpulkan sebanyak 285 partisipan guru sekolah menengah. Instrumen penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah Teacher Subjective Well-being Questionnaire (TSWQ) milik Renshaw et al. (2015) dan Creativity Fostering Teacher Index (CFTI) Scale milik Soh (2000). Hasil analisa korelasi statistik menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara well-being guru dengan CFTB (r = 0,503, p < 0,01). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi guru mengenai kehidupan yang sehat dan sukses di tempat kerjanya memiliki hubungan dengan perilaku guru untuk menumbuhkan kreativitas murid.

Developing creativity in students are an important role for teacher. The pandemic and other pressure threatens to decrease the teacher’s well-being. There is an indication that teacher’s well-being effects their ability to foster creativity in students. Thus, this research is conducted to examine the correlation between teacher’s well-being dan Creativity Teaching Behavior (CFTB). The research has gathered 285 middle-school teachers as participants. Instrument used in this research is Teacher Subjective Well-being Questionnaire (TSWQ) from Renshaw et al. (2015) dan Creativity Fostering Teacher Index (CFTI) Scale from Soh (2000). The statistical analysis showed that there is a significant correlation between teacher’s well-being and CFTB (r = 0,503, p < 0,01). The results of this study indicate that there is a relationship between teachers' perceptions of a healthy and successful life in the workplace with teachers’ behavior to foster student creativity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Widodo Cahyo Putro
"Subjective well-being guru merupakan hal yang penting untuk dimiliki dan dipengaruhi oleh hubungan guru-siswa, juga oleh dukungan sosial eksternal berupa tunjangan sertifikasi guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi dari hubungan guru-siswa dan sertifikasi terhadap subjective well-being guru baik secara parsial maupun simultan. Hubungan guru-siswa diukur dengan menggunakan Student-Teacher Relationship Scale (STRS) milik Aldrup et al. (2018), sedangkan subjective well-being guru diukur dengan alat ukur Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ) milik Renshaw et al. (2015). Status sertifikasi diukur dengan pertanyaan tertutup. Responden dalam penelitian ini berjumlah 289 orang yang merupakan guru pada jenjang sekolah menengah (SMP dan SMA/Sederajat). Berdasarkan multiple regression analysis, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial persepsi guru mengenai hubungan guru-siswa dapat memprediksi subjective well-being guru jenjang sekolah menengah. Namun, status sertifikasi tidak dapat memprediksi subjective well-being guru jenjang sekolah menengah. Sedangkan persepsi guru mengenai hubungan guru-siswa dan status sertifikasi secara bersama-sama (simultan) dapat memprediksi subjective well-being guru.

Teacher subjective well-being is an important thing to have and is influenced by the teacher-student relationship, by external social support in the form of teacher certification allowances. This study aims to determine the contribution of the teacher-student relationship and teacher certification either partially or simultaneously. Teacher-student relationships were measured using the Student-Teacher Relationship Scale (STRS) belonging to Aldrup et al. (2018), while the subjective well-being of teachers is measured by the Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ) by Renshaw et al. (2015). Certification is measured by closed questions. Respondents in this study are 289 people who are teachers at the middle school level (SMP and SMA/equivalent). Based on multiple regression analysis, the results showed that partially teacher-student relationships could predict the subjective well-being of secondary school teachers. However, certification cannot predict the subjective well-being of secondary school teachers. Meanwhile, teacher-student relationships and certification status can predict teachers' subjective well-being simultaneously."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Yazid Nugraha
"Hubungan yang terjalin antara guru dengan siswa merupakan faktor terpenting yang membentuk teacher wellbeing O Connor, 2008. Akan tetapi, terdapat faktor penting lainnya yang dapat mempengaruhi teacher wellbeing guru, yang diperkirakan dipengaruhi oleh status kepegawaian guru (guru tetap dan guru honorer) (Setiyawan, 2017). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan guru- iswa dan status kepegawaian guru dapat memprediksi teacher wellbeing pada guru di jenjang sekolah menengah. Penelitian ini dilakukan pada guru sekolah menengah (N = 284; 65.8% Perempuan; M-usia = 38.58 tahun) dengan alat ukur berupa skala Teacher Subjective Wellbeing Questionnaire (TSWQ) yang dikembangkan oleh Renshaw, Long, dan Cook (2015) dan skala Student-Teacher Relationship Scale (STRS) yang dikembangkan oleh Aldrup, Klusmann, Lüdtke, Göllner, dan Trautwein 2018. Kedua alat ukur sudah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia dan memiliki hasil uji psikometrik yang baik. Diketahui bahwa hubungan guru siswa dan status kepegawaian guru sebagai prediktor terhadap teacher wellbeing sebagai variabel terikat menunjukkan hasil yang signifikan F2,281 = 78,118, p < .0005. Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan guru siswa dapat memprediksi teacher wellbeing pada guru sekolah menengah secara positif dan status kepegawaian guru juga akan memprediksi teacher wellbeing pada guru jenjang sekolah menengah, dimana guru tetap memiliki teacher wellbeing yang lebih baik dibandingkan guru honorer.

The relationship that is bonded between teachers and their pupil is the most crucial factor of teacher wellbeing O Connor, 2008. However, there is another important predictor beside student-teacher relationship which could affect teachers wellbeing. Teachers employment status is regarded as another important predictor towards teacher wellbeing and it is shown as to whether the teacher is permanently employed or is a temporary teacher (Setiyawan, 2017). This research aims to see whether student-teacher relationship and teachers employment status could predict teacher wellbeing amongst teachers of secondary level of education. The subjects of this study were secondary teachers (N = 284; 65.8% Female; M-age = 38.58 years old). The instrument used in this research were Teacher Subjective Wellbeing Questionnaire (TSWQ) developed by Renshaw, Long, and Cook 2015 and Student Teacher Relationship Scale (STRS) developed by Aldrup, Klusmann, Lüdtke, Göllner, and Trautwein 2018. Both instruments were adapted to Bahasa Indonesia and showed having good psychometrical attributes. Multiple Regression Analysis were deployed to test both predictors and the result indicates both predictors successfully predict teacher wellbeing amongst secondary teacher F(2,281) = 78,118, p < .0005. The result indicates that student teacher relationship predicts teacher wellbeing positively and teachers employment status also predicts teacher wellbeing which permanent teachers show better teacher wellbeing than temporary teachers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Utama Pramasta
"ABSTRAK
Terdapat pengaruh dari hubungan yang terjalin dari guru dengan siswanya terhadap bagaimana seorang guru mempersepsikan dirinya berkaitan dengan fungsi kesuksesan dan kesehatannya dalam pekerjaannya di sekolah atau biasa disebut dengan teacher well-being. Namun dalam pengaruh tersebut terdapat kaitan yang menarik dengan jenis kelamin guru pada jenjang sekolah menengah. Untuk itu peneliti ingin untuk melihat apakah jenis kelamin guru memoderasi pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being pada guru sekolah menengah. Alat ukur yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Teacher Subjective Well-being Questionnaire (TSWQ) dan Student-Teacher Relationship Scale (STRS). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 284 guru sekolah menengah yang terdiri dari guru laki laki dan perempuan. Hasil analisis statistik menggunakan macro PROCESS menyatakan hasil bahwa jenis kelamin memoderasi pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being (b3 = -0,272; t = -2,055; p = 0,041 [-0,533; -0,012]). Dengan demikian jenis kelamin pada guru memperkuat atau memperlemah pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>