Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86296 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ikhsan Lazuardi Imani
"Jaringan distribusi gas untuk rumah tangga merupakan program pemerintah Indonesia dalam mengurangi penggunaan energi minyak bumi. Program ini biasa disebut dengan Gas Kota yang berarti mengalirkan gas dari sumbernya melalui jaringan perpipaan hingga sampai ke konsumen yaitu rumah tangga. Salah satu daerah yang sudah mendapatkan program Gas Kota ini adalah Cikarang Kabupaten Bekasi. Pembangunan tahap satu jaringan ini rampung pada akhir tahun 2015 dan mulai beroperasi pada awal tahun 2016 sedangkan pembangunan tahap dua ini masih dalam perencanaan. Oleh karena itu dilakukan studi pengembangan jaringan distribusi ini.
Dalam studi ini, pertama dilakukan pemetaan rute jaringan dari katup pengembangan hingga ke pelanggan. Kedua, menetapkan tekanan dan debit awal yang dibutuhkan. Terakhir, melakukan perhitungan hidraulik dengan simulasi menggunakan perangkat lunak sistem perpipaan yaitu Pipesim dan Pipe Flow Expert.
Hasil dari studi ini diharapkan mampu menambah kurang lebih 1500 pelanggan baru dengan tekanan dan debit sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dalam studi ini dilakukan analisis pada penggunaan beberapa diameter pipa untuk membandingkan tekanan akhir yang dihasilkan. Selain itu, dilakukan juga analisis pada kondisi seperti, sebagian pelanggan tidak menggunakan gas atau menutup katup gas sambungan rumahnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tekanan yang ada pada jaringan tersebut.

Gas distribution network for households is a program of the Indonesian government in reducing the use of petroleum energy. This program is commonly called City Gas which means the gas flow from the source through pipeline network to the consumers that is households. One of the areas that already getting this Gas City program is Cikarang Bekasi. Construction of phase one of the network was completed by the end of 2015 and began operating in early 2016 while the construction of phase two is still planning. Therefore, it conducted a study of this pipeline distribution.
In this study, first mapping the route network from the development valve through to the costumers. Second, set initial pressure and gas flow is needed. Lastly, did a hydraulic calculations by simulation using piping system software ie Pipesim and Pipe Flow Expert.
The results of this study are expected to add approximately 1500 new costumers with pressure and gas flow in accordance with established standards. In this study conducted an analysis on the use of several pipe diameter to compare the final pressure. In addition, analysis is also performed on the condition of some costumers don rsquo t use gas or close the gas valve. It is intended to know the difference in pressure on the network.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Apriliayanti
"Pembangunan Jaringan Distribusi Gas Bumi untuk Rumah Tangga (JGRT) adalah salah satu program Pemerintah untuk memperbanyak penggunaan gas bumi. Program JGRT dilaksanakan di 24 kota di seluruh Indonesia dengan sasaran sebanyak 80.000 rumah tangga. Salah satu kota yang terpilih adalah Kota Depok. Pembangunan JGRT Kota Depok diberikan terhadap 4000 rumah tangga di Kelurahan Beji dan Beji Timur pada tahun 2010. Namun hingga saat ini belum pernah dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program tersebut.
Penelitian ini mencoba mengevaluasi pencapaian outcomes program pembangunan JGRT di Kota Depok. Penelitian dilakukan dengan pendekatan survei dengan jumlah responden 150 rumah tangga yang dipilih dengan metode proportional random sampling. Analisis dilakukan dengan cara deskriptif kuantitatif.
Berdasarkan analisis diperoleh kesimpulan bahwa jumlah penerima program yang beralih menggunakan gas bumi dari LPG tabung sebesar 93,45%. Konsumsi gas bumi dari penerima program dapat menggantikan 11.439 tabung LPG 3kg dan 1.120 LPG 12kg per bulan. Jumlah tersebut hanya 0,85% dari total rumah tangga dan total konsumsi LPG 3kg dan 12kg per bulan di Kota Depok. Penghematan subsidi yang telah didapatkan Pemerintah sejak bulan Juni tahun 2011 sampai dengan Desember tahun 2013 sebesar 8,2 miliar rupiah.
Analisis persepsi responden terhadap penggunaan gas bumi disimpulkan bahwa gas bumi terbukti lebih murah, lebih aman, dan lebih praktis dibandingkan LPG 3kg dan 12kg. Hambatan program JGRT Kota Depok adalah belum adanya pengembangan JGRT ke wilayah lain di Kota Depok.

The Development of Natural Gas Distribution Network for Household (JGRT) is one of the Government of Indonesia's programs to increase the use of natural gas. JGRT program is implemented in 24 cities across Indonesia with a target of 80,000 households, including Depok as one of the pilot. The JGRT Depok development was applied to 4000 households in Beji and East Beji Village in 2010. However, an evaluation of the implementation of the program has never been conducted until today.
This study is focused on evaluating the achievement of the program outcomes of the JGRT in Depok. The study was conducted by using the survey approach with 150 households selected as respondents. The respondents selection process was done by using proportional random sampling method, while the analysis was conducted by using descriptive quantitative method.
Based on the above analysis, it is concluded that the number of beneficiaries who previously use the LPG tubes and switch to use the natural gas is 93.45% of all surveyed beneficiaries. The amount of gas consumption can substitute 11,439 tubes of LPG 3kg and 1,120 tubes of LPG 12kg per month. This figure represents 0.85% of the total households in Depok and total monthly of 3kg and 12kg LPG consumption in Depok. Government subsidies which have been saved since June of 2011 until December of 2013 amounted to 8.2 billion Rupiah.
Based on the analysis of respondent's perceptions of the use of natural gas, it is concluded that the natural gas is proven to be cheaper, safer and more practical compared to LPG 3kg and 12kg. The barriers of the JGRT program in Depok is the lack of development JGRT to other areas in Depok.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T43212
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiya Naifa Putri
"ABSTRAK
Kelapa Gading adalah salah satu daerah padat penduduk di DKI Jakarta dengan kepadatan penduduk 16,122 orang/km2 yang cenderung meningkat setiap tahun. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan energi cenderung meningkat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan komersial, seperti restoran. Salah satu energi alternatif yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari selain LPG adalah gas alam. Dibandingkan dengan LPG, gas alam lebih murah, ketersediaannya melimpah, dan ramah lingkungan. Gas yang dibutuhkan untuk area ini adalah 4,326,856 m3/tahun dengan rute sepanjang 41,122.25 m menggunakan kombinasi pipa MDPE SDR 11 dan pipa API 5L Grade B. Biaya kapital yang dibutuhkan adalah sebesar Rp70,511,737,825.17 dengan biaya operasional Rp4,141,071,275/tahun dengan umur proyek selama 20 tahun. Berdasarkan analisis ekonomi, proyek ini layak dijalankan dengan harga jual gas rumah tangga Rp7,200/m3 dan harga jual gas komersial Rp8,400/m3, dimana didapatkan NPV sebesar Rp5,303,138,979, IRR 12,29% dan PBP pada tahun ke-7.

Kelapa Gading is one of the densely populated areas in DKI Jakarta with population density of 16,122 people/km2 that tends to increase every year. With increasing of population, the energy needs are likely to increase to meet household and commercial needs, such as restaurants. One of the alternative energies that can be used for daily needs is besides LPG is natural gas. Compared to LPG, natural gas is cheaper, has abundant availability, and is environmentally friendly. The gas needed for the area is 4,326,856 m3/year with a route of 41,122.25 m using a combination of MDPE SDR 11 pipe and API 5L Grade B pipe. The capital expenditure is calculated to be Rp70,511,737,825 with operational costs of Rp4,141,071,275/year and project lifetime of 20 years. Based on the economic analysis, this project is feasible with households’ gas selling price of Rp7,200/m3 and commercials’ gas selling price of Rp8,400/m3, where the calculated NPV is Rp5,303,138,979 with 12,29% of IRR and payback period time of 7 years."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Darmawan
"Sentul City merupakan kawasan hunian dan komersial yang cukup ramai di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jumlah penduduk dan rumah tangga pada kawasan ini terus meningkat setiap tahunnya sehingga kebutuhan energinya pun terus bertambah. Penggunaan gas alam, dalam hal ini gas kota, dapat menjadi alternatif energi yang memiliki banyak kelebihan apabila dibandingkan dengan LPG. Dibandingkan dengan LPG, gas kota lebih murah, ketersediaannya melimpah, dan ramah lingkungan. Untuk memenuhi kebutuhan gas sejumlah 4.299.840 m3/tahun di kawasan ini, dibutuhkan pembangunan jaringan pipa distribusi sepanjang 36.196 m dengan kombinasi Pipa MDPE 80 SDR 11 Ø 125mm digunakan sebagai pipa utama serta Pipa MDPE 80 SDR 11 Ø 90mm dan pipa MDPE 80 SDR 11 Ø 63mm digunakan untuk pipa pada cluster perumahan dan area komersial menuju muka bangunan pelanggan. Harga jual gas yang layak untuk proyek ini adalah Rp4.950 untuk pelanggan rumah tangga dan Rp6.000 untuk pelanggan komersial. Dengan begitu, proyek dikatakan layak karena memperoleh nilai NPV sebesar Rp3.962.490.849, IRR sebesar 12,85%, dan PBP selama 7,43 tahun.

Sentul City is a densely residential and commercial area in Bogor Regency, West Java. The number of residents and households in this area continues to increase every year, increasing the area's energy demand. Natural gas, in this case city gas, can be used as an alternative energy source which has many advantages. Compared to LPG, city gas is cheaper, abundantly available, and environmentally friendly. To meet the gas demand of 4,299,840 m3/year in this area, it required to build a distribution pipeline network of 36,196 m long with a combination of MDPE Pipe 80 SDR 11 Ø 125mm used as the main pipe also MDPE Pipe 80 SDR 11 Ø 90mm and MDPE Pipe 80 SDR 11 Ø 63mm are used for pipes in residential clusters and commercial areas to the customer's building facade. The proper selling price of gas for this project is Rp4,950 for household customers and Rp6,000 for commercial customers. That way, the project is said to be feasible because it has an NPV value of Rp. 3,962,490,849, an IRR of 12.85%, and a PBP of 7.43 years.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Dinata Saputra
"Program pembangunan jaringan pipa distribusi gas bumi untuk rumah tangga yang saat ini sedang dilakukan pemerintah untuk mensubsitusi penggunaan bahan bakar minyak ke gas bumi memiliki nilai yang sangat strategis. Karena dengan mengalihkan pengunaan bahan bakar minyak ke gas bumi akan memberikan dampak yang positif bagi masyarakat maupun pemerintah. Keuntungan yang akan diperoleh masyarakat adalah mendapatkan energi yang lebih bersih, ramah lingkungan, murah dan aman. Sedangkan dari sisi pemerintah dapat mengurangi beban subsidi yang saat ini mencapai Rp.48,2 Triliun. Namun, usaha ini belum maksimal karena masih kurangnya infrastruktur atau fasilitas penyaluran gas bumi ke konsumen.
Oleh karena itu, dalam studi ini akan dilakukan simulasi proses jaringan pipa distribusi gas bumi untuk rumah tangga sebagai salah satu langkah awal pembangunan infrastruktur sistem distribusi gas bumi untuk rumah tangga. Studi kasus yang akan dilakukan adalah di wilayah Kota Pekanbaru, Bandar Lampung, Muara Enim dan Cilegon. Langkah-langkah yang akan dilakukan meliputi pengumpulan data dan analisis data, penetapan sumber pasokan gas bumi, penetapan kecamatan prioritas, simulasi dan analisa hasil simulasi, serta rekomendasi dan kesimpulan.
Simulasi dilakukan menggunakan perangkat lunak sistem perpipaan. Hasil studi ini menghasilkan desain basis proses untuk jaringan pipa distribusi gas bumi dan dimensi pipa yang dibutuhkan untuk jaringan pipa distribusi gas bumi ini.

Program development natural gas distribution pipelines to households currently being done by the government for substitution oil fuel to natural gas has a very strategic value. Since the substitution of oil fuel usage to natural gas will have a positive impact for the society and government. Gains for society is getting more clean energy, environmental friendly, cheap and safe. While the government can reduce the burden of subsidies currently reached Rp.48.2 Trillion. However, these efforts are not maximized due to a lack of infrastructure or natural gas distribution facilities to consumers.
Therefore, in this study will be conducted process simulation of natural gas distribution pipelines to households as one of the first steps of infrastructure development of natural gas distribution system for households. Case studies will be done is in the city of Pekanbaru, Bandar Lampung, Muara Enim and Cilegon. The steps to be taken include data collection and analysis, determining the source of gas supply, setting priorities district, simulation and analysis, and recommendations and conclusions.
Simulations are conducted using the software pipeline system. The results of this study produced the basis design for the process of distribution pipelines and pipe dimensions required for natural gas distribution pipelines.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52219
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Theresia Beatrix Marito
"Terjadi peningkatan permintaan terhadap apartemen yang cukup pesat pada beberapa tahun terakhir, terutama di kota-kota besar seperti DKI Jakarta. Hingga saat ini, sebagian besar hunian di Indonesia mengandalkan liquefied petroleum gas (LPG) sebagai sumber energi utama untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga, termasuk juga pada hunian vertikal yaitu apartemen. Produksi LPG dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan LPG rumah tangga yang terus meningkat setiap tahunnya sehingga Indonesia masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Jaringan gas kota menggunakan potensi gas bumi untuk rumah tangga merupakan salah satu perhatian dari Presiden sebagai Proyek Strategis Nasional yang dapat dilihat dari terbentuknya Perpres No.6 tahun 2019. Pada tahun 2009 hingga 2018 sudah terbangun sejumlah 325.852 sambungan rumah (SR) di berbagai kota. Melihat kondisi tersebut, beberapa wilayah di Jabodetabek, terutama pada gedung apartemen masih belum terpasang infrastruktur jaringan gas bumi untuk rumah tangga dan komersial. Salah satu apartemen yang belum memiliki jaringan gas adalah Apartemen Lavande Tebet. Apartemen Lavande terdiri dari 1 tower, 32 lantai dengan 121 unit apartemen. Untuk memenuhi sasaran pelanggan sejumlah 121 pelanggan rumah tangga dengan kebutuhan gas sejumlah 88.360 m3/tahun, dan sumber gas dari jaringan pipa gas eksisting milik PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk. yang berlokasi di Jl Prof. Dr. Satrio, Tebet maka didapat desain dengan Pipa MDPE 80 SDR 11 diameter 63 mm yang digunakan sebagai pipa utama dari tapping point menuju gedung apartemen. pipa carbon steel diameter 2” dan pipa carbon steel diameter 1⁄2” digunakan untuk pipa servis pada gedung apartemen menuju unit rumah tangga. Nilai investasi yang dibutuhkan untuk proyek ini sebesar Rp. 1,438,330,531.

There has been a rapid increase in demand for apartments in recent years, especially in big cities like DKI Jakarta. Until now, most households in Indonesia rely on Liquefied Petroleum Gas (LPG) as the main energy source to meet household energy needs, including vertical housing, namely apartments. Domestic LPG production is unable to meet household LPG needs which continue to increase every year, so Indonesia still relies on imports to meet domestic needs. Provision of city gas networks using the potential of natural gas for households is one of the concerns of the President as a National Strategic Project which can be seen from the issuance of Presidential Decree No. 6 of 2019. In 2009 to 2018 a total of 325,852 piping infrastructure have been built in various cities. Seeing these conditions, several areas in Jabodetabek, especially in apartment buildings, have not yet installed natural gas network infrastructure for households and commercial. One of the apartments that do not have a gas network is the Lavande Apartment Tebet. The Lavande Apartment consists of 1 tower, 32 floors with 121 apartment units. To meet the customer target of 121 household customers with gas needs of 88,360 m3/year, and gas sources from the existing gas pipeline network owned by PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk. which is located on Jl Prof. Dr. Satrio, Tebet then obtained a design with an 80 SDR 11 diameter 63 mm MDPE pipe used as the main pipe from the tapping point to the apartment building. carbon steel pipes diameter 2” and carbon steel pipes diameter 1⁄2” are used for service pipes in apartment buildings to household units. The investment value required for this project is Rp. 1,472,163,388."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nico Nathanael
"ABSTRACT
Kebutuhan energi Indonesia terus meningkat dan harus dipenuhi. Strategi bauran energi adalah salah satu cara yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mengurangi penggunaan minyak bumi. Oleh sebab itu dibutuhkan infrastruktur distribusi gas untuk dikonsumsi dalam kegiatan kehidupan sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan studi kelayakan terkait pembangunan infrastruktur distribusi gas kota untuk sektor rumah tangga dan komersial di wilayah Summarecon Serpong yang adalah kota yang terus berkembang dari segi hunian dan komersial secara pesat. Ditentukan 2 tapping point pada jaringan, sehingga terbagi menjadi 2 sistem perpipaan, yaitu tapping Summarecon Mall Serpong dan Universitas Multimedia Nusantara. Perhitungan teknis dilakukan dengan analisa hidraulik menggunakan piranti lunak. Jaringan pipa menggunakan MRS dan regulator tekanan untuk mengukur laju alir dan menurunkan tekanan pada setiap sistemnya. Pipa yang digunakan adalah pipa baja dan pipa polietilen. Dari 2 sistem yang di rancang pada titik terjauh tekanan adalah 0,12 bar dan 0,29. Bill of quantity dibuat berdasarkan gambar teknis sebagai dasar perhitungan investasi. Harga jual gas yang layak untuk proyek tersebut adalah Rp 9.105 untuk pelanggan rumah tangga dan Rp 6.650 untuk pelanggan komersial. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai NPV 41 milyar rupiah, IRR 11,02%, dan PBP 7,5 tahun.

ABSTRACT
Indonesias energy consumption keeps increasing every year. The energy mix strategy is one of the ways that the government implement to reduce the use of fossil fuel. Therefore more infrastructure is needed to increase the consumption of natural gas in everyday activities. The purpose of this study is to obtain the technical design and feasibility study of gas distribution network in Summarecon Serpong which has a high rate of household and commercial sector growth. The study was conducted with a basis of Summarecon Serpongs geographical and population condition. There are 2 tapping points determined on the network, so the network is divided into 2 systems. Technical calculations are carried out with hydraulic analysis using software. The pipe network uses MRS and pressure regulators to measure flow rates and reduce pressure on each system. The pipes used are steel pipes and polyethylene pipes. At the farthest point of the network the pressure is 0.12 bar for Summarecon Mall Serpong system and 0.29 bar for Universitas Multimedia Nusantara system. Technical drawings are based on the results of calculations and contain the required material and isometric drawings. Bill of quantity is based on technical drawings as a basis for calculating investments. The suitable selling price of gas for the project is IDR 9,105 for household customers and IDR 6,650 for commercial customers. This is indicated by the NPV value of 41 billion rupiah, IRR 11.02%, and PBP 7.5 years."
Lengkap +
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Atikah Kusumo Wardhani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas, efisiensi dan nilai ekonomis Program Jaringan Distribusi Gas Bumi untuk Rumah Tangga Jargas di Kota Depok dengan menggunakan metode deskriptif dan dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan Jargas Kota Depok belum efektif, belum efisien, namun sudah ekonomis. Ketidakefisienan ditunjukkan dengan nilai efisiensi pengelolaan PT. Jabar Energi yang berada di bawah PT. PGN Persero , Tbk. Ketidakefektifan ditunjukkan dengan tidak optimalnya penyerapan gas bumi oleh pelanggan rumah tangga dibandingkan dengan pasokan yang disediakan. Beberapa faktor seperti ketiadaan dukungan dari pemerintah daerah terkait izin dan biaya pengembangan serta kurangnya informasi kepada masyarakat turut memberikan kontribusi terhadap ketidakefektifan pengelolaan Jargas di Kota Depok. Keekonomisan ditunjukkan dengan biaya konsumsi penggunaan gas alam dari Jargas Kota Depok yang lebih rendah dari biaya konsumsi penggunaan gas LPG 12 Kg.

The aim of this research is to describe the efficiency, effectivity and economy value of Households Natural Gas Distribution Network Management Jargas in Depok by using descriptive method with qualitative approachment. The results indicate that there are inefficiency and ineffectiveness in management Jargas in Depok, but already economy. Inefficiency is shown by the value of efficiency in the management of PT. Jabar Energi under the value of PT. Perusahaan Gas Negara Persero Tbk. Ineffectivity is shown by the amount of natural gas consumption under the gas daily supply. Several factors such as lack of local government's support related licence and development cost and also lack of information to the community contributed to its ineffectivity. The economy is shown by the cost of gas consumption in Depok lower than the cost of LPG 12 Kg consumption.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Prayogo
"Setelah program konversi minyak tanah ke LPG, Pemerintah melanjutkan program diversifikasi energi dengan memanfaatkan gas bumi yang tersedia di dalam negeri untuk kepentingan rumah tangga. Pemanfaatan gas bumi untuk bahan bakar rumah tangga saat ini terkendala dengan mahalnya biaya infrastruktur jaringan pipa, sehingga ketika ditawarkan kepada pihak swasta, tidak ada yang tertarik untuk mengembangkannya. Sebagai utilitas publik sudah seharusnya pemerintah ikut campur dan melibatkan diri dalam penyediaannya melalui konsep Public Service Obligation (PSO). Persoalannya, sebandingkah manfaat yang akan diperoleh dengan biaya yang akan dikeluarkan untuk investasi, pemeliharaan untuk pemeliharaan jaringan dan keberlanjutan pengelolaannya. Atas dasar itulah, maka tesis ini mengambil pokok bahasan kajian kelayakan pembangunan jaringan gas bumi untuk Rumah Tangga pada Rumah Susun Tambora Jakarta Barat sebagai studi kasus. Analisis dimulai dengan melihat potensi demand dengan metode survei. Selanjutnya manfaat dan biaya dihitung yang menjadi dasar analisis manfaat biaya (Cost Benefit Analysis) dengan menggunakan Benefit-Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR) serta WACC dengan tiga (3) skenario dan tiga (3) simulasi volume pemakaian. Skenario pertama adalah jaringan gas oleh pihak swasta. Skenario 1 pada simulasi volume pemakaian 23m3/bulan/RT dihasilkan layak investasi karena karena BCR > 1, nilai NPV yang positif, dan nilai IRR-nya di atas nilai WACC 11%. Strategi dengan Skenario 2 dimana jaringan gas dibangun pemerintah dinilai layak pada tingkat pemakaian di semua simulasi pemakaian (12 m3/bulan, 16 m3/bulan, dan 23 m3/bulan). Skenario 3 menunjukkan 1) jika pemakaian rata-rata hanya mencapai 12 m3/bulan, maka harga gas bumi minimal adalah Rp5357,61 atau diperlukan pelanggan sejumlah 2.629 unit; 2) jika pemakaian mencapai 16 m3/bulan, maka harga gas bumi minimal adalah Rp. 4.254,51 atau diperlukan pelanggan sejumlah 1.879 unit; dan 3) jika pemakaian dapat mencapai 23 m3/bulan, maka harga gas bumi minimal adalah Rp3.073,54 atau diperlukan pelanggan sejumlah 1.220 unit.

Following the kerosene-to-LPG conversion program, the Government is continuing its energy diversification program by utilizing natural gas available domestically for household purposes. Utilization of natural gas for household fuel is currently constrained by the high cost of pipeline infrastructure, thus when offered to the private sector, no one is interested to develop it. As a public utility the government should intervene and involve itself in its provision through the concept of Public Service Obligation (PSO). The problem is, will the benefits obtained bigger than the cost to be spent on investment, maintenance for network maintenance and sustainability of its management. On this basis, this thesis takes the subject of the study of the feasibility of developing natural gas network for Households in Tambora Flats of West Jakarta as a case study.
The analysis begins by looking at potential demand with survey methods. Further benefits and costs are calculated on the basis of cost benefit analysis using Benefit-Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), and Internal Rate of Return (IRR) and WACC with three (3) scenarios and Three (3) simulated usage volume.
The first scenario is a private gas network. Scenario 1 on the simulated usage volume of 23m3 / month / RT is eligible for investment because of BCR> 1, positive NPV value, and IRR value above WACC value 11%. Strategy with Scenario 2 where the government built gas network is feasible at the usage level in all simulation usage (12 m3 / month, 16 m3 / month, and 23 m3 / month). Scenario 3 shows 1) if the average usage reaches only 12 m3 / month, then the minimum gas price is Rp5357,61 or required by 2,629 units of subscribers; 2) if the usage reaches 16 m3 / month, the minimum gas price is Rp. 4,254,51 or subscribers required of 1,879 units; And 3) if usage reaches 23 m3 / month, the minimum gas price is Rp3,073,54 or 1,220 subscribers required."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T55455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karisnda Rahmadani
"Unaccounted Gas (UAG) adalah kondisi ketidakseimbangan gas masuk dengan gas keluar pada jaringan pipa gas yang dinyatakan dalam bentuk persen. Hasil perhitungan UAG dalam usaha transportasi gas melalui pipa dapat mewakili tingkat akuntabilitas dan tranparasi perusahaan. Dengan mencari komponen utama yang memberikan tingkat kesalahan (error) paling besar terhadap akurasi UAG, diharapkan dapat menekan nilai UAG dan meningkatkan profit perusahaan.
Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa pada PT XYZ terdapat 5 bulan pada tahun 2012 dari hasil perhitungan UAG yang melebihi batas yang diijinkan ±2%. Komponen utama yang mempengaruhi perhitungan UAG berasal dari pembacaan meter yang menyatakan volume gas jual per bulan dengan pengaruh rata-rata 49,53% dan volume gas masuk per bulan dengan pengaruh rata-rata 50,33%.
Hasil penelitian menemukan ketidak-akuratan diameter pada meter gas memberikan pengaruh terbesar dengan nilai rata-rata pengaruh error UAG sebesar 1,54%. Pengaruh terkecil diberikan oleh ketidak-akuratan temperature transmitter pada orifice meter dengan nilai pengaruh sebesar -0,05%.

Unaccounted Gas (UAG) is an imbalance condition of gas out and incoming gas on gas pipeline that expressed in percent. UAG calculation results represent the level of accountability and company fairness. By searching for key components that caused most error level to the accuracy of UAG, it is expected can reduce error and increase profitability.
Results of this study showed that PT XYZ had 5 months from the calculation of UAG in 2012 that exceed allowable limits of ± 2%. The main components that affect the calculation of UAG comes from meters readings at volume of gas sold per month with an average effect of 49.53% and the volume of incoming gas per month with an average effect of 50.33%.
The results found that inaccuracies due to meter diameter had the highest impact with the average effect of UAG error by 1.54% and the smallest error is caused by inaccuracies of temperature transmitter at an orifice meter with percent effect -0.05%.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46747
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>