Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117721 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Nur Shafriani
"ABSTRAK
Kanker dapat menyerang manusia pada semua usia, salah satunya pada anak. Anak dengan kanker menghadapi penyakitnya didamping keluarga. Keluarga memiliki fungsi penting dalam proses penyembuhan anak kanker. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan koping dengan resiliensi keluarga yang merawat anak penderita kanker.Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional pada 60 responden dengan teknik total sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner The Brief of Cope untuk koping dan Family Resilience Assessment Scale untuk resiliensi keluarga. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara koping dengan resiliensi keluarga yang merawat anak penderita kanker p-value = 0,00; r = 0,443; ? = 0,005 . Selain itu, problem focused coping dan emotion focused coping masing ndash; masing memiliki hubungan bermakna dengan resiliensi keluarga anak penderita kanker. Akan tetapi, problem focused coping memiliki hubungan yang lebih kuat dengan resiliensi keluarga dibandingkan dengan emotion focused coping. Responden penelitian ini lebih banyak menggunakan problem focused coping dibandingkan emotion focused coping. Untuk menghasilkan keluarga yang resilien, diperlukan pemberian bimbingan dan penguatan koping terhadap keluarga yang merawat anak penderita kanker.

ABSTRACT
Cancer can attacks humans in all age, especially children. Children face the cancer with their family. Family has many important roles in cancer healing process. This research was conducted to investigate the correlation between coping and family resilience who care children with cancer. 60 families who caring children with cancer were joined this research. This research used cross sectional design with total sampling technique. Coping was measured by The Brief of Cope and Family Resilience was measured by Family Resilience Assessment Scale. The results showed that there was a significant correlation between coping with family resilience who care children with cancer p value 0,00 r 0,443 0,005. Problem focused coping and emotion focused coping has a significant correlation with family resilience who care children with cancer. But, problem focused coping have a stronger correlation with family resilience than emotion focused coping. Besides, respondents more often use focused coping problems than emotion focused coping. To get a resilience people, nurse must leading and strengthening coping of families who care children with cancer."
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Fitriana Semudi
"Kasus DMT2 pada anak di dunia meningkat 132,6 ribu anak. Ada 1213 kasus DMT2 pada anak di Indonesia. Manajemen perawatan harian yang dilakukan oleh anak-anak dengan DMT2 membuat stres. Stres yang dialami dapat mengganggu pengendalian penyakit dan tingkat kualitas hidup anak dengan DMT2. Salah satu aspek yang dapat meningkatkan manajemen pengasuhan dan kualitas hidup anak dengan DMT2 adalah ketahanan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat stres, dukungan keluarga dan koping dengan resiliensi pada anak DMT1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel 36 balita di Jawa. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat stres adalah Area Masalah dalam Diabetes (DIBAYAR), Skala Dukungan Keluarga Diabetes Hensarling (HDFSS), Coping with a Disease (CODI) dan Child & Youth Resilience Measure-Revised Person Most Knowledgeable (PMK-CYRM) untuk mengukur ketahanan. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat stres dengan resiliensi pada anak DMT1 dengan p-value 0,021, OR 5,360 dan α 0,05. Peneliti berharap penelitian ini dapat dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pelayanan keperawatan psikologis pada anak DMT1.
T2DM cases in children in the world increased by 132.6 thousand children. There are 1213 cases of T2DM in children in Indonesia. The daily care management performed by children with T2DM is stressful. The stress experienced can interfere with disease control and the level of quality of life for children with T2DM. One aspect that can improve parenting management and quality of life for children with T2DM is psychological resilience. This study aims to see the relationship between stress levels, family support and coping with resilience in children with T2DM. This study used a cross sectional design with a sample of 36 toddlers in Java. The instruments used to measure stress levels are the Problem Area in Diabetes (PAID), the Diabetes Hensarling Family Support Scale (HDFSS), Coping with a Disease (CODI) and the Child & Youth Resilience Measure-Revised Person Most Knowledgeable (PMK-CYRM) to measure endurance. The results of the chi-square test showed that there was a relationship between stress levels and resilience in DMT1 children with p-value 0.021, OR 5.360 and α 0.05. Researchers hope that this research can be developed to improve knowledge and psychological nursing services in children with diabetes mellitus."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Msy. Martikasari
"Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker dengan kejadian tertinggi pada perempuan di Indonesia. Tesis ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara dukungan sosial dengan koping dan resiliensi serta faktor demografi yang memengaruhi pada pasien kanker serviks. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan 213 responden dari RSK Dharmais. Instrumen yang digunakan meliputi Edmonton Symptom Assessment System, Multidimensional Scale of Perceived Social Support, Cancer Coping Questionnaire, dan Connor-Davidson Resilience Scale. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan chi-square, dan uji multivariat dilakukan untuk melihat faktor yang paling memengaruhi hubungan koping dan resiliensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial berpengaruh positif terhadap koping dan resiliensi pasien kanker serviks, dengan faktor seperti status perkawinan dan dukungan sosial yang berkontribusi dalam hubungan ini.

Cervical cancer is one of the most common types of cancer among women in Indonesia. This thesis aims to examine the relationship between social support, coping, and resilience, as well as the demographic factors influencing cervical cancer patients. The research employs a cross-sectional design with 213 respondents from Dharmais Hospital. The instruments utilized include the Edmonton Symptom Assessment System, the Multidimensional Scale of Perceived Social Support, the Cancer Coping Questionnaire, and the Connor-Davidson Resilience Scale. Data analysis is conducted using univariate and bivariate methods with chi-square tests, while multivariate analysis is performed to identify the most influential factors in the relationship between coping and resilience. The findings indicate that social support positively impacts coping and resilience among cervical cancer patients, with factors such as marital status and social support was contributing to this relationship."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefan Nicolaas Christian Mansyhur
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara dyadic coping dan resiliensi keluarga pada suami/istri dari pasien kanker. Lima puluh suami/istri dari pasien kanker menjadi partisipan dalam penelitian kali ini dengan mengisi kuesioner dyadic coping dan resiliensi keluarga. Dyadic coping diukur dengan menggunakan Dyadic Coping Inventories dari Bodenmann (2007). Resiliensi keluarga diukur melalui Family Resilience Assessment Scale yang dibuat oleh Sixbey (2005) dan dikembangkan oleh Lum (2008). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara dyadic coping dan resiliensi keluarga pada suami/istri dari pasien kanker. Selain itu, partisipan dalam penelitian ini memliki skor dyadic coping dan resiliensi keluarga yang cukup tinggi.

This research was conducted to investigate the correlation between dyadic coping and family resilience in cancer patient's spouse. 50 cancer patient's spouse were completed all questionnaires of dyadic coping and family resilience. Dyadic coping was measured by Dyadic Coping Inventory (DCI) which was constructed by Bodenmann (2007). Family resilence was measured by Family Resilience Assessment Scale which was constructed by Sixbey (2005) and developed by Lum (2008). The results show that there was a relationship between dyadic coping and family resilience in cancer patient's spouse. Besides, participant in this research had a mildly-high score of dyadic coping and family resilience."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Awaliyah Mardiani
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara keberfungsian keluarga dan resiliensi pada ibu yang memiliki anak Autistic Spectrum Disorder. Pengukuran keberfungsian keluarga menggunakan alat ukur family assessment device (Epstein, Bishop, & Levin, 1978) dan pengukuran resiliensi menggunakan alat ukur resiliet quotient (Reivich & Shatte, 2002). Partisipan berjumlah 40 ibu yang memiliki karakteristik sebagai ibu yang memiliki anak ASD.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara keberfungsian keluarga dan resiliensi pada ibu yang memiliki anak ASD (r = 0.507; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin tinggi keberfungsian keluarga, maka semakin tinggi resiliensi pada ibu yang memiliki anak ASD. Berdasarkan hasil tersebut, maka dukungan dari keluarga untuk ibu yang memiliki anak ASD sangat penting agar dapat meningkatkan kapasitas resiliensinya sehingga mampu bangkit dari trauma yang dialaminya dan mampu menghadapi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.

This research was conducted to find the correlation between family functioning and reseiliece on mother who have children with Autistic Spectrum Disorder (ASD). Family functioning was measured using a modification instrument named family assessment device (Epstein, Bishop, & Levin, 1978) and resilience was measured using a modification instrument named reseilient quotient (Reivich & Shatte, 2002). The participants of this research are 40 mother who have children with ASD.
The main results of this research show that family functioning positively correlated significantly with resilience (r = 0.507; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). That is, the higher family functioning, the higher showing resilience. Based on these results, the support of the family for mothers of children with autistic spectrum disorder is important in order to increase her resiliece capacity so as able to rise from the trauma and able to face difficulties in everyday life.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Rizky Rosyani
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara resiliensi dan coping pada pasien kanker. Sebanyak 70 pasien kanker menjadi partisipan dalam studi ini dengan mengisi kuisioner resiliensi dan coping. Resiliensi diukur dengan menggunakan The 14-Item Resilience Scale (RS-14) yang disusun oleh Wagnild dan Young (2009). Skor terendah dalam pengukuran resiliensi adalah sebesar 36 dan yang tertinggi adalah 53, sementara itu rata-rata skor menunjukkan skor 43,38. Selanjutnya, coping diukur dengan menggunakan alat ukur Brief COPE yang dibuat oleh Carver (1997) berdasarkan teori Lazarus dan Folkman (1984). Skor terendah dalam pengukuran coping adalah sebesar 57 dan yang tertinggi adalah 87, sementara itu rata-rata skor menunjukkan skor 72,14. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi yang positif dan signifikan antara coping dan resiliensi. Selain itu ditemukan bahwa resiliensi berhubungan lebih erat dengan jenis emotion-focused coping.

This research was done to see the relationship between coping & resilience toward cancer patient. 70 cancer patients participated in this study by completing the questionnaires on resilience and coping. Resilience was measured by The 14- Item Resilience Scale (RS-14) measurement created by Wagnild and Young (2009). The lowest score is 36, while the highest score is 53. Beside that, the sample mean in Resilience Scale measurement is 43,38. Coping was measured by the Brief COPE measurement created by Carver (1997) based on Lazarus and Folkman's theories. The lowest score is 57, while the highest score is 87. Beside that, the sample mean in Brief COPE measurement is 72,14. The result of this research shows the existence of positive & significant correlation between resilience and coping. Other than that, the result of the research also show a higher correlation between resilience and emotion focused coping."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S45678
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Nurlelasari
"Latar belakang: family caregiver (FC) anak dengan kanker mengalami berbagai tekanan psikologis. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara beban perawatan dan kesiapan merawat terhadap kecemasan dan depresi family caregiver anak dengan kanker. Metode: kami merekrut subjek penelitian dari ruang rawat inap dan rawat jalan di PKN RSK Dharmais, Jakarta dari bulan Maret hingga April 2023. Depresi, kecemasan dan faktor yang mempengaruhi tekanan psikologis FC anak dengan kanker diidentifikasi dengan instrumen Patient Health Questionnaire, (PHQ-9), Generalized Anxiety Disorder-7 (GAD-7), Zarit Burden Interview, (ZBI) dan Preparedness for Caregiving Scale (PCS). Hasil: 127 FC menyelesaikan pengisian kuesioner penelitian, dimana mayoritas mengalami beban perawatan kategori ringan, tidak siap memberikan perawatan, tingkat depresi dan kecemasan kategori ringan. Tingkat depresi FC cenderung dipengaruhi secara signifikan oleh beban perawatan (0,001); kesiapan merawat (0,036). Sedangkan kecemasan dipengaruhi secara signifikan oleh usia FC (18-45 tahun) (p=0,004), kategori kanker (p=0,018) dan beban perawatan (0,000). Kesimpulan: semakin berat beban perawatan dan ketidak siap FC dalam memberikan perawatan maka tingkat depresi dan kecemasan FC akan meningkat. Saran: diperlukannya merancang dan menargetkan intervensi psikososial untuk mengurangi beban perawatan, meningkatkan kesiapan merawat, menurunkan tingkat depresi dan kecemasan FC, sehingga dapat meningkatkan QOL pada populasi ini.

Background: the family caregiver (FC) of children with cancer experiences various psychological pressures. Purpose: This study aims to identify the relationship between care burden and readiness to care for the anxiety and depression of family caregivers of children with cancer. Methods: we recruited research subjects from inpatient and outpatient wards at PKN RSK Dharmais, Jakarta from March to April 2023. Depression, anxiety and factors that affect the psychological pressure of FC children with cancer were identified by means of the Patient Health Questionnaire, (PHQ-9), Generalized Anxiety Disorder-7 (GAD-7), Zarit Burden Interview, (ZBI) and Preparedness for Caregiving Scale, (PCS). Results: 127 FC completed the research questionnaire, the majority experienced the burden of mild category care, not ready to provide care, mild category levels of depression and anxiety. FC depression level tends to be significantly influenced by the burden of care (0.001); readiness to care (0.036). Meanwhile, anxiety was significantly influenced by FC age (18-45 years) (p=0.004), cancer category (p=0.018) and care burden (0.000). Conclusion: the heavier the burden of care and the unprepared FC in providing care, the higher the level of depression and anxiety. Suggestion: It is necessary to design and target psychosocial interventions to reduce the burden of care, increase readiness to care, reduce of depression and anxiety of FC, so as to increase QOL in this population."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Rahmawati
"Pembelajaran jarak jauh meningkatkan stres ibu rumah tangga. Upaya ibu rumah tangga mengatasi masalah pembelajaran jarak jauh dipengaruhi keyakinan dan ketangguhan ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara efikasi diri, resiliensi, dan strategi koping dengan tingkat stres ibu rumah tangga saat mendampingi anak belajar di rumah. Penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif-korelasi, pendekatan retrospektif, dan teknik potong lintang melibatkan 110 ibu rumah tangga yang memiliki anak Sekolah Dasar Kelas 1-3, didapatkan melalui teknik quota sampling. Hasil analisis bivariat dengan uji kai kuadrat menunjukkan ada hubungan antara efikasi diri dengan tingkat stres (p=0,008), ada hubungan resiliensi dengan tingkat stres (p=0,037), dan ada hubungan strategi koping dengan tingkat stres (p=0,005). Penelitian ini membantu pengembangan instansi kesehatan dan pendidikan; pendidikan dan penelitian keperawatan terkait efikasi diri, resiliensi, strategi koping, dan tingkat stres. Pelatihan dan peningkatan pengetahuan ibu tentang cara pendampingan anak serta penguatan sistem pendukung bagi ibu direkomendasikan.

Distance learning increases the stress of housewives. The efforts of housewives to overcome distance learning problems are influenced by self-efficacy and resilience. This study was aiming to identify the relationship between self-efficacy, resilience, and coping strategies with the stress level of housewives when accompanying children to study at home. Quantitative research with descriptive-correlation design, retrospective approach, and cross-sectional technique involving 110 housewives who has elementary school children in 1st-3rd grade, obtained through quota sampling technique. The results of the bivariate analysis with the chi square test showed that there was a relationship between self-efficacy and stress levels ("
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bramesada Prasastyoga
"Kanker merupakan penyakit kronis yang dapat mengganggu fungsi hidup individu sehari-hari. Oleh karena itu, dibutuhkan caregiver untuk membantu penderita kanker dalam menjalani kehidupannya. Banyak anak dewasa yang memutuskan untuk menjadi caregiver orang tua penderita kanker karena adanya rasa tanggung jawab untuk membalas budi jasa kedua orang tua. Di dalam perawatan yang mereka lakukan, mereka dapat mengalami caregiver strain, yaitu tekanan dan konsekuensi negatif dari perawatan yang dipersepsi dan dirasakan oleh caregiver. Untuk bisa mengatasi hal tersebut, caregiver diduga perlu untuk mempersepsikan adanya keseimbangan dalam hubungan timbal balik antara ia dengan pasien dan anggota keluarga lain agar dapat melihat perannya secara lebih positif. Hal tersebut yang dimaksud dengan caregiver reciprocity.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara caregiver strain dan caregiver reciprocity pada anak dewasa yang menjadi caregiver orang tua penderita kanker. Partisipan merupakan anak dewasa dari penderita kanker yang telah menyediakan perawatan selama minimal 3 bulan. Caregiver Strain diukur dengan menggunakan The Modified Caregiver Index (Robinson, 1983; Thornton & Travis, 2003) dan caregiver reciprocity diukur dengan menggunakan Caregiver Reciprocity Scale (Carruth, 1994). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa korelasi antara caregiver strain dan caregiver reciprocity bersifat negatif dan signifikan. Dengan demikian, terdapat hubungan negatif yang signifikan antara caregiver strain dan caregiver reciprocity pada anak dewasa yang merawat orang tua penderita kanker.

Cancer is a chronic disease which can deteriorate the daily function of an individual. Hence, caregivers are needed to help patiens with cancer in their daily lives. Many adult children become caregivers for their parents with cancer because they feel that they have responsibility to give back to their parents. In their care activities, they can experience caregiver strain which is defined as pressures and negative consequences of the care perceived by caregivers. In order to overcome caregiver strain, it is assumed that they need to have high level of caregiver reciprocity which is defined as perception about balance in their reciprocal relationship with patient and other family members. It is assumed that caregiver reciprocity will enable them to see their role in a positive manner.
The objective of this research is to identify the correlation between caregiver strain and caregiver reciprocity among adult children who become caregivers for their parents with cancer. Participants are adult children of cancer patients who have provided care for at least 3 months. Strain is measured using The Modified Caregiver Index ( Robinson, 1983; Thornton & Travis, 2003) and caregiver reciprocity is measured using Caregiver Reciprocity Scale (Carruth, 1994). The result shows that correlation between caregiver strain and caregiver reciprocity is negative and significant. Therefore it is concluded that there is a significant negative correlation between caregiver strain and caregiver reciprocity of adult children who become caregivers for their parents with cancer.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44928
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florentynia Pradnya Paramita
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara resiliensi dan coping pada remaja akhir yang memiliki orangtua penderita penyakit kronis. Responden penelitian ini sebanyak 42 orang remaja akhir berusia 18-22 tahun. Resiliensi responden diukur dengan alat ukur bernama Resilience Scale-14 yang disusun oleh Wagnild dan Young (1993) dan telah diadaptasi ke dalam konteks Indonesia. Coping diukur dengan alat ukur Brief COPE yang disusun oleh Carver (1997) dan telah diadaptasi ke dalam konteks Indonesia. Hasil penelitian menujukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara resiliensi dan coping pada remaja yang memiliki orangtua penderita penyakit kronis.

This research was conducted to find the correlation between resilience and coping stress in late adolescence with parental chronic illness. The participants of this research were 42 late adolescence in age 18 to 22 years old. Resilience was measured by using Resilience Scale-14 which was constructed by Wagnild and Young (1993) and had been adapted to Indonesian context. Coping was measured by using Brief COPE which was constructed by Carver (1997) and had been adapted to Indonesian context. The results of this research show that there were not significant correlation between resilience and coping stress in adolescence with parental chronic illness."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>