Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17778 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayu Asri Fauziah
"ABSTRAK
Penelitian ini mendeskripsikan bentuk-bentuk modal sosial yang ada pada Kelompok Tani Organik Cidahu dan hambatan dalam mempertahankan pertanian organik beserta upaya mengatasi hambatan tersebut. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bonding capital pada Kelompok Tani Organik Cidahu terlihat pada kegiatan bersama seperti pertemuan kelompok dan pengolahan pertanian organik. Sedangkan linking capital tergambar dari hubungan sosial antara Kelompok Tani Organik Cidahu dengan pihak eksternal seperti Gapoktan Simpatik, Pemerintah Desa, Dinas Pertanian dan Badan Penyuluh Pertanian. Selama menjalankan aktivitas pertanian organik, kelompok tani ini mengalami beberapa hambatan seperti malas mencatat aktivitas pertanian organik, mayoritas statusnya sebagai petani penggarap, tidak ada regenerasi petani, masalah pertanian hama dan pengairan dan penyuluh kurang proaktif. Sebagian hambatan tersebut dapat diatasi dengan modal sosial yang mereka miliki. Kesimpulan penelitian ini, bentuk modal sosial yang paling memiliki peran yang besar adalah linking capital khususnya hubungan Kelompok Tani Organik Cidahu dengan Gapoktan Simpatik. Sedangkan hambatan yang dirasakan oleh Kelompok Tani Organik Cidahu dalam mempertahankan pertanian organik tidak semuanya teratasi dengan baik, masih ada beberapa hambatan yang mengganggu aktivitas pertanian organik.

ABSTRACT
This research describes the forms of social capital that exist in the Cidahu Organic Farmers Group and barriers in maintaining organic farming and efforts to overcome these obstacles. The research approach used is qualitative with descriptive type. The results showed that the bonding capital of Cidahu Organic Farmer Group was seen in joint activities such as group meeting and processing of organic farming. While linking capital is reflected from the social relationship between Cidahu Organic Farmer Group with external parties such as Gapoktan Simpatik, Pemerintah Desa, Dinas Pertanian and Badan Penyuluh Pertanian. During the run of organic farming activities, this group farmer experienced several obstacles such as lazy records of organic farming activities, majority status as farmers tillers, no regeneration of farmers, agricultural problems pests and irrigation and less proactive extension workers. Some of these obstacles can be overcome with the social capital they have. The conclusion of this research, the form of social capital that has the greatest role is linking capital, especially the relationship of this group farmer with Gapoktan Simpatik. While the obstacles perceived by this group in maintaining organic agriculture are not all resolved well, there are still some obstacles that interfere with organic farming activities."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Rachmawati
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai hubungan penguasaan atas modal sosial dengan tingkat kesejahteraan petani di Desa Trisnomaju, Lampung. Konteks petani yang diteliti adalah petani usaha rumah tangga, dengan produksi utama padi dan jagung. Dimana petani di Desa Trisnomaju memiliki sistem kedokan sebagai salah satu potensi penguatan bidang pertanian, serta budaya muakhi yang membentuk nilai masyarakat dan aktivitas sosial maupun ekonomi mereka. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa dimensi modal sosial seperti jaringan, norma, dan sanksi terbilang tinggi dalam penguasaannnya, namun memiliki pengaruh rendah terhadap kesejahteraan petani yang diukur menggunakan indikator Struktur Pendapatan Rumah Tangga, Struktur Pengeluaran untuk Pangan, dan Nilai Tukar Petani. Hasil penelitian pada petani usaha rumah tangga di Desa Trisnomaju tidak adanya hubungan antara Modal Sosial dengan Tingkat Kesejahteraan. Kondisi yang terjadi, bahwa yang menjadi beban pengeluaran petani berasal dari biaya sosial, melalui aktifitas masyarakat seperti pesta pernikahan, khitanan, upcara keagamaan, peringatan hari raya, atau pun kegiatan menghadiri undangan. Tuntutan untuk biaya sosial ini cenderung sama, bagi petani dengan penghasilan tinggi maupun redah.

ABSTRACT
This research discusses about relationship of social capital with welfare of farmers in Trisnomaju Village, Lampung. The context of the farmers studied is the farmers of the household business, with the main production of rice and maize. Farmers in Trisnomaju Village have a kedokan system as one of the potential strengthening of agriculture, as well as muakhi culture that shape the value of society and their social and economic activities. The research method used is quantitative approach with descriptive research type. The results of this study show that the dimensions of social capital such as network, norm, and sanction are high in their mastery, but have low effect on farmer 39 s welfare measured using Household Structure Structure indicator, Structure of Food Expenditure, and Farmer 39 s Exchange Rate. There is no correlation between social capital with the welfare of farmers of household business in Trisnomaju village. Conditions that occur, expenditure burden of farmers comes from social costs, through community activities such as wedding celebrations, circumcisions, religious ceremonies, holiday anniversaries, or attendance. The demand for this social cost tends to be the same, for farmers with high or low income."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Wafa
"Keberadaan social capital dalam kelompok-kelompok sosial akan dipengaruhi oleh struktur sosial yang ada. Kelompok-kelompok sosial yang mampu memanfaatkan struktur sosial dalam setiap kegiatannya maka kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Sementara kelompok yang tidak dapat memanfaatkan keberadaan struktur sosial tersebut maka kegiatan yang dilakukan tidak dapat berjalan lancar. Dengan demikian keberadaan social capital haruslah berada di dalam struktur sosial yang ada.
Tesis ini memfokuskan perhatian pada keberadaan social capital dalam suatu kelompok sosial yang diwakili dua jenis kelompok yaitu Kelompok Tani "Mardi Utomo" dan Kelompok PKK. Pembagian kedua kelompok ini didasarkan pada model pembentukan kelompok, dimana Kelompok Tani "Mardi Utomo" merupakan kelompok yang dibentuk oleh seluruh anggota (bottom up) sedangkan kelompok PKK merupakan kelompok yang dibentuk oleh pemerintah (top down).
Penelitian ini bersifat kualitatif agar mampu mengungkap secara mendetail mengenai keberadaan social capital pada kedua kelompok tersebut. Dengan demikian akan memahami pola pikir dan tindakan mereka dalam setiap kegiatan yang dilakukan di kelompoknya. Untuk mengungkap hal tersebut, peneliti mengumpulkan data melalui beberapa cara yaitu; studi dokumentasi, observasi, dan wawancara mendalam.
Yang menjadi fokus awal dari penelitian ini bagaimana kelompok sosial tersebut mampu memanfaatkan struktur sosial yang ada dalam setiap kegiatannya. Sehingga kegiatan yang dilakukan mendapat dukungan dari seluruh anggota. Kegiatan yang mendapat dukungan anggota dapat berjalan dengan lancar sementara yang tidak mendapat dukungan tidak dapat berjalan. Tindakan yang seperti ini dilakukan terus menerus sehingga diantara anggota timbul perasaan saling percaya. Perasaan saling percaya inilah yang menyebabkan kegiatan dapat berjalan lancar.
Dengan menggunakan kerangka Coleman yang mengemukakan bahwa aspek-aspek struktur sosial dapat digunakan oleh aktor sebagai sumberdaya untuk mencapai kepentingannya maka tesis ini berusaha menjawab kebenaran kerangka konsep tersebut melalui penelitian di Desa Bakalan, Kecamatan Jumapolo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Struktur sosial Jawa yang ada di Desa Bakalan sangat membantu keberadaan social capital di dalam kelompok. Adanya perbedaan status akan menentukan peran masing-masing orang. Orang yang berlatar belakang priyayi akan disegani di desa terlebih kalau yang bersangkutan memiliki umur tua, berjenis kelamin laki-laki, dan memiliki pendidikan tinggi, yang bersangkutan akan mudah menduduki jabatan baik formal maupun informal di desanya. Begitu juga dengan Kelompok Tani "Mardi Utomo" yang menjadi ketua adalah seorang priyayi yang memiliki pengaruh di kelompok karena faktor status yang dimiliki tersebut. Sedangkan kelompok PKK, di dalam memilih seorang ketua tidak memperhatikan faktor status karena jabatan ketua PKK merupakan jabatan yang diperoleh karena jabatan suami yang menjabat kepala desa.
Berjalannya kegiatan di Kelompok "Mardi Utomo" karena adanya trust yang kuat diantara anggota, trust yang ada didukung pula oleh pengalaman sosial, ketetanggaan, dan harapan dari anggota. Trust bersama-sama dengan faktor penyangga yang lain seperti tujuan kelompok sosial, pekerjaan sebagai petani, dan adanya mekanisme kontrol sosial yang efektif menyebabkan social capital Kelompok Tani "Mardi Utomo" dapat berjalan.
Disisi lain, pada kelompok PKK semua kegiatan yang ada ditentukan oleh pengurus, sehingga pengurus tidak mengerti keinginan dan kemampuan anggota yang sebenarnya, akibatnya banyak kegiatan yang tidak sesuai dengan struktur sosial Jawa yang berlaku. Tindakan yang dilakukan oleh pengurus tersebut akan berpengaruh pada tingkat trust antar anggota, begitu juga dengan mekanisme kontrol sosial yang ada, tidak dapat berjalan efektif. Kendala yang berasal dari intern pengurus tersebut juga dipengaruhi oleh kendala lain yang bersifat organisatoris seperti jumlah anggota yang mencakup seluruh desa, dan tujuan yang masih abstrak. Kendala-kendala yang ada tersebut menjadikan faktor-faktor penyangga social capital berjalan tidak efektif.
Tesis ini dalam kesimpulannya menegaskan kembali apa yang dikemukakan oleh Coleman bahwa struktur sosial dapat mempermudah social capital merupakan sesuatu hal yang harus ada. Disini berarti, keberadaan social capital harus berada di dalam struktur sosial yang ada Hal ini sekaligus merupakan implikasi teoritis dari temuan di lapangan yang diwakili oleh dua kelompok sosial. Di akhir tulisan, ada beberapa rekomendasi yang dimaksudkan agar keberadaan gotong royong sebagai salah satu bentuk social capital tidak hilang karena adanya program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Salah satu rekomendasi yang memuat hal tersebut adalah peraturan desa (perdes) yang harus dirumuskan secara bersama-sama antara pemeriritahan desa dengan kelompok-kelompok sosial yang ada, hal ini juga menunjukkan adanya sinergi antara kelompok-kelompok sosial dengan pemerintah desa. Adanya peraturan desa (perdes) yang mengatur gotong royong secara tegas dengan melibatkan kelompok-kelompok sosial maka keberadaan gotong royong dapat dipertahankan meskipun ada berbagai program pembangunan yang berpotensi mematikan gotong royong."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T9738
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alijon Adit
"Belanja desa belum mengarah pada pemenuhan potensi investasi yang lebih besar dan strategis sejak Dana Desa diluncurkan. Salah satu potensi investasi adalah industri perdesaan yang mampu menyerap tenaga kerja dan mengurangi kemiskinan di desa, di mana kedua hal tersebut adalah masalah yang dihadapi di perdesaan. Di luar masalah tersebut kebiasaan gotong royong sebagai modal sosial masih dipertahankan di perdesaan. Belanja pembangunan desa dan belanja pemberdayaan masyarakat memiliki porsi yang cukup besar dalam belanja desa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara belanja desa dan modal sosial dengan industri perdesaan. Temuan dari penelitian ini antara lain: 1) belanja pembangunan, belanja pemberdayaan masyarakat, dan modal sosial memiliki hubungan positif dengan industri perdesaan; dan 2) jumlah industri perdesaan lebih banyak berada di desa yang mengalokasikan belanja pembangunan atau belanja pemberdayaan untuk keperluan industri perdesaan. Untuk memajukan industri perdesaan perlu penyesuaian terhadap belanja pembangunan, efisiensi belanja, dan alokasi belanja untuk keperluan industri. Pemerintah desa perlu berkolaborasi dengan pelaku usaha dalam membangun dan memberdayakan industri desa serta berperan akitf dalam pemeliharaan gotong royong dan pengembangan koperasi di wilayahnya. Kajian selanjutnya disarankan untuk menggunakan jumlah atau rasio belanja pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang digunakan untuk kepentingan industri perdesaan.

Village expenditure has not led to the fulfillment of a larger and strategic investment potential since the Village Fund was launched. One of the potential investments is rural industries that can absorb labors and reduce poverty in the village, both of which are problems in rural areas. Besides these problems, the habit of mutual assistance as social capital is still maintained in rural areas. Village development expenditures and community empowerment expenditures have a sizeable portion of village expenditures. This study aims to determine the relationship between village expenditure and social capital with rural industries. The findings of this study include: 1) development expenditures, community empowerment expenditures, and social capital have a positive relationship with rural industries; and 2) the number of rural industries is mostly in villages that allocate expenditures for rural industries needs. It is necessary to adjust the development expenditures, expenditure efficiency, and expenditures allocations for industrial purposes. The village government needs to collaborate with business actors to develop and empower village industries and actively maintain mutual assistance and develop cooperatives in the village. Further studies are recommended to use the amount or ratio of development and community empowerment expenditures that used for rural industries purposes."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Mardiani
"Pada 26 Desember 1996 meletus kerusuhan di Tasikmalaya, Jawa Barat. Skripsi ini berupaya untuk mengungkapkan sebab-sebab serta dampak kerusuhan tersebut dengan menggunakan metode penelitian, yakni metode sejarah. Pemicu terjadinya kerusuhan tersebut adalah kasus penganiayaan ustadz oleh oknum Polisi. Kasus penganiayaan kemudian menimbulkan rasa solidaritas dari generasi muda Islam Tasikmalaya yang direpresentasikan dalam bentuk acara doa bersama pada 26 Desember 1996 di Mesjid Agung Tasikmalaya. Setelah acara doa bersama, ketidakpuasan akan penanganan kasus penganiaayaan membuat massa melakukan tindak kekerasan terhadap simbol kepolisian lalu bergeser pada tindak kekerasan terhadap aset etnis Tionghoa. Pergeseran sasaran kekerasan tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori collective action dari Charles Tilly. Kerusuhan di Tasikmalaya pada 1996, meminjam istilah Charles Tilly, termasuk dalam aksi kolektif dengan kekerasan bentuk brawls (aksi tanpa kekerasan yang berakhir dengan penyerangan) yang bergeser menjadi opportunism (kekerasan yang memanfaatkan kesempatan).

At December 26th 1996 a soical riot emerged in Tasikmalaya, West Java. Using methods of history as its research method, this thesis tries to explain causes and affects of that riot. The triger of the riot was ustadz’s mistreatment case by policemen. Hence, arising of the solidarity from Islam youth of Tasikmalaya. Then, they reacted by doing doa bersama at Mesjid Agung Tasikmalaya. At the end, mass felt unsatisfied toward mistreatment case handling, they did violence action to police symbol and shift to Chinese assets. Based on Charles Tilly’s collective action theory, the riot in Tasikmalaya is collective action by violence. The type of this collective action is brawls (nonviolence action which end by attacking) which is switching to opportunism (violence that exploiting opportunity)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinda Yanti
"Memasuki abad 21, gaya hidup sehat dengan slogan Back to Nature telah menjadi trend baru masyarakat dunia. Orang semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan kimia non-alami, seperti pupuk dan pestisida kimia dalam produksi pertanian ternyata menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Gaya hidup yang demikian ini telah mengalami pelembagaan secara Internasional yang diwujudkan melalui regulasi perdagangan global yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus mempunyai atribut aman dikonsumsi, mempunyai kandungan nutrisi tinggi, dan ramah lingkungan.
Dewasa ini, konsep pertanian tidak lagi hanya menitikberatkan pada produksi yang tinggi dalam waktu yang singkat, tetapi lebih berorientasi pada peningkatan produksi secara berkesinambungan dengan tetap mempertahankan kualitas lahan dan kelestarian lingkungan (sedapat mungkin meningkatkan kualitas lahan dan kualitas lingkungan) yang dikenal dengan istilah pertanian organik.
Pertanian organik adalah suatu sistem pertanian yang mengusahakan keseimbangan lingkungan, yakni dengan memelihara kesuburan tanah dengan prinsip daur-ulang Kara secara hayati, mengurangi atau meniadakan pupuk buatan dan pestisida kimia, serta melakukan pengendalian hama penyakit melalui perbaikan alam sekitar sehingga memberikan hasil yang optimal dan adalah praktik bertani alternatif secara alami. Dalam konsep ini, upaya untuk meningkatkan dan mempertahankan produktivitas lahan Iebih menitikberatkan pemanfaatan teknologi pupuk organik (kompos, pupuk kandang, pendaurulangan Iimbah pertanian), serta pengendalian hama penyakit terpadu (PHT) dan hayati.
Luas panen padi Kabupaten Sragen tahun 2001 adalah 91. 220 ha dengan total produksi beras 301.119,3 ton. Diperhitungkan dengan konsumsi 124.270,3 ton maka terjadi surplus beras pada tahun 2001 yaitu 176.929 ton (Pemda Sragen 2002). Terjadinya surplus beras pada kenyataannya belum mampu meningkatkan pendapatan petani, hal ini disebabkan harga sarana produksi terutama pupuk anorganik dan pestisida kimia semakin mahal di tingkat petani mengikuti pola pasar bebas. Dalam rangka pelestarian lahan pertanian sebagai faktor produksi, mengurangi ketergantungan pupuk dan pestisida pabrik, menekan biaya usahatani dan menjaga kesehatan akibat residu bahan kimia pupuk/pestisida, Kabupaten Sragen secara jangka panjang diusahakan menjadi pusat penghasil tanaman padi organik.
Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen adalah desa yang telah menerapkan usahatani padi organik di Kabupaten Sragen, karena desa ini mempunyai produksi komoditi padi yang besar yaitu ± 3.759 ton/th dan mayoritas penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian sebanyak 90,55% dari total penduduknya. Sesuai dengan Renstra 2002-2007 pengembangan pertanian padi organik akan diperluas menjadi 10.000 ha sehingga misi Kabupaten Sragen yaitu menuju manusia sehat tahun 2010 akan tercapai.
Dari uraian di atas, masalah pokok yang akan diteliti adalah sejauh mana petani padi di Desa Sukorejo menerapkan teknologi pertanian organik, sehingga diketahui; (a) Faktor-faktor yang berperan dalam aplikasi teknologi padi organik; (b) Menganalisa penerapan teknologi tersebut terhadap pendapatan melalui hasil produksi yang dicapai; dan (c) Menganalisa kualitas teknologi pupuk organik yang diterapkan petani.
Tujuan Penelitian yaitu: (a) Mengetahui budidaya padi organik dan faktorfaktor yang berperan dalam aplikasi teknologi padi organik; (b) Menganalisa pengaruh penerapan teknologi pertanian organik terhadap produksi padi dan pendapatan petani; dan (c) Menganalisa kualitas pupuk organik dari kotoran sapi dan jerami dengan penambahan aktivator.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: (a) Penerapan teknologi pertanian organik yang meliputi penggunaan pupuk, pengendalian hama penyakit secara hayati, pengolahan tanah, dan pemanfaatan varietas lokal berpengaruh baik pada produktivitas padi dan pendapatan petani; dan (b) Pembuatan pupuk organik dari kotoran sapi dan jerami dengan penambahan aktivator berpengaruh baik pada kualitas kompos.
Penelitian dilaksanakan di Desa Sukorejo pada Bulan April sampai Bulan Juli 2004 dengan dua metode peneltian yaitu:
a) Metode survei: menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 53 petani responden untuk memperoleh informasi tentang budidaya padi organik dan faktor-faktor yang mempengaruhi aplikasi teknologi padi organik. Variabel yang diukur adalah jumlah produksi/pendapatan sebagai variabel tak bebas. Sedangkan variabel bebas terdiri dari pemupukan, pengolahan tanah, pengendalian hama penyakit secara hayati, dan pemanfaatan varietas lokal. Analisis data dengan analisis deskriptif kualitatif dan perhitungan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer, Microsoft Excel dan Minitab 13.0 for Windows.
b) Metode percobaan: pengomposan kotoran ternak sapi dan jerami padi mengunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari tiga perlakuan dan tiga ulangan sehingga terdapat sembilan unit percobaan. Ketiga perlakuan tersebut adalah : pengomposan tanpa penambahan aktivator, perlakuan kedua dengan penambahan aktivator EM4 dan perlakuan ketiga dengan penambahan aktivator Primadec. Variabel yang diukur dalam percobaan ini adalah sifat kimia kompos: pH 1120, karbon organik, nitrogen total, posphor, basa-basa dapat pertukarkan (kalsium, magnesium, natrium, dan kalium), hara mikro (besi, tembaga, seng, mangan), rasio C/N dan KTK. Hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti selanjutnya dianalisis dengan analisis ragam pada taraf nyata 1% dan 5%. Jika terdapat perbedaan, pengujian dilanjutkan dengan uji Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1) Budidaya padi organik di Desa Sukorejo menerapkan teknologi padi organik meliputi pengolahan tanah ringan (90% menggunakan alat cangkul & traktor, 6% cangkul, dan 4% tenaga sapi), penggunaan pupuk (3-4 ton/ha pupuk organik dan 50-100 kg/ha pupuk anorganik), penggunaan varietas lokal (87% varietas lokal dan 13% varietas introduksi), dan pengendalian hama/penyakit secara terpadu (PHT) dan hayati (100% bahan-bahan alami). Penerapan teknologi sesuai dengan tujuan, prinsip, dan karakteristik dari pertanian organik.
Faktor-faktor yang berperan dalam penerapan teknologi padi organik oleh petani adalah: a) Motivasi dan persepsi petani tentang keuntungan, kemudahan dalam aplikasi, kesesuaian budaya lokal, b) Keberpihakan pemda dan tembaga pemasaran yaitu PD PAL Sragen, hasil panen padi organik yang lebih baik dari hasil panen padi non-organik, biaya produksi usahatani padi organik yang lebih murah dari pertanian non-organik, bahan-bahan alami untuk pengendalian hama penyakit secara hayati dan pupuk organik yang mudah diperoleh di lingkungan sekitar, dan semakin mahalnya harga pupuk dan pestisida kimia.
2) Penerapan teknologi berpengaruh nyata terhadap pendapatan melalui hasil produksi yang dicapai. Uji statistik menunjukkan bahwa faktor-faktor teknologi yang berpengaruh terdiri dari penggunaan pupuk organik (XI), pengendalian hama penyakit secara hayati (X2), pengolahan tanah (X3) dan pemanfaatan varietas Iokal (X4). Persamaan regresi:
Y= 2514133 + 2,48 X1 - 19 X2 + 3,10 X3 + 0,16 X4
Proporsi sumbangan total variabel babas (X) terhadap naik turunnya variabel terikat (Y) sebesar 27% (R2), sedangkan faktor lain yaitu 72% diduga adalah dukungan dari kondisi ekologi seperti iklim, curah hujan, suhu, kelembaban, topografi, dan kesuburan tanah serta peranan harga.
3) Penambahan aktivator sangat mempengaruhi kualitas kompos. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kadar air kompos, serat kompos dan kandungan hara P, K, dan Ca tidak ada perbedaan yang nyata. Kandungan hara Fe, Mn, pH, C/N ratio, dan KTK kompos menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Begitu pula kandungan hara C organik, N, Mg, Cu, dan Zn juga berbeda nyata (P<0,05). Kompos dengan penambahan aktivator EM4 menghasilkan kompos dengan kualitas yang terbaik. Kualitas kedua yaitu kompos dengan penambahan aktivator Primadec. Kompos dengan penambahan aktivator EM4 menghasilkan kompos dengan kualitas yang terbaik dengan niiai kandungan unsur hara tertinggi untuk Mn (555,2 ppm), Mg (0,63 % BK), Cu (4,93 ppm), , menurunkan pH (7,97) dan kandungan Fe(1481,47 ppm), Zn (23,3 ppm) dibandingkan aktivator lainnya. Kualitas kedua yaitu kompos dengan penambahan aktivator Primadec dengan C/N (25,981) terbaik, nilai N (0,89 % BK) dan KTK (35,33 meq/100 g) tertinggi.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa; I) Budidaya padi organik di Desa Sukorejo menerapkan teknologi padi organik meliputi penggunaan pupuk, pengolahan tanah ringan, pengendalian hama penyakit terpadu (PITT) dan hayati, serta penggunaan varietas lokal. Penerapan teknologi sesuai dengan tujuan, prinsip, dan karakteristik dari pertanian organik. Faktor-faktor yang berperan dalam penerapan teknologi padi organik oleh petani adalah: a) Motivasi dan persepsi petani tentang keuntungan, kemudahan dalam aplikasi, kesesuaian budaya lokal; b) Keberpihakan pemda dan lembaga pemasaran; 2) Penerapan pertanian organik berpengaruh nyata terhadap produksi dan pendapatan petani; dan 3)Penambahan aktivator sangat mempengartihi kualitas kompos.
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah: a) Perlu adanya penyuluhan pertanian mengenal aplikasi teknologi pertanian organik dalam usahatani padi yang lebih intensif khususnya pembuatan pupuk organik yang lebih berkualitas dan pengembangannya, penggunaan pupuk organik, pengolahan tanah, pengendalian hama penyakit secara hayati, pemanfaatan varietas lokal yang memperhatikan aspek Iingkungan; dan b) Perlu adanya kebijakan pemerintah pusat dalam upaya penerapan pertanian organik yang memotivasi petani untuk melaksanakannya sehingga pembangunan pertanian yang berkelanjutan dapat terwujud. Kebijakan teknis yang dapat disarankan antara lain subsidi bahan baku (pupuk organik) dan akses pemasaran; c) Perlu adanya kebijakan dari pemda setempat untuk mewujudkan kemandirian petani padi organik seperti tesedianya pabrik penggiling padi dan proses pengemasannya oleh petani sehingga merupakan nilai tambah tersendiri bagi petani dalam meningkatkan kesejahteraannya.
Daftar Kepustakaan : 31 ( 1986 - 2004 )

Entering the 21st century, the world has adopted a new trend of healthy lifestyle and Back to Nature slogan. People are more aware that the usage of unnatural chemical substances, such as, chemical fertilizer and pesticide in agriculture products can cause negative effects to human health and the environment. This kind of lifestyle has been recognized internationally through global trade regulations, requiring that agricultural products have attributes that are safe to consume, have high nutritional contents, and are environmentally friendly.
Today the agricultural concept does not only focus on large output of production in a short period, but is more oriented in a sustained increase of production while maintaining - if possible, improving - the quality of land soil and the environment that is known as organic farming.
Organic farming is a farming system that attempts to make an environmental balance, that is, by maintaining soil fertility using the biological nutrient recycle principle, reducing or not using artificial fertilizer and chemical pesticide, and controlling pests and diseases by improving the surrounding environment to give optimum result which is a natural alternative farming practice. In this concept, efforts to increase and maintain land productivity focus on using organic fertilizer technology (compost, manure, agriculture waste recycling), and integrated pest and disease control and biological methods.
The rice harvesting area in the Sragen regency in 2001 was 91,220 hectares with a total rice production of 301,119.3 tons. Rice consumption was 124,270.3 tons; therefore, rice surplus in 2001 was 176,929 tons (Regional Government of Sragen 2002). The rice surplus production has not increased the income of farmers because the production cost, especially of inorganic fertilizer and chemical pesticide, increased in line with the free market system. The Sragen regency is making efforts as its long term program to be the center of organic rice production with the aim to conserve the farm land as part of the production factor, reduce the dependency on artificial fertilizer and pesticide, reduce farming costs and protect health from the exposure of fertilizer/ pesticide chemical residue.
The Sukorejo village of the Sambirejo district in the Sragen regency is a village that has applied the organic rice farming because this village has a large rice production, that is, 3,759 tons/ year and the majority, 90.55%, of the population's occupation is in farming. According to Renstra 2002 - 2007 the extension of organic rice farming will cover 10,000 hectares so that the Sragen regency mission of health for everyone in the year 2010 will be achieved.
Therefore, the main issues that will be studied are: (a) To identify how far the rice farmers in the Sukorejo village have applied the organic farming technology in order to identify the factors that play in application of organic rice technology; (b) To analyze the application of the technology in increasing income from rice production; and (c) To analyze the quality of organic fertilizer technology applied by the farmers.
The objectives of the study are: (a) To identify organic rice cultivation and the factors that play in the application of organic rice technology; (b) To analyze the effects of the application of organic farming technology on rice production and farmer income; and (c) To analyze the quality of fertilizer from cow manure and hay that use activator additive.
The hypotheses of this study are: (a) Application of organic farming technology that comprises of using fertilizer, land cultivation, biological pest and disease control, and using local seed will affect rice production and farmer income; and (b) Organic fertilizer from cow manure and hay that use activator additive affects the quality of compost.
The study was conducted in the Sukorejo village from April to July 2004 using two research methods:
a) Survey method: this method uses questionnaires distributed to 53 farmers as subjects to obtain information on organic rice cultivation and on the factors affecting the application of organic rice technology. The independent variable measured was the amount of production/ income as the fixed variable. The dependent variables consisted of fertilizing, land cultivation, biological pest and disease control, and using local seeds. Data analysis was done using qualitative descriptive analysis and data processing was done using Microsoft Excel and Minitab 13.0 for Windows computer software.
b) Trial method: composting of cow manure and rice hay using Complete Random Design that comprises of three treatments and three repetitions so that there were nine trial units. The three treatments were: first, composting without activator additive; second, composting with EM4 additive; and third, composting with Primadec additive. The variable measured in this experiment were the compost chemical properties: pH 1-120, organic carbon, total nitrogen, phosphor, interchangeable base (calcium, magnesium, sodium, and potassium) , micro nutrient (iron, copper, zinc, manganese), C/N ratio and KTK. The results of measurement of the variables being studied were further analyzed with various analysis in the actual range of 1% and 5%. If there are differences, the test will be followed by the Duncan test.
The result of the study showed:
1) organic rice cultivation in the Sukorejo village has applied organic rice technology consisting of mild land cultivation (90°Io used mattocks and tractors, 6% mattocks, and 4010 cows), used fertilizer (3-4 tons of organic fertilizer /hectare and 50-100 kg inorganic fertilizer/ hectare), used local seeds (87% local seeds and 13% hybrid seeds) and integratedly and biologically (100% natural substance) controlled pest and disease. The application of the technology is in line with the objective, principle, and characteristic of organic farming.
The factors that play in the application of organic rice technology by farmers are: a) The motivation of farmers; b) Perception of farmers on profit, cultivation method, adaptation to local culture, facility in application, and observability of organic rice farming; c) The interest and concern of the regional government and marketing institution (PD PAL Sragen), a better rice production of organic rice than that of the non organic rice, cheaper production of organic rice farming than that of non organic farming, better availability of materials from the local environment for producing biological control substance and organic fertilizer, and the increasing cost of chemical fertilizer and pesticide; and the positive impact as the result of organic rice cultivation for the sustainability of the environment.
2) Application of technology affects income through the amount of production achieved. Statistical tests show that the technological factors that had. the effect are: the application of organic fertilizer (X1), biological pest and disease control (X2), land cultivation (X3) and local seeds (X4). The regression equation is as follows:
Y=2514133+2.48X]--19X2+3.10 X3 + 0.16 X4
The percentage of contribution of the value of the free variabel (x) to the increase or decrease of the value of the fixed variable (y) is 27% (R2).
3) Giving an activator additive affects greatly the compost quality. The result of variability investigation showed that compost water level, compost fiber, and the nutrient levels of P, K, and Ca were not significantly different. The nutrient levels of Fe and Mn, pH, C/N ratio, and KTK of the compost showed a significant difference (P< 0.01). The nutrient levels of the organic carbon, N, Mg, Cu, and Zn also were significantly different (P <0.05). Compost with EM4 activator additive produces compost with the best quality. The second best quality was with Primadec activator additive. Compost with EM4 activator additive produces the best quality with the nutrient levels of Mn 555.2 ppm (being the highest level of nutrient), Mg 0.63 %, Cu 4.93 ppm; decreases pH (7.97) and the levels of Fe 1481.47 ppm, Zn 23.3 ppm when compared to using other activators. The second best quality, compost with Primadec activator additive, has the best C/N ratio 25.981, N 0.89% , and highest KTK 35.33 meq/ 100 g.
From the study, it can be concluded that:
1) Organic rice cultivation in the Sukorejo village of the Sragen regency applies organic rice technology that consisted of mild soil cultivation, fertilizing, using local seeds, and biological integrated pest/ disease control. The application of the technology is in tine with the objective, principle, and characteristic of organic farming. The factors that play in the application of organic rice technology by the farmers are: a) Motivation of farmers; b) Farmer perception of profit, cultivation method, adaptation to local culture, facility of application c) Interest and concern of the regional government
2) Application of organic farming obviously affects production and farmer income; and
3) Activator additive greatly affects the quality of compost.
As a result of this study, it is recommended that; a) Farm education on application of organic farming technology should be done to intensify farming especially for production of organic fertilizer (compost) that is of better quality and development, usage of organic fertilizer, usage of local seeds, and land cultivation that pays attention to the environment; and b) There must be a policy from the central government that motivates the farmers to apply organic farming so that sustainable farming development will be achieved. Technical policies that can be recommended are, among others, basic material (organic fertilizer) subsidy and market access. c) The regional government must provide capital to the farmers so that they are able to mill and pack rice independently on their own and thus raise their welfare.
References: 31 (1986 -2004)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidinda Kamila
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas modal sosial dalam mendukung pelaksanaan urban farming di Kampung Berkebun RW 04. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan urban farming di Kampung Berkebun RW 04 didukung oleh modal sosial. Terdapat tiga bentuk modal sosial dalam pelaksanaannya, yaitu bonding capital, bridging capital, dan linking capital yang didukung komponen seperti kepercayaan, jaringan, norma, dan sanksi. Bonding capital menggambarkan hubungan antar anggota Kampung Berkebun RW 04. Bridging capital menggambarkan hubungan dengan warga RW 04 non anggota, pelaku urban farming di RW 08, dan tamu kunjungan. Linking capital menggambarkan hubungan dengan Dispangtan, PPL, dan Karang Taruna Kelurahan. Bentuk modal sosial tersebut diperkuat jaringan yang didorong oleh kepercayaan sehingga memungkinkan pertukaran sumber daya yang dibutuhkan. Norma dan sanksi mendukung bonding capital meskipun tidak terlalu mengatur hubungan yang ada. Penelitian ini menyarankan agar Kampung Berkebun RW 04 membuat penyuluhan terkait pengetahuan baru yang dijadikan sarana pertemuan sekaligus pertukaran pengetahuan antar anggota, bisa dengan bantuan Dispangtan, memunculkan key people lain yang memiliki kapasitas seperti pemimpin saat ini, mengembangkan media sosial yang dikelola sendiri untuk memperluas jaringan, dan berkolaborasi dengan pelaku urban farming di RW 08.

ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses social capital that supports urban farming implementation in Kampung Berkebun RW 04. This research is a qualitative research with descriptive design. The results conclude that urban farming implementation in Kampung Berkebun RW 04 supported by social capital. There are three forms of social capital in the implementation of urban farming, such as bonding capital, bridging capital, and linking capital supported by its components such as trust, network, norms, and sanctions. Bonding capital describes relationship between members in Kampung Berkebun RW 04. Bridging capital describes relationship with non member citizen of RW 04, urban farmer in RW 08, and visitors. Linking capital describes relationship with Food and Agriculture Departments Dispangtan , PPL, dan Karang Taruna Kelurahan. Each forms of social capital strenghtened by the existence of network, enhanced by trust so that enable for the exchange of resources needed. Norms and sanctions supports bonding capital but not really control the relationship. This research suggests Kampung Berkebun RW 04 to make knowledge development made as both meeting and transfer knowledge medium, raise another key people who have capacity like the current leader, developing self managed social media to expand relations, and collaborating with other urban farmers in RW 08."
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Field, John
Bantul: Kreasi Wacana, 2011
302 FIL st (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdana Eka Putri
"Penuaan adalah suatu proses terjadinya perubahan pada setiap sistem tubuh. Berbagai perubahan ini dapat mempengaruhi tingkat aktivitas fisik lansia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat aktivitas fisik pada lansia. Penelitian ini dilakukan pada 99 responden di Kelurahan Mekarwangi Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor.
Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas lansia memiliki tingkat aktivitas fisik sedang (49,5%); selebihnya tingkat aktivitas fisik rendah (25,3%); dan tingkat aktivitas fisik tinggi (25,3%). Hasil penelitian ini sudah menunjukkan tingkat aktivitas fisik pada lansia yang sesuai akan tetapi perlu diteliti lebih lanjut keterkaitan aktivitas fisik dengan istirahat yang diperlukan lansia.

Aging is a process in which all systems of the body undergo changes. These changes can influence physical activities level of the elderly. Thus, this work is a descriptive research which aims to discern physical activities level of the elderly. The data of this research are 99 people in Mekarwangi village, Tanah Sareal subdistrict, Bogor city.
The results show that the majority of the elderly have moderate level of physical activities (49,5%); the rest has low physical activities (25,3%) and high physical activities (25,3%). The results show the appropriate level of physical activities for the elderly, yet further research is needed to understand the relation between physical activities and the amount of rests required.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46485
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fildza Hasna Nur Shabrina
"ABSTRAK
Masyarakat nelayan merupakan salahsatu kelompok masyarakat yang paling rentan akan kemiskinan. Beragam program pembangunan yang telah dilakukan pemerintah pada kelompok masyarakat ini ternyata masih banyak menemui kegagalan. Literatur dan penelitian sebelumnya melihat kegagalan ini karena adanya kesalahan eksternal yang menghambat mobilitas eksternal sebagai salahsatu faktor penghambat pembangunan, serta adanya faktor lain yang kini harus mulai diperhitungkan dalam melihat kesejahteraan masyarakat nelayan. Perspektif itu adalah modal sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik modal sosial nelayan memang terbilang tinggi, namun tingkat kesejahteraannya masih rendah. Ini membuat hubungan antara modal sosial dan kesejahteraan ternyata masih sangat rendah.

ABSTRACT
Fishermen community has become one of the most vulnerable communities towards poverty. Various policies and programs have been implemented, yet none seem to have work. Previous literature and research shows that this might have something to do with the external factors that stunted the community rsquo s vertical mobility, and some also shows that the absence of social capital as a key factor in the planning process of the policies, played quite a significant part. The result of this research, however, shows that fishermen communities indeed have a high level of social capital, yet their welfare level is low. Thus the correlation between the two is not significant, and in some cases, almost non existent."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>