Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175015 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahma Sukmawati
"Pasien kanker memiliki risiko tinggi berkembangnya komplikasi akibat infeksi selama penanganan penyakit dan proses pengobatan. Antibiotik sebagai obat yang digunakan dalam penanganan infeksi harus diberikan secara rasional untuk mencegah kejadian resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais periode bulan Januari-Juni 2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dari data resep pasien dengan teknik total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah resep pasien kanker 18-59 tahun yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais pada periode bulan Januari-Juni 2017. Penelitian dilakukan terhadap 2179 resep pasien yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibiotik yang paling sering digunakan pada periode penelitian ini berasal dari golongan sefalosporin dengan jenis sefiksim. Total kuantitas penggunaan antibiotik dalam satuan DDD dan DDD/100 pasien/hari adalah 53069,23 dan 182,72. Kuantitas antibiotik terbesar yang dinyatakan dalam satuan DDD dan DDD/100 pasien/hari adalah levofloksasin dengan nilai 10660 dan 36,70. Ada sebanyak 12 jenis antibiotik yang menyusun segmen DU90 pada periode penelitian ini yaitu levofloksasin, seftriakson, meropenem, sefiksim, siprofloksasin, isoniazid, seftazidim, etambutol, metronidazol, sefotaksim, sefepim, dan rifampisin. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa penurunan kuantitas dan peningkatan kualitas penggunaan antibiotik dapat menurunkan kejadian resistensi.

Cancer patients has a high risk of developing complications from infection during disease management and treatment processes. Antibiotics as drugs used in the treatment of infections should be given rationally to prevent the occurrence of resistance. This study was conducted to evaluate the use of antibiotics in cancer patients in Dharmais Cancer Hospital during the period of January June 2017. This research was a descriptive study with cross sectional study design. Data retrieval was done retrospectively from patients rsquo recipe data with total sampling technique. Samples in this study were recipes of cancer patients 18 59 years old who underwent inpatient at Dharmais Cancer Hospital in January June 2017. This study was conducted on 2179 recipe of patients who met the inclusion criteria.
The results showed that the most commonly used antibiotics during this period of study came from the cephalosporin group with the cefixime type. The total quantity of antibiotic used expressed in DDD and DDD 100 patients day was 53069,23 and 182,72. The largest quantity of antibiotics used expressed in units of DDD and DDD 100 patients day were levofloxacin with value 10660 and 36,70. There were 12 types of antibiotics that made up the DU90 segment in this study period, which were levofloxacin, ceftriaxone, meropenem, cefixime, ciprofloxacin, isoniazid, ceftazidime, ethambutol, metronidazole, cefotaxime, cefepime, and rifampicin. Therefore it can be concluded that the decrease in quantity and increase the quality of antibiotic used can decrease the incidence of resistance."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Elza
"Pasien kanker memiliki resiko tinggi terkena infeksi bakteri selama proses pengobatan kanker. Antibiotik sebagai obat untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri harus digunakan secara rasional agar tidak terjadi resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais periode bulan Juli-Desember 2017. Rancangan penelitian ini adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose ATC/DDD . Berdasarkan hasil analisis kuantitatif diperoleh total penggunaan antibiotik adalah sebanyak 31381,08 DDD dengan antibiotik yang paling banyak digunakan adalah seftriakson dengan nilai DDD sebesar 6175,50 dan nilai DDD/100 pasien/hari yaitu 20,97. Sedangkan secara kualitatif, Drug Utilization 90 disusun oleh sebelas jenis obat yaitu seftriakson, sefiksim, levofloksasin, meropenem, siprofloxacin, etambutol, seftazidim, sefotaksim, rifampisin, ofloksasin dan streptomisin. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik di Rumah Sakit Kanker Dharmais periode Juli hingga Desember tahun 2017 sudah sesuai dengan program pengendalian resistensi antimikroba yang terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yaitu terjadinya penurunan jumlah dan jenis antibiotik yang digunakan sebagai terapi empiris maupun definitif, sehingga penggunaan antibiotik secara rasional dapat tercapai.

Cancer patient have high risk of bacterial infection which cause complication. Antibiotic is the drug that used to kill the development and growth of bacteria. It must be used rationally to prevent resistency. This research was done to evaluate antibiotic utilization on cancer patient at Dharmais hospital period July December 2017. This research had cross sectional design, using ATC DDD method. Based on quantitative research analysis, the amount of antibiotic which was used by patient is 31381,08 DDD with the biggest amount of antibiotic was ceftriaxone 6175,50 DDD and the amount of DDD 100 patients day is 20,97. Meanwhile, based on qualitative analysis, the antibiotic which were included in DU90 are ceftriaxone, cefixime, levofloxacine, meropenem, ciprofloxacine, ethambutol, ceftazidime, cefotaxime, rifampicin, ofloxacine and streptomycin. We can conclude that antibiotic utilization at Dharmais Hospital period July December 2017 had been in accordance with anti microbe resistency controlling program in Permenkes RI, which has been decreasing amount of antibiotic for empiric and definitive therapy, so that rational use of antibiotic was expected to be achieved.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kenang Putra Risma
"Di Indonesia pemakaian antibiotik menjadi salah satu yang paling sering diresepkan dikarenakan seringnya kasus infeksi yang sering terjadi. Antibiotik merupakan obat yang dipakai untuk pencegahan atau pengobatan infeksi yang diakibatkan oleh bakteri. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan dapat menyebabkan resistensi. Resistensi antibiotik adalah kondisi saat antibiotik tidak dapat lagi mencegah atau mengobati infeksi karena bakteri tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik. Resistensi antibiotik dapat menyebabkan bakteri yang menginfeksi manusia atau hewan menjadi lebih sulit untuk diobati. Resistensi antibiotik merupakan ancaman global yang serius yang menyebabkan peningkatan kekhawatiran global terhadap kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Metode Gyssen merupakan evaluasi secara kualitatif sedangkan secara kuantitatif menggunakan perhitungan ATC/DDD. Gyssen adalah metode yang digunakan untuk menilai penggunaan antibiotik berdasarkan ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan antibiotik berdasarkan efektivitas, toksisitas, harga dan spektrum antibiotik, lama pemberian, dosis, interval, rute pemberian dan waktu pemberian. ATC merupakan klasifikasi obat berdasarkan farmakologi, senyawa kimia dan fungsi terapeutik. DDD adalah asumsi rata-rata dosis per hari yang digunakan oleh orang dewasa. DDD adalah unit pengukuran dan tidak menunjukkan dosis harian yang direkomendasikan dalam pengobatan.

In Indonesia, the use of antibiotics is one of the most frequently prescribed due to the frequent cases of infection. Antibiotics are drugs used to prevent or treat infections caused by bacteria. Inappropriate and excessive use of antibiotics can cause resistance. Antibiotic resistance is a condition when antibiotics can no longer prevent or treat infections because bacteria do not respond to antibiotics. Antibiotic resistance can make bacteria that infect humans or animals more difficult to treat. Antibiotic resistance is a serious global threat causing increasing global concern for human, animal and environmental health. The Gyssen method is a qualitative evaluation, while quantitatively it uses ATC/DDD calculations. Gyssen is a method used to assess the use of antibiotics based on the accuracy of the indication, the accuracy of antibiotic selection based on effectiveness, toxicity, price and spectrum of antibiotics, duration of administration, dose, interval, route of administration and time of administration. ATC is a classification of drugs based on pharmacology, chemical compounds and therapeutic function. DDD is the assumed average dose per day used by adults. DDD is a unit of measurement and does not indicate the recommended daily dose in treatment."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kenang Putra Risma
"Di Indonesia pemakaian antibiotik menjadi salah satu yang paling sering diresepkan dikarenakan seringnya kasus infeksi yang sering terjadi. Antibiotik merupakan obat yang dipakai untuk pencegahan atau pengobatan infeksi yang diakibatkan oleh bakteri. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan dapat menyebabkan resistensi. Resistensi antibiotik adalah kondisi saat antibiotik tidak dapat lagi mencegah atau mengobati infeksi karena bakteri tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik. Resistensi antibiotik dapat menyebabkan bakteri yang menginfeksi manusia atau hewan menjadi lebih sulit untuk diobati. Resistensi antibiotik merupakan ancaman global yang serius yang menyebabkan peningkatan kekhawatiran global terhadap kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Metode Gyssen merupakan evaluasi secara kualitatif sedangkan secara kuantitatif menggunakan perhitungan ATC/DDD. Gyssen adalah metode yang digunakan untuk menilai penggunaan antibiotik berdasarkan ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan antibiotik berdasarkan efektivitas, toksisitas, harga dan spektrum antibiotik, lama pemberian, dosis, interval, rute pemberian dan waktu pemberian. ATC merupakan klasifikasi obat berdasarkan farmakologi, senyawa kimia dan fungsi terapeutik. DDD adalah asumsi rata-rata dosis per hari yang digunakan oleh orang dewasa. DDD adalah unit pengukuran dan tidak menunjukkan dosis harian yang direkomendasikan dalam pengobatan.

In Indonesia, the use of antibiotics is one of the most frequently prescribed due to the frequent cases of infection. Antibiotics are drugs used to prevent or treat infections caused by bacteria. Inappropriate and excessive use of antibiotics can cause resistance. Antibiotic resistance is a condition when antibiotics can no longer prevent or treat infections because bacteria do not respond to antibiotics. Antibiotic resistance can make bacteria that infect humans or animals more difficult to treat. Antibiotic resistance is a serious global threat causing increasing global concern for human, animal and environmental health. The Gyssen method is a qualitative evaluation, while quantitatively it uses ATC/DDD calculations. Gyssen is a method used to assess the use of antibiotics based on the accuracy of the indication, the accuracy of antibiotic selection based on effectiveness, toxicity, price and spectrum of antibiotics, duration of administration, dose, interval, route of administration and time of administration. ATC is a classification of drugs based on pharmacology, chemical compounds and therapeutic function. DDD is the assumed average dose per day used by adults. DDD is a unit of measurement and does not indicate the recommended daily dose in treatment."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mishbahus Surur
"Penggunaan antibiotik memiliki peran penting dalam mengatasi infeksi bakteri; namun, penggunaan yang berlebihan dan tidak rasional dapat menyebabkan resistensi antibiotik, yang menjadi perhatian kesehatan global. Penelitian ini mengevaluasi penggunaan antibiotik di Puskesmas Pasar Rebo pada periode Januari–Juni 2023 dengan menggunakan metode ATC/DDD dan DU 90%. Data dikumpulkan secara retrospektif dari sumber sekunder, termasuk laporan LPLPO, dan dianalisis secara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan total penggunaan antibiotik sebesar 610,81 DDD/1000 kunjungan rawat jalan, dengan amoksisilin, siprofloksasin, dan klindamisin menjadi antibiotik yang paling banyak digunakan, masing-masing menyumbang 69,39%, 13,44%, dan 6,54% dari total penggunaan. Antibiotik ini mendominasi segmen DU 90%, menunjukkan peran signifikan dalam pengobatan rawat jalan. Temuan ini sejalan dengan studi lain yang mengidentifikasi antibiotik serupa dengan tingkat penggunaan tinggi di fasilitas layanan kesehatan primer di Indonesia. Penelitian ini menekankan perlunya pemantauan dan evaluasi berkelanjutan terhadap peresepan antibiotik untuk meningkatkan penggunaan yang rasional dan mengurangi risiko resistensi. Penelitian lanjutan disarankan untuk menitikberatkan pada kesesuaian pemilihan antibiotik dengan kondisi klinis. Evaluasi ini merupakan langkah penting menuju peningkatan pengelolaan antibiotik di layanan kesehatan primer.

The use of antibiotics plays a critical role in treating bacterial infections; however, excessive and irrational use can lead to antibiotic resistance, a global health concern. This study evaluates the antibiotic usage at Puskesmas Pasar Rebo for the period of January–June 2023, employing the ATC/DDD and DU 90% methodologies. Data were collected retrospectively from secondary sources, including LPLPO reports, and analyzed quantitatively. Results show a total of 610.81 DDD/1000 outpatient visits, with amoxicillin, ciprofloxacin, and clindamycin being the most utilized antibiotics, contributing to 69.39%, 13.44%, and 6.54% of total usage, respectively. These antibiotics dominate the DU 90% segment, indicating their substantial role in outpatient treatment. The findings align with other studies identifying similar high-usage antibiotics in primary healthcare facilities across Indonesia. The study highlights the need for continued monitoring and evaluation of antibiotic prescriptions to enhance rational use and reduce the risk of resistance. Future research is recommended to focus on the appropriateness of antibiotic selection concerning clinical conditions. This evaluation serves as a vital step toward improving antibiotic stewardship in primary healthcare settings. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nahdiya Rahmah
"Antibiotik sebagai terapi infeksi bakteri berperan sangat besar dalam meningkatkan hasil pengobatan pasien. Selain dampak positif, antibiotik juga dapat menimbulkan permasalahan baru yaitu resistensi antibiotik. Pemerintah Indonesia melakukan strategi pengendalian resistensi antimikroba dengan cara  penggunaan antibiotik secara bijak dan meningkatkan ketaatan terhadap prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi. Evaluasi penggunaan antibiotik dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. WHO merekomendasikan Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) dan Defined Daily Dose (DDD) sebagai bentuk evaluasi penggunaan obat, khususnya antibiotik secara kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan antibiotik periode Januari-Maret 2023 di RSUP Fatmawati dengan metode ATC/DDD dan segmen DU90%. Data diperoleh dari resep obat yang dikumpulkan oleh Instalasi Sistem Rumah Sakit (ISIRS) RSUP Fatmawati dan data lama rawat inap pasien didapatkan dari laporan Tata Usaha (TU) Farmasi RSUP Fatmawati. Data kemudian diolah untuk mendapatkan nilai DDD per 100 hari rawat dan DDD per 100 hari rawat tiap antibiotik yang diurutkan dari data terbesar hingga terkecil. Data kemudian dihitung % kumulatif dan diklasifikasikan antibiotik yang termasuk segmen 90%. Hasil penelitian diperoleh 28 antibiotik yang memiliki kode ATC dan DDD digunakan di RSUP Fatmawati periode Januari-Maret 2023.Nilai total DDD/ 100 hari rawat inap antibiotik di RSUP Fatmawati sebesar 63,112 dan  levofloxacin merupakan antibiotik dengan nilai DDD/ 100 hari rawat inap tertinggi yaitu  30,181. Antibiotik yang termasuk dalam segmen DU90% adalah levofloxacin, ampisilin-sulbaktam, ciprofloxacin, azithromisin, cefexime, cefoperazone, clindamisin, sulfomethoxazole dan trimethoprim.

Antibiotics as a therapy for bacterial infections play a very large role in improving patient treatment outcomes. In addition to the positive impact, antibiotics can also cause new problems, namely antibiotic resistance. The Indonesian government has a strategy to control antimicrobial resistance by using antibiotics wisely and increasing adherence to the principles of infection prevention and control. Evaluation of antibiotic use can be done quantitatively and qualitatively. WHO recommends Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) and Defined Daily Dose (DDD) as a form of quantitative evaluation of drug use, especially antibiotics. This study aims to analyze the use of antibiotics for the period January-March 2023 at Fatmawati General Hospital using the ATC/DDD method and the DU90% segment. Data obtained from prescription drugs collected by the Hospital System Installation (ISIRS) of Fatmawati General Hospital and data on the length of hospitalization of patients obtained from the report of Administration (TU) Pharmacy of Fatmawati General Hospital. The data were then processed to obtain the value of DDD per 100 days of care and DDD per 100 days of care for each antibiotic sorted from the largest to the smallest data. The data then calculated the cumulative % and classified antibiotics that included 90% segment. The results obtained 28 antibiotics that have ATC codes and DDD used in Fatmawati General Hospital for the period January-March 2023. The total value of DDD / 100 days of antibiotic hospitalization at Fatmawati General Hospital is 63,112 and levofloxacin is an antibiotic with the highest DDD / 100 days of hospitalization value of 30,181. Antibiotics included in the DU90% segment are levofloxacin, ampicillin-sulbactam, ciprofloxacin, azithromycin, cefexime, cefoperazone, clindamycin, sulfomethoxazole and trimethoprim.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
A. Rinciani Putri
"Diare akut adalah proses defekasi yang lebih sering dari biasanya (>3x sehari) dengan durasi < 14 hari. Salah satu penyebab diare akut adalah infeksi bakteri. Adanya infeksi bakteri ini harus ditangani dengan penggunaan antibiotik spesifik terhadap bakteri penyebab secara rasional. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien diare akut di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita tahun 2016. Evaluasi penggunaan antibiotik dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data rekam medis pasien dengan teknik total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien anak (usia >1 bulan-12 tahun) yang menderita diare akut di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita tahun 2016 dengan terapi antibiotik. Penelitian dilakukan terhadap 88 data rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi. Kuantitas penggunaan antibiotik terbesar yang dinyatakan dalam satuan PDD adalah seftriakson (152,75) dan DDD/100 pasien/hari terbesar adalah seftriakson (34,56). Antibiotik yang menyusun segmen DU90% adalah seftriakson, sefotaksim, seftizoksim, dan ampisilin sulbaktam. Penggunaan antibiotik untuk terapi diare akut di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita tahun 2016 90,87% sesuai dengan Formularium Nasional.

Acute diarrhea is a defecation process which happens more often than usual (3x daily) with duration < 14 days. One of its cause is bacterial infections. This bacterial infection needs to be treated by specific antibiotic against the bacteria and used rationally. This research is done to evaluate the uses of the antibiotic for acute diarrhea patient in child inpatiens room Mother and Child Harapan Kita Hospital of year 2016. The uses of antibiotic evaluation are done quantitatively and qualitatively. This research is a descriptive research with cross-sectional study design. Data collection is done retrospectively using patients medical records and total sampling technique. Sample of this research is all children patients in age interval of >1 month until 12 years old in child inpatiens room in Mother and Child Harapan Kita Hospital of year 2016 which suffer from acute diarrhea and need antibiotic therapy. The research is done for all 88 medical records which fulfill the inclusion criteria. The largest quantity of used antibiotics is expressed in PDD unit is ceftriaxone (152.75) and the largest of DDD/100 patient/day is ceftriaxone (34.56). Antibiotics that composed in DU90% segment are ceftriaxone, cefotaxime, ceftizoxime, and ampicillin sulbactam. The uses of antibiotic against diarrhea in child inpatiens room in Mother and Child Harapan Kita Hospital of Year 2016 is 90.87% corresponds with Formularium Nasional.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69353
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peni Patmawati
"Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih pada saluran pernapasan bagian atas dan bawah. Infeksi ini pada umumnya disebabkan oleh mikroorganisme, akan tetapi ISPA paling banyak disebabkan oleh bakteri dan virus. Tingginya prevalensi ISPA non pneumonia akan mempengaruhi pola penggunaan antibiotik di fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien anak yang terkena ISPA non pneumonia di Puskesmas Beji Depok pada tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data resep pasien dengan teknik total sampling. Evaluasi penggunaan antibiotik dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif menggunakan Anatomical Therapeutical Chemical /Defined Daily Dose (ATC/DDD). Antibiotik diklasifikasikan berdasarkan ATC dan kuantitas dihitung dalam satuan PDD. Kualitas dinyatakan dalam jenis obat yang termasuk dalam Drug Utilization 90% (DU 90%) dan kesesuaiannya terhadap formularium nasional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien anak (usia 1-18 tahun) yang menderita ISPA non pneumonia di Puskesmas Beji tahun 2017 dengan terapi antibiotik. Prevalensi pada pasien anak ISPA non pneumonia di Puskesmas Beji tahun 2017 yaitu pasien laki-laki (55.79%), perempuan (44.21%). Kuantitas penggunaan antibiotik yang dinyatakan dalam satuan PDD adalah amoksisilin (335.250 g), siprofloksasin (10g) dan nilai PDD/1000 pasien perhari pada amoksisilin (7.1757), siprofloksasin (0.2140).Antibiotik yang menyusun DU 90% ialah amoksisilin. Persentase kesesuaian penggunaan antibiotik dengan Formularium Nasional di Puskesmas Beji tahun 2017 adalah 100%. Jenis antibiotik yang digunakan ialah amoksisilin dan siprofloksasin.

Acute Respiratory Infections (ARI) is an acute infection that attacks one or more parts of the upper or lower respiratory tract. This infection is generally caused by microorganisms, however most ARIs are caused by bacteria and viruses. Prevalence of ARI will affect the pattern of antibiotics uses in healthcare facilities. This research aims to evaluate the use of antibiotics in pediatric patients effected by non pneumonia ARI at Puskesmas Beji depok in 2017. This research is a descriptive research with cross-sectional study design. Data collection is done retrospectively using patient prescription data and total sampling technique. Evaluation of antibiotic is carried out quantitative and qualitative use ATC/DDD (Anatomical Therapeutical Chemical/Defined Daily Dose) method. Antibiotics are classified based on the ATC and quantity is calculated in PDD/1000 patients per day. The quality is stated in Drug Utilization 90% (DU 90%). Sample of this research is all pediatric patients (aged 1-18 years old) who suffered from non pneumonia ARI at Puskesmas Beji in 2017 and need antibiotic therapy. The prevalence of non-pneumonia ARI Child at Beji Public health center in 2017 were male patients (55,79%), female patients (44,21%). The quantity of antibiotics used which expressed in PDD units were amoxicillin (335,250 g), ciprofloxacin (10 g) and the PDD value/ 100 patients / day were amoxicillin (1.17557), ciprofloxacin (0,2140). Antibiotics that composed in DU 90% segment is amoxicillin. The percentage of antibiotic’s used with national formulary at Beji Public Center was 100%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nariyah Azzahra
"Antibiotik menjadi pilihan obat yang paling sering digunakan di seluruh dunia untuk menangani penyakit infeksi bakteri. Meluasnya penggunaan antibiotik akan meningkatkan risiko terjadinya resistensi dan efek obat yang tidak dikehendaki. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik harus mengikuti strategi peresepan antibiotik (Gunawardhana., 2015). Evaluasi antibiotik dapat dilakukan secara kuantitatif menggunakan ATC/DDD. Penelitian ini menggunakan studi observasional dengan pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Data yang diperoleh adalah data pasien rawat inap di RSUP Fatmawati periode Oktober – Desember 2022. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap kecuali pasien rawat inap anak dan kriteria eksklusi yaitu antibiotik yang tidak memiliki kode DDD di website WHO. Data di analisis secara kuantitatif dengan menggunakan metode ATC/DDD dan mengklasifikasikan antibiotik yang termasuk ke dalam segmen DU 90%. Berdasarkan hasil evaluasi, levofloxacin merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan di RSUP Fatmawati yaitu 22,003 DDD/100 hari rawat inap. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam 100 hari rawat inap, terdapat 22 pasien yang mendapatkan antibiotik berupa levofloxacin baik secara oral maupun parenteral yang sudah sesuai dengan standar WHO dengan dosis sebesar 500 mg. Antibiotik yang termasuk kedalam segmen DU90% adalah levofloxacin, ampisilin-sulbaktam, cefoperazone, ciprofloxacin, amoxicillinsulbaktam, meropenem, tamicil, cefadroxil, clindamicin, cefotaxime dan cefixime.

Antibiotics are the most frequently used drug choice throughout the world to treat bacterial infections. Widespread use of antibiotics will increase the risk of resistance and undesirable drug effects. Therefore, the use of antibiotics must follow the antibiotic prescribing strategy (Gunawardhana., 2015). Antibiotic evaluation can be carried out quantitatively using ATC/DDD. This research used an observational study with data collection carried out retrospectively. The data obtained is data from inpatients at RSUP Fatmawati for the period October – December 2022. The inclusion criteria in this study were all inpatients except pediatric inpatients and the exclusion criteria were antibiotics that did not have a DDD code on the WHO website. Data were analyzed quantitatively using the ATC/DDD method and classifying antibiotics into the 90% DU segment. Based on the evaluation results, levofloxacin is the most widely used antibiotic at RSUP Fatmawati, namely 22,003 DDD/100 inpatient days. These results show that within 100 days of hospitalization, there were 22 patients who received antibiotics in the form of levofloxacin, both orally and parenterally, which complies with WHO standards at a dose of 500 mg. Antibiotics included in the DU90% segment are levofloxacin, ampicillin-sulbactam, cefoperazone, ciprofloxacin, amoxicillinsulbactam, meropenem, tamicil, cefadroxil, clindamicin, cefotaxime and cefixime.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Selly Roesdiana
"Banyaknya pasien yang datang ke IGD pada masa pandemi COVID-19 dan adanya perubahan Panduan Praktik Klinis yang cepat dapat mempengaruhi pola penggunaan obat di IGD RSUI sehingga perlu dilakukan evaluasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan melihat gambaran deskriptif dari perubahan pola penggunaan obat di Instalasi Gawat Darurat untuk meningkatkan kualitas pelayanan pasien di IGD RSUI. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan pengumpulan data secara retrospektif. Studi dilakukan secara kuantitatif menggunakan metode ATC/DDD WHO (DDD/100 hari rawat) dan secara kualitatif dengan melihat profil DU90% serta kesesuaiannya dengan Formularium Nasional. Sampel penelitian diambil dari data rekapitulasi pengeluaran obat di IGD periode Januari 2020 - Desember 2022. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah data pengeluaran obat pasien dewasa usia ≥ 18 tahun yang tercatat sebagai pasien IGD dan obat yang memiliki kode ATC/DDD. Jumlah keseluruhan sampel penelitian adalah 15.981 data pengeluaran obat. Jenis obat yang banyak digunakan di IGD RSUI yaitu parasetamol, omeprazol dan asetilsistein. Penggunaan obat untuk pasien di IGD RSUI pada tahun 2020, 2021 dan 2022 secara berturut-turut sebesar 387,59 DDD/100 hari rawat; 316,81 DDD/100 hari rawat dan 349,35 DDD/100 hari rawat. Jumlah obat yang menyusun segmen DU90% pada tahun 2020, 2021 dan 2022 secara berturut-turut sebanyak 36, 42 dan 35 jenis obat. Kesesuaian penggunaan obat di IGD RSUI pada tahun 2020-2022 dengan Formularium Nasional belum memenuhi standar (≥80%) dengan rata-rata kesesuaian sebesar 74,66%. 

The large number of patients who visit Emergency Department (ED) during COVID-19 pandemic and rapid changes in Clinical Practice Guideline can affect the pattern of drug use in ED of RSUI so that it needs to be evaluated. This study was conducted to evaluate and see a descriptive overview of changes in drug use patterns in ED to improve quality of patient care. This study used a cross sectional study design with retrospective data collection. The study was conducted quantitatively using WHO ATC/DDD method (DDD/100 patient days) and qualitatively using DU90% profile and its suitability with the National Formulary. The research sample was taken from recapitulation data of drug dispensing in ED for January 2020 - December 2022. The inclusion criteria in this study were drug dispensing data for adult patients aged ≥ 18 years and drugs that had ATC / DDD codes. Total number of research samples was 15.981 data. The types of drugs that are commonly used in ED of RSUI are paracetamol, omeprazole and acetylcysteine. The use of drugs for patients in ED of RSUI in 2020, 2021 and 2022 amounted to 387,59 DDD/100 patient days; 316,81 DDD/100 patient days and 349,35 DDD/100 patient days, respectively. The number of drugs that make up the DU90% segment in 2020, 2021 and 2022 are 36, 42 and 35 types of drugs, respectively. The suitability of drug use in ED of RSUI in 2020-2022 with National Formulary has not reached the standard (≥80%) with an average suitability of 74,66%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>