Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150274 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khalida
"Penelitian ini menganalisis pengaruh dari pernikahan anak pada wanita terhadap kemampuan negosiasi wanita tersebut dalam keluarga menggunakan data dari Indonesia Family Life Survey IFLS gelombang kelima. Proxi yang digunakan untuk kemampuan bernegosiasi adalah pengaruh wanita dalam pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan anak, transfer ke orangtua dan mertua, serta waktu sosialisasi suami dan diri sendiri.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa menikah pada usia dewasa akan meningkatkan kemungkinan wanita tersebut memiliki kemampuan negosiasi dalam keluarga pada aspek pendidikan anak, kesehatan anak dan waktu yang dihabiskan suami untuk bersosialisasi di luar. Implikasi dari penelitian ini menunjukkan pentingnya mengurangi pernikahan di bawah umur karena fenomena tersebut secara negatif mempengaruhi pemberdayaan wanita dari sisi kemampuan negosiasi dalam keluarga.Kata Kunci: wanita, pernikahan anak, agensi keluarga, kemampuan negosiasi.

This study analyses the impact of child marriage on womens socio economic bargaining power in the family using the fifth wave of Indonesia Family Life Survey. The proxies used for socioeconomic bargaining power are spending for childrens education and health, transfer to parents and parents in law, husbands socialising time and respondent rsquo s socialising time.
The findings show that marrying after reaching adulthood will increase the womens probability for bargaining power in their childrens education, childrens health and husbands socialising time. The implication of this study would address the importance of reducing the number of child marriage in Indonesia as it would affect womens empowerment represented by family socio economic agency in negative way.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rihlah Romdoniah
"Dalam lingkup ekonomi, pernikahan memberikan dampak positif dengan adanya efisiensi biaya (Becker, 1976). Akan tetapi, dampak tersebut sepertinya tidak berlaku secara universal. Faktanya, pernikahan di usia dini seringkali diasosiasikan dengan dampak yang negatif, seperti kemiskinan. Dengan menggunakan data Susenas Kor 2013, penelitian ini menganalisis pengaruh usia menikah pertama terhadap status sosial ekonomi. Penelitian ini menemukan terdapat pengaruh positif dari usia menikah pertama terhadap status sosial ekonomi.

In the economic scope, marriage had a positive impact with cost efficiency (Becker, 1976). However, these effects do not seem to apply universally. In fact, early marriage is associated with negative effects, such as poverty. Using data Susenas Kor in 2013, this study analyzed the effect of the age at first marriage for socioeconomic status. This research found there is a positive effects on the age of first marriage for socioeconomic status."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S61845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lestariningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh umur kawin pertama serta faktor-faktor demografi, sosial, ekonomi dan karakteristik perkawinan terhadap otonomi perempuan dalam rumah tangga di Indonesia menggunakan data SDKI 2012. Tetapi berdasarkan tinjauan literatur, variabel umur kawin pertama diduga mengalami masalah endogenitas sehingga umur kawin pertama diprediksi terlebih dahulu menggunakan regresi OLS.
Hasil prediksi umur kawin pertama tersebut yang kemudian digunakan dalam model otonomi perempuan. Hasil analisis model otonomi perempuan menggunakan regresi logistik biner, menunjukkan bahwa umur kawin pertama berpengaruh positif terhadap otonomi perempuan dalam keputusan rumah tangga, tetapi berpengaruh negatif terhadap otonomi perempuan dalam keputusan penggunaan KB.

This research aims to study the effect of age at first marriage and demographic, social, economic factors, and characteristics of marriage on women's autonomy of household in Indonesia using the 2012 Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) data. But based on literature review, variable age at first marriage suspected endogenity so age at first marriage predicted using OLS regression previously.
The result of age at first marriage predicted that used on women's autonomy model. The results of women?s autonomy using binary logistic regression, show that age at first marriage have positive effect on women's autonomy in household decision making and negative effect on contraceptive use decision making."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajiraga Amrantara
"Latar Belakang: Saat ini telah diketahui di beberapa negara bahwa puncak insidensi lesi prakanker serviks terjadi pada kelompok usia pertama kali menikah 12-17 tahun. Namun belum ada data yang menggambarkan tentang sebaran dan hubungan antara usia pertama kali menikah dengan terjadinya lesi prakanker serviks di Indonesia, khususnya di Jakarta. Tujuan: Untuk mengidentifikasi target kelompok usia pertama kali menikah pada wanita peserta program skrining “see and treat” dan mengetahui hubungan antara usia pertama kali menikah, kesadaran dan hasil Tes Inspeksi Visual Asam asetat (IVA). Metodologi: Desain yang digunakan adalah uji potong lintang pada wanita peserta program di 4 puskesmas Jatinegara April – Mei 2009, untuk mengevaluasi frekuensi usia pertama kali menikah peserta, dan kesadaran. Hasil: Partisipasi skrining tertinggi adalah pada usia pertama kali menikah pada umur 20 tahun (14,5% dari n=612). Terdapat hubungan yang bermakna antara usia pertama kali menikah dan kesadaran dengan Uji Chi-Square (p=0,002) dengan OR=5,83, IK 95%=3,68 ; 50,22. Tidak terdapat hubungan bermakna antara usia pertama kali menikah dan temuan hasil Tes IVA dengan Uji Chi-Square (p=0,267) dengan OR4,59, CI 95%=0,53;39,52. Terdapat hubungan bermakna antara usia, jumlah melahirkan dan usia pertama menikah dengan temuan hasil Tes IVA (0,05 < p < 0,10). Kesimpulan: Pada penelitian ini tidak terdapat korelasi antara usia pertama kali menikah, kesadaran dan hasil Tes IVA.

Background: There are some medical research from other country that identified the peak incidence of premalignant cervical cancer was in the age of first marriage 12- 17 age group. But report for distribution and relation between age and premalignant cervical cancer in Indonesia, especially in Jakarta, are poorly understood. Purpose: To identify the target age of first marriage amongst women participant of “see and treat” screening program and to analyze relation of age of first marriage, awareness and IVA test result. Methodology: We used a cross-sectional test to analyze data from Jatinegara female participants in 4 clinics in Jatinegara during April – May 2009, to evaluate frequency of participant age of first marriage, awareness. Result: The highest screening participation was amongst age of first marriage women at 20 year (14,5% in n=612). There was significance relation between age of first marriage and awareness with Chi-Square Test (p =0,002) with OR=5,83, CI 95%=3,68 ; 50,22. There was no significance relation between age of first marriage and VIA test result with Chi-Square Test (p =0,276) with OR=4,59, CI 95%=0,53;39,52. Conclusions: There was no correlation between age of first marriage, awareness and IVA test result. The increasing age of fisrs marriage the participant, more frequencies awareness, will also have more positif pre-cancer detected by VIA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Junaedi
"Fenomena penurunan persentase perkawinan usia 15-19 tahun dan peningkatan median usia kawin pertama (UKP) dari data SDKI 1997, 2002-2003, dan 2007 menjadi anomali dengan masih adanya permasalahan kependudukan, termasuk dalam hal keluaran kesehatan reproduksi. Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Praktek diduga mempengaruhi hubungan UKP terhadap keluaran kesehatan reproduksi. Penelitian ini menggunakan data SDKI tahun 2007 dengan membagi keluaran kesehatan reproduksi menjadi dimensi fisik dan sosial. Hasil penelitian membuktikan bahwa sikap dan praktek mengganggu hubungan UKP terhadap keluaran kesehatan reproduksi dengan begitu disarankan pemerintah tak hanya berfokus dalam UKP saja melainkan juga mempertimbangkan hasil temuan ini.

Phenomenon of reduction percentage of marriage aged 15-19 and the enchancement of the median of age at first marriage from the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 1997, 2002-2003, and 2007 are anomaly of persistence population problems, one of them is outcome health reproduction. Knowledge, Attitude, and Practice influence are expected confounding relationship between age at first marriage and outcome health reproduction. This study used IDHS’s data in 2007 by dividing the health reproduction outcome into physical and social dimensions. The results are Attitude and Practice confounding relationship between age at first marriage and outcome health reproduction and suggested to the government to not only focused in age at first marriage but also the results of these findings."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krido Saptono
"Tesis ini membahas tentang umur kawin pertama pada perempuan di Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan provinsi yang paling besar jumlah penduduknya dan terkenal dengan umur kawin pertama perempuan paling rendah dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Besarnya persentase umur kawin pertama pada usia anak-anak membuat semakin panjang waktu perempuan di dalam ikatan perkawinan, sehingga peluang perempuan untuk mempunyai anak banyak lebih besar. Dampaknya adalah masih tingginya tingkat fertilitas yang menyebabkan tingginya laju pertumbuhan penduduk, sehingga mengendalikan umur kawin pertama perempuan mempakan salah satu opsi untuk menekan laju penumbuhan penduduk.
Tujuan studi ini adalah untuk mempelajari pola, perbedaan dan determinan umur kawin pertama. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis inferens seperti survival analisis dan regresi dengan life data. Data yang digunakan adalah data SDK1 2007, SDKI 2002/2003 dengan obyek penelitian perempuan pernah kawin umur 15-49 tahun serta data TPAK perempuan yang bersumber dari SP 1980, SP 1990 dan SP 2000 di Provinsi Jawa Barat.
Temuan pada analisis deskriptif menyimpulkan bahwa 33,9 persen perempuan yang tinggal di pedesaan dan 14,3 persen perempuan di kota kawin pada usia 15 tahun ke atau kurang. Perkawinan usia anak-anak ini didominasi oleh perempuan dengan pendidikan rendah terutama di pedesaan. Analisis inferens menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan perempuan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja perempuan mempunyai pengaruh positif terhadap umur kawin pertama yang berarti semakin tinggi pendidikan dan TPAK perempuan maka semakin lambat kawin.
Perempuan di daerah pedesaan cenderung lebih cepat kawin dibandingkan dengan perempuan di perkotaan, begitu juga dengan perempuan muslim dibandingkan dengan non muslim. Perempuan yang bekerja di sektor pertanian lebih cepat kawin dibandingkan dengan perempuan yang bekerja di sektor non pertanian terutama di daerah pedesaan. Kohor perempuan paling muda Iebih cepat kawin dibandingkan dengan kohor perempuan paling tua terutama di daerah perkotaan, walaupun perempuan kohor paling tua mempunyai resiko lebih tinggi untuk kawin pada umur anak-anak dibandingkan dengan perempuan kohor paling muda.

This thesis discussed age at first marriage of women in West Java Province. ln Indonesia, West Java is the largest population and it is known as the lowest age at first marriage of women among other provinces. High percentage of age at first marriage of teen makes the longer time in duration of marriage and it influences opportunity of women to reproduce more children. As the impact, high fertility rate causes high population growth rate and it makes options to decrease population rate by controlling age at first marriage of women.
This research’s aim is to learn pattem, difference and determinant of age at first marriage. The methods of research are descriptive analysis and inferential analysis, such as survival analysis and regression analysis with life data. The data are IDHS 2007 and IDHS 2002/2003 with women in research object, which they are marriage women between 15-49 years old and female Labor Force Participation Rate from 80’s, 90’s and 2000’s Population Census in West Java.
The findings in descriptive analysis conclude that 33.9 percent of women in rural area and 14.3 percent of women in urban area, they marry on age of 15 or less. This marriage on teen age is dominated the lower education, especially in rural area. The inferential analysis concludes that there is positive correlation between women education status and Labor Force Participation Level into fust marrying age. The women higher education status affects the older marrying age.
Women in rural area more likely marry in younger age than women in urban area. Similar about living area, Moslem women is like to marry younger than non Moslem women. Women working in agriculture sector are like to marry younger than women working in non agriculture sector, especially in rural area. The youngest cohort women are like to marry younger than the oldest women cohort, especially in urban area, although the oldest women cohort has higher risk than the youngest women cohort to marry on younger age.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T33983
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Candra Dewi
"ABSTRAK
Menikah usia dini dan berganti pasangan seksual merupakan faktor resiko penting
kejadian lesi prakanker serviks yang kemudian berubah menjadi kanker serviks.
Kabupaten Karawang dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan salah
satu pilot project program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara usia
pertama menikah dan jumlah pasangan seksual terhadap hasil tes IVA dengan
design cross sectional menggunakan data sekunder sebanyak 520 sampel di 4
puskesmas pada tahun 2011 – 2012. Berdasarkan analisis multivariat tidak
didapatkan hubungan yang bermakna antara usia pertama menikah dan jumlah
pasangan seksual dengan hasil tes IVA positif setelah dikontrol variabel kovariat.

ABSTRACT
The age at first intercourse and multi sexual patners are the important risk factors
for cervical pre-cancerous lession. Karawang District was selected as research
sites because it is one of the pilot projects for early detection of cervical cancer
using VIA Method. This study is aimed to verify the relationship of age at first
marriage and multi sexual patners with VIA Test Result with cross sectional study
using secondary data from medical records. Total sampel taken was 520 from 4
public health centre in the last two years from 2011 – 2012. Based on multivariate
analysis, it is indicated that there is not significant correlation for age at first
marriage and multi sexual partners with VIA test res"
2013
T38428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuridista Putri Pratiwi
"Tingkat fertilitas merupakan salah satu indikator yang menjadi prioritas utama pencapaian MDGs Indonesia. Tingkat fertilitas di Jawa Barat merupakan yang tertinggi di Indonesia. Tingkat fertilitas di dalam data survei dapat diukur dengan menggunakan jumlah anak lahir hidup (ALH). Umur kawin pertama merupakan salah satu faktor terpenting yang dapat mempengaruhi tingkat fertilitas. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh umur kawin pertama terhadap tingkat fertilitas wanita usia subur di Provinsi Jawa Barat. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional dengan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Penelitian menggunakan kriteria inklusi wanita usia subur usia 15-49 tahun yang pernah menikah di Provinsi Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan pada wanita yang pernah penikah di Provinsi Jawa Barat, mereka yang menikah di usia ≤ 18 tahun memiliki risiko 2,5 kali lebih tinggi untuk memiliki tingkat fertilitas tinggi dibandingkan yang menikah di usia > 18 tahun setelah variabel lain dikendalikan. Variabel lain yang turut berperan dalam tingkat fertilitas wanita usia subur yaitu umur, tempat tinggal, tingkat pendidikan istri, status pekerjaan istri, norma tentang besarnya keluarga, dan penggunaan alat kontrasepsi saat ini. Oleh karena itu, kegiatan KIE terkait program KB dan pendewasaan usia perkawinan, pemberdayaan wanita, serta pembukaan lapangan pekerjaan untuk meningkatkan status ekonomi diperlukan sebagai upaya mencegah dan mengatasi permasalahan terkait fertilitas di kalangan wanita usia subur di Provinsi Jawa Barat.

Fertility rate is one of indicator that include in the top priority of Indonesia’s MDGs achievement. West Java has the highest fertility rate in Indonesia. The fertility rate in survey data can be measured by using the number of children ever born (CEB). Age at first marriage is one of the most important factors that can affect the fertility rate. The study was conducted to determine the effect of age at first marriage to the fertility rate of women in their childbearing ages in West Java. The study uses a cross-sectional study design with SDKI 2012. The inclusion criteria of this study is women aged 15-49 years who were married in West Java.
The results showed that in women who were married in West Java province, those who were married at age ≤ 18 years had a 2.5 times higher risk to have high fertility rates than those married at age > 18 years after other variables are controlled. Other variables played a role in the fertility rate of women in childbearing ages are age, place of residence, wife’s education level, wife's employment status, norms about family size, and current contraceptive use. Therefore, IEC activities related to family planning programs and increasing age at first marriage, women's empowerment, and the opening of employment opportunities that important to improve the economic status are necessary of to prevent and resolve problems related to fertility among women of childbearing ages in their childbearing ages in West Java.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Azmi Zain
"Skripsi ini mengkaji tentang faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi keputusan perempuan menikah untuk bekerja dalam lima kelompok umur (seluruh wanita menikah dalam usia kerja, 15-24, 25-35, 36-45, dan 46-60 tahun). Studi ini menemukan bahwa pendidikan dan upah suami secara signifikan mempengaruhi kemungkinan perempuan menikah di Indonesia untuk memasuki angkatan kerja. Determinan lain seperti jumlah anak dan umur memiliki korelasi yang tidak signifikan terhadap probabilitas partisipasi angkatan kerja. Selanjutnya, beberapa tahan dalam teori family life cycle terjadi di Indonesia yang mempengaruhi faktor sosial ekonomi. Penelitian ini juga memberikan informasi mengenai ketimpangan dan permasalahan budaya terkait pernikahan pada usia kerja dini untuk penelitian selanjutnya guna meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan.

This undergraduate thesis examines the socio-economic factors that affect married women’s decision to work within five age groups (working age, 15-24, 25-35, 36-45, and 46-60). The study finds that education and husband’s wage significantly impact the likelihood of married women in Indonesia to enter the labor force. Other determinants such as number of children and age have insignificant correlation to probability of labor force participation. Furthermore, family life cycle theory occurs at some stages in Indonesia that affects the socio-economic factors. This research also provides information regarding inequality and cultural problems regarding marriage at the earliest of working age for further research to increase women’s labor force participation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sisca Ellyanto
"Penelitian ini menganalisis mengenai tingkat partisipasi perempuan Jepang dalam dunia kerja dan kaitannya dengan bankonka di Jepang. Jumlah bankonka di Jepang terus mengalami peningkatan dan salah satu penyebabnya adalah meningkatnya jumlah perempuan yang memasuki dunia kerja. Pada masa sebelum perang, perempuan hanya bekerja sebagai kazoku roudousha (pekerja keluarga) dan tidak memperoleh penghasilan. Namun, hal tersebut berubah setelah masa Perang Dunia II, jumlah perempuan yang menjadi koyousha (pegawai) pun meningkat. Dengan meningkatnya koyousha, perempuan pun menjadi semakin mandiri secara finansial. Hal ini menyebabkan perempuan enggan untuk menikah karena mereka dapat menghidupi diri mereka sendiri dan mereka tidak ingin kehilangan kebebasan. Hasilnya, mereka lebih memilih karir daripada membangun sebuah keluarga dan jumlah bankonka pun meningkat.

This research analyzed the rate of participation of Japanese women in the labor force and its relation to bankonka in Japan. The number of bankonka in Japan is increasing and one of the reasons is the increasing of the number of working women. In the period before the war, women worked just as kazoku roudousha (family workers) and they have no income. However, this condition changed after World War II, the number of women who become koyousha (wage employee) increases. By the increasing of koyousha, women became more financially independent. This causes women are reluctant to marry because they can sustain themselves and they do not want to lose their freedom. Thus, they prefer career instead to build a family and the number of bankonka increases."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43646
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>