Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194724 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pingkan Aprilia Widyasari
"Indonesia masih dihantui Angka Kematian Ibu AKI yang relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara Region Asia Tenggara, yaitu 190 per 100.000 kelahiran hidup. AKI dapat direduksi dengan persalinan dengan perawatan yang terampil. Kementerian Kesehatan RI sejak tahun 2015 menetapkan persalinan yang aman adalah persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan nakes di fasilitas pelayanan kesehatan fasyankes. Meskipun cakupan pertolongan persalinan oleh nakes dan persalinan di fasyankes di Indonesia sudah tinggi, tetapi masih terdapat perbedaan cakupan menurut umur ibu, tingkat pendidikan ibu, status ekonomi, wilayah tempat tinggal, dan provinsi.
Untuk memudahkan penghitungan ketidakmerataan kesehatan antar negara dan mengetahui daerah mana yang tertinggal, WHO mengeluarkan aplikasi bernama Health Equity Assessment Toolkit HEAT dan Health Equity Assessment Toolkit HEAT Plus, aplikasi ini mampu mengidentifikasi perbedaan dalam indikator kesehatan antar subkelompok populasi. Peneliti dapat memasukkan data sendiri ke dalam aplikasi HEAT Plus, dalam penelitian ini peneliti menggunakan data SDKI.
Hasil analisis menunjukkan cakupan persalinan oleh nakes dan persalinan di fasyankes meningkat dari tahun 1994-2012. Cakupan tersebut terkonsentrasi pada ibu berumur 25-39 tahun, ibu dengan tingkat pendidikan SMP, ibu dengan kuintil kekayaan terkaya, ibu yang tinggal di daerah perkotaan, dan ibu yang tinggal di wilayah Sumatera dan Jawa. Ukuran ketidakmerataan yang mengalami penurunan tertinggi adalah Population Attributable Risk PAR dan Population Attributable Fraction PAF. Ketidakmerataan cakupan persalinan oleh nakes cenderung mengalami penurunan pada semua dimensi, sedangkan ketidakmerataan cakupan persalinan di fasyankes mengalami peningkatan pada dimensi provinsi.

Indonesia is still haunted by a relatively high Maternal Mortality Rate MMR compared to the Southeast Asian Region countries, which is 190 per 100,000 live births. MMR can be reduced by delivery with skilled care. The Ministry of Health of Indonesia since 2015 established a safe delivery is the delivery done by Skilled Birth Attendants SBA in health service facilities. Although coverage of delivery assistance by SBA and delivery in health service facilities in Indonesia is high, but there are still coverage differences based on age, education level, economic status, residence, and province.
To facilitate the calculation of health inequalities between countries and to know which areas are left behind, WHO issued an application called Health Equity Assessment Toolkit HEAT and Health Equity Assessment Toolkit HEAT Plus, this application is able to identify differences in health indicators among subgroups of the population. Researchers can enter their own data into HEAT Plus application, in this research the researcher use SDKI data.
The results showed that the coverage of delivery by SBA and childbirth in health service facilities increased from 1994 to 2012. The coverage was concentrated in mothers aged 25 39, mothers with secondary and above educational level, mothers with richest quintiles, mothers living in urban areas, and mothers who live in Sumatra and Java. The highest decreasing inequality size is Population Attributable Risk PAR and Population Attributable Fraction PAF. Inequality of delivery coverage by SBA tends to decrease in all dimensions, whereas the inequality of delivery coverage in health service facilities has increased in the provincial dimension.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riviana
"Imunisasi adalah salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang paling efektif untuk mencegah anak-anak tertular penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Di Indonesia cakupan imunisasi lengkap telah mencapai target. Namun, masih ada ketimpangan dalam cakupan imunisasi berdasarkan jenis kelamin, pendidikan ibu, status sosial ekonomi keluarga, daerah perumahan dan provinsi daerah. Untuk melihat ketidaksetaraan, WHO mengeluarkan aplikasi yang disebut Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) dan Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) plus. Dengan aplikasi ini peneliti dapat mengidentifikasi perbedaan dalam indikator kesehatan antara subkelompok populasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data SDKI. Pengukuran ketimpangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah selisih, rasio, Slope index of Ketimpangan (SII), Perbedaan Rata-rata dari Subkelompok Berkinerja Terbaik (MDB), indeks relatif ketimpangan (RII), Rata-rata Perbedaan dari Rata-rata (MDM). Hasil analisis menunjukkan bahwa ada kesamaan dalam jenis kelamin anak dan daerah tempat tinggal, tetapi di sisi lain masih ada ketidaksetaraan yang terjadi dalam pendidikan ibu, status ekonomi keluarga dan daerah provinsi dari 1994 - 2012. Berdasarkan pendidikan ibu perbedaannya adalah 48 dan 3,1, berdasarkan perbedaan status ekonomi keluarga 32,8 dan rasio 1,7 dan berdasarkan perbedaan wilayah provinsi 56,5 dan rasio 2,8.

Immunization is one of the most effective public health interventions to prevent children from contracting vaccine-preventable diseases. In Indonesia, complete immunization coverage has reached the target. However, there are still imbalances in immunization coverage by sex, mother's education, family's socioeconomic status, housing area and regional provinces. To see inequality, WHO issued an application called the Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) and Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) plus. With this application researchers can identify differences in health indicators between population subgroups. In this study researchers used the IDHS data. Inequality measurements used in this study are the difference, ratio, Slope index of Inequality (SII), Average Difference of the Best Performing Subgroups (MDB), relative inequality index (RII), Average Difference from Average (MDM) . The results of the analysis show that there are similarities in the sex of the child and the area of ​​residence, but on the other hand there are still inequalities that occur in maternal education, economic status of the family and the provincial region from 1994 to 2012. Based on maternal education the difference is 48 and 3.1, based on differences in family economic status 32.8 and ratio 1.7 and based on differences in provinces 56.5 and ratio 2.8."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Suantari
"Persalinan dengan tenaga kesehatan dapat menurunkan Angka Kematian Ibu. Cakupan persalinan dengan tenaga kesehatan di Indonesia sudah mencapai 87,1. Akan tetapi, masih di bawah target Kemenkes 2013 dan terdapat perbedaan cakupan di berbagai provinsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kunjungan ANC sesuai standar dengan pemilihan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.
Desain penelitian adalah cross-sectional. Sampel merupakan sampel pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2012, yaitu ibu usia 15-49 tahun berstatus menikah yang melahirkan anak lahir hidup setahun sebelum survei sejumlah 2.986 responden. Data dianalisis dengan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua ibu memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan 93,9 . Hubungan kunjungan ANC sesuai standar dengan pemilihan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan berbeda menurut wilayah tinggal, ibu yang melakukan K4 dan mendapatkan pelayanan 7T lengkap memiliki peluang paling besar untuk memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan K4 dan tidak mendapatkan pelayanan 7T lengkap. Usia, tingkat pendidikan, pengambil keputusan, kuintil indeks kekayaan, paritas, komplikasi, kepemilikan asuransi, dan perencanaan persalinan merupakan confounder.

Delivery with skilled birth attendants SBAs can lower maternal mortality rates. By 2013, the utilization of SBAs in Indonesia had reached 87.1 . However, the utilization of SBAs in 2013 was still below the target of the Ministry of Health, and there were gaps in utilization across provinces. The aim of this study was to determine the association of standardized antenatal care ANC with the utilization of SBAs.
The study design was cross sectional. The study sample consisted of respondents N 2,986 to the 2012 Indonesia Demographic and Health Survey IDHS i.e., married women aged 15 ndash 49 years who had a live birth a year prior to the survey. The data were analyzed by logistic regression.
The results showed that almost all women 93.9 utilized SBAs. The association of standardized ANC with the utilization of SBAs differed according to region, with women who attended four ANC visits and received the full complement of ANC services having the greatest opportunity to choose health workers as birth attendants as compared with women who did not attend all ANC visits and did not receive all components of ANC services. Age, education level, joint decision maker, wealth index quintile, parity, pregnancy and delivery related complications, insurance, and birth preparedness were confounders.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51413
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Prakoso
"Cakupan persalinan di fasilitas kesehatan di Provinsi Papua Barat tahun 2019 hanya mencapai 55,39% dan merupakan salah satu provinsi dengan angka cakupan terendah di Indonesia. Angka cakupan tersebut masih jauh dari target nasional Kementerian Kesehatan, yakni 85%. Rendahnya cakupan persalinan di fasilitas kesehatan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang bervariasi di setiap kabupaten/kota Provinsi Papua Barat. Analisis spasial dilakukan untuk melihat sebaran cakupan beserta faktor-faktor yang kemungkinan dapat mempengaruhi cakupan tersebut dan untuk melihat korelasi antara faktor determinan dengan angka cakupan persalinan di fasilitas kesehatan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian ekologi yang menggunakan pendekatan analisis spasial dan korelasi. Data yang digunakan adalah data sekunder dari situs jaringan Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, dan Badan Pusat Stastistika. Hasil analisis spasial menunjukkan ada 8 kabupaten/kota memiliki nilai tinggi, 3 kabupaten memiliki nilai sedang, dan 2 kabupaten memiliki nilai rendah. Analisis korelasi menunjukkan bahwa IPM, rasio tenaga kesehatan, dan rasio fasilitas kesehatan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap cakupan persalinan di fasilitas kesehatan. Penelitian lebih lanjut memerlukan faktor yang lebih spesifik atau menggali lebih dalam faktor yang telah diteliti di Provinsi Papua Barat.

The coverage of deliveries at health facilities in West Papua Province in 2019 only reached 55.39% and is one of the provinces with the lowest coverage rates in Indonesia. This coverage figure is still far from the national target of the Ministry of Health, which is 85%. The low coverage of deliveries in health facilities can be caused by several factors that vary in each district/city of West Papua Province. Spatial analysis was carried out to see the distribution of coverage along with the factors that might affect the coverage and to see the correlation between the determinant factors and the number of delivery coverage in health facilities. This research is ecology research that uses a spatial analysis approach and correlation. The data used is secondary data from the website of the Ministry of Health, the West Papua Provincial Health Office, and the Central Statistics Agency. The results of the spatial analysis show that there are 8 districts/cities with high scores, 3 districts with moderate scores, and 2 districts with low scores. Correlation analysis shows that HDI, ratio of health workers, and ratio of health facilities have no significant relationship to the coverage of deliveries in health facilities. Further research requires more specific factors or digging deeper into the factors that have been studied in West Papua Province."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melfayetty Arief
"Tantangan terbesar di sektor kesehatan yaitu menurunkan angka kematian ibu dengan target
Millenium Development Goals/MDGs 102 per 100.000 kelahiran hidup. Saat ini angka
kematian ibu di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup. Tingginya angka kematian ibu
terkait dengan rendahnya pemanfaatan layanan persalinan di fasilitas kesehatan. Penelitian ini
menganalisis lebih lanjut mengenai determinan pemilihan persalinan di fasilitas kesehatan.
Penelitian ini dilakukan terhadap ibu yang melahirkan anak terakhir dalam kurun waktu 5
tahun (2005-2010) dengan menggunakan data riset kesehatan dasar 2010. Determinan
pemilihan persalinan di fasilitas kesehatan dapat dilihat dari faktor predisposing, enabling
dan need.
Metode penelitian yang digunakan adalah crosssectional dengan menggunakan analisis
regresi logistik. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 15.418 sampel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memilih persalinan di fasilitas kesehatan sebesar
54,5% responden, ibu yang memilih persalinan di fasilitas kesehatan bertempat tinggal di daerah
perkotaan sebanyak 73,8%, yang memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan sebanyak 61,9%,
dan yang frekuensi pemeriksaan kehamilan lebih dari atau sama dengan empat kali 62,6%.
Penelitian ini menyarankan untuk mengevaluasi mengenai kebijakan biaya persalinan di fasilitas
kesehatan dan peningkatan akses masyarakat ke fasilitas kesehatan, melakukan pelatihan untuk bidan
mengenai bagaimana berkomunikasi dan berinteraksi sosial yang baik terhadap masyarakat sehingga
masyarakat mempunyai persepsi yang baik dan kepercayaan yang tinggi terhadap bidan, melakukan
monitoring dan evaluasi kinerja bidan desa secara kontinyu untuk meningkatkan kinerja bidan,
mensosialisasikan kepada masyarakat khususnya suami mengenai pentingnya persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melalui rapat desa atau kelompok tani.

Abstract
The biggest challenge in the health sector is reducing maternal mortality ratio in line with the
Millennium Development Goals (MDGs) target of 102 per 100,000 live births. Presently, the
maternal mortality ratio in Indonesia is 228 per 100,000 live births. The high rate of maternal
mortality is related to underutilization of health facilities for deliveries. This research further
analyzes the determinants of deliveries in health facilities.
This research was performed on mothers who gave birth to their last child in the last 5 years
(2005-2010) by using basic health research of 2010 data. The determinant use in selecting
delivery process in health facilities can be seen from predisposing, enabling and need factors.
The method used was a cross sectional study with logistic regression analysis. The number of
samples included in this research was 15,418 samples.
The results showed that mothers who choose to give birth in health facilities is 54.5% of
respondents, 73.8% of these live in urban areas, and 61.9% of these chooses to do ante natal
checkup with health care professional, 62.6% of these performed checkup at least four times
during pregnancy.
This study suggests to evaluate the cost of delivery at the health facilities and improved
public access to health facilities, conduct training for midwives on how to communicate and
socially interact well to the public so the public has the perception of good and high
confidence of midwives, monitoring and evaluating the performance of village midwives to
continuously improve the performance of midwives, socialize to people especially husbands
about the importance of birth attended by skilled health care at health facilities through
village or farmer group meetings."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31666
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Nur Octavia
"Persalinan sesar merupakan intervensi dalam proses persalinan bertujuan untuk mencegah morbiditas serta mortalitas maternal dan neonatal dalam kondisi kegawatdaruratan medis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tenaga pemeriksa kehamilan dan kepemilikan jaminan kesehatan dengan pemilihan metode persalinan sesar pada wanita usia subur (WUS) usia 19-45 tahun di Indonesia dengan menganalisis data sekunder SDKI tahun 2012 dan 2017. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel penelitian 8.124 tahun 2012 dan 10.973   tahun 2017. Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi persalinan sesar terjadi peningkatan dari 19,77% pada tahun 2012 menjadi 22,36% tahun 2017. Hasil multivariabel menunjukkan pada tahun 2012 dan 2017 bahwa ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan di spesialis kandungan 2,80 kali lebih tinggi (95% CI 2,20 – 3,58) untuk melakukan persalinan sesar dibandingkan ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan sedangkan ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan dengan dokter spesialis kandungan dan bidan 1,30 kali lebih tinggi (95% CI 1,07 – 1,58) untuk melakukan persalinan sesar dibandingkan ibu yang melakukan pemeriksaan di bidan. Pada tahun 2012 dan 2017 ibu yang memiliki jaminan kesehatan 0,91 kali lebih rendah (95% CI 0,68 - 1,20) untuk bersalin sesar dibandingkan ibu tanpa jaminan kesehatan. Risiko persalinan sesar lebih tinggi pada ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan pada dokter spesialis kandungan dan memiliki jaminan kesehatan.

Cesarean delivery is an intervention in the delivery process aimed at preventing maternal and neonatal morbidity and mortality in medical emergencies. The purpose of this study was to determine the association between antenatal care providers and health insurance with cesarean delivery among women of childbearing aged 19-45 years in Indonesia by analyzing secondary data from the 2012 IDHS and 2017 IDHS. The study design was cross-sectional with a sample of 8,124 in 2012 and 10,973 in 2017. The results of this study show that the proportion of cesarean delivery has increased from 19,77% in 2012 to 22,36% in 2017. The multivariabel analysis shows that in 2012 and 2017, women who performed antenatal care at obstetrician were 2,80 times higher (95% CI 2,20 – 3,58) to have a cesarean delivery, while women who performed antenatal care with obstetrician and midwives 1,30 times higher (95% CI 1,07 – 1,58) for cesarean delivery in 2012 and 2017, women with health insurance were 0,91 times lower (95% CI 0,68 – 1,20) for cesarean delivery than women without health insurance. The risk of cesarean delivery is higher in women who perform antenatal care at an obstetrician and have health insurance."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endaryani
"Studi ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh keterlibatan suami terhadap pemanfaatan penolong persalinan tenaga kesehatan menggunakan data 6.425 wanita usia subur berusia 15-49 tahun yang menikah/hidup bersama dan mempunyai anak yang lahir terakhir dalam masa survei SDKI 2012. Hasil regresi logistik biner menunjukkan bahwa keterlibatan suami memiliki pengaruh signifikan terhadap pemanfaatan penolong persalinan tenaga kesehatan. Ditemukan pula bahwa faktor-faktor terkuat yang mempengaruhi pemanfaatan penolong persalinan tenaga kesehatan adalah tempat tinggal, pendidikan suami, dan kehadiran suami saat antenatal care. Salah satu variabel yang menunjukkan akses, yaitu jarak ke fasilitas kesehatan, juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan penolong persalinan.

This study aims to analyze the influence of husband's involvement on skilled birth attendants (SBA) utilization using the data of 6,425 married/cohabiting women at reproductive age from IDHS 2012. The results of binary logistic regression show that the involvement of husbands have significant influence on the SBA's utilization. It is also found that the strongest factors influencing the utilization of SBA are residence, husband?s education, and the presence of husband during antenatal care. One variable that indicates access, which is the distance to health facilities, also has significant influence on the utilization of SBA.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wardah
"Kematian ibu merupakan indikator yang penting untuk menggambarkan status kesehatan maternal. Di Indonesia, angka kematian ibu masih relatif tinggi (228/100.000 kelahiran hidup). Tingginya angka kematian ibu terkait dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan saat persalinan masih rendah. Layanan antenatal dapat dijadikan sarana untuk memotivasi ibu hamil agar bersalin di fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan layanan antenatal dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan saat persalinan di Indonesia.
Penelitian dilakukan terhadap ibu yang melahirkan anak terakhir dalam kurun waktu 5 tahun (2005-2010) dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2010 dan metode penelitian cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 19.803 responden. Analisis data menggunakan metode regresi logistik ganda (complex samples).
Hasil penelitian ini memperlihatkan hubungan yang signifikan antara layanan antenatal dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan saat persalinan. Namun efek layanan antenatal K4 berbeda menurut ekonomi keluarga dan wilayah tempat tinggal setelah dikontrol oleh pendidikan dan paritas. Ibu hamil yang melakukan layanan antenatal K4 pada ekonomi keluarga miskin (kuartil 1) dan keluarga kaya (kuartil 4) memiliki peluang 3 kali lebih besar untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan saat persalinan. Demikian juga dengan wilayah tempat tinggal, pedesaan memiliki peluang 3 kali lebih besar memanfaatkan fasilitas kesehatan saat persalinan dibandingkan ibu hamil yang layanan antenatalnya tidak K4.
Untuk meningkatkan pemanfaatan fasilitas kesehatan saat persalinan, motivasi ibu hamil terutama di masyarakat pedesaan ternyata berkaitan dengan keberhasilan pelayanan antental terpadu yang maksimal.

Maternal death is an indicator of maternal health status in a country. In Indonesia, maternal mortality ratio is relatively high (228 per 100,000 live births). High rate of maternal mortality is often associated with low rate utilization of health facilities during birth delivery. The antenatal services should be used to motivate mothers to deliver their babies in health facilities. The objective of this study is to ekonomic the correlation between use of antenatal services and utilization of health facilities during birth delivery in Indonesia.
Sample included mothers who gave birth to their last child during 2005-2010 taken from the Basic Health Research/Riskesdas 2010 data. The Riskesdas used a cross sectional study design with a total sample size of 19.803 respondents. Modelling used a multiple logistic regression method.
Findings show significant correlations between use of antenatal services and use of birth delivery facilities. The effect differs according to family economic status and location of residence, after controlling for education level and parity. Pregnant women from lower economic status (quartile one) and better economy (quartile four) were 3 times more likely to use birth delivery facilities. By location of residence, women who lived in rural areas were 3 times more likely to delivery in birth facilities than women who did not reach four times antenatal care.
To increase the number of birth delivery in health facilities, the findings showed a positive correlation with successful and complete antenatal care (4 times), especially in rural areas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31824
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu Ningsih
"ABSTRAK
Faktor penyebab tingginya AKI (346/100.000KH) yaitu belum tercapainya indikator pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan. Pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan dipengaruhi oleh faktor individu dan provinsi. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh dan besar kontribusi faktor individu dan provinsi terhadap pertolongan persalinan di enam provinsi di Indonesia berdasarkan data SDKI dan profil kesehatan Indonesia tahun 2012. Hasil analisis multilevel regresi logistik multinomial menunjukan, determinan pertolongan persalinan meliputi asuhan kehamilan, daerah, asuransi kesehatan, indeks kepemilikan, pekerjaan suami, pekerjaan, pendidikan ibu, paritas, umur, rasio bidan, rasio puskesmas, rasio tempat tidur rumah sakit dan kepadatan penduduk. Faktor provinsi menurunkan 24.22% variasi pertolongan persalinan di Indonesia.

ABSTRACT
The high maternal mortality rate (346 per 100.000 live birth) in Indonesia is caused by several factors, one of it is that Indonesia has not been achieved the indicator of aid deliveries in health facilities. This study aims to look at the influence and the contribution of individual factors and province factor on deliveries in six provinces in Indonesia based on data from Demographic and Health Survey and health profiles of Indonesia in 2012. Based on the analysis of multilevel multinomial logistic regression, the determinant of delivery aid is the individual factors include the antenatal care, regions, health insurance, household wealth index, husband's occupation, employment and education of women of childbearing age, parity and the age of them. The determinant factor of the province covers the ratio of health centers, the ratio of beds and population density. Contextual variables (province factors) decrease 24.22% variation deliveries at six provinces in Indonesia."
2016
T46435
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regita Septiani
"Praktik pemberian makanan prelakteal masih menjadi masalah yang harus diatasi Indonesia karena dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan bayi. Meskipun persentase praktik pemberian makanan prelakteal sudah cenderung menurun, ketidakmerataan masih terjadi berdasarkan beberapa dimensi ketidakmerataan, seperti jenis kelamin anak, usia ibu, pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, status ekonomi, wilayah tempat tinggal, provinsi, kunjungan ANC, IMD, dan penolong persalinan. Sebagai upaya mengatasi ketidakmerataan yang terjadi pada berbagai indikator kesehatan, WHO mengeluarkan sebuah aplikasi bernama Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) dan Health Equity Assessment Toolkit Plus (HEAT Plus). Aplikasi tersebut mampu mengidentifikasi ketidakmerataan melalui berbagai ukuran ketidakmerataan. Penelitian ini menggunakan sumber data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002, 2007, 2012, dan 2017. Hasil analisis menunjukkan bahwa ketidakmerataan praktik pemberian makanan prelakteal terjadi pada pendidikan ibu, status ekonomi, wilayah tempat tinggal, provinsi, IMD, dan penolong persalinan, namun dengan tingkat ketidakmerataan yang berbeda-beda. Tren ketidakmerataan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2002 hingga tahun 2017 pada seluruh variabel, kecuali provinsi yang justru menunjukkan ketidakmerataan tertinggi terjadi pada tahun 2017. Praktik pemberian makanan prelakteal menurut provinsi juga menunjukkan ketidakmerataan tertinggi dibandingkan dimensi ketidakmerataan lainnya.

Prelacteal feeding practices still be a problem in Indonesia and need to be addressed because it may cause a negative impact on the health of the baby. Even though the percentage of prelacteal feeding practices has decrease time to time, inequality still occurs based on several dimensions of inequality, such as child sex, mother's age, mother's education, mother’s working status, economic status, area of residence, province, visits to ANC, early initiation of breastfeeding, and birth attendants. To overcome the inequalities that occur in various health indicators, WHO issued an application called the Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) and Health Equity Assessment Toolkit Plus (HEAT Plus). The application can be used to identify inequality through various inequality measures. This study used the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in the year of 2002, 2007, 2012, and 2017 as the data sources. The results this study found that there were an inequality of prelacteal feeding practices by the mother's age, mother's education, economic status, area of residence, province, visit ANC, early initiation of breastfeeding, and birth attendants with various degrees of inequality. The trend of inequality tended to decrease from 2002 to 2017 in all variables, except for the province which actually showed the highest inequality in 2017. Prelacteal feeding practices by province also showed the highest inequality compared to other dimensions of inequality that used in this study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>