Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62016 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raras Annisa Ningtyas
"Filsafat merupakan sebuah metode yang berbeda dengan ilmu pengetahuan di dalam upayanya memahami realitas, termasuk pendidikan. Ilmu pengetahuan bagi Heidegger dinilai menyediakan sebuah finalitas definisi yang menyebabkan proses pendidikan berhenti dipahami sejauh tujuan dari pendidikan telah tercapai. Finalitas definisi merupakan bentuk kontradiksi untuk menciptakan manusia auntentik. Konsekuensi tidak mengenalnya manusia pada bentuk auntentiknya tidak hanya mengakibatkan manusia tidak memahami eksistensinya sendiri melainkan menciptakan sebuah kondisi krisis pada pendidikan. Untuk itu, pada saat ini fenomenologi Heidegger menjadi sebuah metode yang diperlukan di dalam memahami pendidikan.

Philosophy and science are a different methode to gain understanding towards reality, one example is their understanding in education. Heidegger, thought that science methode produce a final definition towards something that makes education process stopped being understood as far as the purpose of education achieved. A final definition is a contradiction to achieved mans authencity. Forgetfullness of mans autencity not only maked man do not understood their existens but also it can make other effect like created a crisis in education. According to it, Heidegger Phenomenology is a methode that can be used as a philosophy methode to understand education.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keisar Natanael
"Tulisan ini mengangkat tentang bagaimana musik dapat menjadi medium untuk menyingkap eksistensi subjek dengan menggunakan sudut pandang teori fenomenologi ontologi dari Martin Heidegger. Musik sendiri bukan hanya dikenal sebagai objek seni yang mampu menghibur, namun juga berkontribusi dalam sejarah. Musik berperan sebagai penanda waktu dan kultur di seluruh dunia sejak dahulu kala hingga saat ini, dan signifikansinya terhadap peradaban manusia sudah diakui oleh banyak budaya. Penulis menggunakan metode fenomenologi dengan mengkaji analisis dengan menggunakan sudut pandang fenomenologi Heidegger untuk mencari relevansi antara musik dan juga dampaknya untuk menjadi medium bagi seorang individu menyingkap eksistensinya. Dengan mengacu pada karya-karya Heidegger, penulis berusaha melihat bagaimana Heidegger melihat seni dan juga bagaimana ia menjelaskan eksistensi manusia dan bagaimana melalui teori Dasein, Heidegger menjabarkan cara untuk seorang individu menghidupi dirinya secara sepenuhnya. Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan bahwa dengan menerapkan konsep fenomenologi ontologis Heidegger dalam konteks musik, musik dapat menyediakan pengalaman eksistensial yang mendalam dan menghubungkan manusia dengan realitas ontologis.
This paper examines how music can be a medium to reveal the existence of a subject by using Martin Heidegger's ontological phenomenological point of view. Music itself is not only known as an art object that can entertain, but also contributes to history. Music has served as a marker of time and culture from the dawn of time to now, all around the world, and its significance to human civilization has been recognized by many cultures. The author uses a phenomenology method by examining the analysis using Heidegger's phenomenological viewpoint to discover the connection between music and also its path to become a medium for an individual to reveal his existence. By referring to Heidegger's works, the writer tries to see how Heidegger sees art and also how he explains human existence and how, through Dasein's theory, Heidegger describes how an individual can fully support himself. Through this paper, the writer would like to convey that by applying Heidegger's ontological phenomenological concept in the context of music, music can provide a deep existential experience and connect humans with ontological reality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Ayu Anastasya Astiti Putri
"Dengan menggunakan metode fenomenologi, penulisan skripsi ini membahas kehadiran jendela pada Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia sebagai fenomena, terlepas dari pengaruh pengetahuan lainnya yang berusaha melapisi bahkan menggantikan kehadirannya. Konsep jendela yang diamati juga dibandingkan dengan konsep jendela yang ditawarkan O. F. Bollnow, yang ternyata menghasilkan beberapa perbedaan konsep jendela, terkait faktor konteks tempat jendela tersebut berada dan juga filosofi desain sang arsitek.

By using phenomenology, this thesis discusses the presence of the windows located at Central Library of Universitas Indonesia as phenomena, apart from any other knowledge or technology that coating or even replacing its presence. The concept of those windows then will be compared to the concept of windows by O. F. Bollnow, which give different result, concerned with context surround the windows and design's philosophy by the architect.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56640
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Mohan Pebriansyah
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa akar atau mekanisme generatif yang memproduksi peristiwa terorisme Bom Bali 1. Penelitian ini didasarkan karena kebanyakan para filsuf dan ilmuwan ketika menganalisis fenomena terorisme hanya menganalisis sebab-sebab pada tataran kenyataan empiris atau domain aktual semata, padahal untuk mencegah peristiwa teror yang serupa terjadi lagi, kita perlu mengetahui penyebab dasar atau domain real dari suatu peristiwa terorisme. Oleh karena itulah penulis dalam penelitian ini berusaha menganalisis ontologi dari fenomena terorisme Bom Bali 1 melalui pendekatan realisme ontologi Roy Bhaskar, hal ini dilakukan dalam rangka untuk mencari struktur dasar yang memproduksi realitas teror Bom Bali 1, sehingga di masa depan kita dapat menghindari peristiwa yang serupa terjadi lagi. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah struktur dasar atau mekanisme generatif yang memproduksi peristiwa terorisme Bom Bali 1 adalah kejijikan moral konkret (concrete moral disgust). Kejijikan moral konkret disini dibedakan dari kejijikan moral yang menjadi basis dari adanya sense moralitas kita. Kejijikan moral konkret adalah kejijikan moral yang sudah terkonkretisasi oleh budaya, dimana rasa jijik tersebut muncul di saat sense moralitas kita sudah dipengaruhi oleh berbagai nilai-nilai budaya tertentu, sehingga antara satu individu dengan individu lain bisa timbul rasa jijik moral yang berbeda karena masing-masing punya konkretisasi moral budaya yang berbeda.

The purspose of this reaserch is to find out what are the generative roots or mechanism that produce the Bali Bombing 1 terorist incident. Writer doing this research is because when most philosopher and scientist analyze the phenomenon of terrorism, they only analyze the cause at the level of empirical reality or the actual domain, whereas to prevent similar terror events from happening again, we need to know the basic cause or real domain of terrorist incident. Thats why author in this study try to analyze the ontology of the Bali Bombing 1 terrorist phenomenon through Roy Bhaskar ontology realism, this is done to find the basic structure that produces the reality of the Bali Bombing 1 terror, so that in the future we can avoid similar events it happen again. The conclusion drawn from this research is that basic structure or generative mechanism that produced the Bali Bombing 1 terrorism is concrete moral disgust. The concrete moral disgust here is distinguished from the moral disgust that has been concretized by culture where this disgust appears when our sense of morality has been influenced by centainly culture values, so that between one individual and another individual a different  sense of moral disgust can arise because each have different cultural moral concretions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Robby Hani Dwiki Putra
"Artikel ini bertujuan untuk menguatkan konsepsi demokrasi agonistik Mouffe dengan menjejakkan ontologi dari dimensi politikal secara posfondasional. Demokrasi agonistik yang dicanangkan oleh Chantal Mouffe menjadi oponen utama dari demokrasi deliberatif. Mouffe menuduh para pemikir demokrasi liberal, baik dari Rawlsian atau Habermasian, luput dalam melihat dimensi politik (political) yang otonom. Hal ini dikarenakan kerangka demokrasi liberalisme melucuti politik dengan menyeretnya ke ranah perdebatan antara ekonomi atau moralitas. Gagasan politik yang dipahami Mouffe adalah dimensi antagonistik yang selalu ada saat bermasyarakat. Dimensi antagonistik adalah kemungkinan akan terjadinya gesekan sosial dalam bentuk kekerasan. Maka, artikel ini bertujuan untuk memberikan refleksi filosofis terhadap definisi politik yang diajukan oleh Mouffe. Refleksi filosofis ini berupa pemeriksaan koherensi antara konsep-konsep dasar demokrasi agonistik Mouffe. Artikel ini menemukan bahwa gagasan Mouffe atas dimensi politik yang berkelaluan (ever-present) di dalam sosial merupakan penunjang kuat, dan bahkan boleh dikatakan inti dari, praktik demokrasi. Meski demikian, solusi praktikal yang ditawarkan ini mempunyai kelemahan secara teoritis: 1) Kontribusi agonisme dalam mendalami kembali apa yang dimaksud dengan politikal, 2) kritik melihat demokrasi agonistik hanya sebagai komitmen etiko- politis dan sebagai sekadar teori normativitas, 3) dimensi ontologi politik yang tidak kuat dan tumpang tindih dengan ekonomi, moralitas, atau rasionalitas. Maka dari itu, artikel ini akan berargumen bahwa ontologi dari demokrasi agonistik Mouffe harus dijejakkan secara posfondasional untuk menjawab keraguan dari para skeptis.

This article aims to strengthen Mouffe's conception of agonistic democracy by putting the political dimension in postfoundationalism ontology. The agonistic democracy that is advocated by Chantal Mouffe to be the main opponent of deliberative democracy. Mouffe argues liberal democratic thinkers, whether from Ralwsian or Habermasian, of missing the point to see the political dimension as autonomous field. This is due to the liberalism demoractic framework strips political out its dimension into matter of economics or morality. The political idea that Mouffe has in mind is an ever-present antagonistic dimension whenever society comes into play. Then, antagonistic dimension is a possibility of social friction manifested as violence. Thus, this article aims to provide a philosophical reflection on the definition of political proposed by Mouffe. This philosophical reflection takes the form of an examination of coherency between the basic concepts of Mouffe's agonistic democracy. This article finds that the idea Mouffe on the ever-present political dimension in society is a strong foundation, and one might even say the essence of, democratic practice. However, this practical solution has theoretical weaknesses: 1) Re- examining the contribution from agonism on what it means by political, 2) critics see agonistic democracy only as an ethico-political commitment and as a mere theory of normativy, 3) the dimension of political ontology is not strong enough in itself and overlaps with economics, morality, or rationality. Therefore, this article will argue that ontology of Mouffe's agonistic democracy should be based on postfoundational to answer its doubts."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sirot Fadhlurahman
"Loyalitas konsumsi kopi dapat dilihat dari tingkat estimasi konsumsi di Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya. Akan tetapi, tingkat produktivitas dari merek-merek Kopi Nasional mengalami penurunan, salah satunya yaitu merek Kopi Arabika Toraja, yang akan mempengaruhi atas nilai autentisitas dan citra merek tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh customers authenticity perception terhadap brand loyalty melalui brand image pada Kopi Arabika Toraja. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 responden yang diambil dengan menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa customers authenticity perception memiliki pengaruh positif dan signfikan terhadap brand loyalty melalui mediator yaitu brand image. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh customers authenticity perception terhadap brand loyalty walaupun tidak sebesar jika diperantai oleh brand image.

The loyalty of coffee consumption can be seen from the enhancing of estimate consumption in Indonesia every year. However, the productivity from the national coffees brand got declined, including Kopi Arabika Toraja that will affect the customers authenticity perception and the brand image. This research is intended to determine the effect of customers authenticity perception towards brand loyalty through brand image of Kopi Arabika Toraja. With 100 samples collected by purposive sampling methods, this research shows that the result is, there is a positive and significant relation between customers authenticity perception towards brand loyalty through brand image. It also shows that customers authenticity perception has a direct effect to brand loyalty, but it is not as significance as when brand image is being the mediator of this relation."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Rahman
"Film sebagai seni terdiri dari unsur-unsur formal yang artistik. Industri film memiliki peran besar untuk menghadirkan film ke tengah-tengah masyarakat. Namun, film yang dihadirkan industri film cenderung tidak memiliki kualitas seni yang baik. Film hanya sebagai komoditas. Hal ini dikarenakan film yang dihadirkan hanya sekedar film cerita lewat bahasa verbal. Akibatnya penonton menerima pemahaman film seni yang keliru. Ontologi dasar film adalah gambar bergerak yang mampu menciptakan bahasa visual yang artistik. Pada film hiburan, dialog justru mendominasi sehingga mempersingkat proses interpretasi penonton. Berbeda dengan film bisu yang memaksimalkan gambar bergerak sebagai medium berekspresi. Skripsi ini membahas bagaimana melihat film sebagai seni visual berkaca dari film hiburan.

Film as art consists of artistic formal elements. Film industry has a major role in bringing film to the society. However, the film presented by film industry tend not to art. The film simply as a commodity which considers telling stories more important then expression. Consequently, the audience received wrong understanding of film as art. Basic ontology of film is motion picture which has capabilities to create visual language. Dialog in film dominates picture thus shortening the audience interpretation. Unlike the silent film which maximize motion picture as medium of expression. This thesis is about how to perceive film as visual art.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Fadhila Zahra
"Dengan pertumbuhan modernisasi yang pesat dan ekspansi kota-kota, ketegangan antara pelestarian warisan budaya dan kebutuhan untuk memenuhi tuntutan kontemporer menjadi semakin nyata. Tekanan modernisasi ini sering membutuhkan pembangunan infrastruktur baru, kawasan perumahan, dan fasilitas komersial, yang mengakibatkan pengabaian atau penghancuran situs warisan otentik. Kehilangan keasliaan dapat memutus hubungan komunitas dengan masa lalu mereka serta merusak karakter unik yang mendefinisikan warisan sebuah kota. Studi ini bertujuan untuk menyelidiki efektivitas strategi adaptive reuse, dalam mempertahankan keaslian bangunan bersejerah yang sekaligus mengakomodasi kebutuhan modern dengan fokus pada Pantjoran Tea House di Glodok, Jakarta sebagai studi kasus. Dengan mengacu pada konsep >Shearing Layers oleh Stewart Brand dan konsep adaptive reuse oleh Sally Stone, yakni metode adaptation, addition, dan subtraction, revitalisasi Pantjoran Tea House secara efektif menjaga nilai autentisitas bangunan dengan mempertahankan material, desain, tata letak, dan konstruksi aslinya. Studi ini juga menggarisbawahi pentingnya melestarikan warisan tak benda, seperti praktik teh tradisional Tionghoa, untuk memastikan akurasi historis dan pengalaman yang autentik bagi pengunjung. Hasil studi ini memvalidasi bahwa penggunaan strategi adaptive reuse dapat secara efektif menutup kesenjangan antara pelestarian dan modernisasi dengan mengarahkan pada pengembangan kota-kota modern yang tetap menghormati warisan sejarahnya.

With the rapid growth of modernization and the expansion of cities, the tension between the preservation of cultural heritage and the necessity to meet contemporary demands becomes more evident. This modernization pressures often requires the construction of new infrastructure, residential areas, and commercial facilities, resulting in the neglect or destruction of authentic heritage sites. The loss of authenticity can disconnect communities from their past and undermine the unique character that defines a city's heritage. This study aims to investigate the effectiveness of adaptive reuse strategies in preserving the authenticity of historical buildings while accommodating contemporary needs, focusing on Pantjoran Tea House in Glodok, Jakarta, as a case study. Building upon Stewart Brand's concept of Shearing Layers and Sally Stone's frameworks for adaptive reuse, particularly the methods of addition and subtraction, the revitalization of the Pantjoran effectively preserved the building's authenticity by maintaining its original materials, design, layout and workmanship. The study also highlights the importance of preserving intangible heritage, such as traditional Chinese tea practices, to ensure the historical accuracy and authenticity of the visitor experience. The findings further confirm that adaptive reuse can successfully bridge the gap between preservation and modernization by guiding the creation of modern cities that honour their historical roots."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alma Mardhatillah
"Lebanon merupakan negara yang modern dibandingkan dengan negara-negara tetangganya. Hal tersebut terlihat dari tingkat pendidikan yang baik dan tingginya tingkat melek huruf dibandingkan negara-negara Timur Tengah lainnya. Namun, Lebanon tidak dapat mempertahankan modernisasinya disebabkan krisis ekonomi yang melanda Lebanon dalam waktu panjang telah menyebabkan kemunduran pendidikan di Lebanon. Kemunduran pada bidang pendidikan diperparah dengan adanya krisis ekonomi akibat maraknya korupsi pada tahun 2019 dan pandemi Covid-19 yang juga meruntuhkan sektor ekonomi negara Lebanon. Tujuan penelitian ini untuk menunjukkan hambatan dan tantangan pemerintah Lebanon dalam mengembangkan pendidikan di Lebanon. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif melalui studi pustaka. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif karena membutuhkan data deskriptif berupa tulisan dari seseorang yang dapat penulis amati sehingga penulis dapat menjelaskan serta menganalisis kondisi pendidikan di Lebanon (2019-2021). Hasil penelitian ini menunjukkan kondisi pendidikan di Lebanon (2019-2021) yang memburuk karena di tengah-tengah krisis ekonomi yang disebabkan oleh korupsi dan pandemi Covid-19 serta upaya dan hambatan pemerintah Lebanon yang bekerja sama dengan lembaga internasional untuk membangkitkannya kembali.

Lebanon is a modern country compared to its neighboring countries. This can be seen from the good level of education and the high literacy rate compared to other Middle Eastern countries. However, Lebanon was unable to maintain its modernization which caused the economic crisis that hit Lebanon for a long time which had led to the decline of education in Lebanon. The setback in the education sector was exacerbated by the economic crisis due to rampant corruption in 2019 and the Covid-19 pandemic which also brought down the Lebanese economy. The purpose of this research is to show the obstacles and challenges of the Lebanese government in developing education in Lebanon. This research was conducted using qualitative methods through literature study. This research was conducted using a qualitative method because it requires descriptive data in the form of writing from someone the writer can observe so that the writer can explain and analyze the condition of education in Lebanon (2019-2021). The results of this study shows that the condition of education in Lebanon (2019-2021) has worsened due to the economic crisis caused by corruption and the Covid-19 pandemic and the efforts and obstacles by the Lebanese government in collaboration with international institutions to revive it."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nariswari Khairanisa
"ABSTRAK
Globalisasi pendidikan telah membuka ruang interaksi yang semakin intensif antara pemerintah suatu negara dengan institusi internasional seperti Bank Dunia. Di Indonesia, Bank Dunia berperan dalam mengarahkan haluan kebijakan pendidikan tinggi di Indonesia melalui serangkaian preskripsi kebijakan. Skripsi ini mempertanyakan dorongan Pemerintah Indonesia untuk menerima preskripsi reformasi pendidikan tinggi meskipun Pendidikan Tinggi kerapkali diposisikan sebagai infant industry bagi negara berkembang. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, skripsi ini menggunakan kerangka teori discursive institutionalism dan policy borrowing. Oleh sebab itu, skripsi ini menelaah beragam preskripsi Bank Dunia yang diturunkan ke dalam diskursus-diskursus Pemerintah Indonesia pada proses identifikasi kepentingan, konstruksi kebijakan, dan legitimasi kebijakan. Skripsi ini menunjukkan bahwa gagasan new paradigm dan knowledge economy yang berorientasi pada peningkaan daya saing berperan penting dalam mendorong Pemerintah Indonesia untuk melakukan reformasi pendidikan tinggi pasca krisis finansial 1997. Implikasi dari reformasi ini adalah perubahan cara melihat pendidikan dari pendidikan sebagai barang publik menjadi pendidikan sebagai barang privat. Kajian ini berguna untuk mengkaji bagaimana struktur memengaruhi agen di mana Bank Dunia memengaruhi Pemerintah Indonesia.

ABSTRAK
The globalization of education has opened an increasingly intensive interaction space between the governments of a country with international institutions such as the World Bank. In Indonesia, the World Bank plays a role in guiding the policy direction of higher education in Indonesia through a series of policy prescriptions. This thesis questioned the Indonesian Government s decision to receive a prescription for higher education reform although higher education is often positioned as an infant industry for developing countries. To answer the question, this thesis uses discursive institutionalism and policy borrowing theory. Therefore, this thesis examines the various World Bank prescriptions that are derived into Indonesian Government discourses on the process of identifying interests, policy constructs, and policy legitimacy. This thesis shows that the idea of new paradigm and knowledge economy oriented towards the enhancement of competitiveness play an important role in encouraging the Indonesian Government to undertake higher education reforms after the 1997 financial crisis. The implications of this reform are the change in how education is seen from education as public goods into education as private goods . This review is useful for assessing how structures affect agents in which the World Bank influences the Indonesian Government."
2017
S69504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>