Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84022 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Khairudin
"ABSTRAK
Nyawa merupakan hak yang fundamental yang dimiliki oleh setiap manusia. Kematian tidak mengenal usia, berapapun usianya pasti mengalami kematian, tidak terkecuali terhadap anak dibawah umur. Dalam kasus dengan gugatan yang timbul akibat hilangnya nyawa, subjek yang merasakan kerugian bukan orang yang nyawanya hilang melainkan orang lain yang di tinggal. Pasal 1370 KUH Perdata hanya mengatur mengenai pihak yang lazimnya menerima nafkah dari korban yang berhak mengajukan gugatan namun tidak ada pengaturan apabila anak dibawah umur yang meninggal dunia. yang berhak mengajukan gugatan atas hilangnya nyawa anak dibawah umur adalah keluarga sebagaimana diatur dalam pasal 1365 KUH Perdata serta dikaitkan dengan asas Point d rsquo;interet point d rsquo;action.di Negara Bagian Louisiana, Amerika Serikat, berdasarkan Louisiana Civil Code Keluarga kandung atau keluarga angkat yang dapat mengajukan gugatan atas hilangnya nyawa. Sementara di Indiana, Amerika Serikat, yang berhak mengajukan gugatan adalah Representativenya berdasarkan Indiana Code Indonesia seharusnya melakukan perluasan mengenai siapa yang dapat menjadi penggugat atas perbuatan melawan hukum terhadap nyawa berdasarkan Pasal 1370 KUH Perdata dengan menghilangkan unsur yang lazimnya mendapatkan nafkah dan menambahkan pihak ndash; pihak yang dapat mengajukan gugatan atas hilangnya nyawa sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum demi kepastian hukum

ABSTRACT
Life is a fundamental right that every human being had. Death knows no age, no matter how old the person is death was a certainty, and it has no exception for minors. In the case of lawsuit that arise from the loss of life of a person, the subject that felt loss was his relative not the person whose life is lost. Indonesian Civil Code Article 1370 only regulates to those plaintiffs that regularly receive a living from the victims, and no regulations on Indonesian Civil Code that regulates if the victim was minors. Those who entitled to file a lawsuit for the loss of life of minors are families as regulated in Indonesian Civil Code Article 1365 linked to law principle Point d rsquo interet Point d rsquo action. In the state of Louisiana, United States, based on Louisiana Civil Code, those who entitled to file a lawsuit are the biological or adopted family. While in Indiana, United States, those who entitled to file a lawsuit is his representatives based on Indiana Code. Indonesia should expand the regulation on who has a right to be a plaintiff based on Article 1370 Indonesian Civil Code by eliminating article element that said regularly receive a living and adding parties whose entitled to file a lawsuit for the loss of life as a result of tort for legal certainty."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brown, Dan
"Summary:
A rare object has been found deep in the ice at the Arctic Circle. And Rachel Sexton is called to verify this game-changing discovery. But evidence of tampering at the site changes everything. Fleeing for her life, Rachel's only hope of survival is to find answers. But the truth is the most shocking deception of all"
Yogyakarta: Bentang, 2017
813 BRO d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bal, Micke
Amsterdam: Amsterdam University Press, 1994
BLD 914.9 POL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fruehling, Rosemary T.
New York: McGraw-Hill, 1994
808.042 FRU w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Purnayenti
"Profesi Notaris memiliki peraturan dan kode etik yang mengatur. Notaris sebagai pejabat yang tersumpah dan diangkat negara perlu menjunjung tinggi moral, terutama dalam menjalankan jabatan untuk menjaga kehormatan para notaris dan lembaga kenotariatan. Notaris yang terlibat dalam suatu kasus pidana dan telah dijatuhi putusan oleh hakim terkait dengan status dan kedudukan, serta keabsahan dari akta yang di buat oleh notaris yang bersangkutan dalam tenggang waktu proses pengadilan akan dipertanyakan.
Penelitian menggunakan metode deskriptif analitis. Notaris yang terlibat dalam kasus dan telah mendapatkan putusan dari hakim akan diberhentikan sementara dari jabatannya. Putusan Hakim tidak mengakibatkan pemberhentian notaris dari jabatannya demi hokum. Notaris yang melakukan pelanggaran akan diperiksa oleh Majelis. Notaris akan diberikan kesempatan untuk melakukan pembelaan diri. Sanksi akan diberikan berdasarkan pertimbangan dari bentuk pelanggaran yang dilakukan. Dalam hal notaris telah melakukan suatu tindakan yang merendahkan kehormatan dan martabat dari jabatan notaris, terancam beberapa sanksi, dan salah satunya adalah sanksi dapat diberhentikan secara tidak hormat. Notaris hanya dapat diangkat dan diberhentikan oleh Menteri. Segala kewenangan notaris, termasuk pembuatan akta, tetap dimiliki Notaris sepanjang belum diberhentikan dari jabatannya.

There are regulations and ethics which are regulate notary profession. Notary as state authorities who has been appointed and taken an oath must be pay high attention to morality, particularly in executing his authorities must be care of of his dignity in profession and its association. For notary who has involved in breaking public laws especially criminal law and had been sentenced by judge in court, has relation with his profession and position, and also the legality of his deeds that has been drawn up by such notary, in period of court procession, shall be questioned.
Research has used analytical descriptions method. Notary who is involved in such case and had been sentenced by judge shall be temporarily terminated in his profession. Judge's decision is not automatically by law cause termination of profession as notary. Notary who is against the laws shall be examined by a Board. Such notary shall be given chance to propose an self-advocacy I self-defending. Penalty shall be given on consideration of kind of breakage. In a matter, where notary has been done something that harm his nobility, submit to some penalties, such as profession termination. Notary shall only be appointed and dismissed by authorities Minister. Notary shall entitled to his rights included drawn up deeds, as long as still in his profession and not yet dismissed.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Faishal Fahmy
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Penghitungan Estimated Blood Loss (EBL) berdasarkan rumus Allowable Blood Loss (ABL) dengan target hemoglobin tertentu, kerap dijadikan panduan untuk memutuskan secara cepat transfusi intraoperatif. Penghitungan EBL mengandalkan penilaian visual sulit untuk distandardisasi. Seiring perkembangan teknologi, Point of Care Testing (POCT) makin memudahkan pemeriksaan hemoglobin. Penelitian ini bertujuan membandingkan akurasi penghitungan hemoglobin intraoperatif antara EBL dan POCT, dibandingkan dengan Hematology Analyzer yang merupakan pengukuran baku di laboratorium. Metode: Penelitian ini menggunakan Uji Bland-Altman pada pengukuran hemoglobin intraoperatif terhadap pasien yang menjalani operasi elektif yang diperkirakan mengalami banyak perdarahan dan memerlukan transfusi, di Instalasi Bedah Pusat (IBP) RSUPN Cipto Mangunkusumo, antara Desember 2014 hingga Maret 2015. Subjek penelitian dipilih dengan metode consecutive sampling. Saat penghitungan EBL mencapai ABL dengan target Hb 7 g/dL sebelum transfusi diberikan, sampel darah diambil untuk pengukuran hemoglobin dengan Sysmex XE-2100® sebagai Hematology Analyzer dan HemoCue® Hb 201+ sebagai POCT. Hasil: Sebanyak 43 subjek diikutsertakan dalam penelitian. Uji Bland-Altman Hb ABL (7 g/dL) terhadap Hb Sysmex. Interval yang dianggap akurat terhadap kadar Hb 7 g/dL adalah -1 hingga 1, diperoleh limits of agreement yang besar yaitu -2,267 hingga 2,467. Uji Bland-Altman Hb HemoCue terhadap Hb Sysmex, diperoleh limits of agreement yang kecil yaitu -0.418 hingga 0.372. Simpulan: Terdapat perbedaan bermakna dalam akurasi penghitungan hemoglobin intraoperatif antara EBL dengan Hematology Analyzer, sedangkan pengukuran dengan HemoCue® Hb 201+ sebagai perangkat POCT, mempunyai keakuratan yang baik. EBL berdasarkan rumus ABL dengan target Hb 7 g/dL tidak bisa digunakan untuk pengambilan keputusan transfusi intraoperatif karena tidak mempunyai keakuratan yang baik.

ABSTRACT
Background: Measurement of Estimated Blood Loss (EBL) based on the Allowable Blood Loss (ABL) formula with certain hemoglobin target is often used as a guidance to make a fast decision for intraoperative transfusion. Measurement of EBL relies on visual assessment is difficult to standardized and a new technique called Point of Care Testing (POCT) offered easier way to measure haemoglobin. This study aimed to compare the accuracy of the intraoperative hemoglobin measurement by EBL and POCT with Hematology Analyzer in the laboratory as a golden standard. Methods: This study used a Bland-Altman test on intraoperative hemoglobin measurement in patients undergoing elective surgery which was expected to experience a lot of bleeding and require blood transfusions in Center Operating Theater of Cipto Mangunkusumo Hospital from December 2014 until March 2015. Subjects were selected by consecutive sampling method. When EBL had reached ABL with a Hb level target 7 g / dL before transfusion was given, blood samples were taken for measurement of hemoglobin with Sysmex XE-2100® as Hematology Analyzer and HemoCue® Hb 201+ as POCT. Results: A total of 43 subjects were included in the study. Bland-Altman analysis of Hb EBL (7 g / dL) to Hb Hematology Analyzer with interval considered as accurate for Hb 7 g / dL was -1 to 1, revealed wide limits of agreement (-2.267 to 2.467). Bland-Altman analysis of Hb POCT to Hb Hematology Analyzer revealed narrow limits of agreement (-0418 to 0372). Conclusion: There was a significant difference in the accuracy of intraoperative hemoglobin measurement by EBL compared to Hematology Analyzer, while the measurement by POCT device had good accuracy. EBL based on the formula ABL with a Hb level target 7 g / dL could not be used for intraoperative transfusion decision making because it did not has good accuracy., Background: Measurement of Estimated Blood Loss (EBL) based on the formula
Allowable Blood Loss (ABL) with certain hemoglobin target, is often used as a
guidance to make a quick decision for intraoperative transfusion. Measurement of
EBL relies on visual assessment cannot be standardized. As developing
technology, Point of Care Testing (POCT) makes hemoglobin measurement
easier. This study aimed to compare the accuracy of the intraoperative
hemoglobin measurement by EBL and POCT with Hematology Analyzer in the
laboratory as a golden standard.
Methods: This study used a Bland-Altman test on intraoperative hemoglobin
measurement in patients undergoing elective surgery that was expected to
experience a lot of bleeding and need transfusion in Center Operating Theater of
Cipto Mangunkusumo Hospital from December 2014 until March 2015. Subjects
were selected by consecutive sampling method. When EBL had reached ABL
with a Hb level target 7 g / dL before transfusion was given, blood samples were
taken for measurement of hemoglobin with Sysmex XE-2100® as Hematology
Analyzer and HemoCue® Hb 201+ as POCT.
Results: A total of 43 subjects were included in the study. Bland-Altman analysis
of Hb EBL (7 g / dL) to Hb Hematology Analyzer with interval considered as
accurate for Hb 7 g / dL was -1 to 1, revealed wide limits of agreement (-2.267 to
2.467). Bland-Altman analysis of Hb POCT to Hb Hematology Analyzer revealed
narrow limits of agreement (-0418 to 0372).
Conclusion: There was a significant difference in the accuracy of intraoperative
hemoglobin measurement by EBL compared to Hematology Analyzer, while the
measurement by POCT device had good accuracy. EBL based on the formula
ABL with a Hb level target 7 g/dL could not be used for intraoperative transfusion decision making because it did not has good accuracy.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hibbard, M.J.
Boston: McGraw-Hill Irwin, 2001
549 HIB m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Brown, Dan
"Nama Dan Brown kadung identik dengan ?Da Vinci Code? dan ?Malaikat dan Iblis?, yang keduanya sangat sukses ?mengguncang? sebagian iman umat Kristen. Tapi karyanya yang satu ini jauh berbeda, bahkan tidak ada kaitannya sama sekali dengan urusan keimanan. Menurut saya, disinilah hebatnya Dan Brown ini. Kepintarannya meramu seni dan teologi, ilmu pengetahuan dan sejarah, selalu membuat pembaca tak pernah bosan dengan kejutan-kejutannya.
Deception Point berkisah tentang penemuan kehidupan luar angkasa oleh NASA, yang ternyata adalah rekayasa. Penemuan palsu. Masalahnya pada saat yang bersamaan, masyarakat Amerika juga sedang gencar-gencarnya menyoroti kinerja NASA yang dianggap hanya menghambur-hamburkan uang rakyat. Anggaran untuk NASA memang luar biasa gede, sementara hasil temuannya selama ini dianggap tidak ada yang ?istimewa?.
Persoalan ini segera menjadi isu penting yang diangkat oleh Senator Sedgewick Sexton, rival utama Presiden AS, Zachary Herney, dalam kampanye pemilihan Presiden AS. Zach Herney memang mencalonkan diri kembali, sedangkan Sexton adalah senator yang sangat berambisi untuk menduduki Gedung Putih.
Sebagaimana lazimnya dunia perpolitikan, para kandidat berusaha mencari celah untuk menjatuhkan lawan, maka Sexton terus menerus menyoroti NASA. Tim sukses Zach Herney pun tak kalah strategi. Mereka berjuang keras menyelamatkan wajah pemerintah dengan memenangkan kembali pemilihan. Kegigihan ini juga dilatarbelakangi kekuatiran bahwa jika Sexton menjadi Presiden AS, maka NASA akan ?dijual? ke swasta. Dan jika NASA dikuasai swasta, pastilah unsur bisnisnya yang akan difokuskan, bukan penemuan ilmiah.
Pucuk dicinta ulam tiba. Di tengah-tengah kekalutan pemerintah menghadapi gempuran Sexton, seorang peneliti Kanada menemukan meteorit. Penemuan ini sungguh di luar dugaan. Masalahnya, kenapa bukan NASA yang menemukan? Maka harus ada dong yang dikorbankan. Peneliti tersebut dilenyapkan, dan NASA mengklaim meteorit itu adalah temuan NASA. Konyolnya, meteorit itupun ternyata palsu.
Tapi bicara tentang NASA pastilah bicara tentang gedung putih, pertarungan politik di AS dan intrik-intrik khas film Hollywood. Bagi penggemar sains, novel ini mungkin asik untuk dibaca karena banyak mengulas soal fosil-fosil dan unsur-unsur kimia benda-benda purbakala.
Inilah novel dimana saya menghabiskan waktu paling lama untuk membacanya. Hampir satu bulan. Selain karena tebalnya 630 halaman, bacanya juga harus nyuri-nyuri waktu *menjelang tidur saja*. Ah! Itu mah ngeles?:)
Alasan utamanya sebetulnya, ?materi? novel ini memang berat?bagi saya lho. Maklum, walau dulu mengambil jurusan IPA waktu SMA, saya paling benci pelajaran Kimia. Sementara novel ini banyak berkisah soal unsur-unsur kimia bebatuan dan fosil-fosil. Tidak seperti biasanya, kali ini saya lebih memilih menonton filmnya (jika ada) daripada harus mencerna pelajaran sains yang diberikan Brown ?..:))
Tapi minat saya terhadap intrik-intrik politik dan dunia kekuasaan terpuaskan dengan membaca novel ini. Banyak lembaga yang disebutkan di novel ini memang benar keberadaannya, seperti Delta Force, National Reconnaissance Office, Space Frontier Foundation.
Satu lagi, jika mau difilmkan, sutradaranya tidak perlu bekerja keras untuk menciptakan setiap adegan, karena Brown membuatnya sangat jelas, dan rinci. Aku pikir, novel ini siap banget jadi skenario.
Dan Brown memang jago meramu semua literatur yang diperolehnya menjadi suatu novel yang menegangkan. Tapi tak usah heran, konon dia banyak dibantu oleh istrinya, Blythe *she is an art history buff and painter*. Pantesan?.:)
------------------------------
Risensi oleh: Kalarensi Naibaho
"
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006
813 BRO d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Amsterdam : North-Holland, 1981
519.82 POI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Snyder, Donald L.
New York: John Wiley & Sons, 1975
519.23 SNY r (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>