Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22402 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raihan Fadhilah Fauzi
"Uang kertas De Javasche Bank merupakan salah satu data arkeologi. Tulisan ini membahas mengenai perkembangan ragam hias uang kertas De Javasche Bank. Jumlah uang kertas yang diteliti dalam penelitian ini adalah 48 lembar uang kertas. Komponen analisis yang digunakan dalam bentuk ragam hias ini adalah atribut yang tertera pada tiap uang kertas. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa setiap ragam hias memiliki bentuk dan variasi masing-masing yang menjadi ciri khas dari setiap uang kertas. Secara keseluruhan, penelitian ini menghasilkan empat ragam hias dan perkembangannya.

De Javasche Bank paper money is one of archeological data. This research discussed the variety of ornaments De Javasche Bank paper money. The amount of paper money subjects in this research is 48 sheets of paper money. The components of analysis used in the form of variety of ornaments it is an attribute stamped on every paper money. Based on the results of the analysis, it can be seen that every variety of ornaments having the form of and variation each which is typical of any paper money. Overall, this research produced four variety of an ornaments and progress.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariasari
"Setelah diperkenalkannya ekonomi uang dalam masa Raffles, walau kemudian mengalami kegagalan. pemerintah kolonial mulai merasakan bahwa diperlukan sebuah bank untuk mengatur akumulasi modal dan perdagangan, pada sebuah tanah jajahan. Untuk tidak mengulangi kegagalan yang dialami pada masa Raffles. didirikan NHM, yang di Indonesia juga berfungsi sebagai sebuah bank perta_nian, yang memberikan, pinjaman untuk memperlancar usaha perke_bunan. Dengan modal bersama antara NHM dan Pemerintah Hindia Belanda, kemudian berdiri sebuah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai sebuah bank sirkulasi dan bank pemberi kredit yang se_paruh modalnya adalah milik sebuah perusahaan swasta. NHM sebagai pemegang hak monopoli dagang pada masa Tanam Paksa, mempunyai kepentingan yang besar dalam pengakumulasian modal di Indonesia, oleh karena itulah. dirasakan perlu untuk mempunyai sebagian modal yang ada pada De Javache bank untuk tetap melancarkan investasi yang dilaksanakannya di Indonesia. Permasalahannya adalah bagaimanakah bank baru ini kemudian menjalankan fungsinya untuk mengernbangkan modal dalam usaha tanaman ekspor. yang lalu di pasar an Eropa. Bank ini kemudian memberikan pinjaman pada pengusaha yang terlibat dalam usaha penanaman tanaman ekspor tersebut. Disamping untuk memenuhi kebutuhan usaha penanaman. Pinjaman itu iuga djperlukan untuk pernbayaran upah buruh tani serta untuk pembayaran pekerjaan bebas seperti pengangkutan dengan gerobak dan lain sebagainya. Jadi akibat diperkenalkannya ekonomi uang untuk pembayaran upah, secara tidak langsung bank ini telah ikut serta dalam menunjang kehidupan masyarakat sehubungan dengan kondisi sosial ekonomi mereka. nampak sistem, Tanam Paksa yang sangat berpengaruh pada_ struktur sosial ekonominya ialah bahwa sistern ini hanya merupakan suatu intensifikasi sistem produksi prakapitalis, sehingga tidak mampu menciptakan kekuatan-kekuatan yang melahirkan pertumbuhan ekonorni dengan perkembangan kapitalismenya. Sistem Tanam Paksa menciptakan usaha pertanian yang padat karya pada pihak pribumi, serta usaha industri pertanian yang padat modal pada pihak pengu_saha Eropa atau asing lainnya. Dalam masa paruh terakhir pelaksanaan Sistem Tanam Paksa, yaitu antara tahun 1850-1870. juga terdapat suatu proses timbal balik antara pertumbuhan ekonomi kerajaan Belanda dengan perge_seran dari kapitalisme komersiai ke kapitalisme industri pada satu pihak dan perkembangan politik liberal di pihak lain. Hubungan De Javasche Bank dalam sebuah sistern perekonomian yang kapitalistik dengan sebuah perusahaan besar yang lainnya seperti NHM dan onderneming yang juga terdapat pada periode ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S12125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridha Aditya Nugraha
"Keadaan pada masa awal kemerdekaan Republik Indonesia mencerminkan keberadaan modal asing yang menguasai perekonomian Indonesia di mana mereka menarik keuntungan sebesar-besarnya tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyat Indonesia. Pemerintah Indonesia menasionalisasi De Javasche Bank pada tahun 1951 dan perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia pada tahun 1957 demi memperoleh kedaulatan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Prinsip Appropriate Compensation dan Hull Formula telah digunakan oleh Pemerintah Indonesia dalam memberikan ganti kerugian terkait tindakan nasionalisasi yang telah dilakukannya.

The situation in the early period of Republic of Indonesia portrayed the existence and domination of foreign capital investment that overcame the nation's economy as they drew maximum profit without regarding the welfare of the Indonesian people. Indonesian Government nationalized De Javasche Bank in the year of 1951 and Dutch companies operating in Indonesia in the year of 1957 to gain its economic sovereignty and for the welfare of Indonesian people. The government had used both compensation methods, Appropriate Compensation and Hull Formula, due its action to nationalize Dutch assets in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
S42429
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Sarwo Trengginas
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan unsur-unsur Renaissance pada bangunan Javasche Bank atau yang sekarang dikenal sebagai Museum Bank Indonesia. Pada abad ke-19 pengaruh gaya “Indische Empire Style” membanjiri bangunan yang ada di Hindia Belanda. Pengaruh gaya tersebut membuat bangunan-bangunan di Hindia terlihat mewah nan megah dan bangunan tersebut dibangun seakan-akan seperti berada di Eropa. Salah satu unsur yang melekat pada bangunan kolonial pada masa itu adalah Renaissance. Renaissance yang menampilkan unsur-unsur Klasik seperti pilar-pilar Romawi, dormer, lucarne, louvre, Tympanium dan unsur-unsur Eropa lainnya menghiasi kota-kota besar di Hindia Belanda seperti Semarang, Surabaya, Bandung, dan tentu saja Batavia. Pada masa sekarang bangunan-bangunan kolonial yang memiliki unsur ini dapat dijumpai di Kota Tua. Salah satunya adalah gedung Museum Bank Indonesia. penelitian ini mencoba untuk menjelaskan unsur Renaissance pada bangunan tersebut.

The aim of this research is to explain Renaissance’s elements in Javasche Bank building or known as Bank of Indonesia Museum. In 19th century the influence of the “Indische Empire” style were flooding the buildings in the Dutch East Indies (Hindia Belanda). This influence made the buildings in the Dutch East Indies (Hindia Belanda) looked magnificent and luxurious. Moreover, it made the buildings seemed to be like being in Europe. One of the inherent elements in those buildings was Renaissance. Renaissance showed classic’s elements like Roman pillars, Dormer, Lucarne, Louvre, Tympanium, and another Europe’s elements that decorated big cities in the Dutch East Indies (Hindia Belanda) such as Semarang, Surabaya, Bandung and of course Batavia. In the present time, the colonial’s buildings that had these elements are located in Jakarta Old Town. One of those buildings is Museum Bank Indonesia. This research tries to explain Renaissance’s elements in that building.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Brakman, Willem
Amsterdam: Querido, 1989
BLD 839.36 BRA p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jeddah: Islamic Development Bank, 2007
332ISLI001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Niesa Izza Kumala
"Skripsi ini membahas makna ragam hias Naga di Percandian Panataran. Ragam hias Naga yang menjadi objek penelitian di percandian ini berjumlah 34 ragam hias. Pencarian makna ditelusuri dengan beberapa tahapan, yakni deskripsi bentuk dan keletakan, yang dilanjutkan dengan analisis untuk mengelompokkan ragam hias Naga. Setelah mendapatkan kelompok-kelompok ragam hias Naga, penelitian dilanjutkan dengan interpretasi makna menggunakan pendekatan semiotik. Acuan yang dipakai untuk mencari makna ragam hias Naga adalah literatur-literatur agama Hindu dan Buddha yang memuat tokoh Naga. Hasil penelitian memperlihatkan ragam hias Naga di Percandian Panataran dianggap penanda dan pengharapan kesakralan para dewa oleh masyarakat masa lampau.

This thesis discusses the meaning of Naga ornament in Panataran Temple Complex. There are 34 Naga ornaments which becomes object of research in this site. The search of meaning will be explored by several stages, firstly this research focus on description, then followed by analysis to classify Naga ornaments. After getting groups of Naga ornaments, research continued with semiotic interpretation. References which used in this research are literatures in Hinduism and Buddhism that contains Naga character. The results showed Naga ornaments in this site are considered as markers and expectations of the gods’ by the people of the past.;"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57923
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdalqadir as-Sufi
Depok: Pustaka Adina, 2017
332.1 ABD t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Diyo Aryalingga
"Pembahasan mengenai peran Bank Dunia sebagai aktor pembangunan internasional berkembang sejak diperkenalkannya institusi tersebut pada Konferensi Bretton Woods pada 1944. Kehadirannya memunculkan kajian pembangunan internasional yang memperdebatkan peran Bank Dunia sebagai aktor sentral melalui mekanisme pinjaman dan publikasi pengetahuan pembangunan internasional. Tinjauan pustaka ini berupaya untuk memetakan dan merangkum ragam pandangan dari 44 literatur internasional, yang telah melalui proses peer-review dan relevan dalam pembahasan mengenai Bank Dunia sebagai aktor pembangunan internasional. Tinjauan pustaka ini dibuat dengan metode taksonomi dan berusaha menjawab rumusan masalah, yakni bagaimana perkembangan literatur mengenai peran Bank Dunia sebagai aktor pembangunan internasional? Pemetaan literatur menunjukkan adanya tiga tema utama, yaitu: (1) identitas dan tata kelola Bank Dunia; (2) perkembangan diskursus pembangunan Bank Dunia; dan (3) implementasi kebijakan Bank Dunia di negara-negara berkembang. Melalui tema-tema tersebut, tinjauan pustaka ini berupaya menelusuri konsensus, perdebatan, dan kesenjangan yang terdapat dalam topik ini secara luas, seperti dominasi pemangku kepentingan tertentu dalam tata kelola Bank Dunia dan dampak multidimensional dari kebijakan pembangunan. Tinjauan pustaka ini menghasilkan temuan bahwa literatur mengenai Bank Dunia sebagai aktor pembangunan internasional menyajikan argumentasi yang berbasis pada pendekatan HI, khususnya ekonomi politik internasional, dan kajian pembangunan internasional, serta didominasi oleh pembahasan mengenai implementasi kebijakan seperti strucutral adjustment program. Tulisan ini kemudian merekomendasikan eksplorasi penelitian terhadap topik-topik pembangunan internasional yang melibatkan institusi internasional dan negara-negara berkembang dalam periode kontemporer, serta mendorong pemerintah Indonesia untuk melakukan evaluasi dan kritik terhadap kebijakan pembangunan internasional.

Since its establishment at the Bretton Woods Conference in 1944, there have been discussions about the World Bank as an international development actor. International development studies debate how the World Bank positions itself as a central actor through lending mechanisms and development-related research publications. Therefore, this literature review seeks to map and summarize the views of 44 peer-reviewed international literature, which provide relevant discussions about the World Bank as an international development actor. Based on the taxonomy method, this paper attempts to answer the formulation of the main problem, namely, how are works of literature regarding the role of the World Bank as an international development actor developed? The literature mapping shows that there are three main themes, namely: (1) the identity and governance of the World Bank; (2) the development of the World Bank's development discourses; and (3) the implementation of World Bank policies in developing countries. Through these themes, this literature review seeks to broadly explore the consensus, debate, and gaps in this topic, such as the domination of certain stakeholders in the governance of the World Bank and the multidimensional impact of development policies. This paper found that works of literature on the World Bank as an international development actor present arguments based on the main approaches to international relations, especially in the realm of international political economy, international development studies, and are dominated by discussions on policy implementation, such as structural adjustment programs. This paper then recommends exploring research on international development topics involving developing countries and encouraging the Indonesian government to participate in knowledge production of development topics and critically reviewing developmental policies."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yusak B. Ibrahim
"Ruang lingkup dan Cara penelitian : Bahan dasar uang kertas adalah serat kapas. Di Bank X uang kertas tak layak edar dihancurkan menjadi debu dan serpihan-serpihannya. Banyak laporan mengatakan debu dan serat kapas berpengaruh negatif pada fungsi paru tenaga kerja dengan menyebabkan terjadinya obstruksi. Selama ini belum diketahui dengan pasti pengaruh debu uang kertas terhadap fungsi paru. Suatu studi cross sectional dengan pembanding telah dilaksanakan di Bank X Jakarta untuk mengetahui prevalensi gangguan faal ventilasi paru yang berupa obstruksi kronik dan akut serta restriksi dan dianalisis hubungannya dengan kadar debu total, umur, lama kerja, kebiasaan merokok, gejala klinis serta riwayat alergi. Sampel adalah tenaga kerja di Bagian Kas sebagai kelompok terpajan dan tenaga kerja pada Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai kelompok tidak terpajan. Data keduanya dianalisis dan dibandingkan.
Hasil dan Kesimpulan : Kadar rata-rata debu total pada Bagian Kas 243,0 hg/m3 dan Bagian SDM 42,8 pg/m3. Kadar debu tersebut berbeda bermakna ( p = 0,00 ). Kadar ini tidak dapat dibandingkan. Gejala klinis yang menonjol adalah batuk-batuk (pada Bagian Kas 51,3% dan Bagian SDM 11,3% ) yang secara statistik berbeda bermakna (p = 0,00 ). Prevalensi obstrukai kronik pada Bagian Kas 19,4% dan di Bagian SDM 32,3% ; obstruksi akut di Bagian Kas 7,7%, di Bagian SDM 8,1 %; dan restriksi di Bagian Kas 14,1 %, di Bagian SDM 11,3 % . Uji statistik tidak menunjukkan perbedaan bermakna antara obstruksi kronik dan akut serta restriksi dengan kadar debu, umur, lama kerja, merokok,- gejala klinis yang berupa batuk-batuk serta riwayat alergi. Efek debu uang kertas pada kelainan faal ventilasi paru belum terlihat.

Analysis on the Relationship between Exposure to Paper-Money Dust and Lung Function Disturbances in Workers of Bank X, 1996Scope and methods :
The main ingredient of paper money is cotton fibers. In Bank X used paper money which is not proper for circulation is destroyed into dust and very fine pieces. Many reports state that cotton dust and fibers negatively affect the lung function by causing obstruction. So far until recently the actual effects of paper money dust to the health of the lungs have not been exactly known. A cross-sectional study with the use of control group has been carried out in Bank X, Jakarta to ascertain the prevalence of pulmonary ventilator disturbances in the forms of chronic and acute obstruction as well as restriction, and analysis has been done on their correlations with total dust concentration in the workroom air, age, length of employment, smoking habits, clinical symptoms and history of allergy. The study samples have covered the workers of the Division of Finance as the exposed and entire workers of the Division of Human Resources Development (HRD} as the unexposed group. Data collected from these two groups were analyzed and compared.
Results and Conclusions :
The average concentrations of paper-money dust were 243.0 ug/m3 at the Division of Finance and 42.8 ug/m" at the Division of HRD. These dust concentrations were of statistically significant difference ( p = 0.00 ). The prominent clinical symptom was coughs found in 51.3 % of workers of the Division of Finance and 11.3 % in the Division of HRD. Statistical analysis has shown significant difference (p = 0.00). The prevalence rates of chronic obstruction were 19.4 % in the Division of Finance and 32.3 % in the Division of HRD. The prevalence rates of acute obstruction were found 7.7 % in the Division of Finance and 8.1 % in the Division of HRD_ The prevalence rates of restriction were 14.1 % in the Division of Finance and 11.3% in the Division of HRD. The statistical analysis has not shown significant correlations among chronic and acute obstruction as well as restriction with dust concentration, age, length of employment, smoking habits, and clinical symptom (coughs) and history of allergy. Exposure to paper-money dust has resulted in clinical symptom i.e. coughs, but its effects to the lung function have not been revealed by this study.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>