Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155563 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ranti Ekasari
"Industri sepatu merupakan salah satu industri informal yang semakin berkembang di Indonesia. Proses pembuatan sandal/sepatu menggunakan bahan kimia yaitu benzena pada proses pengeleman. Pajanan benzena akan mengakibatkan masalah pada sistem hematopoetik yang menyebabkan penurunan kadar hemoglobin.
Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi hubungan benzena di dalam tubuh melalui pengukuran biomarker SPhenylmercapturic Acid (S-PMA) terhadap kadar hemoglobin pekerja bengkel sandal/sepatu di Desa Sukajaya. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang dilaksanakan pada Maret-Mei 2018. Jumlah sampel sebanyak 73 pekerja dengan metode total sampling.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pekerja dengan umur >29 tahun berisiko 1,76 kali, memiliki riwayat infeksi berisiko 1,51 kali, IMT tidak normal berisiko 1,51 kali, masa kerja >5 tahun berisiko 1,01 kali, dan durasi >11 jam berisiko 1,04 kali memiliki kadar hemoglobin <14 g/dL.
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa pekerja dengan konsentrasi S-PMA tinggi (>1,53 µg/g kreatinin) berisiko 1,84 kali lebih besar memiliki kadar hemoglobin <14 g/dL dibandingkan pekerja dengan konsentrasi S-PMA rendah (< 1,53 µg/g kreatinin) setelah dikontrol variabel umur, kebiasaan olahraga, dan jenis pekerjaan. Perlu dilakukan pengendalian risiko di tempat kerja dengan membatasi jam kerja, pengaturan ruang kerja, dan menerapkan pelarangan merokok di ruang kerja.

The shoe industry is one of the growing informal industries in Indonesia. The process of making sandals/shoes used a chemical benzene in the process of sizing. Benzene exposure will caused problems in the hematopoetic system that caused a decrease in hemoglobin levels.
This study aimed to identify benzene relationship in the body through measurement of S Phenylmercapturic Acid (S-PMA) biomarker on hemoglobin level of sandals/shoes workshop workers in Sukajaya Village. This study used crosssectional study conducted in March-May 2018. The number of sample was 73 workers with total sampling method.
The results of the analysis showed that workers with age> 29 years were at risk 1.76 times, had a history of infection at risk 1.51 times, Body Mass Indices (BMI) was not normal at risk 1.51 times, working period > 5 years at risk 1.01 times, and working hours > 11 hours at risk of 1.04 times having hemoglobin <14 g/dL.
The results also showed that workers with high S-PMA concentrations (> 1.53 μg / g creatinine) were 1.84 times more likely to have hemoglobin <14 g/dL than those who had low S-PMA concentrations (<1.53 μg/g creatinine) after controlled by age, exercise, and type of work variables. Risk control in the workplace is required by limiting of working hours, arranging working space, and applying smoking ban in the workplace.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50342
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Norjannah
"Keberadaan benzena dalam lem alas kaki ini membahayakan kesehatan para pekerjadi bengkel alas kaki karena sifatnya yang toksik dan karsinogenik. Dampak yangditimbulkan adalah terganggunya sumsum tulang yang merupakan tempat produksi seldarah merah; darah putih dan trombosit. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisishubungan pajanan benzena melalui pemeriksaan konsentrasi S-phenylmercapturic acid S-PMA di urin terhadap kadar trombosit pada pekerja bengkel alas. Desain daripenelitian adalah cross sectional pada pekerja pabrik alas kaki di Desa Sukajaya denganjumlah sampel 73 pekerja. Sampel yang diambil adalah urin dan darah dari pekerjauntuk mengetahui konsentrasi S-PMA dan kadar trombosit. Konsentrasi S-PMA diukurdengan alat LC-MS/MS dan trombosit dengan Automated Hematology Analyzer.Karakteristik individu dengan wawancara secara langsung. Hasil penelitianmenunjukkan nilai OR=2,28 antara konsentrasi S-PMA terhadap kadar trombosit.Variabel kebiasaan olahraga dengan OR=1,58 antara olahraga tidak rutin terhadaptrombosit dan konsumsi alkohol OR=1,78 antara yang mengkonsumsi terhadap kadartrombosit. Hasil uji regresi logistik multivariabel menunjukkan nilai OR=2,59 pekerjadengan konsentrasi S-PMA >0,67 g/g kreatinin terhadap kadar trombosit setelahdikontrol variabel umur dan konsumsi alkohol.

The existence of benzene in the glue of footwear is endangering the health of theworkers in the footwear workshop because of its toxic and carcinogenic nature. Theimpact is the disruption of the bone marrow which is where the production of red bloodcells; white blood and platelets. The purpose of this study was to analyze therelationship of benzene exposure through the examination of S phenylmercapturic acid S PMA concentration in urine on platelet levels in base workshop workers. The designof the study was cross sectional on footwear factory workers in Sukajaya Village with asample of 73 workers. Samples taken are urine and blood from workers to know theconcentration of S PMA and platelet levels. The concentration of S PMA was measuredby LC MS MS and platelets with Automated Hematology Analyzer. Individualcharacteristics with direct interview. The results showed the value of OR 2.28between S PMA concentration to platelet level. Variables of exercise habits with OR 1.58 between non routine exercise on platelets and alcohol consumption OR 1.78among those who consume to platelet levels. Multivariable logistic regression testresults showed OR 2.59 workers with S PMA concentration 0.67 g g creatinine on platelet count after controlled for age and alcohol consumption.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51394
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lora Agustina
"Benzena merupakan pelarut yang banyak terkandung di dalam lem yang digunakanindustri alas kaki. Benzena bersifat hematotoksis dan karsinogenik. Salah satu tandahematotoksik benzena adalah penurunan jumlah leukosit. Pajanan benzena dapatdiketahui melalui pengukuran S-phenylmercapturic acid S-PMA urin. Pekerja diindustri alas kaki informal di Desa Sukajaya merupakan populasi yang berisiko. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan konsentrasi S-PMA urin dengan jumlah leukosit pekerja industri alas kaki informal di Desa Sukajaya. Desain penelitianyang digunakan adalah cross sectional. Pengumpulan data melalui wawancara langsung untuk karakteristik individu, pemeriksaan S-PMA urin dengan alat LC-MS/MS dilaboratorium dan darah rutin untuk jumlah leukosit. Analisis bivariat dengan, chisquare, ANOVA dan regresi logistik sederhana. Analisis multivariat dengan regresilogistik ganda. Hasil penelitian mendapatkan tidak ada konsentrasi S-PMA urin yang melebihi nilai BEI le;25 ?g/g kreatinin . Konsentrasi S-PMA yang lebih tinggi lebih berisiko mengalami penurunan jumlah leukosit. Dengan dikontrol usia, masa kerja, durasi kerja, riwayat infeksi, IMT, merokok, jenis pekerjaan dan olahraga, pekerja dengan S-PMA tinggi lebih berisiko mengalami penurunan jumlah leukosit dibandingkan pekerja dengan konsentrasi rendah. Meskipun konsentrasi S-PMA urin masih dibawah nilai BEI akan tetapi konsentrasi S-PMA yang lebih tinggi lebih berisiko mengalami jumlah leukosit menjadi

Benzene is a widely used as solvent in the glue that used in the informal footwear industry. Benzene is hematotoxic and carcinogenic. Decrease in the number of leukocytes is one sign of hematotoxic. Benzene exposure can be measured byS phenylmercapturic acid S PMA urine analysis. The Workers in the informal footwear industry in Sukajaya Village are at risk. This research was conducted to find out the association of S PMA urine with leukocyte count of informal footwear industrial workers. The study design was cross sectional. Data was collected by interview for individual characteristics, S PMA urine with LC MS MS method ini laboratory and blood examination. Chi square ANOVA, simple logistic regression, multiple logistic regression test were used for the analysis. No S PMA concentration of urine exceeding the BEI value le 25 g g creatinine. Higher S PMA concentrations are more at risk of decreasing the leukocytes count. With controlled of age, duration of work, history ofinfection, BMI, smoking, occupation and exercise, workers with high S PMA urin concentration are at higher risk of decreasing the number of leukocytes. Although urinary S PMA concentrations are still below BEI values but higher S PMA concentrations are more at risk of leukocyte counts being
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puri Wulandari
"Pajanan kronis benzena di lingkungan kerja selalu dihubungkan dengan gangguan hematologi. Hal ini dikarenakan sistem hematologi adalah jaringan target yang paling kritis terhadap pajanan benzena melalui rute inhalasi dan diketahui sebagai penyebab pansitopenia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kadar S-PMA urin dengan leukosit pada pekerja industri sepatu informal yang terpajan benzena. Penelitian menggunakan desain cross sectional di enam industri sepatu informal yang berada di kawasan Cibaduyut dengan jumlah sampel 64 pekerja. Sampel urin dan darah diambil pada masing-masing sampel untuk menilai kadar S-PMA urin dan jumlah leukosit. Kadar S-PMA urin diukur dengan menggunakan alat LC-MS/MS dan leukosit diukur menggunakan alat Automated Hematology Analyzer. Data karakteristik individu diperoleh melalui wawancara langsung. Konsentrasi benzena di udara menggunakan data sekunder dari penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kadar S-PMA dengan leukosit (p value: 0,048) dan kadar S-PMA urin dengan jenis pekerjaan (p value: 0,004). Sebanyak 31,3% pekerja memiliki kadar S-PMA urin melampaui BEI ACGIH (>25 μg/g kreatinin). Semakin tinggi konsentrasi benzena di udara ruang kerja, semakin banyak pekerja yang memiliki kadar S-PMA urin >25 μg/g kreatinin. Hasil uji regresi linear ganda menemukan bahwa ada kecenderungan asosiasi antara kadar S-PMA urin dengan leukosit, setelah dikontrol dengan variabel jenis pekerjaan, jam kerja per hari, dan kebiasaan berolahraga. Hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat asosiasi antara kadar S-PMA urin dengan penurunan jumlah leukosit.

Benzene high exposure in working is environment always connected to hematology disorders. This is caused by hematology system is the most critical target network toward benzene exposure through inhaling route. This study aims to analyze the relation between urinary and leukocytes S-PMA level of informal shoes industrial workers exposed to benzene. This study uses cross sectional design in six informal shoes industries which are located in Cibaduyut with the number of sample of 64 workers. Urinary and blood samples are collected on each sample to measure urinary S-PMA level and the number of leukocytes. Urinary SPMA level is measured using Automated Hematology Analyzer. Individual characteristic data are obtained through direct interview. To measure benzene concentration, secondary data of previous study is used. The result of the study indicates that there is significant correlation between S-PMA level with leukocytes (p value: 0.048) and urinary S-PMA level with the type of job (p value: 0.004). By 31.3% workers have urinary S-PMA level more than BEI ACGIH (>25 μg/g creatinine). The higher the benzene concentration of indoor air, the more workers have urinary S-PMA level > 25 μg/g creatinine. The result of double linear regression test finds that there is association tendency between urinary and leukocytes S-PMA level, after it is controlled by type of job, time of work per day, and exercising habit variables. It can be concluded that there is association between urinary S-PMA level and the number of leukocytes decrease.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Rizki Sanjaya
"Benzene merupakan senyawa yang berbahaya bagi kesehatan. Dampak nonkarsinogenik yang diakibatkan diantaranya anemia dan pensitopenia. Pada pajanan benzene ditingkat rendah, menunjukkan adanya perbedaan dampak hematologi. Kadar hemoglobin merupakan salah satu parameter awal yang digunakan untuk mengetahui dampak hematologi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui asosiasi pajanan benzene terhadap kadar hemoglobin. hasil penelitian. Metode penelitian. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pemilihan sampel mengggunakan cluster satu tingkat. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 71 pekerja laki-laki responden. Pengukuran benzene menggunakan metode NIOSH 1501, pemeriksaan kadar hemoglobin menggunakan automated hematlogy analyzer. Lama kerja, usia, status merokok, konsumsi alkohol dan riwayat infeksi diukur menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pajanan benzene adalah 0,34 ppm dan kadar hemoglobin pekerja laki-laki adalah15,34 ± 1,14 g/dL. Berdasarkan analisis statistik, rata-rata kadar hemoglobin pajanan benzene ≤ 0,50 ppm adalah 15.15 g/dL (95% CI : 14.80 - 15.50) dan pada pajanan benzene 0,51 ? 1 ppm adalah g/dL 15.55 (95% CI : 15.19 - 15.91). Pekerja dengan lama kerja lebih dari 6 tahun memiliki kadar hemoglobin lebih rendah 0,7 g/dL (95% CI: -1.32 s.d. -0.13) dibandingkan pekerja dengan lama kerja kurang dari 6 tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa pajanan benzene di bawah 1 ppm tidak ada asosiasi yang signifikan terhadap kadar hemoglobin, namun pekerja terdapat indikasi bahwa durasi pajanan yang diukur dengan lama kerja berasosiasi dengan penurunan hemoglobin.

Benzene is one of the chemical substances which can cause some health effect. Noncarcinogenics effect can caused by benzene is anemia and pancytopenia. Benzene at lower concentrations have is conflicting evidence on potential hematological effects. Hemoglobin is one of hematological paramaters of hematological effects.
The purpose of this study to explain association benzene exposure and effect of hemoglobin. Cross sectional study design was used, and 71 male workers selected by cluster random sampling. Benzene measurement used NIOSH 1501 method and hemoglobin measurement used by automated hematalogy analyzer. Confounding factors such as work duration, age, smoking status, alcohol consumption, and history of infection measurements by questionnares.
The results showed that means of benzene exposure is 0,34 ppm and means of hemoglobin is 15,34 ± 1,14 g/dL. Statistical analysis showed that means of hemoglobin at benzene exposure ≤ 0,50 ppm is 15.15 g/dL (95% CI : 14.80 - 15.50) and means of hemoglobin at benzene exposure 0,51 - 1 ppm is 15.55 g/dL (95% CI : 15.19 - 15.91). Male-workers that work duration more than 6 yearshave decreased of hemoglobin 0,7 g/dL (95% CI: -1.32 s.d. -0.13).
The conclution is benzene exposure below 1 ppm statistically not association with hemoglobin. However long-time exposure of benzene that measure with work duration statistically significant with decreased of hemoglobin.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46604
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Metafisika
"Benzena dikenal sebagai salah satu senyawa karsinogen. IARC telah menggolongkan benzena sebagai senyawa karsinogenik golongan 1 yang menunjukkan paparan benzena sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Paparan dari aktivitas merokok dan emisi kendaraan bermotor pada polisi lalu lintas secara terus menerus akan mengakibatkan tingginya resiko paparan benzena sehingga perlu dilakukan kajian resiko paparan benzena terhadap polisi lalu lintas khususnya di wilayah Depok yang merupakan kota penyangga ibukota Jakarta. Asam s-fenilmerkapturat (SPMA) dalam urin merupakan metabolit spesifik terhadap paparan benzena sehingga representatif sebagai biomarker paparan benzena. Rata-rata konsentrasi SPMA pada polisi lalu lintas yang merokok, polisi lalu lintas yang tidak merokok, dan kontrol memberikan hasil 150,44 + 75,13 μg /g kreatinin, 70,44 + 64,21 μg /g kreatinin, dan 14,3 + 19,61 μg /g kreatinin. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa faktor emisi kendaraan bermotor, lama bekerja serta merokok meningkatkan resiko paparan benzena polisi lalu lintas.

Benzene has been known as one of the carcinogen agent. IARC had been categorized benzene as carcinogen compound in group 1 that indicates benzene exposure very harmful to human health. Exposure over and over from smoking activities and automobile emission to traffic policemen, will resulting a high risk benzene exposure, as a result, risk study of benzene exposure need to be done toward traffic policemen, specially in Depok area as Jakarta’s buffer zone. Sphenylmercapturic acid (SPMA) in urine is specific metabolite to benzene exposure, so it represents as biomarker benzene exposure. SPMA concentration average in smoking traffic policemen, nonsmoking traffic policemen and control respectively, give a result 150,44 + 75,13 μg /g creatinine, 70,44 + 64,21 μg /g creatinine, dan 14,3 + 19,61 μg /g creatinine. The statistical test result, show that automobile emission, working duration as traffic policemen, and smoking habit factor can increase traffic policemen benzene exposure risk."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30693
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syafran Arrazy
"Benzene dapat secara enzimatik meningkatkan pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) yang mempengaruhi sel-sel dan berakibat kerusakan oksidatif. Malondialdehyde (MDA) merupakan produk akhir peroksidasi lemak dan menjadi salah satu indikator stres oksidatif akibat radikal bebas. S-phenylmercapturic acid (SPMA) menjadi parameter pajanan benzene pada manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asosiasi SPMA terhadap MDA pada pekerja sepatu.
Metode penelitian menggunakan desain studi analitik cross-sectional. Pemilihan sampel mengunakan cluster satu tingkat terhadap industri informal. Jumlah sampel dalam penelitian ini 64 pekerja. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi SPMA adalah 24.63 μg/g kreatinin atau 20 responden (31.2%) memiliki konsentrasi SPMA urin di atas nilai biological exposure index (BEI) (>25 μg/g kreatinin), dan rerata kadar MDA serum pekerja adalah 10.186 μmol/L.
Berdasarkan uji statistik, diketahui ada hubungan signifikan pada konsentrasi SPMA terhadap peningkatan MDA setelah dikontrol dengan faktor umur, lama kerja, status merokok, kebiasaan alkohol, kebiasaan olahraga dan kebiasaan makan sayur dan buah (R2 : 0.133, p-value : 0.039). Studi ini menunjukkan bahwa paparan benzene memberikan efek merugikan pada stres oksidatif pekerja selain oleh umur pekerja.

Benzene can be enzymatically increasing the formation of Reactive Oxygen Species (ROS) that affect the cells and cause oxidative damage. Malondialdehyde (MDA) is the end product of lipid peroxidation and is one indicator of oxidative stress caused by free radicals. S-phenylmercapturic acid (SPMA) be the parameter of benzene exposure in humans. This study aimed to analyze the association SPMA against MDA in shoe workers.
The research method uses design analytic cross-sectional study. Selection of the sample using one level cluster to informal industry. The samples in this study are 64 workers. The results showed that median levels concentration of SPMA is 10.24 mg/g creatinine or 20 respondents (31.2%) had a concentration of SPMA urine above the value of biological exposure index (BEI) (> 25 mg / g creatinine), and median levels of serum MDA workers are 6.38 μmol/L.
Based on statistical test, we know that have a significant association for concentration of SPMA to increase MDA after controlling by age, length of employment, smoking status, alcohol habits, exercise habits and habit of eating vegetables and fruits (R2: 0133, p-value: 0.039). This study shows that exposure to benzene giving adverse effects on oxidative stress in addition to workers by age workers
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46534
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Fatimah
"Indonesia merupakan pemain besar dalam industri sepatu di dunia, yaitu terbesar kelima setelah Cina, India, Vietnam dan Brasil. Perakitan sepatu menggunakan perekat atau lem yang mengandung senyawa organik volatil (diantaranya benzena, toluen, dan xylen)dengan kandungan benzena di dalam lem diketahui mencapai 2%. Benzena dapat masuk secara tidak sempurna dengan cepat ke tubuh manusia dan hewan melalui pajanan. pernafasanpajanan benzena pada manusia terbukti berhubungan dengan berbagai penyakit akut dan parah termasuk kanker dan anemia aplastik. Selain itu benzena dan metabolitnya juga terbukti dalam peningkatan stres oksidatif yang terlihat dari peningkatan malondialdehid (MDA) dan penurunan antioksidan dalam tubuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi konsentrasi benzena di udara tempat kerja dan hubungan antara benzena di dalam tubuh melalui pengukuran biomarker SPhenylmercapturic Acid (S-PMA) terhadap stres oksidatif melalui pengukuran kadar plasma MDA pekerja bengkel sandal/sepatu.
Penelitian ini menggunakan studi crosssectional pada sepuluh bengkel sandal/sepatu di Desa Sukajaya, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor pada Maret-Mei 2018. Jumlah sampel sebanyak 64 pekerja diambil dengan metode total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi benzena di udara empat kerja masih dibawah NAB yang ditentukan oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2011 yaitu 0,002066 ppm dan tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi S-PMA dalam urin terhadap kadar MDA plasma darah. Sementara itu ada hubungan yang signifikan antara variabel kebiasaan olahraga terhadap kadar MDA plasma darah namun tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel konsentrasi status merokok, konsumsi kopi, dan IMT pekerja dengan kadar MDA plasma darah pekerja. Konsentrasi benzena masih dalam batas aman namun tetap harus diminimalisasi karena benzena merupakan zat karsinogenik yang dapat terakumulasi dalam tubuh sehingga diperlukan pencegahan seperti perbaikan ventilasi,pengaturan jam kerja, dan pelarangan merokok saat bekerja.

Indonesia is the fifth largest country with shoe industri in the world, the biggest after China, India, Vietnam and Brazil. Shoe assembly using adhesives or glue that contain volatile organic compounds (such as benzene, toluene and xylen) with benzene content in the glue is known to reach 2%. Benzene can enter imperfectly rapidly into the human body and animals through inhalation exposure, human benzene exposure is shown to be associated with various acute and severe diseases including cancer and aplastic anemia. In addition, benzene and its metabolites are also proven in increased oxidative stress seen from increased malondialdehyde (MDA) and decreased antioxidants in the body.
This study aims to identify benzene concentrations in the air of the workplace and the relationship between benzene in the body through measurement of S-Phenylmercapturic Acid (S-PMA) biomarkers against oxidative stress through measurement of MDA plasma level of sandal / shoe workers.
This study used cross-sectional study on ten shoe workshops in Desa Sukajaya , Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor from March to May 2018. The number of samples as much as 64 workers taken by total sampling method.
The results showed an average concentration of benzene in the air of the workplace is still under the treshold value which determined by Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Year 2011 (0.002066 ppm) and there are no significant relationship between concentrations of S-PMA in urine against the levels of MDA blood plasma. Meanwhile, there is a significant relationship between exercise habit variables against blood plasma MDA level but no significant relationship between variable length of work, smoking status, coffee consumption, and BMI of workers againist blood plasma MDA levels of workers.The concentration of benzene is still below the treshold limit but should be minimized because benzene is a carcinogenic substance that can accumulate in the body so that the preventive action such as improvement of ventilation, regulation of working hours, and a prohibition on smoking at work should be applied.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50056
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Djunaedi
"Benzena merupakan bahan kimia yang masih diperlukan di berbagai industri, tetapi mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan pekerjanya walaupun proses terjadinya dalam jangka waktu lama, dapat berakibat fatal. Dampak ini dapat diperkecil dengan melakukan pemantauan lingkungan kerja terpajan benzena dan kesehatan pekerjanya secara teratur. Penelitian mengenai akibat pajanan benzena di lingkungan kerja masih sedikit dilakukan di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kelainan akibat pajanan benzena, yaitu hubungan antara kadar fenol urin dan kelainan darah di lingkungan kerja terpajan, hubungan antara lama keira di lingkungan kerja terpajan benzena dengan kadar fenol urin dan kelainan darah serta faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi. Penelitian ini dilakukan di suatu pabrik cat di Jakarta. Parameter yang dipakai pada penelitian ini adalah kadar fenol aria, parameter darah (hemoglobin, leukosit, trombosit, retikulosit, eritrosit, hernatokrit, MCV, MCH, MCHC, hitting jenis leukosit).
Penelitian ini menggunakan desain pendekatan kros seksional, menjaring data melalui waarancara terstruktur, pemeriksaan fisik, pemeriksaan sampel urin dan darah terhadap 128 subjek penelitian yang terdiri dari 64 subjek penelitian di lingkungan kerja terpajan tinggi dan 64 subjek penelitian di lingkungan kerja terpajan rendah.
Kesimpulan dan saran: Kadar uap benzena di lingkungan kerja terpajan tinggi melebihi nilai ambang batas yang diperbolehkan (NAB 25 ppm). Peningkatan kadar fenol urin pada pekerja di lingkungan terpajan tinggi lebih besar dari lingkungan terpajan rendah (p = 0,003), serta meningkat dengan pertambahan lama kerja. Pemeriksaan darah menunjukkan kecenderungan penularan jumlah retikulosit pada pekerja di lingkungan kerja terpajan tinggi 17 x dibandingkan dengan lingkungan kerja terpajan rendah (p = 0,01, OR 16,89, CI = 1,71 - 166,73) dan terdapat hubungan antara rata-rata retikulosit dengan lama kerja. Juga terdapat hubungan bermakna antara peningkatan jumlah rata-rata leukosit (p = 0,055), peningkatan jumlah rata-rata basofil (mann Whitney p = 0,02) dan peningkatan jumlah tenaga kerja dengan limfosit atipik dengan pajanan benzena (OR = 7,19, CI = 3,39 - 15,24). Faktor risiko yang berpengaruh pada penelitian ini adalah umur di atas 40 tahun dan lama kerja.
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan agar pemantauan lingkungan terpajan benzena dilakukan secara teratur tiap 6 bulan dengan memperhatikan sistim produksi, ventilasi dan tata letak ruang. Perlu dilakukan pemeriksaan pekerja yang akan bekerja di lingkungan kerja terpajan benzena (pra kerja), yang sedang bekerja di lingkungan terpajan benzena (berkala dan khusus) yang terdiri atas pemeriksaan kadar fenol urin dan pemeriksaan laboratorium darah (hemoglobin, leukosit, trombosit dan retikulosit), serta diberikan penyuluhan tentang bahaya bekerja di lingkungan terpajan benzena, dan cara pemakaian masker yang baik dan tepat. Pemakaian metode kolorimetri untuk pemeriksaan kadar fenol urin. Pemeriksaan diperketat pada pekerja di atas 40 tahun dan kadar fenol urin di atas 40 mg/liter. Penatalaksanaan pajanan terhadap benzena perlu di standarisasikan.
Perlu dikembangkan kerjasama Departemen Tenaga Kerja, Departemen Kesehatan, Departemen Perindustrian & Perdagangan dan lembaga pendidikan (Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pascasarjana Universitas Indonesia atau lembaga pendidikan terkait) dalarn menetapkan parameter yang lepat untuk digunakan dalam pemantauan lingkungan kerja terpajan benzena serta memantau dampak negatifnya.

Methods and Materials: Benzene is still required in many industries, but this chemical has negative impact towards workers' health, especially over long periods of exposure, it can be fatal. This hazard can be prevented by monitoring regularly, both exposure area and the workers' health. The study on this topic in Indonesia is still rare up to now.
The aims of this study are to search for benzene exposure disorders, the correlation between urine phenol level, and haematologic disorders, hazard, risk factors in the work place environment and time factor. This study was conducted at a paint factory in Jakarta. The parameters used in this study are phenol level in urine, haematologic examinations (haemoglobin, leucocyte, trombocyt, reticulocyt, erythrocyte, haematocrit, MCV. MCH, MCHC, differential count).
The design of this study was cross sectional. Data were collected by interview, physical examination; urine and blood examinations of 128 subjects consisting of 64 subjects in a high exposure area and 64 subjects in a low exposure area.
Results and Conclusion: Benzene vapor level in high exposure area is higher than the permissible threshold limit value (NAB 25 ppm). Phenol level in urine of workers in high exposure area are higher than workers in low exposure area (p = 0,003) and this increase coincided with the duration of work The results of haematological examination showed 17 x decreasing tendency of the reticulocyt count of workers in the higher exposure than workers in low exposure (p = 0,01, OR = 16,89, CI = 1,71 - 166,73) and this low reticulocyt count has significant correlations with the duration of work It also correlates significantly with increasing mean leucocyt count (p = 0,055), mean basophyl count (mann-whitney p = 0,02) and atypic lymphocyt count (OR = 7,19, CI = 3,39 - 15,24). The risk factors in this study include, more than 40 years old workers and long duration of exposure time.
Based on the results of this study, I suggest the establishment of a standard benzene exposure management and monitoring of benzene exposure area unit The monitoring should be carried out every 6 months regularly. Attention should be directed to the production system, room ventilation and workplace design. Pre-employment, and periodical examination of workers, especially for urine phenol level examination should be carried out, as well as haematologic examinations (hemoglobin, leucocyt, thrombocyt and reticulocyt). Communication, information, education on the danger of benzene exposure and the correct manner of mask usage should be the important task in this management.
This study was carried out by using colorimetric method for the examination of urine phenol. The examinations are restricted to more than 40 years old workers and more than 40 mg/liter phenol level in urine. A cooperation among Occupational Department, Health Department, Industry and Trade Department and other Institutions (Occupational Health & Safety, University of Indonesia or other relevant institutes) should draw up correct parameters and regulations for monitoring benzene vapor and hazards in work environments.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Purnamasari
"Penggunaan lem dalam produksi sepatu yang mengandung bahan berbahaya (benzena) dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi pekerja bengkel sepatu. Sebagai senyawa yang volatil, benzena merupakan agen karsinogenik untuk manusia (Golongan 1). Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi tingkat risiko kesehatan akibat pajanan benzena pekerja bengkel sepatu di Desa Sukajaya yang dilakukan pada bulan April-Mei tahun 2018 dengan data sekunder dan menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Penelitian ini dilakukan di 10 bengkel dengan 13 titik pengambilan sampel udara dan 80 responden pekerja yang pilih melalui stratified random sampling. Hasil penelitian ini menujukkan Rata-rata tingkat risiko non karsinogenik pada pekerja bengkel sepatu dalam penelitian ini adalah 0,35 untuk pajanan real time dan 1,17 untuk pajanan life span. Selanjutnnya untuk rata-rata tingkat risiko karsinogenik sebesar 8,2521E-06 untuk ECR minimal dan 2,92476E-05 untuk ECR maksimal. Dengan persentase sebagai berikut, RQ real time >1 (11,3%), RQ life span >1 (36,3%), ECR min > 10-4 (0%) dan ECR max > 10-4 (8,8%). Risiko Kesehatan yang ditimbulkan dalam penelitian ini masih rendah dan masih masuk ke dalam kategori aman atau dapat diterima (acceptable).

Adhesive glue containing hazardous compound (benzene) utilization in shoes production can cause health risk to shoe footware workers. As a volatile compound, benzene is classified as carcinogenic agent to humans (Group 1). The objective of this study was to estimate the health risks of benzene exposure among shoe workers in Sukajaya Village conducted in April-May 2018 with secondary data and using the Environmental Health Risk Analysis (EHRA) . The study was conducted in 10 workshops with 13 air sampling points and 80 respondents selected by stratified random sampling. The results of this study showed that the average non-carcinogenic risk level in shoe workers was 0.35 for real time exposure and 1.17 for life span exposure. Furthermore, the average carcinogenic risk level is 8.2521E-06 for ECR minimum and 2,92476E-05 for ECR maximum. Percentages of Health Risk Levels are RQ real time> 1 (11.3%), RQ life span> 1 (36.3%), ECR min> 10-4 (0%), and ECR max> 10-4 (8.8%). Health risks exposure in this study results are still in low level and considered as safe or acceptable."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>