Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186980 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizki Andriani
"Penerapan pedoman gizi kedalam menu sehari-hari merupakan tantangan bagi mayoritas pasien diabetes karena memerlukan penyesuaian dan kesukarelaan dari pasien untuk mengubah pola makan yang sudah lama terbentuk dan sering menimbulkan kejenuhan dan stress disebabkan pasien diabetes harus mengikuti program diet seumur hidupnya. Aktivitas self management serta respon psikologis memiliki pengaruh yang besar pada pasien diabetes melitus dalam melakukan usaha pengontrolan diet. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto, RS Fatmawati dan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusomo Jakarta dengan jumlah responden 260 orang pasien diabetes melitus tipe 2. Pengukuran respon psikologis menggunakan Problem Areas In Diabetes PAID, aktivitas self management diukur menggunakan Diabetes Self Management Questionare DMSQ yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas serta pengukuran asupan makanan melalui kuesioner food recall 1x24 jam dan status nutrisi dinilai dengan indeks massa tubuh IMT. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara respon psikologis dan status nutrisi p = 0,000, OR =4,944 , terdapat hubungan bermakna antara diabetes self management dengan status nutrisi p = 0,002, OR = 2,217 yang tidak dipengaruhi variabel perancu jenis OAD, asupan makanan, dan usia. Diperlukan penambahan materi konseling untuk memenuhi kebutuhan psikologis terkait diabetes serta penguatan edukasi secara berulang-ulang kepada pasien.

The application of nutritional guidelines into the daily menu is a challenge for the majority of diabetic patients because it requires adjustment and volunteering of patients to change the long established diet and often leads to saturation and stress because diabetic patients should follow a diet plan for the rest of their lives. Self management activities as well as psychological responses have a great influence on diabetes mellitus patients in doing diet control efforts. This research use cross sectional design which done in Gatot Soebroto army hospital, Fatmawati Hospital and Dr. Cipto Mangunkusomo hospital Jakarta with the number of respondents 260 people with type 2 diabetes mellitus. Measurement of psychological response using Problem Areas In Diabetes PAID, self management activity is measured using Diabetes Self Management Questionare DMSQ which has tested the validity and reliability and measurement of food intake through food recall questionnaire 1x24 hours and nutritional status assessed with body mass index BMI. The result showed that there was a significant correlation between psychological response and nutritional status p 0,000, OR 4,944 , there was a significant correlation between diabetes self management with nutritional status p 0,002, OR 2,217 unaffected by confounder type OAD, intake food, and age. Required addition of counseling material to meet the psychological needs related to diabetes as well as the strengthening of education repeatedly to the patient.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gresty Natalia Maria Masi
"ABSTRAK
Kontrol glukosa darah dapat dipertahankan melalui perawatan mandiri. Motivasi melakukan self monitoring blood glucose (SMBG) yang baik dapat meningkatkan diabetes self management pada pasien diabetes melitus tipe 2.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi melakukan SMBG dengan diabetes self management pada pasien diabetes melitus tipe 2.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif observasional analitik dengan pendekatan crossectional, melibatkan 96 pasien. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner karakteristik responden, Treatment Self Regulation Questionare, Diabetes Self Management Questionare, Diabetes Knowledge Scale.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi melakukan SMBG dengan diabetes self management (p = 0,001). Hasil analisis regresi logistik menunjukkan motivasi melakukan SMBG berhubungan dengan didabetes self management setelah dikontrol variabel pengetahuan.
Kesimpulan diperlukan perhatian khusus dari perawat untuk meningkatkan motivasi melakukan SMBG pada pasien diabetes melitus tipe 2 dalam self care management.

ABSTRACT
Glycemic control could be maintained through diabetes self-management. Motivation to perform self-monitoring blood glucose (SMBG) could improve diabetes self-management in type 2 diabetes mellitus patients.
The purpose of this study was to explore the relationship between motivation to perform SMBG and diabetes self-management in patients with type 2 diabetes mellitus.
This study applied quantitative method with a cross sectional approach, involving 96 patients. The Instruments used were questionnaires for respondent characteristics, Treatment Self-Regulation Questionnaires, Diabetes Self Management Questionnaire and Diabetes Knowledge Scale.
The results show that there was a significant relationship between motivation to perform SMBG and diabetes selfmanagement (p = 0,001). Results of logistic regression analysis showes that motivation to perform SMBG is associated with diabetes self-management after controlled by knowledge variable.
In conclusion it is a necessarily for nurses to provide attention to increase motivation to perform SMBG in patients with type 2 diabetes mellitus as part of self care management.
"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T44873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuikita Wachid
"Gangguan pada fungsi insulin membuat pasien diabetes mellitus tipe 2 mengalami kondisi hiperglikemia. Kondisi tersebut membuat pasien diabetes mudah terbangun di malam hari karena nokturia dan mempunyai durasi tidur yang pendek. Penurunan kualitas tidur pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, perubahan emosional dan dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara kualitas tidur dengan manajemen perawatan diri. Penelitian ini juga meneliti variabel yang dapat mempengaruhi manajemen perawatan diri seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama penyakit diabetes, tingkat stress, dukungan keluarga dan ulkus diabetikum. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan menggunakan kuesioner karakteristik responden, pittsburgh sleep quality index, perceived stress scale, diabetes self-management questionnaire dan dukungan keluarga. Penelitian ini dilakukan pada 152 pasien diabetes mellitus tipe 2 yang terbagi menjadi 79 responden tanpa ulkus diabetikum dan 73 responden dengan ulkus diabetikum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 63.2 responden memiliki kualitas tidur yang buruk, 59.2 responden memiliki stress ringan, 57.2 responden memiliki dukungan keluarga buruk dan 56.6 memiliki perilaku manajemen perawatan diri diabetes baik. Penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan manajemen perawatan diri diabetes p < 0.05. Hubungan yang bermakna juga ditemukan pada variabel lama penyakit DM dan tingkat stress p < 0.05. Tidak ada hubungan yang bermakna antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dukungan keluarga dan ulkus diabetikum dengan manajemen perawatan diri diabetes. Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan manajemen perawatan diri diabetes pada pasien diabetes mellitus tipe 2.

Insulin disturbance on diabetes mellitus patients has lead them to have hyperglycemia. This condition makes diabetics had to wake up at night due to nocturia and they also had a short duration of sleep. Decreased sleep quality in patients with type 2 diabetes can interfere their daytime functions, alterations in emotions and decrease their quality of life. Purpose of this study was to examine relationship between sleep quality and self care management among diabetes type 2 patients. This study also added some variables that may affect management of self care such as age, gender, education level, duration of diabetes, stress levels, family support and diabetic foot ulcers. This research using cross sectional methods with questionnaire consist of patient characteristic, Pittsburgh sleep quality index, perceived stress scale, diabetes self management questionnaire and family support. This research has been conducted in 152 diabetes type 2 patients who were divided into 79 respondents without diabetic foot ulcers and 73 respondents with diabetic foot ulcers. Result of this study showed that 63.2 of respondents have poor sleep quality, 59.2 of respondents have mild stress, 57.2 of respondents have poor family support and 56.6 have good diabetes self management behavior. This study also found that there is a significant relationship between sleep quality with diabetes self care management p 0.05. This study also found that there is significant relationship between duration of diabetes and stress level p 0.05. There is no significant relationship between age, sex, education level, family support and diabetic ulcers with diabetes self management care. Conclusion of this study is significant relationship between sleep quality and diabetes self care management on diabetes type 2 patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Nurdiana
"Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit metabolik kronik dengan komplikasi yang dapat menyebabkan disabilitas hingga kematian. Upaya pencegahan komplikasi diabetes yaitu menerapkan perilaku self-management. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi korelasi antara kualitas edukasi yang dilakukan perawat terhadap perilaku self-management pasien diabetes melitus tipe 2. Data diperoleh dari 126 responden di Puskesmas Cimanggis, Tapos, Sukmajaya, dan Persadia Cabang Kota Depok dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan telah diuji untuk mengukur Kualitas Edukasi yang Dilakukan Perawat dan self-management diabetes (SDSCA). Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan positif yang bermakna antara kualitas edukasi yang dilakukan perawat terhadap perilaku self-management pasien diabetes melitus tipe 2 (p=0,000). Hasil penelitian ini dapat dijadikan evaluasi bagi pelayanan keperawatan untuk meningkatkan kualitas edukasi dengan harapan meningkatkan self-management pasien diabetes melitus tipe 2.

Type 2 diabetes mellitus is a long-life chronic metabolic disease with  accompanying complications that could lead to disability or death. Diabetes self-management has been considered as an effort to reduce the complications. This study aimed to identify the correlation between the quality of nurse-led education with type 2 diabetes self-management behavior. A total  of 126 subjects with T2DM were recruited from Puskesmas Cimanggis, Tapos, Sukmajaya, and Persadia Cabang Kota Depok with purposive sampling. Previously validated scales were used to measure the quality of nurse-led education and diabetes self-management (SDSCA). The result of Pearson Correlation analysis showed that there is significantly-positive correlation between nurse-led education with self-management of type 2 diabetes mellitus patients (p=0,000; r=0,436). The result of this research could be a suggestion for further nursing care to educate diabetician to improve their self-management."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnasari Widayanti
"Pengetahuan dan sikap merupakan faktor kunci yang berdampak secara langsung ataupun tidak langsung pada pelaksanaan manajemen diri diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan praktik manajemen diri pada masyarakat dengan diabetes melitus tipe 2. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan responden sebanyak 107 penderita DM tipe 2 di wilayah Kota Depok yang dipilih dengan menggunakan teknik cluster sampling. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari Diabetes Knowledge Test (DKT), modifikasi Diabetes Attitude Scale (DAS), dan Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ). Hasil analisis statistik menunjukan adanya korelasi positif yang signifikan antara pengetahuan (r = 0,549; p < 0,01) dan sikap (r = 0,465; p < 0,01) dengan manajemen diri DM. Temuan ini menekankan pentingnya pengembangan program edukasi kesehatan dan konseling mengenai manajemen diri diabetes dengan melakukan evaluasi awal terhadap karakterisitk diabetesi agar program yang akan dirancang dapat lebih efektif dan sesuai dengan tingkat pemahaman dan kebutuhan diabetesi.

Knowledge and attitudes are key factors that have a direct or indirect impact on the implementation of diabetes self-management. This study aims to identify the relationship between knowledge and attitudes toward self-management practices in communities with type 2 diabetes mellitus. The research design used in this study was cross-sectional with 107 respondents with type 2 diabetes in Depok who were selected using a cluster sampling technique. The research instruments used included the Diabetes Knowledge Test (DKT), modified Diabetes Attitude Scale (DAS), and Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ). The results of statistical analysis show that there is a significant positive correlation between knowledge (r = 0.549; p < 0.01) and attitude (r = 0.465; p < 0.01) toward diabetes mellitus self-management. These findings emphasize the importance of developing health education and counseling programs regarding diabetes self-management by conducting an initial evaluation of the characteristics of diabetics so that the program that will be designed can be more effective and appropriate to the level of understanding and needs of diabetics."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Louise Kartika Indah
"Latar belakang: Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure CHF dan diabetes melitus DM tipe 2 merupakan dua kondisi yang saling memberatkan, yaitu terjadi gangguan metabolisme yang lebih berat akibat perubahan neurohormonal, dan struktur jantung yang berpotensi memperburuk prognosis. Tatalaksana nutrisi sejak awal diagnosis sangat penting dalam mendukung proses penyembuhan pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Kasus: Dalam serial kasus ini terdapat empat pasien CHF dan DM tipe 2 dengan penyulit. Keempat pasien dengan hipertensi dan hiperurisemia, tiga pasien dengan status gizi obes, tiga pasien dengan infark miokard, satu pasien dengan unstable angina pectoris, dua pasien dengan acute kidney injury, dan satu pasien dengan chronic kidney disease. Pada awal pemeriksaan didapatkan defisiensi asupan makro- dan mikronutrien, kontrol tekanan darah dan glukosa darah yang kurang baik, retensi cairan, dan penurunan kapasitas fungsional. Tatalaksana nutrisi disesuaikan secara individual, berdasarkan kondisi klinis, hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya serta riwayat asupan makanan.
Hasil: Seluruh pasien mengalami peningkatan toleransi asupan, perbaikan kondisi klinis, dan kapasitas fungsional.
Kesimpulan: Tatalaksana nutrisi yang adekuat pada pasien CHF dan DM tipe 2 dengan penyulit dapat mendukung perbaikan kondisi klinis dan kapasitas fungsional, sehingga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas.

Background: Congestive heart failure CHF and type 2 diabetes mellitus DM are two mutually aggravating conditions, with more severe metabolic abnormalities due to changes in neurohormonal and cardiac structure which potentially worsen the prognosis. Nutritional management since early diagnosis is very important in supporting the healing process of patients and prevent further complications.
Cases: Four patients were diagnosed with CHF and type 2 DM with complicating conditions. Four patients with hypertension and hyperuricemia, three patients were obese, three patients experienced myocard infarct one patient had unstable angina pectoris, two patients had acute kidney injury, and one patient had chronic kidney disease. Nutritional problems in four patients at assessment were macro and micronutrient deficiencies, uncontrolled blood pressure and blood glucose, fluid retention and declined functional capacity. Nutrition therapy were planned individually including macronutrients, micronutrients and fluid intakes, based on clinical conditions, laboratory findings, other examinations, and previous food intakes.
Result: There were improvements of clinical conditions, intake tolerance, and functional capacity.
Conclusion: Adequate nutrition therapy for CHF and type 2 DM patients with complicating conditions supports the improvements of clinical condition and functional capacity, decreasing morbidity and mortality rates.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vannya Damayanti Pradani
"Diabetes melitus merupakan penyakit yang menjadi perhatian seluruh dunia karena mengalami peningkatan angka penderitanya yang drastis secara global. Di Indonesia, diabetes melitus menjadi penyebab kematian terbesar ketiga. Untuk mengurangi angka mortalitas dan morbiditas akibat komplikasi diabetes melitus, perlu dilakukan upaya manajemen diri. Salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap manajemen diri adalah literasi kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara literasi kesehatan dengan manajemen diri penderita diabetes melitus tipe 2 di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional pada 62 orang yang dipilih melalui purposive sampling. Hasil analisis melalui uji fisher’s exact menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara literasi kesehatan dan manajemen diri pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Kota Depok (p-value = 0,510, p > α). Penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk membuat program kesehatan yang meningkatkan literasi kesehatan dan manajemen diri.

Diabetes mellitus is a disease that has become a worldwide concern due to the drastic increase in the number of sufferers. In Indonesia, diabetes mellitus is the third leading cause of death. To reduce mortality and morbidity due to complications of diabetes mellitus, self-management efforts need to be made. One factor that can influence self-management is health literacy. The purpose of this study was to determine the relationship between health literacy and self-management of patients with type 2 diabetes mellitus in Depok City. This study used a quantitative observational analytic method with a cross-sectional approach on 62 people selected through purposive sampling. The results of the analysis through fisher's exact test showed no significant relationship between health literacy and self-management in patients with type 2 diabetes mellitus in Depok City (p-value = 0.510, p> α). This study can be used as a basis for creating health programs that improve health literacy and self-management."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tumalun, Victor Larry Eduard
"Latar Belakang: Insidensi dan prevalensi diabetes melitus tipe 2 (DMT2) terus meningkat. Penurunan imunitas yang terjadi pada DMT2 dapat meningkatkan risiko infeksi. Kontrol gula darah yang baik bermanfaat dalam pengendalian infeksi dan pencegahan komplikasi makro dan mikrovaskuler tetapi penelitian yang melibatkan pasien DMT2 usia lanjut masih belum konklusif. Serial kasus ini dilakukan untuk melihat efektivitas kontrol gula darah terhadap kesintasan pasien DMT2 yang dirawat di rumah sakit, dan untuk implementasi tatalaksana nutrisi sesuai kebutuhan dan kondisi klinis pasien.
Metode: Pasien pada serial kasus ini berusia antara 47 ? 65 tahun. Penyulit infeksi pada keempat pasien ini yaitu gangren diabetikum, selulitis, dan sepsis dengan infeksi paru dan infeksi saluran kemih. Tatalaksana nutrisi pasien dilakukan sesuai dengan rekomendasi American Diabetes Association dan Therapeutic Lifestyle Changes disesuaikan dengan kondisi klinis dan toleransi pasien. Perhitungan kebutuhan nutrisi menggunakan rekomendasi untuk perawatan pasien sakit kritis bagi pasien yang dirawat di intensive care unit (ICU), dan menggunakan perhitungan dengan formula Harris-Benedict bagi yang dirawat di ruangan dengan faktor stres sesuai derajat hipermetabolisme pasien. Pasien dipantau selama 7 ? 11 hari. Edukasi diberikan kepada pasien dan keluarga selama perawatan dan saat akan pulang.
Hasil: Dalam pemantauan, tiga pasien menunjukkan perbaikan klinis, toleransi asupan, dan laboratorium, dan dapat dipulangkan, sedangkan satu pasien meninggal dunia.
Kesimpulan: Kontrol gula darah, asupan nutrisi yang adekuat, dan edukasi yang sesuai, dapat meningkatkan kesintasan pasien DMT2 dengan penyulit infeksi yang dirawat di rumah sakit.

Background: The incidence and prevalence of type 2 diabetes mellitus (T2DM) is increasing. Immune disfunction in T2DM patient may increase the risk of infection. The appropriate blood glucose control has a benefit in infection control and macro and microvascular complication prevention. The Studies of glycaemic control included older patients did not find convincing evidence. The aim of this case series is to assess the association between glycaemic control and clinical outcome of hospitalized T2DM patient with comorbid infection, and to provide appropriate nutrition therapy based on individual nutrition needs.
Method: Patients in this case series were between 47 - 65 years old. There of those patients were diagnosed T2DM with comorbid gangrenous diabeticum, cellulitis, and sepsis with lung infection and urinary tract infection. Two patients need intensive care in ICU, and another patients in the ward. Two patients received nutrition therapy as critically ill condition, and the rest as American Diabetic Association recommendation, with basal calorie requirement were calculated using Harris-Benedict formula and stress factor suitable for metabolic changes. Monitoring was done for 7 - 11 days. Education was done for the patient and family during hospitalization and discharge planning.
Results: Three patients showed the improvement of clinical conditions, intake tolerance, and laboratory results, whatever one patient was pass away.
Conclusion: Glycaemic control, adequate nutrition intake, and intensive education, may improve survival rate in hospitalized T2DM patient with infection as comorbid.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syafa’atun Mirzanah
"Self management diabetes berdampak positif terhadap peningkatan outcome klinis. Observasi pada fasilitas pelayanan kesehatan menunjukkan pelaksanaan edukasi kurang efektif. Inovasi teknologi dapat menjadi alternatif solusi dalam mengatasi masalah ini. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh aplikasi self management berbasis android terhadap tingkat pengetahuan dan perilaku self management pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini berdesain quasi eksperimental pre-posttest dengan kelompok kontrol. Partisipan direkrut di poli rawat jalan dan rawat inap sejak Juni-Agustus 2020. Analisis data menggunakan SPSS versi 25 pada 66 responden. Pada analisis bivariat, terdapat peningkatan pengetahuan pada kelompok intervensi di akhir penelitian (p=0,07). Tidak ada pengaruh aplikasi terhadap perilaku self management diabetes (p=0,940). Pada analisis multivariat, didapatkan hubungan yang signifikan antara penggunaan aplikasi (p=0,045) dan tingkat pengetahuan sebelumnya (p=0,0001) terhadap tingkat pengetahuan posttest. Aplikasi D-SyIs berpotensi meningkatkan pengetahuan diabetes. Perbaikan desain aplikasi diharapkan dapat meningkatkan efektivitas penggunaan aplikasi.

Self management diabetes has positive impact on increasing clinical outcome. Field observation in healthcare setting showed an ineffective implementation of health education. Technology innovation could be an alternative solution to solve this problem. This research was to examine the effect of android based self management apps towards diabetes self management behavior and diabetes knowledge among type 2 diabetes mellitus patients. A pre-posttest quasy experimental design with control group is used. Participants were recruited from outpatient and inpatient from June to July 2020. SPSS version 25 was used to analyse 66 participants. In bivariat analysis, there was enhancement of diabetes knowledge in intervention group (p=0,07) at the end of research. There was no significant different in self management (p=0,908). In multivariate analysis, there were significant effect of D-SyIs apps (p=0,045) and previous diabetes knowledge (p=0,0001) towards diabetes knowledge. This apps has potential effects to increase diabetes knowledge. Upgrading the app design is needed to increase the apps effectiveness."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sucipto Dwitanta
"Pasien dewasa pertengahan dengan diabetes memiliki risiko lebih tinggi terjadinya komorbiditas. Diabetes self management merupakan hal yang esensial dilakukan untuk mengontrol gula darah. Tujuan penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi diabetes self management pada pasien dewasa pertengahan dengan diabetes tipe 2. Metode penelitian menggunakan pendekatan cross-scetional pada 91 reponden. Semua data pada penelitian ini diambil secara daring. Hasil analisis bivariat hanya dukungan keluarga (p=0,023) dan efikasi diri (p=0,0005) yang berhubungan dengan diabetes self management, sedangkan faktor lain tidak memiliki korelasi. Analisis regresi linear ditemukan bahwa efikasi diri (p=0,0005, R2=0,379) yang paling berpengaruh terhadap diabetes self management. Perawat perlu mengembangkan intervensi dan inovasi keperawatan yang mengacu pada pemberdayaan pasien dalam meningkatan kemampuan dalam perawatan diri sendiri. Fokus utama perawat pada peningkatkan efikasi diri pasien dan kemampuan diabetes self management. Diperlukannya edukasi yang berkelanjutan serta keterlibatan dari anggota keluarga pasien.

Factors affecting diabetes self management in middle-age adult with type 2 diabetes mellitus. Middle-age adult patients with diabetes have higher risk comorbid conditions. Diabetes self management is an essential thing to control blood sugar.The aim of this study was to analyze the factors affecting with diabetes self-management in middle-age adult with type 2 diabetes. A cross-sectional approach was conducted for 91 respondents. All data in this research were collected from online survey. From the bivariate analysis, there were only family support (p = 0.023) and self-efficacy (p = 0.0005) that associated with diabetes self-management. The other variable had no correlation. Linear regression analysis found that self-efficacy (p = 0.0005, R2 = 0.379) had strongest correlation toward diabetes self-management. Nurses need to develop nursing interventions and innovations that refer to empowering patients to increase their ability to care for themselves. Nurses’ primary focus was on improving patient self-efficacy and diabetes self-management abilities. Patiens need for continuing education and involvement of the patient's family members."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>