Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88944 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ramadhoni
"Partai politik memiliki peranan strategis untuk mendistribusikan kader menjadi wakil di pemerintahan. Faktanya, partai politik terjebak dalam arus korupsi dan dinilai sebagai lembaga yang paling tidak dipercaya oleh publik, khususnya di kalangan milenial. Berdasarkan kondisi tersebut, maka diperlukan upaya revitalisasi agar partai politik menjadi modern, inklusif dan dapat memberikan akses kepada pemuda untuk berkontribusi secara strategis. Perbaikan citra partai politik dapat berimbas terhadap menguatnya kepercayaan milenial untuk terlibat lebih jauh dalam partai politik. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Partisipan dalam penelitian ini adalah Ketua Umum DPP PSI, Ketua DPP PSI, Tenaga Ahli PSI, Anggota PSI, serta narasumber pembanding seperti Direktur Eksekutif Perludem. Jadi dapat disimpulkan bahwa keberhasilan PSI menjadi partai politik yang berbadan hukum dan menjadi peserta pemilu tahun 2019 tak dapat dilepaskan dari kepemimpinan Grace Natalie dan pengurus lainnya dalam memberdayakan partisipasi politik kalangan milenial. Komposisi kepemimpinan pengurus PSI terbagi ke dalam tiga aspek, yaitu jenis dan gaya kepemimpinan, komunikasi politik, serta modal sosial yang dimiliki. Partisipasi politik yang telah diakomodir oleh PSI untuk kader dan anggotanya berjumlah 10 jenis partisipasi politik yang masuk dalam kategori electoral participation, consumer participation, party participation, protest activity, dan contacting Tantangan dalam pemberdayaan pemuda di PSI ada empat, yaitu intimidasi fisik, korban hoax dan fitnah, dilema ekonomi, dan ketidakpercayaan diri dalam berpolitik.

Political parties have a strategic contribution to distribute their cadres until they represent as part of the government. In other hands, political parties were in the flow of corruption and regarded as the most unreliable institution by the public, especially among millennial generation. Based on these conditions, it is necessary to revitalize the political party become modern, more inclusive and should provide access for youth to have strategically contributed to the party. Based on these conditions, it is necessary to revitalize the political party become modern, more inclusive and should provide access for youth to have strategically contributed to the party. we assumed by Improving the image of political parties can impact developing millennial beliefs to engage further in political parties. The research method used in this research is descriptive qualitative method with case study approach. Participants in this study consisted of the General Chairman of the DPP PSI, the Chairman of the DPP PSI, PSI Staff, PSI Members, and the expert opinion from Perludem Executive Director. The results of this study found that the leadership of Grace Natalie and other committee of PSI were success make PSI into become a legal party for being a participant in the 2019 and also empowering millennial generation to contribute in political participation. Grace Natalie and other commitee of PSI leadership aspect were divided into three aspects, namely the type and style of leadership, political communication, and social capital owned. Political participation had been accommodated by PSI for their cadres and members in the form of electoral participation, consumer participation, party participation, protest activity, and contacting. Unfortunately, in order to the empowerment of youth in PSI, they still have to face four big challenges such as physical intimidation, hoax and defamation, economic dilemmas and low self confidence in politics.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T50201
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Suci Kamalia
"Penelitian ini membahas mengenai brand partai politik berdasarkan isu yang diwacanakan, dimulai dari identitas brand, posisi brand, dan citra brand. Studi ini berfokus isu anti poligami yang diusung oleh PSI dalam membentuk citra brand PSI. Penelitian ini menggunakan teori brand milik Aaker (1996) yang menyebutkan bahwa brand memiliki 3 (tiga) lapisan, yakni identitas brand, posisi brand, dan citra brand. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method atau metode campuran. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah analisis isi dan wawancara. Subjek penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua), yakni subjek penelitian dengan analisis isi adalah berita di detik.com, dan informan non pemilih dan pemilih PSI. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan atau pergeseran dari identitas brand yang dibuat oleh PSI, posisi brand di media (detik.com), hingga pada citra brand di khalayak perempuan. Identitas brand PSI memfokuskan pada pemberdayaan perempuan dan pemuda yang masing-masing memiliki terdapat kebijakan janji PSI. Tetapi, ketika masuk ke media, ada pergeseran identitas brand PSI. Posisi brand PSI cenderung sebagai partai anti poligami dan keterwakilan perempuan. Isu-isu seputar kepemudaan dan perempuan lainnya tergerus oleh isu anti poligami dan hal inilah yang diaktifkan oleh PSI di media. Setelah adanya pergeseran dari identitas brand ke posisi brand PSI, citra brand PSI juga mengalami pergeseran. Menurut hasil penelitian, isu anti poligami hanya dijadikan awareness saja, agar masyarakat mengetahui bahwa PSI itu ada dan eksis. Terdapat benang merah antara non pemilih dan pemilih, yakni PSI mengusung isu anti poligami agar eksis di masyarakat, terlebih dengan PSI yang merupakan partai baru sehingga perlu untuk mengeksiskan partainya dibandingkan dengan partai-partai yang sudah lama.

This study discusses political party brands based on the issues discussed, starting with brand identity, brand position, and brand image. This study focuses on anti-polygamy issues promoted by PSI in shaping the PSI brand image. This study uses Aakers (1996) brand theory which states that a brand has 3 (three) layers, namely brand identity, brand position, and brand image. This research uses a mixed method approach or mixed method. Data collection techniques used were content analysis and interviews. The subject of this study was divided into 2 (two), namely research subjects with content analysis are news on detik.com, and non-voter informants and PSI voters. The results showed a difference or shift from the brand identity created by PSI, the position of the brand in the media (detik.com), to the brand image in the female audience. PSI brand identity focuses on empowering women and youth, each of whom has a PSI policy promise. However, when it entered the media, there was a shift in the PSI brand identity. The position of the PSI brand tends to be an anti-polygamy party and womens representation. Issues around youth and other women were eroded by the issue of anti-polygamy and this was what was activated by PSI in the media. After a shift from brand identity to PSI brand position, PSI brand image also experienced a shift. According to the results of the study, the issue of anti-polygamy is only used as awareness, so that the public knows that the PSI exists and exists. There is a common thread between non-voters and voters, namely PSI carries the issue of anti-polygamy to exist in the community, especially with PSI which is a new party so it is necessary to expose the party compared to old parties."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T55187
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Amelia Yasmin
"Skripsi ini menganalisis strategi pemasaran politik yang digunakan oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI) untuk bersaing dalam pemilihan 2019 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta. Penelitian ini menerapkan kerangka teori comprehensive political marketing (CPM) seperti yang dikemukakan oleh Jennifer Lees-Marshment. Penelitian ini menggunakan metodologi studi kasus kualitatif yang mencakup periode dari pendaftaran formal PSI pada 2014 hingga periode pasca pemilihan hingga Desember 2019, menggunakan sumber data primer dan sekunder termasuk wawancara penelitian, artikel berita, laporan yang tersedia untuk umum, dan literatur akademik. Penelitian ini menemukan bahwa strategi pemasaran politik yang digunakan oleh PSI dalam pemilu 2019 menggunakan market intelligence di setiap tahap dan oleh karena itu, merupakan karakteristik dari model partai berorientasi pasar (MOP) yang ditetapkan oleh Lees-Marshment. Sebagai partai baru yang didaftarkan oleh para pendiri yang kurang dikenal tanpa pengalaman partai politik sebelumnya, PSI menghadapi hambatan yang signifikan untuk keberhasilan pemilihan. Strategi pemasaran politik berorientasi pasar PSI membantu partai untuk mengatasi hambatan ini, memenangkan delapan kursi di DPRD, menjadi satu-satunya partai baru yang memenangkan kursi di DPRD DKI Jakarta. Skripsi ini mengontekstualisasikan strategi pemasaran politik PSI dalam diskusi yang lebih luas tentang sistem pemilihan Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syaroful Umam
"ABSTRAK
Penggunaan Twitter sebagai ruang komunikasi politik pada pemasaran politik menyebabkan terjadinya pergeseran balance of power antara partai politik dan publik. Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana strategi pemasaran politik dalam perspektif strukturasi adaptif di media sosial Twitter terjadi. Penelitian dilakukan dengan mengambil Partai Solidaritas Indonesia dan Partai Persatuan Indonesia tahun 2019 sebagai contoh kasus. Contoh kasus Partai Solidaritas Indonesia dan Partai Persatuan Indonesia diambil berdasarkan pertimbangan perbedaan strategi kampanye dari partai politik yang sama-sama baru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah strukturasi adaptif sebagai variabel independen dan strategi pemasaran politik partai sebagai variabel dependen. Data yang digunakan adalah data primer berupa wawancara dan sekunder yang diambil secara langsung dari media sosial partai politik terkait. Dampak dari pergeseran kekuatan tersebut adalah perubahan strategi pemasaran dari partai politik yang berubah karena melihat feedback dari aktivitas pengguna di Twitter. Partai Solidaritas Indonesia dan Partai Persatuan Indonesia memiliki strategi yang sangat kontras dalam memasarkan partai politiknya karena mereka memiliki pandangan yang berbeda dalam memandang pengguna Twitter.
Kata kunci: Pergeseran keseimbangan, Twitter, ruang komunikasi politik, pemasaran politik, media sosial

ABSTRACT
The use of Twitter as a political communication space in political marketing causes a shift in the balance of power between political parties and the public. This study explains how political party marketing strategies changed in the adaptive structuring perspective on Twitter social media. The research was conducted by taking the Partai Solidaritas Indonesia and Partai Persatuan Indonesia in 2019 as a case study. The case study was taken based on the difference between PSI and Perindo political campaign strategies, as we know that they are new political parties with different view on Twitter user. The method used in this study is a qualitative research method. The variables examined in this study are adaptive structuring as an independent variable and party political marketing strategy as the dependent variable. The data used are primary data in the form of interviews and secondary data taken directly from social media related political parties. The impact of this shift in power is an adjustment in the marketing strategies of political parties that change caused by Twitter users feedback. The Indonesian Solidarity Party and the Indonesian Unity Party have a strong contrast strategy in their political marketing.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Faldo Maldini
"Partai politik baru mengalami tantangan tersendiri di dalam negara pascaotoritarianisme. Klientelisme dan polarisasi merupakan tantangan utama yang dihadapi dalam pertarungan demokrasi elektoral. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai partai baru pada Pemilu 2019 memiliki latar belakang berbagai aktor yang dapat dibagi tiga kelompok, yakni LSM, profesional, dan ormas Islam. Kompetisi internal antarkelompok aktor di PSI dalam menentukan strategi dan isu kampanye menghadapi Pemilu 2019 merupakan fokus studi ini, dengan menggunakan metode kualitatif dalam pengumpulan data. Pendekatan teori strukturasi dan ideational perspective digunakan untuk menganalisis interaksi dan kompetisi berbagai aktor di PSI dalam menentukan strategi kampanye yang dipilih. Hasil penelitian menunjukkan interplay dari ketiga aktor dominan memengaruhi strategi kampanye PSI menghadapi Pemilu 2019. Pemilihan strategi kampanye juga disesuaikan dengan posisi PSI di dalam sistem politik Indonesia yang terpolarisasi, dipotret melalui lembaga-lembaga pollster dengan mengedepankan pendekatan perilaku pemilih. Maka justifikasi dari temuan riset ini menunjukkan kelompok-kelompok tertentu menjadi lebih relevan dalam memengaruhi keputusan strategis partai. Studi ini menyimpulkan bahwa sumber daya otoritatif dan reflexive monitoring bagi agen dalam teori strukturasi sangat memiliki peran krusial dalam sistem politik Indonesia yang sangat cair secara ideologis.

New political parties experience their own challenges in a post-authoritarianism country. Clientelism and polarization are the main challenges faced in the struggle for electoral democracy. The Indonesian Solidarity Party (PSI) as a new party in the 2019 Election has a background in various actors which can be divided into three groups, namely NGOs, professionals, and Islamic mass organizations. Internal competition between groups of actors at PSI to determine campaign strategies and issues facing the 2019 Election is the focus of this study, using qualitative methods in data collection. The theoretical approach of structuration and ideational perspective is used to analyze the interaction and competition of various actors in PSI in determining the chosen campaign strategy. The results showed that the interplay of the three dominant actors influenced PSI's campaign strategy in facing the 2019 Election. The election of campaign strategy was also adjusted to PSI's position in Indonesia's polarized political system, portrayed by pollster institutions by prioritizing the voter behavior approach. Justification of the findings of this research shows that certain groups are more relevant in influencing party strategic decisions. This study concludes that authoritative and reflexive monitoring resources for agents in structuration theory have a very crucial role in Indonesia's ideologically fluid political system"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ena Enang
"Penelitian ini membahas mengenai Analisis Model Kaderisasi Kepemimpinan Partai Politik Partaia Demokrasi Indonesia Perjuangan pada tahun 2014. Hal yang melatar belakangi penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis model kaderisasi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam mempersiapkan pemimpin dimasa yang akan datang. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai pemenang pemilu legislatif pada pemilu tahun 2014.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan deskriftif analisis. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori partai politik, teori merit sistem yang berhubungan dengan kaderisasi dan teori kepemimpinan. Dengan menggunakan kerangka teori, korelasi antara fakta di lapangan yang diperoleh selama proses penelitian dan teori dapat dilihat korelasi kesenjangannya dengan 8 informan.
Dari hasil penelitian ini, kaderisasi kepemimpinan ditubuh partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mempunyai fungsi untuk mempersiapkan caloncalon yang siap melanjutkan perjuangan sebuah organisasi di dalam Model Kaderisasi Kepemimpinan di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tahun 2014.
Faktor pendukung penyiapan kaderisasi kepemimpinan yaitu adanya sayap partai salah satunya Taruna Merah Putih yang memiliki peran penting dalam perolehan suara pada pemilu tahun 2014. Faktor Penghambat Kaderisasi kepemimpinan yaitu regenerasi kepemimpinan dan masih menggunakan pola senioritas.

This reasearch is discussing about the Analysis of Cadres Leadership Model Political Party Indonesia Democratic Party Struggle in 2014?. The background of this research is to description and Analysis of Cadres Leadership Model Political Party Indonesia Democratic Party Struggle in preparing the future leaders. Indonesian Democratic Party Struggle as the win of the legislative selections in 2014 elections.
This research used qualitative method with descriptive analysis. The theory used in this research is the potilical party theory, merit system theory which relation of the cadres and leadership theory. By using the theoretical framework, the correlation between the fact in the field is obtainable during the process of research and theory can be obeserved correlation discrepancy with 8 informan.
The results of this research, the leadership regenaration in the body of Indonesian Democratic Party Struggle has the function to prepare for ready candidates to continue the struggle for an organization's in Cadres Leadership Model Political Party Indonesia Democratic Party Struggle in 2014.
Factors supporting the cadres leadership preparation party wing is one of them Taruna Merah Putih has an important role in the vote on the election of 2014. Factors inhibiting leadership and leadership cadres is still using the pattern of seniority.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldina Sabrini Is
"Modernisasi membawa kebutuhan adanya pembukaan saluran-saluran aspirasi politik baru termasuk partai politik baru. Terlihat dari perkembangan partai politik yang tidak konstan. Banyak partai politik lama dan baru yang hilang muncul seja pemilu tahun1955. Salah satu partai yang muncul pada tahun 2014 adalah Partai Solidaritas Indonesia.
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) merupakan partai politik baru yang menargetkan anak muda yang termasuk dalam generasi Y atau Millenials sebagai pemilih dan partisan politiknya dalam pemilu 2019. Namun berdasarkan Survei Nasional Saiful Muljani Research and Consulting, hanya 50.6 persen anak muda yang memiliki kepercayaan terhadap partai politik dan hanya 49.8 persen yang memiliki partisipasi politik yang tinggi (berdasarkan riset Lembaga Kajian Demokrasi dan Hak Asasi Demos Indonesia).
Penulisan karya akhir ini bertujuan untuk merancang serangkaian kegiatan marketing public relation melalui kegiatan special event yang dapat meningkatkan awareness publik terhadap Partai Solidaritas Indonesia.

Modernization brings the need of new political aspirations channel including a new political party. Seen from the development unconsistency of political party. Many old and new party that shrink and appear since 1955. One of the party that emerged in 2014 is Partai Solidaritas Indonesia.
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) is a new political party that targets young people who belonged to the generation Y or Millenials as voters and participants politics in election 2019. However, based on the National Survey Saiful Muljani Research and Consulting, only 50.6 percent of young people who have trust in the party politics and only 49.8 percent have high political participation (based Research Institute for Democracy and Human Rights Demos Indonesia).
This thesis aims to design a series of marketing public relations activities that can increase public awareness of the Solidarity Party of Indonesia.
Modernization brings the need of new political aspirations channel including a new political party. Seen from the development unconsistency of political party. Many old and new party that shrink and appear since 1955. One of the party that emerged in 2014 is Partai Solidaritas Indonesia.
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) is a new political party that targets young people who belonged to the generation Y or Millenials as voters and participants politics in election 2019. However, based on the National Survey Saiful Muljani Research and Consulting, only 50.6 percent of young people who have trust in the party politics and only 49.8 percent have high political participation (based Research Institute for Democracy and Human Rights Demos Indonesia). This thesis aims to design a series of marketing public relations activities that can increase public awareness of the Solidarity Party of Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maulvi Muhammad Adib
"ABSTRAK
Partai politik memiliki tujuan untuk mendapatkan kekuasaan melalui pemilu. Untuk mencapai tujuan tersebut partai politik membutuhkan strategi. Dalam pembuatan strategi, dibutuhkan identifikasi masalah yang tepat. Permasalahan yang terjadi pada partai politik adalah citra yang negatif. Hal ini dikarenakan para anggota partai politik yang menempati jabatan di pemerintahan kerap melakukan tindak pindana korupsi, sehingga tidak dipercayai oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan salah satu strategi kehumasan yang dilakukan Partai Solidaritas Indonesia dalam pembentukan citra partai melalui kegiatan rekrutmen terbuka calon legislatif. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dengan pendekatan kualitatif dan strategi yang dilakukan adalah studi kasus. Hasil dari penelitian ini adalah Partai Solidaritas Indonesia menerapkan strategi kehumasan dalam pembentukan citra partai melalui kegiatan rekrutmen terbuka caleg. Pada bagian pembentukan citra, bagi para pemilih, PSI berhasil membentuk citra bersih dan kompeten melalui kegiatan rekrutmen terbuka karena terdapat panelis dan disiarkan melalui media sosial.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Political party has been an important instution in the democracy system.The role is to unify nation and to grow free and justice and brotherhood to form an united nation...."
JUILPEM
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Levriana Yustriani
"ABSTRAK
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) baru, seperti Web 2.0 dan media sosial membuat perbedaan dalam praktik partisipasi politik di kalangan individu muda. Penelitian ini memperkenalkan Actor-Network Theory (ANT) sebagai sebuah kerangka untuk menganalisis hubungan antara TIK baru dan perubahan praktik pada partisipasi politik pemuda, secara khusus dalam fenomena adopsi Twitter. Peneliti beragumen bahwa ANT menawarkan sebuah perspektif baru dalam studi media dan politik serta praktik mediasi, sebab ANT menaruh fokus pada aktor heterogen, yakni manusia, konstruksi simbolis, dan elemen materi termasuk teknologi, setara dengan elemen penting lain sebagai bahan analisis. Penelitian ini menawarkan contoh empiris mengenai berbagai cara Twitter menjadi elemen spesifik pada aktor-jaringan. Argumen lain ialah, ketika melibatkan materialitas-teknologi-dalam analisis partisipasi politik, peneliti harus menghindari pengkhususan 'efek' Twitter. Teknolog Twitter harus diperlakukan secara analitis sebagai aktan dalam sebuah jaringan terintegrasi dengan aktan lain.

ABSTRACT
New information and communication technologies (ICTs) such as Web 2.0 and social media have altered the practices of political participation amongst youth. This article introduces Actor-Network Theory (ANT) as a framework for analyzing the relation between new ICTs and changing practices in youth political participation related with the adoption of Twitter in particular. It argues that ANT offers an exciting new perspective on 'holistic' studies of media and politics, and mediation practices, because it calls for a focus on heterogeneous actors: people, ideals, symbolic constructions, and material elements are seen as equally important elements to analyze. The article offers empirical examples of how ICTs have become elements of speci!c actor-networks, and argues that, at this point, the new aspect of them is their seamlessness. It is argued that while including materiality-technology-in analyses of journalism practices we should refrain from essentializing the 'effects' of ICT. Rather, technology should be treated analytically as an actant tightly integrated in networks with other actants, without being assigned particular forces or consequences."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>