Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196195 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nicolas Layanto
"Methisilin Resistant Staphylococcus aureus MRSA adalah bakteri S.aureus yang resisten terhadap penisilin dan antibiotik golongan beta-laktam lainnya. Bakteri ini sering menyebabkan berbagai infeksi termasuk infeksi yang serius dengan mortalitas yang tinggi. Infeksi MRSA tidak hanya terbatas pada lingkungan rumah sakit saja, melainkan sudah menyebar ke komunitas. Metode pemeriksaan yang cepat untuk mendeteksi MRSA pada pasien diperlukan agar klinisi dapat segera menangani dengan baik. Metode biakan membutuhkan waktu hingga lebih dari 1 hari, sedangkan pemeriksaan PCR dapat memberikan hasil yang lebih cepat. Pemeriksaan PCR bertujuan untuk mencari gen mecA yang telah diketahui sebelumnya, berperan dalam mekanisme resistensi MRSA. Namun sekarang telah diketahui adanya MRSA dengan gen mecA negatif karena adanya peran gen lain yang juga dapat berperan yaitu mecC dan blaZ. Sehingga diperlukan pemeriksaan PCR yang dapat mendeteksi ketiga gen tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan uji skrining dan konfirmasi untuk deteksi MRSA. Optimasi multipleks PCR diawali dengan optimasi unipleks masing-masing gen mecA, mecC, dan blaZ. Uji coba telah dilakukan terhadap 30 isolat MRSA dan 30 isolat MSSA. Dari 30 isolat MRSA yang diuji diperoleh hasil hanya didapatkan perbedaan pada 3 isolat MRSA sedangkan pada isolat MSSA, unipleks dan multipleks PCR memperlihatkan hasil yang sama. Perbedaan yang tampak kemungkinan diakibatkan oleh bias PCR. Berdasarkan uji diagnostik diperoleh sensitivitas tertinggi tampak pada unipleks PCR mecA sensitivitas 95,83 sehingga dapat digunakan sebagai skrining, sedangkan spesifisitas tertinggi tampak pada multipleks PCR spesifisitas 100 sehingga dapat digunakan sebagai konfirmasi. Diperlukan uji lanjutan untuk konfirmasi peran blaZ pada MRSA.

Methicillin Resistant Staphylococcus aureus MRSA is S.aureus that resistant to penicillin and other beta lactam antibiotics. This bacteria often cause serious infection with high mortality. Methicillin Resistant Staphylococcus aureus infection is not only found in hospital, but it also spreads into community. Rapid detection of MRSA is needed to help clinicians in giving accurate treatment. The result obtained by culture method takes more than one day, while PCR result can be read in the same day. The common purpose of PCR assay is to detect mecA gene that known to be responsible for the occurance of resistant in MRSA isolates. Nowadays, there are some MRSA with negative mecA. In that case, mecC and blaZ may play an important role in resistant mechanism in MRSA. Therefore, new PCR method that can detect all of the three genes is needed.
The purpose of this study is to develop method for screening and confirming MRSA. First, we conduct uniplex PCR for each gene mecA, mecC, and blaZ, followed by multiplex PCR. Furthermore, assay was performed to detect those genes from 30 MRSA and 30 MSSA isolates. All MSSA gave the same result of uniplex and multiplex PCR. From 30 MRSA isolates, three isolates showed discrepancies between uniplex and multiplex PCR result. It may be due to PCR bias. Uniplex PCR mecA can be used as a screening test since its high sensititivity sensitivity 95,83 , whereas multiplex PCR mecA, mecC, and blaZ may be used as a confirmation test due to its high specificity 100 . Another test is needed to confirm the detection of blaZ gene in MRSA isolates.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanun Qurrota A`yun
"Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan strain Staphylococcus aureus yang resistan antibiotik β-laktam. Penelitian deteksi MRSA dilakukan menggunakan metode PCR dengan amplifikasi gen nuc dan mecA. Sampel diambil dari usapan nasofaring 161 orang dewasa ≥50 tahun. Uji sensitivitas antibiotik juga dilakukan untuk mengetahui resistansi pada isolat MRSA. Fragmen DNA untuk gen nuc dan mecA terdeteksi dengan ukuran 255 bp dan 527 bp. Sebanyak 12 sampel (7,5%) dideteksi sebagai MRSA dan diketahui resistan terhadap antibiotik oxacillin dan cefoxitin dari golongan β-laktam. Variasi resistansi pada isolat MRSA terlihat pada antibiotik erythromycin, tetracycline, gentamicin, chloramphenicol dan trimethophim/sulfametoxazole. Hasil penelitian mengindikasikan kolonisasi MRSA dapat dideteksi dengan amplifikasi gen nuc dan mecA.

Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a strain of Staphylococcus aureus that is resistant to β lactame antibiotics. Detection of MRSA was conducted by amplification of nuc and mecA genes using PCR method. Samples were taken from nasopharyngeal swab from 161 adult ≥ 50 years old. Susceptibility test was also done by disc diffusion to determine resistance characteristic in MRSA isolates. DNA fragment for nuc and mecA genes was detected in 255 bp and 527 bp. About 12 MRSA isolates (7,5%) showed resistance toward oxacillin and cefoxitin which belong to β lactame antibiotics. There were variety of resistance in MRSA isolates to other antibiotics, such as erythromycin, tetracycline, gentamicin, chloramphenicol, and trimethophim/sulfametoxazole. The results indicate that amplification of nuc and mecA genes by PCR can be used for MRSA detection from nasopharyngeal swab."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliati
"Methisillin Resistant Staplylococcus aureus (MRSA) adalah strain Staphylococcus aureus yang telah mengalami resisten terhadap antibiotika metisilin dan lainnya dalam 1 golongan. Mekanisme resistensi MRSA terjadi karena Sraphylococcus aureus menghasilkan Penicillin Binding Protein (PBP2a atau PBP2?) yang dikode oleh gen mecA yang memiliki afinitas rendah terhadap metisilin. Saat ini MRSA diuji dengan cara uji resistensi dengan cara Cakram Oxacillin 1 ug. Cara ini memerlukan isolat murni dan kultur bakteri, sehingga hasilnya baru bisa diketahui paling cepat 5 hari. Dalam upaya untuk mencari teknik diagnostik yang cepat dan tepat untuk mendeteksi MRSA, deteksi gen mecA dengan teknik PCR merupakan salah satu diagnostik alternatif.
Tujuan penelitian ini adalah mencari alternatif teknik diagnostik yang cepat dan tepat untuk pemeriksaan MRSA, dalam hal ini PCR. Pengujian dibagi dalam 2 tahap, yaitu : (1). Isolasi dan Identifikasi MRSA secara fenotipik, (2). Deteksi gen mecA pada isolat MRSA dengan teknik PCR yang terdiri dari: optimasi uji PCR untuk deteksi gen mecA, spesifisitas uji PCR, sensitifitas dan spesifisitas deteksi gen mecA sebagai uji diagnostik alternatif MRSA.
Hasil isolasi dan identifikasi secara fenotipik dari 114 isolat diperoleh MRSA sebanyak 76 isolat, dan MSSA sehesar 38 isolat. Berdasarkan hasil penelitian deteksi gen mecA pada isolat MRSA dengan teknik PCR diperoleh 75 isolat menunjukkan hasil positif terhadap gen mecA, sedangkan 1 isolat menunjukkan hasil negatif terhadap gen mecA, isolat tersebut adalah 1295/MUT yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Klinik (LMK) FKUI.
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil uji PCR gen mecA terhadap beberapa bakteri lain yaitu Staphylococcus epidermidis, Scitreus, B. subrilis, Streptococcus bera haemolyricus, E. coli, K. pneumoniae dan P. aeruginosa, ternyata S. epidermidis dan S.citreus menunjukkan hasil PCR positif terhadap gen mecA, sedangkan bakteri lain menunjukkan hasil negatif terhadap gen mecA. Hasil uji PCR gen mecA dibandingkan dengan baku emas pemeriksaan sensitivitas dan spesifisitas secara fenotipik terhadap isolat MRSA dan MSSA adalah 98,7% dan 100%, dan nilai Posistive Predictive Value (PPV)& Negative Predictive Value (NPV) adalah 100% & 97,4%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16236
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliati
"Ruang lingkup dan Cara Penelitian :
Methisillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah strain Staphylococcus aureus yang telah mengalami resisten terhadap antibiotika metisilin dan lainnya dalam 1 golongan. Mekanisme resistensi MRSA terjadi karena Staphylococcus aureus menghasilkan Penicillin Binding Protein (PBP2a atau PBP2') yang dikode oleh gen mecA yang memiliki afinitas rendah terhadap metisilin. Saat ini MRSA diuji dengan cara uji resistensi dengan cara Cakram Cxacillin 1 ug. Cara ini memerlukan isolat murni dan kultur bakteri sehingga hasilnya baru bisa diketahui paling cepat 5 hari. Dalam upaya untuk mencari teknik diagnostik yang cepat dan tepat untuk mendeteksi MRSA, deteksi gen mecA dengan teknik PCR merupakan salah satu diagnostik alternatif Tujuan penelitian ini adalah mencari alternatif teknik diagnostik yang cepat dan tepat untuk pemeriksaan MRSA, dalam hal ini PCR. Pengujian dibagi dalam 2 tahap, yaitu : (1). Isolasi dan Identifikasi MRSA secara fenotipik, (2). Deteksi gen mecA pada isolat MRSA dengan teknik PCR yang terdiri dari: optimasi uji PCR untuk deteksi gen mecA, spesifisitas uji PCR, sensitifitas dan spesifisitas deteksi gen mecA sebagai uji diagnostik alternatifMRSA.
Basil dan Kesimpulan :
Hasil isolasi dan identifikasi secara fenotipik dari 114 isolat diperoleh MRSA sebanyak 76 isolat, dan MSSA sebesar 38 isolat. Berdasarkan hasil penelitian deteksi gen mecA pada isolat MRSA dengan teknik PCR diperoleh 75 isolat menunjukkan hasil positif terhadap gen mecA, sedangkan 1 isolat menunjukkan hasil negatif terhadap gen mecA, isolat tersebut adalah 12951MUI yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Klinik (LMK) FKUI. Dan hasil penelitian ini diperoleh hasil uji PCR gen mecA terhadap beberapa bakteri lain yaitu Staphylococcus epidermidis, S citreus, B. subtilis, Streptococcus beta haemolysicus, E. coli, K. pneumoniae dan P. aeruginosa, ternyata S. epidermidis dan S ciireus menunjukkan hasil PCR positif terhadap gen mecA, sedangkan bakteri lain menunjuldcan hasil negatif terhadap gen mecA. Basil uji PCR gen mecA dibandingkan dengan baku emas pemeriksaan sensitivitas dan spesifisitas secara fenotipik terhadap isolat MRSA dan MSSA adalah 98,7% dan 100%, dan nilai Posistive Predictive Value (PPV)& Negative Predictive Value (NPV) adalah 100% & 97,4%."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rahimah
"Staphylococcus aureus merupakan bakteri patogen penyebab infeksi kulit hingga pneumonia. Keberadaan S. aureus dengan sifat resistan antibiotik atau disebut sebagai Methicillin-Resistant Staohylococcus aureus (MRSA) menjadi salah satu masalah kesehatan dunia. Sifat resisten antibiotik pada S. aureus dimediasi oleh dua gen, yaitu yaitu mecA dan femA. Bakteri MRSA dapat menyebar di lingkungan, salah satunya melalui sungai. Isolasi dari sampel air sungai dilakukan menggunakan metode membrane filtration yang ditumbuhkan pada medium selektif mannitol salt agar (MSA). Koloni tunggal yang memiliki warna kuning serta berhasil merubah warna medium dipilih untuk analisis lebih lanjut secara molekuler. Pendeteksian molekuler menggunakan gen STPY (257 bp), mecA (297 bp), dan femA (454 bp) dilakukan untuk memastikan spesies S. aureus dan keberadaan gen resistan. Hasil penelitian berhasil mengisolasi 16 isolat yang melalui uji molekuler didapatkan bahwa 12 di antaranya merupakan MRSA karena positif gen STPY, mecA, dan femA, atau kombinasi keduanya. Sedangkan 4 isolat lainnya terdeteksi sebagai Methicillin Resitant Stapylococcus non-aureus (MRnSA) karena tidak memiliki gen STPY, tetapi menujukkan keberadaan gen 16S rRNA Universal dan gen resistan. Empat isolat tersebut kemudian melalu tahapan sequencing dan terdeteksi sebagai S. gallinarum dan S. sciuri. Penemuan MRSA di sungai menujukkan adanya potensi penyebaran MRSA yang mendukung perluasan pemahaman mengenai keberadaan bakteri resistan antibiotik di lingkungan yang berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat.

Staphylococcus aureus is a pathogenic bacterium that causes skin infections and pneumonia. The existence of S. aureus with antibiotic-resistant properties or referred as Methicillin-Resistant Staohylococcus aureus (MRSA) is one of the world's health problems. The antibiotic-resistant nature of S. aureus is mediated by two genes, mecA and femA. MRSA bacteria can spread in the environment, one of which is through rivers. Isolation from river water samples was carried out using the membrane filtration method grown on selective mannitol salt agar (MSA). Single colonies that had a yellow color and changed the color of the medium were selected for molecular analysis. Molecular detection using the STPY (257 bp), mecA (297 bp), and femA (454 bp) genes was performed to confirm S. aureus species and the presence of resistance genes. The results of the study successfully isolated 16 isolates which through molecular testing found that 12 were MRSA because they were positive for the STPY, mecA, and femA genes, or a combination of both. While the other 4 isolates were detected as Methicillin Resitant Stapylococcus non-aureus (MRnSA) because they did not have the STPY gene, but showed the presence of the Universal 16S rRNA gene and the resistance gene. The four isolates then went through sequencing and were detected as S. gallinarum and S. sciuri. The discovery of MRSA in the river indicates the potential spread of MRSA which supports the expansion of understanding of the presence of antibiotic-resistant bacteria in the environment that could potentially endanger public health."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiza Zahrani Putri
"Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang berbentuk bulat, tersusun seperti anggur, serta bersifat patogen oportunisik. Pemberian antibiotik methicillin yang berlebihan dapat menyebabkan munculnya Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Penanda resistan pada MRSA antara lain, gen mecA dan femA. Strain MRSA dapat terbagi menjadi tiga kelompok berdasarkan tipe kaset kromosom mec (SCCmec), yaitu Healthcare-associated MRSA (HA-MRSA), Community-associated MRSA (CA-MRSA), dan Livestock-associated MRSA (LA-MRSA). Penyebaran dari MRSA yang terjadi di komunitas dapat terjadi di pasar burung dan menjadi sumber dari penyakit zoonotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi keberadaan dari gen mecA dan femA pada Staphylococcus aureus yang diisolasi dari lingkungan pasar burung. Pendeteksian MRSA dilakukan dengan mengisolasi bakteri dari udara di Pasar Burung Pramuka menggunakan metode settle plate pada medium selektif diferensial MSA. Isolat-isolat yang memberi warna kuning pada medium MSA kemudian dianalisis molekuler menggunakan multiplex PCR. Primer penanda gen yang digunakan yaitu STPY (257 bp), mecA (297 bp), dan femA (454 bp). Terdapat 15 isolat positif Methicillin-resistant Staphylococci (MRS), yang terdiri dari 14 isolat MRSA dan 1 isolat S. aureus (MRnSA). Hasil sekuens dari PCR isolat MRnSA menggunakan primer 16S rRNA universal menunjukkan spesies Staphylococcus saprophyticus.

Staphylococcus aureus is a Gram-positive, round-shaped arranged resembling grapes, and considered as an opportunistic pathogen. Excessive administration of antibiotic methicillin can lead to emergence of Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Resistant markers in MRSA, is mecA and femA genes. Strains of MRSA can be classified into three groups based on the type of chromosomal cassette mec (SCCmec), namely Healthcare-associated MRSA (HA-MRSA), Community-associated MRSA (CA-MRSA), and Livestock-associated MRSA (LA-MRSA). Spread of MRSA in communities can occur in bird markets and serve as a source of zoonotic diseases. Aim of this study is to detect the presence of the mecA and femA genes in Staphylococcus aureus isolated from the bird market environment. Detection of MRSA performed by isolating bacteria from air at Pramuka Bird Market used settle plate method on selective differential medium MSA. Isolates that exhibited a yellow color on MSA medium were then molecularly analyzed using multiplex PCR. Marker gene primers used were STPY (257 bp), mecA (297 bp), and femA (454 bp). There were 15 positive isolates of Methicillin-resistant Staphylococci (MRS), comprising 14 MRSA isolates and 1 non-S. aureus isolate (MRnSA). The sequencing results of the PCR isolate MRnSA using 16S rRNA univesal primers indicated the species Staphylococcus saprophyticus."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arleen N. Suryatenggara
"Infeksi yang disebabkan oleh methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) telah menyebabkan beban mortalitas dan morbiditas yang bermakna. Mengingat hal tersebut, sangat penting untuk dapat mendeteksi MRSA dengan cepat dan akurat. Saat ini deteksi MRSA dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu metode fenotipik dan genotipik. Pada penelitian ini, metode fenotipik dilakukan dengan uji kepekaan antibiotik menggunakan oksasilin dan sefoksitin, sementara metode genotipik dilakukan dengan polymerase chain reaction (PCR) gen nuc dan mecA. Gen nuc merupakan penanda genetik S. aureus, sedangkan gen mecA adalah gen yang mengkode penicillin-binding protein 2a (PBP2a). Protein ini memiliki afinitas rendah terhadap antibiotik β-laktam, sehingga menyebabkan resistensi terhadap antibiotik seperti metisilin, oksasilin, dan sefoksitin.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode fenotipik terhadap metode genotipik yang merupakan baku emas dalam mendeteksi MRSA. Sebanyak 136 isolat S. aureus diikutsertakan dalam penelitian ini. Dilakukan PCR untuk mengamplifikasi gen nuc dan mecA dengan hasil: 37 sampel terdeteksi sebagai MRSA (nuc+, mecA+), 96 sampel sebagai methicillinsensitive Staphylococcus aureus atau MSSA (nuc+, mecA-), and 3 sampel sebagai bukan S. aureus (nuc-). Persentase MRSA yang dideteksi dengan metode genotipik adalah sebesar 27,8%.
Deteksi MRSA dengan metode fenotipik dilakukan dengan uji kepekaan antibiotik menggunakan oksasilin dan sefoksitin. Tidak terdapat perbedaan hasil uji kepekaan antara kedua antibiotik tersebut. Secara keseluruhan, hasil deteksi MRSA dengan metode fenotipik konsisten dengan metode genotipik, dengan dideteksinya MRSA sebesar 27,8%. Hal tersebut mengartikan bahwa sensitivitas dan spesifisitas metode fenotipik terhadap metode genotipik adalah sebesar 100%.

Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) infection has caused significant morbidity and mortality burden. Therefore, detecting MRSA accurately as early as possible is very important. There are two methods used in detecting MRSA, which are phenotypic and genotypic methods. In this study, phenotypic method was done by antibiotic susceptibility test using oxacillin and cefoxitin, while genytopic method was carried out by amplifying nuc and mecA gene with polymerase chain reaction (PCR). Nuc gene is a genetic marker for S. aureus, and mecA gene is responsible in the coding of penicillin-binding protein 2a (PBP2a). This protein has a low affinity to β-lactam antibiotics, thus causing antibiotic resistance to the antibiotics, such as methicillin, oxacillin, and cefoxitin.
This study was aimed to compare phenotycipic method to genotypic method as the gold standard, to detect MRSA. There were 136 S. aureus isolates included in this study. PCR to amplify nuc and mecA gene was conducted with the results of the following: 37 samples detected as MRSA (nuc+, mecA+), 96 samples as methicillin-sensitive Staphylococcus aureus or MSSA (nuc+, mecA-), and 3 samples as non-S. aureus (nuc-). The percentage of MRSA detected by genotypic method was 27,8%.
The detection of MRSA through the phenotypic method was done by antibiotic susceptibility test using oxacillin and cefoxitin. Susceptibility test between these antibiotics showed no difference in result. In general, the result of phenotypic method was consistent to the results from the genotypic method, by detecting 27,8% MRSA. Therefore, the sensitivity and specificity of phenotypic method compared to the genotypic method were 100%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beladenta Amalia
"Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah salah satu jenis Multidrug-resistant organism (MDRO) yang cukup endemik di banyak fasilitas kesehatan, terutama di rumah sakit bagian Intensive Care Unit (ICU). Riwayat rawat pasien sebelum masuk ICU dinilai telah menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kolonisasi MRSA pada pasien. Permasalahan muncul ketika diketahui bahwa pasien ICU yang memiliki kolonisasi MRSA berisiko tinggi mengalami infeksi MRSA. Oleh karena itu, diperlukan data mengenai kejadian kolonisasi MRSA yang dihubungkan dengan riwayat rawat pasien sebelum masuk ICU. Dengan demikian, kejadian kolonisasi MRSA di rumah sakit Indonesia dapat diturunkan.
Penelitian ini merupakan studi cross sectional analitik dengan menggunakan data sekunder hasil pemeriksaan mikrobiologi swab (hidung, ketiak, dan rektum) dan rekam medik 109 pasien ICU Pusat RSCM dari bulan Januari 2011 sampai Agustus 2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan consecutive sampling. Hasil pemeriksaan mikrobiologi yang dilihat adalah hasil uji resistensi MRSA baik pada pasien yang memiliki riwayat rawat di rumah sakit sebelum masuk ICU ataupun tidak. Data dianalisis dengan uji Chi-square.
Hasil perbandingan data antara proporsi pasien yang positif memiliki kolonisasi MRSA dan memiliki riwayat rawat di rumah sakit sebelumnya dengan proporsi pasien positif mengalami kolonisasi MRSA dan tidak dirawat di rumah sakit sebelumnya adalah RP=1,206 dengan nilai kemaknaan p=0,307 dan IK95% -3,087; 5,499. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara kolonisasi MRSA dengan riwayat rawat pasien sebelum masuk ICU.

Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is one of the Multidrug-resistant organism (MDRO) which has been quite endemic in many healthcare facilities, especially in the Intensive Care Unite (ICU) of hospitals. History of patients’ hospitalization before ICU admission was considered to be one of risk factors for MRSA colonization in patients. Problems arised after known that ICU patients with MRSA colonization are at high risk of MRSA infection. Therefore, we need data of MRSA colonization associated with history of patients’ hospitalization before ICU admission. So that, the incidence of MRSA colonization in Indonesia hospitals can be reduced.
This is an analytic cross sectional study using secondary data results from microbiological examination of swabs (nose, armpit, and rectum) and medical records of 109 patients from the Central ICU RSCM on January 2011 until August 2011. Samples selection was done by consecutive sampling. Microbiological examination results which are used in this study were the results of MRSA resistance test both in patients who had history of hospitalization before ICU admission or those who had not. Data is analyzed with Chi-square.
The result of data comparison between proportion of patients with positive MRSA colonization and had history of hospitalization to the proportion of patients with positive MRSA colonization and had not history of hospitalization before is RP=1,206 with significance value p=0,307 and IK95% -3,087; 5,499. This suggests that there is no significant relationship between MRSA colonization and the history of patients’ hospitalization before ICU admission.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Hana Azzahra
"Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk kokus yang tersusun seperti anggur dan dapat menyebabkan penyakit. Penggunaan antibiotik methicillin yang berlebihan menyebabkan bakteri menjadi resistan atau dikenal dengan Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Resistensi pada MRSA ditandai dengan keberadaan gen mecA dan femA. Salah satu penyebaran MRSA dapat melalui hewan ternak. Penyebaran patogen zoonosis MRSA diduga terjadi melalui ayam atau cross contamination dari talenan. Tujuan penelitian adalah mendeteksi gen mecA dan femA pada Staphylococcus aureus dari talenan dan ampela ayam mentah di penjual ayam pasar tradisional. Penelitian dilakukan dengan pengambilan 6 sampel talenan dan ampela ayam mentah di 3 pasar tradisional Kota Depok dengan metode swab dan menggunakan medium Mannitol Salt Agar (MSA). Isolat-isolat yang mengubah warna medium menjadi kuning akan dilakukan pendeteksian gen penanda MRSA, yaitu 16S rRNA (STPY), mecA, dan femA dengan metode multiplex PCR. Hasil penelitian mendapatkan 19 isolat MRSA dan 2 isolat Methicillin resistant Staphylococcus (MRS) dengan menggunakan primer 16S rRNA universal, yaitu Staphylococcus cohnii dan Staphylococcus gallinarum. Keberadaan gen resistan dari isolat yang diperoleh menunjukkan bahwa talenan dan ampela ayam mentah dapat berpotensi menjadi sumber transmisi MRSA.

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk kokus yang tersusun seperti anggur dan dapat menyebabkan penyakit. Penggunaan antibiotik methicillin yang berlebihan menyebabkan bakteri menjadi resistan atau dikenal dengan Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Resistensi pada MRSA ditandai dengan keberadaan gen mecA dan femA. Salah satu penyebaran MRSA dapat melalui hewan ternak. Penyebaran patogen zoonosis MRSA diduga terjadi melalui ayam atau cross contamination dari talenan. Tujuan penelitian adalah mendeteksi gen mecA dan femA pada Staphylococcus aureus dari talenan dan ampela ayam mentah di penjual ayam pasar tradisional. Penelitian dilakukan dengan pengambilan 6 sampel talenan dan ampela ayam mentah di 3 pasar tradisional Kota Depok dengan metode swab dan menggunakan medium Mannitol Salt Agar (MSA). Isolat-isolat yang mengubah warna medium menjadi kuning akan dilakukan pendeteksian gen penanda MRSA, yaitu 16S rRNA (STPY), mecA, dan femA dengan metode multiplex PCR. Hasil penelitian mendapatkan 19 isolat MRSA dan 2 isolat Methicillin resistant Staphylococcus (MRS) dengan menggunakan primer 16S rRNA universal, yaitu Staphylococcus cohnii dan Staphylococcus gallinarum. Keberadaan gen resistan dari isolat yang diperoleh menunjukkan bahwa talenan dan ampela ayam mentah dapat berpotensi menjadi sumber transmisi MRSA."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diza Tazkiya
"Penggunaan methicillin yang tidak terkendali dapat menyebabkan munculnya strain resistan S. aureus, yaitu Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dengan gen utama pengode resistansi mecA dan femA. Terdapat tiga strain MRSA: Healthcare-associated (HA-MRSA), Livetock-associated (LA-MRSA) dan Community-associated (CA-MRSA). Salah satu media yang berpotensi untuk mentransmisikan mikroorganisme patogen MRSA di masyarakat adalah aliran udara mesin pengering tangan di pusat perbelanjaan. Bakteri dari aliran udara tersebut diisolasi dengan medium Mannitol Salt Agar (MSA) menggunakan metode settle plate. Isolat yang tumbuh terpisah dan mengubah warna medium dari merah menjadi kuning kemudian dikonfirmasi dengan multiplex PCR menggunakan primer gen mecA dan femA serta 16S rRNA (STPY). Hasil penelitian mendapatkan sembilan isolat MRSA karena positif terhadap gen 16S rRNA (STPY) dengan gen resistan mecA atau mecA dan femA. Tiga isolat lainnya dianalisis dengan metode singleplex PCR menggunakan gen 16S rRNA universal (27F dan 1492R) dan kemudian dilakukan sekuensing DNA sehingga terdeteksi sebagai S. cohnii dan S. saprophyticus. Keberadaan kedua bakteri tersebut menandakan bahwa aliran udara mesin pengering tangan di pusat perbelanjaan berpotensi memaparkan mikroorganisme patogen resistan antibiotik karena intensitas pemakaian dan pemaparan langsung melalui udara ke tangan pengguna (komunitas).

The uncontrolled use of methicillin can lead to the emergence of resistant strains of S. aureus, specifically Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), characterized by the presence of the primary resistance-coding genes mecA and femA. There are three MRSA strains: Healthcare-associated (HA-MRSA), Livestock-associated (LA-MRSA), and Community-associated (CA-MRSA). One potential medium for transmitting MRSA pathogenic microorganisms in the community is the airflow from hand dryers in shopping centers. Bacteria from this airflow were isolated using Mannitol Salt Agar (MSA) through the settle plate method. Isolates that grew separately and changed the color of the medium from red to yellow were then confirmed using multiplex PCR with mecA, femA, and 16S rRNA (STPY) genes as primers. The research results revealed nine MRSA isolates that tested positive for the 16S rRNA (STPY) gene, with either mecA or both mecA and femA resistance genes. Three other isolates were analyzed using the singleplex PCR method with universal 16S rRNA genes (27F and 1492R) and then underwent DNA sequencing, identifying them as S. cohnii and S. saprophyticus. The presence of these two bacteria indicates that the airflow from hand dryers in shopping centers has the potential to expose antibiotic-resistant pathogenic microorganisms to users' hands in the community due to the intensity of usage and direct exposure through the air."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>