Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186611 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Adha Kurniati
"ABSTRAK
Fokus pembahasan pada tesis ini adalah kategorisasi ekspresi lokalitas yang dipromosikan oleh penggemar dalam media sosial Twitter. 9 akun personal dan 3 akun kolektif penggemar dipilih berdasarkan intensitas partisipasi mereka dalam penyebaran wacana lokalitas terhadap teks budaya populer Korean Wave. Ekspresi lokalitas merupakan strategi dan usaha para penggemar untuk melokalkan dan menggabungkan teks budaya populer Korea sebagai penanda global dengan hal-hal kekhasan Indonesia yang dimaknai sebagai ldquo;lokal rdquo;. Dengan memakai metode netnografi dan analisis tekstual, penelitian ini memperlihatkan pemaknaan yang dibentuk oleh akun-akun ini dalam mereproduksi teks budaya populer Korea menjadi sebuah teks dengan penanda kelokalan. Selain itu, penelitian juga memaparkan pengaruh media sosial khususnya Twitter yang menjadi medium pertemuan dari berbagai teks budaya populer yang berdampak pada kompleksitas aktivitas budaya penggemar. Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat ambiguitas di dalam proses pemaknaan dan reproduksi teks antara penanda-penanda global dan lokal yang digunakan oleh penggemar dalam melokalkan teks budaya Korean Wave.

ABSTRACT
Fan culture on social media is pervasive as it offers new forms of cultural practices and contributes to the progressing discussions of Korean Wave as the ldquo new rdquo global pop culture phenomena. In their cultural practices, fans are constructing Korean Wave as a global text while contextualizing this text in their own locality, in this case, Indonesian locality. This article aims to problematize these fan practices on Twitter as a way of consuming and re producing Korean Wave as a ldquo global rdquo pop culture and one of their strategies is appropriating global features of Korean idols in the form of fan fictions and fan arts. These acts of prosuming producing while consuming posit as an extension to the participatory culture of Korean Wave fans in their online activites. By conducting a thorough textual analysis on a number of Twitter fan pages, this article examines how these accounts contribute to redefining what locality means within the context of globalization. Reseach findings reveal that fans are constantly trying to make their Korean idol as a part of their everyday narratives by attaching local markers, such as local names or professions. This article shows the attempt to localize K Wave texts as a way to negotiate and represent Indonesia fans rsquo position in a larger social media network within the K Wave fandom. Locality articulation marks the complexity of global local circulation which no longer demonstrates homogeneity in the discussion of globalization. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T49845
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amila Nur Fasya
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenomena gelombang Korea yang telah mengambil alih seluruh dunia. Mempertimbangkan bahasa konsumen asing bukan bahasa Korea, mereka ditantang dengan hambatan bahasa untuk menikmati budaya populer Korea. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dan keterlibatan fans global dalam mengkonsumsi budaya populer Korea. Studi ini menganalisa respon dari wawancara kualitatif untuk mengamati pendapat, pemikiran dan sikap penggemar global K-pop yang berada di Brisbane, khususnya untuk menemukan tren terbaru dalam lingkup digital yang mendorong penggemar global untuk dengan penuh semangat mengonsumsi produk budaya Korea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggemar global secara aktif terlibat melalui media sosial, termotivasi untuk mempelajari bahasa, serta memiliki kecenderungan untuk membeli produk yang terkait gelombang Korea.

This study aims to analyse the phenomenon of Korean wave that has been impressively taking all over the world. Considering foreign consumers first language is not Korean, they are challenged with language barriers to enjoy the Korean popular culture. The purpose of this study is to analyse the influence and engagement of global fans in consuming the Korean popular culture. The study analyses the response of qualitative interview to observe the opinions, thoughts and attitude of global fans of K-pop resided in Brisbane, specifically to find recent trends within the digital scope that drives global fans to passionately consume Korean cultural product. Study results show that global fans are actively engaging through social media, motivated to learn the language, have the tendency to purchase Korean wave related product.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Amila Nur Fasya
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenomena gelombang Korea yang telah mengambil alih seluruh dunia. Mempertimbangkan bahasa konsumen asing bukan bahasa Korea, mereka ditantang dengan hambatan bahasa untuk menikmati budaya populer Korea. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dan keterlibatan fans global dalam mengkonsumsi budaya populer Korea. Studi ini menganalisa respon dari wawancara kualitatif untuk mengamati pendapat, pemikiran dan sikap penggemar global K-pop yang berada di Brisbane, khususnya untuk menemukan tren terbaru dalam lingkup digital yang mendorong penggemar global untuk dengan penuh semangat mengonsumsi produk budaya Korea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggemar global secara aktif terlibat melalui media sosial, termotivasi untuk mempelajari bahasa, serta memiliki kecenderungan untuk membeli produk yang terkait gelombang Korea.
This study aims to analyse the phenomenon of Korean wave that has been impressively taking all over the world. Considering foreign consumers first language is not Korean, they are challenged with language barriers to enjoy the Korean popular culture. The purpose of this study is to analyse the influence and engagement of global fans in consuming the Korean popular culture. The study analyses the response of qualitative interview to observe the opinions, thoughts and attitude of global fans of K-pop resided in Brisbane, specifically to find recent trends within the digital scope that drives global fans to passionately consume Korean cultural product. Study results show that global fans are actively engaging through social media, motivated to learn the language, have the tendency to purchase Korean wave related product. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Judika Margaretha
"Some people call it a "virus", others view it as an "addiction". Inilah yang terjadi pada fenomena Korean Wave atau disebut juga Hallyu. Fenomena ini menjadi sebuah budaya global alternatif yang mampu merambah melalui drama TV dan K-pop yang menjadi ancaman dan mempunyai tempat sendiri diantara maraknya Hollywood dan Bollywood melalui tayangan-tayangannya tersebut. Melihat hal tersebut peneliti menjadi tertarik untuk melihat kebelakang history media di Korea dalam milestone perkembangan penggunaan media di Korea. Makalah ini berfokus dalam upaya mencari milestone industri media dan kebijakannya yang digunakan oleh pemerintah Korea sehingga memberikan image Korea yang begitu melekat kepada negara lain. Untuk menggali hal tersebut, metode yang digunakan dalam makalah ini adalah studi dokumen dari annual report, rancangan kebijakan, literatur yang dikeluarkan Kementrian Kebudayaan Korea, Jurnal Komunikasi dan tesis mengenai Korean Wave yang nantinya akan menjawab perkembangan kebijakan dan penggunaan media oleh Korea. Makalah ini diharapkan mampu memberikan pembelajaran bagi negara-negara lain dalam membuat kebijakan dan memanfaatkan media yang dimiliki untuk membuat fenomenanya sendiri.

Some people call it a "virus", others view it as an "addiction". That’s "Korean Wave" ("Hallyu" in Korean). This phenomenon has become an alternatif culture that consists principally of two forms of media, television serials and pop music (K-pop), has it own popularity among Hollywood and Bollywood. Researcher see this phenomenon as something unique and interesting because the Korean government took full advantage of this national phenomenon and began aiding Korean media industries in exporting Korean pop culture. This global expansion has contributed to enhancing South Korea’s national image and its economy. How the authors developed and conducted this research by using document studies from annual report, strategy and policy planning, and literature from Ministry Culture, Sport, and Tourism Korea, Communication Journal, and thesis from other university that contain Korean Wave. The purpose of the research is to figure out the possibility for other country to adopt the strategy of the Korean Wave in the interest of creating their own Wave.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Korea : Jimoondang, 2008
KOR 302.235 19 KOR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sumbayak, Megahati Trinita
"Peran media sosial dalam Hallyu sangat menarik karena media sosial membuka akses kepada lebih banyak khalayak untuk memperoleh serta menikmati K-Pop. Akibat dari perkembangan teknologi dan media sosial, konsumen tidak lagi hanya menikmati konten tetapi juga menghasilkan produk. Jenkins menyebutnya dengan istilah budaya partisipatif. Pada makalah ini, penulis akan menganalisis salah satu fa ndom yang terkenal di Twitter yaitu ARMY. Tujuan dari makalah ini adalah hendak melihat bagaimana penerapan budaya partisipatif yang dilakukan oleh penggemar BTS, dilihat dari akun penggemar di media sosial Twitter. Akun penggemar yang dipilih adalah @choi_bts2 dan @almostdita. Penulis menemukan bahwa kedua akun tersebut menerapkan empat bentuk budaya partisipatif oleh Jenkins yaitu keanggotaan (affiliations), ekspresi (expressions), kolaborasi memecahkan masalah (collaborative problem solving), dan sirkulasi (circulations).
Kata Kunci: Hallyu, Budaya Partisipatif, Fandom, Twitter, BTS, ARMY.

The role of social media in Hallyu is very interesting because social media opens access to more audiences to get and enjoy K-Pop. As a result of the development of technology and social media, consumers no longer only enjoy content but also produce content. Jenkins calls it participatory culture. In this paper, the author will analyze one of the famous fandoms on Twitter, ARMY. The purpose of this paper is to see how the implementation of participatory culture is carried out by BTS fans, seen from fan accounts on Twitter. The selected fan accounts are @choi_bts2 and @almostdita. The author finds that both accounts apply four forms of participatory culture by Jenkins, namely affiliations, expressions, collaborative problem solving , and circulations. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yang, Hee Mun
"Penelitian ini mempelajari arus budaya Korea (Korean wave) di Indonesia, terutama budaya campuran antara budaya Korea dan budaya Indonesia. Sekarang ini, budaya Korea menjadi sebuah hiburan baru di Indonesia. Fenomena ini berhubungan dengan budaya populer di Indonesia. Karena hal ini, budaya campur antara Indonesia dan Korea pun muncal. Budaya Korea sedang melemah di China karena hilangnya fungsi budaya populer yang diakibatkan oleh tidak adanya drama Korea yang dianggap menarik untuk ditonton oleh masyarakat China.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan persamaan dari fenomena ini, untuk mengetahui apakah budaya campur bisa berkompetisi dengan budaya asli di Indonesia dan juga untuk menemukan kemungkinan menurunnya budaya Korea di Indonesia berdasarkan apa yang terjadi di China. Penelitian ini menyertakan penelitian deskriptif dan wawancara dengan orang yang suka menonton acara TV Korea dan film Korea dan juga mendengarkan musik Korea (K-Pop). Permasalahan utama adalah kemungkinan adanya kompetisi antara budaya Korea asli dengan budaya populer Indonesia-Korea. Data-data dikumpulkan dari berbagai buku, artikel, kuesioner, dan laman internet yang berkaitan dengan budaya Korea di Indonesia. Metode analisa data yang digunakan adalah analisis respon.
Hasil dari penelitian ini adalah banyak orang beranggapan bahwa budaya populer Korea-Indonesia tidak bisa bersaing dengan budaya Korea asli. Faktanya, sejak Indonesia diperkenalkan dengan budaya Korea, negara ini secara stabil tertarik dengan kepopuleran budaya Korea, berbeda dengan China.

This research explores Korean Wave in Indonesia, especially the mix-culture between Korean Wave and Indonesian culture. Nowadays, Korean Wave becomes a new entertainment for Indonesian. This phenomenon is related to popular culture in Indonesia. Because of this, the mixed culture between Korean Wave and Indonesian culture appear. Korean Wave is weakening in China because the function of popular culture is loss due to absence of Korean drama that Chinese people are interested to watch.
The purpose of this article is to find similarity of this phenomenon, to know whether mixed culture can compete with the original one in Indonesia and also to find the possibility of decreasing Korean Wave in Indonesia based on what happened in China. This research includes descriptive research and interviews people who like to watch Korean TV program and film, and listen to K-pop. The main issue is the possibility of competition between the original Korean wave and Korean-Indonesian Pop culture. The data is collected from various books, articles, questionnaire, and websites related to Korean Wave in Indonesia. The method of data analysis used is response analysis.
The result of this research is that many people assume that Korean-Indonesian Pop culture cannot compete with the original Korean Wave. In fact, since Indonesia is just introduced to Korean Wave, this country is statically fascinated in the popularity of Korean Wave, differ from China.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadamega Dara Azzaria
"Artikel ini membahas tentang fenomena Korean Wave dan dampaknya terhadap remaja di Indonesia. Korean Wave adalah fenomena yang menggambarkan bagaimana arus budaya pop Korea mendunia sejak akhir 1990 dan mulai menjamah Indonesia pada tahun 2002. Tumbuh bersamaan dengan kemajuan teknologi dan internet membuat budaya ini lebih cepat berkembang dan tersebar luas. Ia bahkan mampu menggeser popularitas budaya populer lain dan memperoleh banyak penggemar. Selama satu dekade, Korean Wave berhasil menunjukkan dan mempertahankan eksistensinya di mata masyarakat, khususnya pada kalangan generasi muda. Hal ini tercermin dari kemunculan tren-tren Korea di kalangan remaja Indonesia, yang menunjukkan bagaimana gaya hidup sosial dan ekonomi mereka terbentuk akibat kehadiran budaya pop ini. Skripsi ini menggunakan metode sejarah dengan mengumpulkan studi literatur, berita-berita sezaman, dan wawancara remaja penggemar Korea yang berdomisili Jakarta sebagai pendukung penelitian.

This article discusses the Korean Wave phenomena and its impact to Indonesian teenagers. Korean Wave phenomena describes how Korean pop culture started to globalize at the end of 1990s and reached Indonesia in 2002. Growing in parallel with internet and advances in technology, this tide expanded faster and wide spread. It was able to exceed the other popular culture and gain many fans. For a decade, Korean Wave had shown and maintained its existence in the public rsquo s eyes, specifically among young generations. This is reflected by the emergence of Korean trends amid Indonesian rsquo s youths and how Korean culture has influenced their social and economic lifestyle. This article used historical method including literature studies, primary resource, and interviews with Korean fans living in Jakarta as supporting data. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhanada Iswaranie
"Kemajuan teknologi membawa kehidupan berpindah dari dunia fisik ke dunia maya yang secara langsung juga memberi ruang untuk kejahatan mengiringi. Dalam fenomena penggemar K-pop di media sosial Twitter, aktivitas penggemar yang telah menjadi budaya dapat menimbulkan pertentangan di ruang publik karena adanya perbedaan pandangan tentang budaya penggemar pada non penggemar Penulisan ini menggunakan analisis isi kualitatif dan kriminologi naratif untuk melihat reaksi terhadap kelompok penggemar. Budaya penggemar sebagai produk budaya populer dapat dikriminalisasi di ruang publik dalam bentuk stigma, kebencian, dan intimidasi. Kejahatan yang dihasilkan adalah diskriminasi di media sosial Twitter dalam bentuk narasi. Fenomena budaya penggemar K-pop di Twitter termasuk kedalam culture as crime karena dalam kriminologi budaya, kejahatan dapat terbentuk melalui aktivitas masyarakatnya. Begitu juga dengan diskriminasi di ruang publik yang merupakan bentuk reaksi dari non penggemar terhadap budaya populer.

Technological advances bring life shifting from the physical world to the virtual world that directly also provides space to join the crime. In the K-pop fan phenomenon on social media Twitter, fans’ activity that has become a culture can raise contradictions in public spaces due to differences in opinions about fan culture among non-fan. This writing uses qualitative content analysis and narrative criminology to see reactions to fan groups. Fan culture as a product of popular culture can be criminalized in public spaces in the form of stigma, hatred, and intimidation. The resulting crime is discrimination on social media Twitter in the form of narrative. The cultural phenomenon of K-pop fans on Twitter is incorporated into culture as a crime because in cultural criminology crime can be formed through its community activity. Also with discrimination in the public space which is a form of non-fan reaction to popular culture."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jauza Almazhifa Sas Indirana
"Seiring dengan popularitas Korean Wave yang terus tumbuh, kini telah memasuki fase baru yang biasa disebut Hallyu 2.0 atau New Korean Wave yang menandakan penggunaan media sosial sebagai media distribusi utamanya. Makalah ini menunjukkan bagaimana media sosial digunakan untuk meningkatkan soft power Korea Selatan di era New Korean Wave dengan melakukan ringkasan komprehensif dari jurnal akademik dan bukubuku yang berhubungan dengan topik tersebut. Karena popularitasnya yang semakin meningkat, Korean Wave terbukti menjadi sumber daya budaya yang dapat meningkatkan soft power Korea Selatan dan media sosial telah berhasil membantu budaya populer Korea untuk menembus pasar global.
As the popularity of Korean Wave continuously grows, it has now entered a new commonly referred as Hallyu 2.0 or the New Korean Wave denoting the use of social media as its main medium of distribution. This paper shows how social media is being used to enhance South Korean soft power in the era of the New Korean Wave by undertaking a comprehensive summary from academic journals and books correlating with the topic. Due to its intensifying popularity outbreak, Korean Wave is proven to be a cultural resource that can increase South Korea`s soft power and social media have successfully aiding Korean popular culture to penetrate the global market."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>