Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150246 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sarinah Bintang
"ABSTRAK
Angka Kematian Neonatal AKN di Indonesia konstan pada 19 per 1.000 kelahiranhidup. Walaupun mengalami penurunan namun tergolong lambat dibandingkan angkakematian bayi dan balita. Kelahiran kembar merupakan salah satu faktor risiko darikematian neonatal. Risiko yang ditimbulkan mencapai 6 kali dibandingkan kelahirantunggal. Kemungkinan terjadinya peningkatan angka kelahiran kembar, dan risikotinggi yang ditimbulkan, dapat menjadi ancaman bagi upaya penurunan kematianneonatal di Indonesia. Studi ini menggunakan data Survei Demografi KesehatanIndonesia SDKI 2012 dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian untukmengetahui proporsi kelahiran kembar, dan hubungan antara kelahiran kembar dengankematian neonatal. Populasi studi melibatkan seluruh anak lahir hidup pada tahun 20072012dari wanita usia subur 15-49 tahun . Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi,diperoleh sampel sebanyak 15.083. Hasil studi menunjukkan angka kelahiran kembar diIndonesia sebesar 14 per 1.000 kelahiran, meningkat dari hasil studi sebelumnya 7,2 per1.000 kelahiran pada tahun 1997-2007, dan ada hubungan bermakna antara kelahirankembar dengan kematian neonatal dengan nilai POR 2,39; 95 CI 1,43-4,01; p-value0,00, setelah dikontrol variabel paritas dan berat bayi lahir. Anak kembar berisiko tinggikarena cenderung lahir dengan berat bayi lahir rendah, oleh karena itu ibu dengankehamilan kembar harus memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan serta perlumembatasi jumlah anak.

ABSTRACT
Neonatal Mortality Rate in Indonesia is a constant at 19 per 1,000 live births. Although decreased, but relatively slow compared to infant and under five mortality rates. Multiple birth is one of the risk factors for neonatal death. The risk of neonatal mortality for multiple births reached 6 times compared to singleton. The likelihood of increased multiple births and the high risk posed could cause a threat to efforts of reducing neonatal mortality in Indonesia. This study used Indonesia Demographic Health Survey with cross sectional design. The aim is to determine the proportion of multiple births, and to analyze association of multiple births and neonatal mortality. The study population involved 15.083 children born alive in 2007 2012, from women of reproductive age. As results, the rate of multiple births in Indonesia by 14 per 1,000 births, increased from previous study 7,2 per 1.000 births in 1997 2007. There was a significant association between multiple births with neonatal mortality, POR 2,39 95 CI 1,43 4,01 p value 0,00, after controlled parity and birth weight. Twins tend to be born with low birth weight, so mothers with multiple pregnancy should meet nutritional needs during pregnancy and need to limit the number of children. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie
"Meskipun inovasi kesehatan dan perawatan gizi telah maju, penurunan pertumbuhan tetap menjadi masalah penting pada bayi prematur selama perawatan di NICU. Demi mencegah terjadinya dampak merugikan di masa depan, faktor risiko dari penurunan pertumbuhan perlu dianalisis agar dapat meningkatkan kewaspadaan dan membantu petugas kesehatan dalam memberikan perawatan terbaik untuk pasien neonatus rawat inap.
Penelitian cross-sectional ini bertujuan untuk mengidentifikasi korelasi antara berat lahir, usia gestasi, durasi untuk mencapai pemberian full enteral feeding, dan lama rawat inap terhadap penurunan pertumbuhan pada pasien neonatus rawat inap. Sebanyak 47 rekam medis neonatus (berat lahir 1000-2500, usia gestasi 28-35 minggu) yang lahir di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo antara Januari hingga Desember 2018 dikumpulkan. Data kemudian diolah dengan SPSS Statistics 20. Dari 47 subjek, 18 (38.3%) mengalami penurunan berat badan, 4 (8.5%) mengalami penurunan tinggi badan, dan 3 (6.4%) mengalami penurunan lingkar kepala.
Dalam analisa bivariat, tidak ada faktor risiko (berat lahir, usia gestasi, durasi untuk mencapai pemberian full enteral feeding, dan lama rawat inap) yang secara signifikan berhubungan dengan penurunan berat badan, tinggi badan, ataupun lingkar kepala (p > 0.05). Hal ini dikarenakan pertumbuhan subjek dalam penelitian ini hanya diikuti selama dua minggu. Namun demikian, penurunan pertumbuhan paling banyak terlihat pada berat badan, diikuti oleh tinggi badan dan lingkar kepala. Penjelasan logis untuk ini adalah karena penurunan pertumbuhan individu sendiri dimulai dengan berat badan, lalu tinggi badan, dan dalam kondisi yang parah juga melibatkan lingkar kepala. 

Despite modern health innovations and nutritional care, growth deterioration remain as a significant issue in preterm neonates treated in the NICU. To prevent adverse long- term consequences, risk factors of growth deterioration should be analyzed to increase vigilance and assist health workers in providing the best care for neonatal inpatient.
This cross-sectional study aims to identify the correlation between birth weight, gestational age, duration to achieve full enteral feeding, and length of hospitalization with growth deterioration in neonatal inpatient. A total of 47 medical records of neonates (birth weight 1000-2500, gestational age 28-35 weeks) born in Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital between January to December 2018 were collected. Data were then processed with SPSS Statistics 20. Out of 47 subjects, 18 (38.3%) experience weight deterioration, 4 (8.5%) experience height deterioration, and 3 (6.4%) experience head circumference deterioration.
In bivariate analysis, none of the risk factors (birth weight, gestational age, duration to achieve full enteral feeding, and length of hospitalization) is significantly associated with weight, height, or head circumference (p > 0.05). This is because the growth trajectories of the subjects in this study are only followed up to two weeks. However, it can be observed that growth deterioration was highest seen in weight, followed by height and head circumference. A logical explanation behind this is that a decrease in individual growth trajectory begins with weight, then height, and in severe condition head circumference. 
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarinah Bintang
"Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia konstan pada 19 per 1.000 kelahiran hidup. Walaupun mengalami penurunan namun tergolong lambat dibandingkan angka
kematian bayi dan balita. Kelahiran kembar merupakan salah satu faktor risiko dari kematian neonatal. Risiko yang ditimbulkan mencapai 6 kali dibandingkan kelahiran
tunggal. Kemungkinan terjadinya peningkatan angka kelahiran kembar, dan risiko tinggi yang ditimbulkan, dapat menjadi ancaman bagi upaya penurunan kematian
neonatal di Indonesia. Studi ini menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian untuk mengetahui proporsi kelahiran kembar, dan hubungan antara kelahiran kembar dengan kematian neonatal. Populasi studi melibatkan seluruh anak lahir hidup pada tahun 2007-2012 dari wanita usia subur (15-49 tahun). Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, diperoleh sampel sebanyak 15.083. Hasil studi menunjukkan angka kelahiran kembar di
Indonesia sebesar 14 per 1.000 kelahiran, meningkat dari hasil studi sebelumnya 7,2 per 1.000 kelahiran pada tahun 1997-2007, dan ada hubungan bermakna antara kelahiran
kembar dengan kematian neonatal dengan nilai POR 2,39; 95% CI 1,43-4,01; p-value 0,00, setelah dikontrol variabel paritas dan berat bayi lahir. Anak kembar berisiko tinggi karena cenderung lahir dengan berat bayi lahir rendah, oleh karena itu ibu dengan kehamilan kembar harus memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan serta perlu membatasi jumlah anak.

Neonatal Mortality Rate in Indonesia is a constant at 19 per 1,000 live births. Although decreased, but relatively slow compared to infant and under-five mortality rates.
Multiple birth is one of the risk factors for neonatal death. The risk of neonatal mortality for multiple births reached 6 times compared to singleton. The likelihood of increased multiple births and the high risk posed could cause a threat to efforts of reducing neonatal mortality in Indonesia. This study used Indonesia Demographic Health Survey with cross sectional design. The aim is to determine the proportion of multiple births, and to analyze association of multiple births and neonatal mortality. The study population involved 15.083 children born alive in 2007-2012, from women of reproductive age. As results, the rate of multiple births in Indonesia by 14 per 1,000 births, increased from previous study 7,2 per 1.000 births in 1997-2007. There was a significant association between multiple births with neonatal mortality, POR 2,39; 95% CI 1,43-4,01; p-value 0,00, after controlled parity and birth weight. Twins tend to be born with low birth weight, so mothers with multiple pregnancy should meet nutritional needs during pregnancy and need to limit the number of children."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Prastika
"Kematian neonatal merupakan indikator penting dalam kesehatan anak dan menjadi dasar untuk menilai derajat kesehatan negara. Kematian neonatal menyumbang 2/3 dari kematian bayi. Menurut WHO tahun 2020, 75% kematian neonatal terjadi di minggu pertama kelahiran dan sekitar 1 juta bayi meninggal dalam 24 jam pertama kelahiran. Upaya pencegahan kematian neonatal periode tersebut adalah dengan pelayanan kunjungan neonatal pertama (KN 1) yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pelayanan KN 1 dengan kematian neonatal di Indonesia. Desain penelitian dengan cross sectional menggunakan data SDKI 2017. Sampel penelitian adalah WUS (15-49 tahun) yang melahirkan anak terakhir lahir hidup dan bukan kelahiran kembar. Analisis penelitian menggunakan complex sample dengan uji regresi logistik faktor risiko. Hasil penelitian menunjukkan kematian neonatal sebesar 2,3%, cakupan KN 1 sebesar 81,8% dan bayi yang menerima KN 1 lengkap sebesar 35,4%. Terdapat interaksi antara pelayanan KN 1 dengan persalinan sesar terhadap kematian neonatal sehingga kematian neonatal pada KN 1 tidak lengkap dengan sesar berisiko 1,4 kali lebih besar dan kematian neonatal pada KN 1 tidak lengkap dengan bukan sesar berisiko 4,4 kali lebih besar dibandingkan dengan kematian neonatal pada KN 1 lengkap dan bukan sesar. Oleh karena itu, peningkatan kelengkapan pelayanan KN 1 sangat diperlukan dalam penurunan kematian neonatal, seperti penyediaan pedoman neonatal esensial, promosi kesehatan terkait pentingnya perawatan bayi baru lahir. Selain itu juga penting mendorong ibu untuk melahirkan di fasilitas kesehatan agar bayi baru lahir dapat dipantau.

Neonatal mortality is an important indicator of child health and basis for assessing country’s health status. Neonatal mortality accounts for 2/3 of infant mortality. According WHO in 2020, 75% of neonatal mortality occur in the first week after birth and about 1 million infants die in the first 24 hours after birth. To prevent neonatal mortality in that period were by providing first neonatal visit service. Study aims to determined the relationship between first neonatal visit service with neonatal mortality in Indonesia. Design study was cross sectional using 2017 IDHS data. The sample was women of childbearing (15-49 years) who gave birth the last child born alive and not twins. Research analysis used complex sample with logistic regression of risk factors test. The results showed that neonatal mortality was 2.3%, coverage of KN 1 was 81.8% and newborns who received complete KN 1 were 35.4%. There was an interaction between KN 1 services with caesarean delivery and neonatal mortality so that neonatal mortality in incomplete KN 1 with caesarean section is 1,4 times greater and neonatal mortality in incomplete KN 1 with non-caesarean section is 4,4 times greater than death neonatal in KN 1 is complete and not caesarean. Therefore, increasing the completeness of KN 1 services is very necessary in reducing neonatal mortality, such as providing essential neonatal guidelines, health promotion related to the importance of newborn care. In addition, it is also important to encourage matenal to delivery in health facilities so that newborns can be monitored."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Hermiyanti
"Minggu pertama kehidupan bayi merupakan masa-masa yang kritis. Tiga dari empat kematian neonatal merupakan kematian neonatal dini. Di Indonesia, tren kematian neonatal dini cenderung meningkat dalam satu dekade terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor sosiodemografi ibu, riwayat komplikasi ibu, karakteristik bayi saat lahir, dan pelayanan kesehatan dengan kematian neonatal dini di Indonesia tahun 2012. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol dengan analisis data sekunder. Populasi penelitian ini adalah anak terakhir yang dilahirkan dari ibu berumur 15-49 tahun dalam lima tahun terakhir di Indonesia tahun 2012. Perbandingkan kasus dan kontrol adalah 1:4. Kasus adalah neonatal dini yang meninggal dan merupakan anak terakhir yang dilahirkan ibu umur 15-49 tahun dalam lima tahun terakhir pada sampel SDKI 2012 berjumlah 129, sementara kontrol adalah neonatal dini yang hidup berjumlah 516.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur ibu < 20 tahun (OR 3,0; 95% CI: 1,5 - 5,8), umur ibu > 35 tahun (OR 2,1; 95% CI: 1,3 - 3,3), paritas ≥ 4 anak (OR 1,8; 95% CI: 1,1 - 3,0), dari ibu tidak sekolah atau tamat SD (OR 2,2; 95% CI: 1,2 - 4,3), komplikasi kehamilan (OR 2,4; 95% CI: 1,5 - 3,8), BBLR (OR 7,1; 95% CI: 4,5 - 11,4), status kembar (OR 12,8; 95% CI: 3,4 - 48,1), kelengkapan kunjungan ANC (OR 2,2; 95% CI: 1,4 - 3,4), penolong persalinan (OR 2,7; 95% CI: 1,6 - 4,6), dan tempat persalinan (OR 1,5; 95% CI: 1,0 - 2,2) berhubungan dengan kematian neonatal dini. Perlu upaya pencerdasan bagi ibu dalam meningkatkan asupan gizi selama hamil untuk menjamin kesehatan dan peningkatan berat badan ibu dan janin dalam kandungan. Selain itu, diperlukan komitmen pemerintah terkait ketersediaan bidan di setiap desa dan dokter puskesmas di setiap puskesmas serta menggencarkan pelayanan ANC termasuk di dalamnya konsultasi kehamilan yang berkualitas dan penanganan komplikasi kehamilan yang baik.

The first week of human’s life is a critical periode to survive. Three of four neonatal death actually belong to early neontal dealth. In Indonesia, there is an increasing early neonatal death’s trend in last decade. The purpose of this study is to examine association between maternal sociodemographic, maternal complication history, baby’s birth atribute, and health service factor with early neonatal death in Indonesia at 2012. Research method which is used in this study is case-control with Indonesia Demographic and Health Survey 2012 data source. Proportion between case and control is 1: 4. Sampel consist of 129 cases, who become the last child in the last five years and died in first week of his/her life at SDKI data 2012 died. Beside that, there was 516 controls which can survive in the first week of his/her life and have the same criteria with cases.
This study find that maternal age < 20 years (OR 3,0; 95% CI: 1,5 - 5,8), maternal age > 35 years (OR 2,1; 95% CI: 1,3 - 3,3), parity ≥ 4 children (OR 1,8; 95% CI: 1,1 - 3,0), from no education or complete primary mother (OR 2,2; 95% CI: 1,2 - 4,3), pregnancy complication (OR 2,4; 95% CI: 1,5 - 3,8), low birth weight (OR 7,1; 95% CI: 4,5 - 11,4), twin birth (OR 12,8; 95% CI: 3,4 - 48,1), compeletness of ANC visit (OR 2,2; 95% CI: 1,4 - 3,4), delivery assistance (OR 2,7; 95% CI: 1,6 - 4,6), and place of delivery (OR 1,5; 95% CI: 1,0 - 2,2) are associated with early neonatal death. Strategies to improve early neonatal survival must empower mothers to increase nutrient intake during pregnancy to ensure the health and improve maternal and fetal weight. Government commitment also important to address the midwife availability in each village and doctor in each primary health service and also intensify ANC program which include qualified pregnancy consultation and appropriate assistance to respon pregnancy complication.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Fitri Ayu
"Asfiksia Neonatorum merupakan salah satu penyebab utama kematian neonatal di Indonesia dengan persentase sebesar 27%. KPD menyebabkan terjadinya oligohidramnion yang menekan tali pusat sehingga mengalami penyempitan dan mengahambat aliran darah yang membawa oksigen ke janin sehingga menimbulkan hipoksia yang berkelanjutan hingga menyebabkan bayi menjadi asfiksia saat dilahirkan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan KPD dengan kejadian asfiksia neonatorum. Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di RSUD HAMBA Batanghari, Jambi. Sampel pada penelitian ini adalah ibu bersalin di RSUD HAMBA Batanghari, Jambi pada tahun 2020 yang dipilih dengan metode sampel acak sederhana. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 70 sampel yang terdiri dari 35 orang terpapar dan 35 orang kontrol. Uji statistik yang digunakan adalah uji regresi cox berganda model faktor risiko. Ada hubungan KPD dengan asfiksia neonatorum (RR= 3,61; 95% CI= 1,11 – 11,75, p-value=0,033) setelah dikontrol variabel riwayat abortus usia gestasi, preeklampsia, dan berat badan lahir. Ibu hamil diharapkan melakukan pemeriksaan antenatal care secara rutin, menjaga tekanan darah dalam rentang normal dengan memperhatikan makanan yang dikonsumsi, mengendalikan stres, dan berkonsultasi kepada dokter sebelum merencanakan kehamilan, terutama untuk ibu yang merencanakan kehamilan untuk anak kedua dan seterusnya.

Neonatal Asphyxia is one the main causes of neonatal mortality in Indonesia with a percentage of 27%. Premature rupture of membranes (PROM) is one of the factors that cause of nenonatal asphyxia. PROM causes oligohydramnios which compresses the umbilical cord so that it is narrowed and the blood flow that carries oxygen to the fetus is blocked, causing asphyxia. The purpose of this study was to determine the association between PROM and neonatal asphyxia. This study used a retrospective cohort study design. The population of this study were all pregnant mothers who perform labor in regional public hospital H. Abdoel Madjid Batoe Batang Hari, Jambi. The samples of this study were are pregnant mothers who perform labor in regional public hospital H. Abdoel Madjid Batoe Batang Hari, Jambi in 2020 selected based on simple random sampling method. The number of samples in this study was 70 samples consisting of 35 people exposed and 35 kontrols. The statistical test used is the multiple cox regression test with the risk factor model. There is association between PROM and neonatal asphyxia (RR= 3,61; 95% CI= 1,11 – 11,75, p-value=0,033) after controlled b history of abortion, gestational age, preeclampsia, and birth weight. Pregnant mother are expected to carry out routine antenatal care, maintain blood pressure within normal ranges by paying attention to the food consumed, mangement and stress control, and consult a doctor before planning a pregnancy, especially for mothers who planned a second pregnancy for their second child and so on."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Karina Yuffty
"Anak-anak cenderung mengalami risiko kematian tertinggi pada bulan pertama kehidupan. Provinsi Jawa Tengah menempati posisi pertama sebagai penyumbang kematian neonatal tertinggi secara nasional tahun 2021. Pemanfaatan sistem informasi geografis dapat digunakan untuk mengetahui hubungan faktor yang berpengaruh terhadap kematian neonatal sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam proses perencanaan kesehatan selanjutnya melalui aspek spasial. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keterkaitan antara kematian neonatal dan determinan yang mempengaruhinya secara spasial pada tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2021. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan pendekatan spasial. Analisis spasial pada penelitian ini menggunakan teknik autokorelasi spasial menggunakan indeks moran. Hasil penelitian menunjukkan terdapat autokorelasi spasial positif antar kabupaten/kota berdasarkan angka kematian neonatal di Provinsi Jawa Tengah. Pola persebaran mengelompok terbentuk pada Variabel BBLR, cakupan komplikasi kebidanan tangani, cakupan komplikasi neonatal ditangani, cakupan kunjungan antenatal (K4), puskesmas, ketinggian wilayah, dan kerapatan jalan terhadap kematian neonatal. Variabel komplikasi neonatal ditangani dan variabel ketinggian wilayah secara signifikansi menunjukkan ada interaksi spasial terhadap kematian neonatal. Wilayah yang berisiko tinggi antara lain Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Wonosobo. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah perlu meningkatkan pemantauan pada wilayah berisiko tinggi, peningkatan sumber daya manusia kesehatan dan sarana prasarana di dataran tinggi, serta penguatan pelaksanaan program P4K untuk memperkecil risiko komplikasi yang dapat berdampak pada kematian bayi baru lahir.

Children tend to experience the highest risk of death in the first month of life. Central Java Province occupies the first position as the highest contributor to neonatal mortality nationally in 2021. Utilization of geographic information systems can be used to determine the relationship of factors that influence neonatal mortality so that it can be taken into consideration in the next health planning process through spatial aspects. The purpose of this study was to determine the relationship between neonatal mortality and the determinants that affect it spatially in each district/city in Central Java Province in 2021. This study used an ecological study design with a spatial approach. Spatial analysis in this study uses spatial autocorrelation techniques using the Moran index. The results showed that there was a positive spatial autocorrelation between districts/cities based on neonatal mortality in Central Java Province. The clustered distribution pattern is formed on the LBW Variable, coverage of obstetric complications handled, coverage of neonatal complications treated, coverage of antenatal visits (K4), health center, area altitude, and road density on neonatal deaths. The neonatal complications variable was treated and the regional altitude variable significantly showed that there was a spatial interaction with neonatal death. Areas that are at high risk include Purbalingga Regency, Banjarnegara Regency, and Wonosobo Regency. The conclusion that can be drawn is that it is necessary to increase monitoring in high-risk areas, increase health human resources and infrastructure in the highlands, and strengthen the implementation of the P4K program to minimize the risk of complications that can impact on newborn mortality."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vony Julianti Kiding
"Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator tingkat pembangunan kesehatan dan kualitas hidup suatu negara. Kabupaten Banjar memiliki jumlah kematian neonatal tertinggi di Provinsi Kalimantan Selatan. Kematian neonatal tidak disebabkan oleh satu faktor saja melainkan multifaktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan tahun 2014-2015. Metode penelitian kasus kontrol, analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan bermakna dengan kematian neonatal adalah berat lahir bayi OR=5,8, 95 CI:3,0-11,1, pendidikan ibu OR=4,5, 95 CI:1,6-12,8, komplikasi kehamilan OR=2,7, 95 CI: 1,6-4,6, umur kehamilan OR=2,4, 95 CI: 1,1-5,0 , frekuensi kunjungan ANC standar OR=2,2, 95 CI:1,2-4,1, tempat persalinan OR=2,1, 95 CI:1,1-3,9 dan paritas OR=2,1, 95 CI:1,2-3,6, sedangkan pekerjaan OR=1,8, 95 CI:0,9-3,5 sebagai variabel confounding. Faktor yang paling besar pengaruhnya adalah berat lahir bayi. Bayi berat lahir ≤ 2500 gram memiliki risiko 5,8 kali 95 CI 3,0-11,1 lebih tinggi mengalami kematian neonatal dibanding bayi berat lahir> 2500 gram. Peningkatan wawasan dan kompetensi bidan melaui pelatihan penatalaksanaan kasus BBLR, strategi KIE mengenai faktor-faktor kematian neonatal serta membuat gagasan untuk meningkatkan kunjungan ANC standar perlu diupayakan untuk menurunkan angka kematian neonatal di Kabupaten Banjar.

Infant mortality rate is one indicator of health development level and quality oflife of a country. Kabupaten Banjar has the highest of neonatal mortality numbersin South Borneo. Neonatal mortality is not caused by a single factor but multifactor. This study aims to determine the factors associate with neonatal mortality in Kabupaten Banjar, South Borneo in 2014 2015. The methods of this study is case control, multivariate analysis used logistic regression. The results of this study indicate that the factors significantly associated with neonatal mortality are birth weight OR 5,8, 95 CI 3,0 11,1, maternal education OR 4,5, 95 CI 1,6 12,8, pregnancy complications OR 2,7, 95 CI 1,6 4,6 gestational age OR 2,4, 95 CI 1,1 5,0 , frequency of standard ANC visits OR 2,2, 95 CI 1,2 4,1, place of delivery OR 2,1, 95 CI 1,1 3,9 and parity OR 2,1, 95 CI 1,2 3,6 and occupational OR 1,8, 95 CI 0,9 3,5 as a confounding variabel. The factor that must impact is birth weight. Birth weight le 2500 gram is5,9 times higher 95 CI 3,1 11,3 to neonatal mortality than birth weight ge 2500gram. Increased insight and competence of midwife through training of case management of low birth weight, communication information and education strategies about factors of neonatal mortality and creates ideas for increase the ANC visits are required to reduce neonatal mortality in Banjar District.Keywords factors of mortality neonatal."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isti Dariah
"Latar Belakang: Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapatdilihat dari status kesehatan dan gizi masyarakat, yaitu salah satunya AngkaKematian Bayi. Penyumbang Angka Kematian bayi di kota Cimahi adalah AngkaKematian neonatal dimana pada tahun 2013 sebesar 83 Kematian bayi terjadipada periode neonatal dan pada tahun 2014 sebesar 76,9. Pada Tahun 2016terjadi kematian neonatal 50 orang dan kematian bayi 66 dan sebagaian besarterjadi pada periode neonatal. Dalam 7 tahun ke belakang Tahun 2009 - 2015 program penurunan kematian bayi khususnya kematian neonatal di Kota Cimahikurang signifikan bahkan cendrung naik pada Tahun 2016 dan belum adanyaanalisis mendalam terhadap penyebab kematian bayi.
Metode: Penelitian bersifat observasional dengan desain kasus kontrol.Kasus adalah bayi meninggal usia 0 sampai dengan 28 hari. Sedangkan kontroladalah bayi lahir hidup. Sampel dalam penelitian sebanyak 86 yang terdiri dari 43kasus dan 43 kontrol. Data penelitian data berupa data sekunder dari hasil laporanotopsi verbal kematian neonatal, buku KIA dan data primer yang diperolehlangsung dari responden melalui wawancara tertulis dan formulir. Analisa datasecara univariate dan bivariate dengan uji chi square.
Hasil Penelitian: Analisi faktor risiko menunjukkan variable pendidikan Nilai P=0,828, sosial ekonomi Nilai P=0,008; OR=4,440, Umur Ibu NilaiP=0,471; OR= 1,5930, paritas Nilai P = 0,375; OR= 1,640, Jarak persalinan nilai P= 0,009; OR= 7,935, Pekerjaan Nilai P= 0,000; OR= 15,333, Status Gizi nilai P = 0,016; OR=7.047, pengetahuan ibu tentang tanda bahaya kehamilan Nilai P=0,015; OR= 4,032, pengetahuan tentang tanda bahaya bayi baru lahir Pvalue= 0,001; OR= 10,982, Jenis Kelamin Nilai P= 0,512, Usia Getasi NilaiP=0,000; OR= 25,895, Asfiksia Nilai P=0,000; OR=2,870, BBLR NilaiP=0,000; OR=12,316, Infeksi Nilai P= 0,018; OR=2,344, faktor persalinan Nilai P= 1,000, Komplikasi P= 0,010; OR=3,496, post natal care nilai P=0,023; OR=5,161, Pemeriksaan ANC nilai P= 0,001 ; OR=5,914, IMD P=0,001; OR=12,500.
Kesimpulan : Faktor ekonomi keluarga, jarak kehamilan, pekerjaan, statusgizi, pengetahuan tentang bahaya kehamilan, pengetahuan tentang bahaya BBL,usia getasi, asfiksia, BBLR, infeksi, komplikasi post natal care, pemeriksaanANC dan intervensi IMD berhubungan dengan kematian neonatal.

Background: Health development conditions in general can be seen from thehealth status and nutrition of the community, one of which is the Infant MortalityRate IMR. The contributor of the Infant Mortality Rate in Cimahi city isneonatal mortality rate. In 2013 the incidenceof infant mortality in neonatal periodis 83 and 76.9 in 2014. In 2016, there are 50 of infant mortality and 60 ofneonatal mortality. In the past 7 years from 2009 to 2015 program todecreaseinfant mortality, especially neonatal mortality in Cimahi City is notsignificant,yet tend to increasein 2016 and there has not any deep analysis to whatcauses the infant mortality.
Methods: The study was observational with case control design. Cases areinfants dying from 0 to 28 days. While the controls arethe infants bornalive.Samples in this study were 86 consisting of 43 cases and 43 controls. The datacollected were secondary data from verbal autopsy report of neonatal death, KIAbook and primary data obtained directly from respondents through writteninterview and forms. Data analysis used univariate and bivariate data with chisquare test.
Results: Risk factor analysis showed educational variables P value 0.828, socioeconomic P value 0.008 OR 4.440, maternal age P value 0.471, OR 1.5930, parity P value 0.375 OR 1,640, Gestational Distance P value 0.009 OR 7,935, Occupation P 0,000 OR 15,333, Nutritional Status P 0.016 OR 7.047, maternal knowledge about pregnancy alert P 0.015 OR 4,032, knowledge of the newborn hazard Pvalue 0.001 OR 10,982, Gender P value 0.512, Age Gestation P 0,000 OR 25,895 Asphyxia P 0,000 OR 2,870, BBLR P 0,000 OR 12,316, Infection P 0.018 OR 2,344, labor factor P 1,000, Complications P 0.010 OR 3,496, post natal care P value 0.023 OR 5,161, ANC examination P value 0.001 OR 5,914, IMD P 0.001 OR 12,500.
Conclusions: Family economic factors, gestational distance, occupation,nutritional status, knowledge of pregnancy hazards, knowledge of BBL dangers,age of gestation, asphyxia, LBW, infections, postnatal care complications, ANCand intervention IMD are associated with neonatal mortality.Keywords Case control Risk Factors Neonatal Mortality.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48263
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Deswanti Rio Dingin
"Dewasa ini, remaja mengalami banyak tantangan terutama dari perubahan pada diri mereka. Pada konteks emosional, secara fisiologis remaja mulai memiliki emosi yang tidak terkendali. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental pada remaja. Gangguan mental juga cenderung membuat ketidakseimbangan kematangan kognitif yang akan memengaruhi gaya pengambilan keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi mental dengan gaya pengambilan keputusan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif-analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 111 remaja yang dipilih dengan teknik quota sampling.
Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square dan menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kondisi mental dengan gaya pengambilan keputusan p=0,130, ?=0,05 . Dari hasil tersebut, maka diperlukan sosialisasi mengenai kesehatan mental dan pelatihan untuk meningkatkan gaya pengambilan keputusan yang adaptif. Peran perawat diperlukan dalam memberikan perawatan secara menyeluruh dan mengarahkan remaja dan caregiver mereka untuk mencapai strategi koping yang baik.

Nowadays, adolescents faced many challenges especially from the changes of themselves. In emotional context, physiologically adolescents begin to have uncontrolled emotion. This condition can result in mental health problem in adolescents. Mental illness also tend to make cognitive maturity imbalances which will affect decision making style. This research aims to know the relatonship between mental condition and decision making style. This study use descriptive analytic method with cross sectional approach. These samples included 111 adolescents who have been selected with a quota sampling technique.
The result are analyzed using Chi Square Test and showed no significant relationship between mental condition and decision making style p 0,130, 0,05 . From the result, then the necessary sosialization about mental health and training to increase adaptive decision making style. The role of nurse are providing the holistic care and guiding adolescents and their caregiver to achieve a good coping strategy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>