Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71939 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Masagus Zainuri
"ABSTRAK
Latar belakang. Eksitoksisitas merupakan salah satu mekanisme penting dalam kerusakan otak masa perinatal. Eksitoksisitas terjadi akibat peningkatan glutamat ekstrasel. Stem cell From Human Exfoliated Deciduous dapat mensekresi enzim GAD yang akan memgkatalisis perubahan glutamat menjadi GABA. Perubahan glutamat menjadi GABA menyebabkan kadar glutamat ekstrasel menurun, namun peningkatan GABA dapat menyebabkan terjadinya depolarisasi yang dapat berakibat timbulnya eksitoksisitas. penelitian bertujuan untuk menentukan potensi neuroproteksi CM SHED mencegah kerusakan progenitor neuron akibat induksi glutamat.Metode. Progenitor neuron diisolasi dari otak tikus umur 2 hari dan conditioned medium didapat dari MSC SHED. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kultur progenitor neuron dengan medium neurobasal tanpa glutamat dan glisin N- , dengan medium neurobasal ditambah glutamat dan glisin N , dengan CM SHED tanpa glutamat dan glisin K- , dengan CM SHED ditambah glutamat dan glisin K . Pada progenitor neuron dilakukan pemeriksaan kadar mRNA GABAAR1, subunit NR2B NMDAR dengan RT PCR, kadar protein NMDAR1 dan GABAAR1 dengan ELISA. Caspase -3 dan 7AAD dengan Muse. Pada CM dilakukan pemeriksaan kadar GABA dengan Elisa.Hasil. Viabilitas progenitor neuron pada kelompok K 78,05 lebih tinggi dari kelompok kontrol N- 73,22 , sedangkan kelompok N lebih kecil 68,90 . Kelompok K memiliki kadar GABA paling tinggi dan berbeda bermakna dengan kelompok lainnya, sedangkan pada kelompok N paling kecil. Kadar GABA yang tinggi pada kelompok K diduga karena adanya enzim GAD yang dapat mengkatalisis perubahan glutamat menjadi GABA pada CM SHED. Hasil pemeriksaan mRNA GABAAR1 kelompok K paling tinggi dibandingkan kelompok lain, diduga disebabkan GABA dapat mengaktivasi jalur MAPK yang menyebabkan terjadinya proses transkripsi mRNA GABAAR1. Kadar protein GABAAR1 pada kelompok K paling kecil dibandingkan kelompok lain, hal ini diduga disebabkan karena adanya perubahan subunit dari 2 akibat peningkatan kadar GABA. Kadar GABA yang rendah pada kelompok N diduga disebabkan GABA banyak terpakai terikat dengan reseptor GABAAR1, sehingga terlihat rendah saat pemeriksaan. Hasil ini sesuai dengan pemeriksaan kadar GABAAR1, dimana pada kelompok N kadar GABAAR1 paling tinggi. Kemungkinan lain adalah adanya umpan balik negatif oleh GABAAR1. Pada pemeriksaan mRNA GABAAR1 kelompok N didapat penurunan ekspresi relatif terhadap kontrol. Diduga peningkatan protein GABAAR1 sudah tidak diperlukan sehingga ekspresi mRNA GABAAR1 dihambat. Pemeriksaan dilakukan setelah perlakuan selama 24 jam, diduga kondisi progenitor neuron telah mengalami fase akhir. Terdapat perubahan dinamik pada regulasi GABAAR1 progenitor neuron. Pada fase awal aktivitas eksitatorik merupakan hasil kerjasama GABAAR1 dan NMDAR, kemudian terjadi perubahan aktivitas GABAAR1 dari eksitatorik menjadi inhibitorik. Pada kelompok N diduga aktivitas inhibitorik GABAAR1 tidak dapat mengatasi aktivitas eksitatorik akibat induksi glutamat, sehingga menyebabkan terjadinya apoptosis. Sedangkan pada kelompok K , dimana terdapat peningkatan GABA akibat CM SHED, aktivitas inhibitorik GABAAR1 dapat mengimbangi aktivitas eksitatorik oleh glutamat sehingga terjadi neuroproteksi.Kesimpulan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan CM SHED memiliki potensi neuroproteksi dalam mencegah apoptosis progenitor neuron akibat induksi glutamat.

ABSTRACT
Backgound. Exitoxicity is one of the important mechanisms in perinatal period brain damage. Exitoxicity results from increased extracellular glutamate. Stemcell From Human Exfoliated Deciduous can secrete a GAD enzyme that will analyze the change of glutamate to GABA. The change of glutamate to GABA causes extracellular glutamate levels to decrease, but an increase in GABA can lead to depolarization which may result in the excitoxicity. the study aimed to determine the potential neuroprotection of CM SHED to prevent progenitor neuron damage of glutamate induction.Method. Progenitor neurons were isolated from the brains of mice aged 2 days and conditioned medium obtained from MSC SHED. The samples were divided into 4 groups, ie the progenitor culture group of neurons with neutral glutamate and neurobasal medium N- , with neurobasal medium plus glutamate and glycine N , with CM SHED without glutamate and glycine K- , with CM SHED plus glutamate and glycine K . In progenitor neuron, GABAAR1 mRNA, NR2B NMDAR subunit with PCR RT, protein NMDAR1 and GABAAR1 with ELISA were examined. Caspase -3 and 7AAD with Muse. In CM, GABA levels were evaluated with Elisa.Result. The viability of progenitor neurons in the K group 78.05 was higher than the control group N 73.22 , whereas the N group was smaller 68.90 . The K group had the highest levels of GABA and was significantly different from the other groups, whereas in the smallest N group. High GABA levels in the K group are thought as a result of the presence of GAD enzymes that can catalyze the change of glutamate to GABA in CM SHED. The highest level of GABAAR1 group compared to other groups was thought to be caused by GABA to activate MAPK pathway causing transcription of GABAAR1 mRNA. The level of GABAAR1 protein in the K group was the smallest compared to the other groups, presumably due to a subunit change from ? 2 due to elevated levels of GABA. Low levels of GABA in the N group are thought to be caused by GABA being widely used bound with GABAAR1 receptors, making it noticeably low during examination. This result is in accordance with the GABAAR1 concentration, which in the N group of GABAAR1 levels is highest. Another possibility is negative feedback by GABAAR1. On examination of group GABAAR1 mRNA N , there was a decrease in expression relative to control. It is suspected that the increase in GABAAR1 protein is not needed so that GABAAR1 mRNA expression is inhibited. The examination was performed after 24 hours treatment, presumably progenitor neuron has ending phase. There is a dynamic change in GABAAR1 progenitor neuron regulation. In the early phase of excitatory activity is the result of cooperation GABAAR1 and NMDAR, then there is a change of activity GABAAR1 from excitatory become inhibitory. In the N group it is suspected that GABAAR1 inhibitory activity can not overcome the excitatory activity by caused of glutamate induction, thus causing apoptosis. While in the K group, where there is an increase in GABA considering CM SHED, GABAAR1 inhibitory activity can compensate for the excitatory activity by glutamate resulting in neuroprotection.Conclution. From the results of this study can be concluded CM SHED has the potential of neuroprotection in preventing progenitor neuron apoptosis through glutamate induction."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Granacher, Robert P., 1941-
"A comprehensive introduction to evaluating and treating patients with traumatic brain injuries, this second edition of a bestseller features new information regarding the epidemiology and pathophysiology of brain injury as well as structural and functional imaging in the assessment of traumatic brain injury, including functional MRI, PET scanning, and magnetic resonance spectroscopy. With expanded discussions of brain-injury malingering and family dynamics, this revised and updated text gives an overview of state-of-the-art techniques and discusses new pharmacological treatments, acquired psychopathy, and test instruments for assessing behavior."
Boca Raton: CRC Press, 2015
617.481 044 GRA t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nastiti Widyarini
"ABSTRAK
Latar Belakang. Gangguan fungsi kognitif dapat ditemukan pada berbagai kondisi medis baik pada usia muda maupun usia tua. Pemeriksaan Status Mental Neurologi Strub & Black merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan fungsi kognitif. Sayangnya, publikasi yang menggunakan Pemeriksaan Status Mental Neurologi Strub & Black sangat jarang. Pemeriksaan Status Mental Neurologi Strub & Black versi Indonesia telah dikembangkan. Meskipun demikian, nilai normal pada orang Indonesia dengan fungsi kognitif yang normal belum diketahui.
Metode. Penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan nilai rerata Pemeriksaan Status Mental Neurologi Strub & Black versi Indonesia pada orang Indonesia dengan fungsi kognitif yang normal berdasarkan usia dan tingkat pendidikan ini dilakukan dengan menggunakan desain potong lintang. Subyek penelitian adalah seluruh orang Indonesia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang ditemui peneliti selama periode penelitian. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli hingga Oktober 2012.
Hasil. Sebanyak 545 subyek penelitian yang terdiri dari 230 (42,2%) subyek laki-laki dan 315 (57.8 %) subyek perempuan diikutsertakan dalam penelitian ini. Usia dari subyek penelitian berkisar antara 18-83 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebanyak 251 (46,1%) subyek merupakan tamatan SMP, sedangkan 294 (53,9%) subyek lainnya merupakan tamatan SMA atau lebih tinggi. Nilai median (min-maks) skor total Pemeriksaan Status Mental Neurologi Strub & Black pada kelompok usia <40 tahun, 40-49 tahun, 50-59 tahun, dan ≥60 tahun berturut-turut adalah 88,00 (75-97), 83,00 (67-96), 82,00 (65-96), dan 78,00 (61-92). Nilai median (min-maks) skor total Pemeriksaan Status Mental Neurologi Strub & Black pada tamatan SMP adalah 78,00 (61-95), sedangkan pada tamatan SMA atau lebih tinggi adalah 87,00 (77-97). Perbedaan nilai rerata skor total Pemeriksaan Status Mental Neurologi Strub & Black versi Indonesia antar kelompok usia dan antar kelompok tingkat pendidikan ditemukan bermakna dengan masing-masing memiliki nilai p = 0,000.
Kesimpulan. Telah didapatkan nilai rerata Pemeriksaan Status Mental Neurologi Strub & Black versi Indonesia pada orang Indonesia dengan fungsi kognitif yang normal berdasarkan usia dan tingkat pendidikan. Usia dan tingkat pendidikan secara bermakna mempengaruhi nilai rerata skor total Pemeriksaan Status Mental Neurologi Strub & Black versi Indonesia.

ABSTRACT
Background. Impairment of cognitive function can be found in various medical conditions, either at a young age or old age. Strub and Black Mental Status Examination of Neurology is an instrument that can be used to detect cognitive impairment. Unfortunately, publications about Strub and Black Mental Status Examination are very rare. The Indonesian version of Strub and Black Mental Status Examination in neurology has been developed. However, the normative values for Indonesian people with normal cognition are still unknown.
Method. A cross-sectional study which aimed to obtain the normative value of the Indonesian version of Strub and Black Mental Status Examination in Neurology according to age and level of education was conducted. The study subjects were all Indonesian who met inclusion and exclusion criteria during the period of the study. Data were collected between July and October 2012.
Result. A total of 545 subjects, i.e. 230 (42.2%) male subjects and 315 (57.8%) female subjects, were included in this study. The ages of the subjects were between 18 and 83 years. Based on level of education, 251 (46.1%) subjects were junior high school graduates, whereas 294 (53.9) subjects were senior high school or university graduates. The median (min-max) total score of the Indonesian Version of Strub and Black Mental Status Examination in Neurology for age <40 years, 40-49 years, 50-59 years, and ≥60 years are 88.00 (75-97), 83.00 (67-96), 82.00 (65-96), and 78.00 (61-92), respectively. The median (min-max) of the total score of the Indonesian Version of Strub and Black Mental Status Examination in Neurology for junior high school graduates is 78.00 (61-95), wheras for senior high school or university graduates is 87.00 (77-97). The total score of the Indonesian Version of Strub and Black Mental Status Examination in Neurology differs significantly between age groups and education groups, each of them has p = 0,000.
Conclusion. The total score of the Indonesian version of Strub and Black Mental Status Examination of Neurology in Indonesian with normal cognition based on age and level of education has been found. Age as well as level of education have significant effects on the total score of the Indonesian version of Strub and Black Mental Status Examination of Neurology."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsao, Jack W., editor
"This book is a concise guide designed for neurologists, primary care, and sports physicians and other medical providers, psychologists and neuropsychologists, and athletic trainers who may evaluate and care for patients with TBI. The book features summaries of the most pertinent areas of diagnosis and therapy, which can be readily accessed by the busy clinician/professional. "
New York: Springer, 2012
e20420786
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Harsya Pradana Loeis
"Otak adalah sebuah organ yang sangat peka terhadap perubahan oksigenasi jaringan. Latihan fisik aerobik memiliki banyak manfaat, diantaranya meningkatkan cardiac output yang secara tidak langsung akan meningkatkan oksigenasi jaringan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh latihan fisik aerobik dan detrain terhadap jumlah sel saraf normal pada gyrus dentatus tikus. Desain penelitian ini adalah eksperimental dengan mengamati persentase sel saraf normal pada setiap sediaan otak tikus yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kontrol, latihan fisik (training) dan detrain.
Hasil rata-rata persentase sel normal perkelompok sebagai berikut, kontrol 24,8%, training 41,1%, dan detrain 25,2% Hasil dari uji Post Hoc LSD menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol terhadap training (p<0,001) dan training terhadap detrain (p< 0,001) namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kontrol terhadap detrain (p< 0,853). Hasil penelitian ini mendukung teori tentang peningkatan oksigenasi jaringan ke otak akan meningkatkan jumlah sel saraf yang normal pada daerah gyrus dentatus otak tikus.

Brain is an organ which is very sensitive to changes in tissue oxygenation. On the other hand, aerobic exercise has many benefits, including increased cardiac output which will indirectly increase tissue oxygenation. The purpose of this study was to determine the effect of aerobic exercise and detrain on the gyrus dentatus number of normal neuron. This study used experimental design to observe the percentage of normal nerve cells in each mouse brain. The mice were divided into three groups, control, physical exercise (training) and detrain.
Average percentage of normal cells per group as follows, controls 24.8%, 41.1% training and detrain 25.2% Results of Post Hoc test of LSD showed significant difference between the control group of the training (p <0.001 ) and training to detrain (p <0.001) but no significant difference between the control detrain (p <0.853). The results supported the theory of increased tissue oxygenation to the brain will increase the number of nerve cells in the area of ​​gyrus dentatus rat brain.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandini Phalita Laksmi
"Latar Belakang: Meningkatnya angka kejadian stroke dan beratnya disabilitas dari penderita stroke yang bertahan hidup, menjadikan diperlukannya terapi yang optimal untuk restorasi paska stroke. Neurorestorasi dengan transplantasi sel punca menjanjikan perbaikan luaran fungsional yang baik pada pasien stroke iskemik. Penelitian ini dibuat untuk mengamati efek transplantasi Stem Cell from Human Exfoliated Deciduous Teeth SHED pada luaran klinis dan rasio sel neuron mati pada model stroke iskemik, untuk mendapatkan terapi yang optimal untuk stroke iskemik.
Metode: Pembuatan tikus model stroke iskemik dilakukan dengan oklusi arteri cerebri media (MCAO). Pada 48 jam setelah MCAO, dilakukan transplantasi sel mesenkimal asal SHED secara intravena, dengan dosis 2x106/kgBB. Dilakukan evaluasi fungsional tikus secara neurobehaviour dengan tes Y Maze, dan evaluasi sensorimotor tikus dengan tes silinder. Evaluasi rasio neuron mati dilakukan dengan pewarnaan Hematoksilin dan Eosin.
Hasil: Terdapat perbaikan evaluasi neurobehaviour dengan Y Maze (p=0,04) dan evaluasi sensorimotor dengan tes silinder (p=0,04) pada 14 hari setelah transplantasi pada kelompok tikus yang ditransplantasi SHED dibandingkan kontrol. Terdapat pengurangan rasio sel neuron mati (p=0,0) pada tikus yang ditransplantasi SHED pada 21 hari setelah MCAO.
Kesimpulan: Transplantasi SHED pada tikus model stroke iskemik pada fase akut stroke menunjukkan perbaikan klinis dan terdapat pengurangan rasio neuron mati pada otak tikus model stroke iskemik yang di transplantasi dengan sel mesenkimal asal SHED.

Background: The incidence of stroke reaches 15 million cases worldwide, and 5 million stroke survivors suffered permanent disability. Ischemic stroke causes a burden on health problems particularly in Indonesia. The prevalence of stroke in Indonesia in 2013 is 7 per 1000 population. The optimal stroke restoration therapy required, and neurorestoration with stem cell transplantation is a promising therapy that provides functional improvements for ischemic stroke. This research was conducted to observe the effects of Stem Cell from Human Exfoliated Deciduous Teeth (SHED) transplantation on the clinical improvement and neuron death ratio in the brain of rats models with ischemic stroke.
Methods: One group of normal rats and two groups (n=5) of male wistar rats undergone permenents Middle Cerebral Artery Occlusion (MCAO). SHED transplantation performed 48 hours after MCAO, by intravenous injection with a dose of 2x106 cells/kg. Functional evaluation conducted in rats with Y Maze and cylinder Test. Evaluation of the death neurons ratio in brain cortex area done by Hematoksilin and Eosin staining.Results : The functional evaluation using Y Maze and Cylinder Test was significantly improved in the treatment group compared to the control stroke group p < 0,05 14 days after MCAO. There was a reduction in the neuron death ratio p = 0.0 in rats transplanted with SHED.Conclusion : SHED transplantation in acute stroke showed clinical improvement and reduction in the neuron death ratio in the brain of rat models with ischemic stroke. Keywords: Cell transplantation, Ischemic Stroke, MCAO, SHED"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Emma Kamelia
"Terhambatnya perkembangan otak dan saraf merupakan problem kesehatan, diperkirakan mencapai 17% dari seluruh populasi. Dampaknya dapat menurunkan fungsi kognitif/daya ingat. Dasar patologi penurunan fungsi kognitif antara lain disebabkan oleh berkurangnya sinaps, neuron, neurotransmitter dan jejaring saraf. Hal ini berkaitan dengan sinyal-sinyal penting seperti faktor neurotrofik, neurotransmitter dan hormon.
Pegagan (Centella asiatica) telah lama digunakan secara empiris untuk memperbaiki daya ingat. Hasil penelitian secara in vivo pemberian pegagan dapat meningkatkan level GABA(Gamma aminobutyric acid) di otak. Pengaruh pegagan pada BDNF(Brain derived neurotrophic factor) belum pemah diteliti, namun menurut Obrietan dkk stimulasi GABA dapat meningkatkan ekspresi BDNF melalui jalur MAPK-CREB (mirogen ocrivated prorein kinase-cyclic AMP response element binding protein).
Brain derived neurotrophic factor (BDNF) merupakani salah satu substansi dalam pengaturan neurogenesis. Penelitian ini merupakan studi eksperimental untuk meneliti kadar BDNF dan jumlah sel saraf pada kultur jaringan hipokampus tikus muda. Pengukuran kadar BDNF dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 450 nm dengan kit BDNF dari Chemicon. Data dianalisis dengan ANOVA (anabrsis of varions), dan sebelumnya diuji normalitas data dengan Lavene, serta post Hoc Test.
Dari penelitian ini diperoleh hasil (1) jumlah sel saraf lebih besar pada kultur sel jaringan hipokampus tikus muda yang diberi ekstrak pegagan 0,50 ug/ml dibandingkan 0,25 ug/ml dan kontrol sebagai pembanding (p<0,05). (2) Untuk kadar BDNF terlihat hasil kadar BDNF pada kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan perlakuan ekstrak pegagan 0,25 ug/ml dan 0,50 ug/ml (p>0,05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16229
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohana Alfa Agustina
"Glioblastoma multiforme adalah tumor otak ganas yang bersifat agresif dan invasif dengan tingkat kekambuhan yang tinggi. Pada lingkungan mikro tumor ditemukan berbagai sitokin dan kemokin yang disekresikan sel stroma yang memiliki peranan terhadap pertumbuhan, proliferasi sel, ketahanan hidup sel maupun apoptosis sel. Salah satu sitokin proinflamasi yang ditemukan pada conditioned medium sel punca tali pusat adalah TNF-a. Penelitian sebelumya pada sel glioblastoma multiforme yang diberikan conditioned medium sel punca tali pusat menunjukkan peningkatan ketahanan hidup sel, namun belum diketahui bagaimana pengaruh pensinyalan TNF-α pada ketahanan hidup sel tersebut. Dengan demikian tujuan penelitian ini untuk medeteksi TNF-a pada conditioned medium sel punca tali pusat dan menganalisis dampak pemberian conditioned medium terhadap ekspresi dan persinyalan TNF-a yang mempengaruhi ketahanan hidup sel glioblastoma multiforme. METODE: Dilakukan kultur sel glioblastoma T98G dengan DMEM komplit hingga subkonfluen. Kemudian sel punca tali pusat dikultur dengan medium aMEM komplit hingga subkonfluen. Setelah subkonfluen medium sel punca tali pusat diganti dengan medium aMEM tanpa serum untuk membuat conditioned medium (CM) dan diinkubasi selama 24 jam. Level TNF-a dianalisis dengan tehnik ELISA pada conditioned medium tersebut. CM dibuat dengan konsentrasi 50% (v/v) yang diberikan pada sel glioblstoma T98G. Setelah 24 jam, sel T98G diekstraksi untuk isolasi RNA dan protein. RNA total diperoleh dengan menggunakan reagen TriPure dan ekspresi mRNA TNFR1, TNFR2, TRAF2, dan NFκB dianalisis dengan qRT-PCR menggunakan reagen Sensifast SYBR NO ROX kit. Analisis ekspresi relatif menggunakan rumus Livak. Penghitungan kadar protein TNFR2 menggunakan metode sandwich ELISA. Ketahanan hidup sel yang dianalisis dengan menggunakan Trypan Blue. Analisa statistik menggunakan uji t independen dengan software SPSS 23. HASIL: TNF-α terdeteksi pada conditioned medium sebesar 4,4 pg/ml. Ekspresi relatif mRNA TNFR1 meningkat 1,4 kali (p=0,038), ekspresi realtif mRNA TNFR2 meningkat 4,9 kali (p=0,001), ekspresi relatif mRNA TRAF2 meningkat 5,5 kali (p=0,00), dan ekspresi relatif mRNA NFκB meningkat 1,8 kali (p=0,001) dari kontrol. Konsentrasi TNFR2 pada sel T98G yang diinduksi CM (11,2 pg/mg protein) meningkat 1,4 kali dibandingkan kontrol (7,7 pg/mg protein). Terdapat peningkatan proliferasi sel glioblastoma multiforme 1,7 kali pada sel T98G dengan pemberian CM dibandingkan dengan kontrol (p=0,002). KESIMPULAN: Conditioned medium sel punca tali pusat meningkatkan ekspresi pensinyalan TNF-α yang mempengaruhi ketahanan hidup sel GBM T98G.
Glioblastoma multiforme is a malignant primry brain tumor which is aggressive and invasive. Tumor microenvironment contained cytokines and chemokines produced by MSCs stomal cells, could affect cell growth, proliferation, cell survival and apoptosis. One of the proinflammatory cytokines found in CM UCSCs is TNF a. On previous studies glioblastoma multiforme cells treated conditioned medium umbilical cord mesenchymal stem cell showed higher cell survival, but it was not known yet how the TNF a signaling affected these proliferations. Thus the purpose of this study was to detect TNF-a in the conditioned medium umbilical cord mesenchymal stem cell and to analyze the impact of the conditioned medium on the expression and cell survival of glioblastoma multiforme cells through TNF-α signaling. METHODS: Gliolblastoma multiforme T98G cells were cultured with complete DMEM high glucose until subconfluence. Then umbilical cord derived mesenchymal stem cells (UCSCs) were cultured on the αMEM medium complete with serum until subconfluence. Then UCSCs medium is replaced with the αMEM medium to make conditioned medium for 24 hours. TNF α was detected in CM UCSC by ELISA. CM UCSCs concentration is 50% (v/v) to treat T98G cells. After 24 hours, T98G cells was extracted for RNA and protein. RNA samples were extracted using TriPure reagents and mRNA expressions TNFR1, TNFR2, TRAF2, and NFκB were calculated by qRT PCR with SYBR NO ROX kit. Analysis of relative expressions mRNA using the Livak formula. Protein levels TNFR2 was measured using sandwich ELISA. Cell survival was analyzed by Trypan Blue Exclucion Test. Statistics analysis using student t test and PASW 23. RESULT: TNF-α level detected in CM-UCSCs was 4,4 pg/ml. The relative expression of mRNA TNFR1 higher 1.4 fold (p=0.038), mRNA TNFR2 higher 4.9 fold (p = 0.001), mRNA TRAF2 higher 5.5 fold (p=0,000), and mRNA NFκB higher 1.8 fold (p=0,001) to control. Protein TNFR2 in CM treated cells (11.5 pg/mg protein) was higher 1.4 fold to control (7.7 pg/mg protein). There was increase of proliferation T98G cells higher 1,7 fold to control (p = 0.002). CONCLUSION: Conditioned medium umbilical cord derived mesenchymal stem cells (CM UCSCs) have increased the expression of TNF-α signaling for T98G glioblastoma multiforme cell survival."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uma Wahdiyanti Ruhmana
"Brain drain merupakan isu yang sedang berkembang di Indonesia. Akan tetapi isu ini belum disadari sebagai ancaman bagi ketahanan nasional. Di tengah persaingan global, semua negara berlomba menarik sumber daya manusia unggul dari negara-negara di dunia. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia dirasa penting menerapkan kebijakan untuk menangani brain drain. Brain drain dapat dikelola dengan menerapkan brain circulation untuk mendapatkan reversed brain drain/brain gain. Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia (PPI Dunia) telah berkontribusi dalam meningkatkan terjadinya jaringan brain circulation melalui aktivitas dan komunitas diaspora di luar negeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi PPI Dunia dalam meningkatkan potensi terbentuknya brain circulation network melalui aktivitas organisasi dan menganalisis kontribusi strategi tersebut terhadap ketahanan nasional. Hasilnya digunakan untuk merumuskan strategi pemberdayaan PPI Dunia dalam meningkatkan terbentuknya jaringan brain circulation. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan data primer dan sekunder yang didapatkan melalui wawancara, observasi, studi dokumen dan catatan lapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga strategi PPI Dunia dalam meningkatkan potensi terbentuknya jaringan brain circulation Indonesia yaitu (1) Menguatkan nasionalisme diaspora pelajar Indonesia. (2) Membangun kolaborasi baik nasional maupun internasional. (3) Membentuk komunitas diaspora. Kontribusi strategi tersebut terhadap ketahanan nasional adalah meningkatkan kapasitas pengetahuan Sumber Daya Manusia, meningkatkan diplomasi budaya, meningkatkan promosi pariwisata, dan memelihara ideologi dan nasionalisme. Rekomendasi strategi tersebut antara lain: (1) Pemberian proyek jangka pendek dengan PPI Dunia dan komunitas yang telah dibentuk yaitu Ikatan Ilmuan Indonesia Internasional (I4), Ikatan Keluarga Alumni Luar Negeri (IKRAR) dan Global Indonesian Professional Association (GIPA). (2) Menciptakan platform terpadu promosi pariwisata dan budaya Indonesia dengan memberdayakan seluruh PPI Negara di bawah koordinasi PPI Dunia. (3) Menyediakan skema pengelolaan lulusan universitas luar negeri pasca studi. (4) Melakukan inovasi manajemen penerima dan alumni beasiswa pemerintah Indonesia bersama PPI Dunia dan Mata Garuda. (5) Mengembangkan Research Center Indonesia dengan menjalin hubungan dengan PPI Dunia.

Brain drain is a source of ongoing concern in Indonesia. However, this issue has not been recognized as a threat to national resilience. In the era of global competition, all countries in the world compete to attract highly skilled migrants from countries around the world. Therefore, the Indonesian government needs to implement policies to manage the brain drain. Brain drain can be managed by applying the concept of brain circulation to get a reversed brain drain/brain gain. Overseas Indonesian Students Association Alliance (OISAA) has contributed in increasing brain circulation through it's activites and diaspora community in other countries. The purpose of this research was to identify the strategy of OISAA in increasing the potential formation of brain circulation network and the contribution of the strategy toward national resilience. The results were used to formulate the OISAA empowerment in increasing the potential formation of brain circulation network. This research adopted a qualitative methods using primary and secondary data obtained through interviews, observations, document study, and field notes. The results of this study showed that there were three strategies of OISAA in increasing the potential formation of brain circulation network, namely (1) Strengthening the nationalism of Indonesian student diaspora. (2) Building collaboration both nationally and internationally. (3) Creating Diaspora Communities. The contributions of the strategy to national resilience were to increase the knowledge capacity of Human Resources, to increase cultural diplomacy, to increase tourism promotion, and to maintain ideology and nationalism. The researcher also recommended some strategies: (1) Giving short-term projects to OISAA and it's community, the International Indonesian Scientists Association (I4), Overseas Alumni Association (IKRAR) and the Global Indonesian Professional Association (GIPA). (2) Creating an integrated platform for promoting Indonesian tourism and culture by empowering all PPI Negara under the coordination of OISAA. (3) Providing a management scheme for overseas university graduates. (4) Conducting Innovation management of Indonesian government scholarships awardee and alumni with OISAA and Mata Garuda. (5) Developing Indonesia's Research Center by establishing mutual relations with OISAA."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Kusumawardani
"ABSTRAK
Positron Emission Tomography (PET) telah dikenal sebagai modalitas molecular imaging yang sering memberikan informasi yang mendahului hasil pencitraan anatomi dari modalitas lain seperti Computed Tomography (CT) dan Magnetic Resonance (MR). Keunggulan PET untuk mendeteksi uptake yang sangat sedikit dari FDG dapat memberikan informasi abnormalitas pada organ, salah satunya pada otak. Pencitraan modalitas PET digunakan untuk mendiagnosis apabila terdapat abnormalitas dalam organ serta untuk memantau keberhasilan perlakuan radioterapi. Pada pencitraan otak menggunakan 2-Deoxy-2-[18F] fluoroglucose (FDG) uptake yang kecil tidak mudah dikenali secara visual, sehingga perlu menggunakan metode yang dapat membantu untuk mendeteksi. Dengan adanya teknik Computer-Aided Diagnosis (CAD) berupa segmentasi dan klasifikasi menggunakan citra PET diharapkan memberikan informasi abnormalitas dengan ukuran kecil yang tidak tampak secara visual. Pada penelitian ini, dikembangkan CAD menggunakan citra otak dengan modalitas PET untuk mendeteksi abnormalitas otak dengan metode klasifikasi menggunakan ekstraksi fitur berupa Gray Level Co-Occurrance Matrix (GLCM), intensity histogram, dan Gray Level Run Length Matrix (GLRLM) sebagai dataset dari klasifikasi teknik Artificial Neural Network (ANN). Hasil klasifikasi yang dievaluasi menggunakan Receiver Operating Characteristic (ROC) dengan hasil error pelatihan terkecil 1.92 ± 0.70 % dan error pengujian terkecil 12.30 ± 3.47%. Hasilnya menunjukkan bahwa sistem CAD yang dikembangkan dapat mengenali citra otak normal dan abnormal.

ABSTRACT
Positron Emission Tomography (PET) is well known as a molecular imaging modality that provides functional organ information. This information supports the results of anatomical imaging from other modalities such as Computed Tomography (CT) and Magnetic Resonance Imaging (MRI). This superiority is due to the ability of PET to detect of small amount uptake from 2-Deoxy-2-[18F] fluoroglucose (FDG) which provide for information about abnormalities of organs, especially in the brain. Therefore, PET imaging is powerful to diagnose the presence of abnormalities, staging cancer, and evaluating radiotherapy treatment results. In brain PET imaging sometimes, small uptake is not easily visual recognized, hence an additional supporting method for its detection is needed. In this study, Computer-Aided Diagnosis (CAD) of brain abnormalities from PET images using classification methods based on a feature in the form of Gray Level Co-Occurrence Matrix (GLCM), intensity histogram, dan Gray Level Run Length Matrix (GLRLM) as a dataset of Artificial Neural Network (ANN). The result based on Receiver Operating Characteristic (ROC) illustrated that the training error was 1.92 ± 0.70 % and the test error was 12.30 ± 3.47%. These results mean that this developed CAD system can recognize normal and abnormal brain images.
"
2019
T53798
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>