Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134574 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Fajar
"ABSTRAK
Gaya hidup tidak sehat seperti kurang aktifitas fisik, konsumsi makanan tinggi lemak, dan stress, menjadi penyebab masalah hipertensi pada agregat dewasa di masyarakat perkotaan. Latihan Isometrik merupakan salah satu alternatif latihan fisik untuk menurunkan tekanan darah. Tujuan penulisan ini untuk memberikan gambaran keefektifan latihan isometrik dengan dukungan keluarga untuk menurunkan tekanan darah pada keluarga Ibu S. Metode yang digunakan adalah asuhan keperawatan keluarga dan studi kasus mulai dari tahap pengkajian sampai dengan tahap evaluasi. Intervensi latihan isometrik pada keluarga Ibu S dengan hipertensi dapat menurunkan tekanan darah 20 mmHg pada tekanan Sistolik dan 10 mmHg pada tekanan Diastolik. Latihan Isometrik dilakukan dalam rentang waktu 3 menit satu kali sesi sebanyak 21 kali selama 3 minggu. Intervensi latihan isometrik dapat direkomendasikan menjadi salah satu intevensi keluarga dengan hipertensi

ABSTRACT
Unhealthy lifestyle such as luck of physical activity, high fat dietary intake and stress cause hypertension for adult aggregates in urban communities. Isometric Exercise is one of the alternative physical exercise to lower blood pressure. The purpose of this scientific creation to provide an overview of the effectiveness Isometric Exercise with family support to lower blood pressure in the Ms. S family. The methods used are family nursing care and case studies from the assessment stage to the evaluation stage. Isometric Exercise intervention to Ms. S family with hypertension can lower Sistolic Blood Pressure 20 mmHg and Diastolic Blood Pressure 10 mmHg. Isometric Exercise is performed within 3 minutes of one session 21 times for 3 weeks. Isometric Exercise interventions can be recommended to be one of the family interventions with hypertension. "
2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Achroma Fora
"

Latar Belakang :

Jumlah kasus Pasien dengan Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA) terus meningkat, dan permintaan akan hemodialisis juga semakin melonjak. Arteriovenosa Fistula (AVF) menjadi pilihan utama dalam prosedur hemodialisis dan sering ditempatkan sedistal mungkin, namun tingkat keberhasilan cenderung rendah karena ukuran diameter yang tidak optimal. Latihan isometrik dan terapi Far Infrared (FIR) berpotensi untuk meningkatkan diameter, Peak Sistolyc Velocity (PSV), Volume flow arteri Radialis, serta diameter vena Cephalica pada pasien PGTA yang akan menjalani pembuatan AVF radiocephalica.

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi korelasi antara pemberian Terapi Far Infra-Red dan latihan isometrik terhadap diameter, PSV, dan aliran volume arteri radialis serta diameter vena cephalica pada pasien-pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir yang akan menjalani pembuatan AVF Radiocephalica.

Metode penelitian dilakukan dengan rancangan penelitian eksperimental RCT (Randomized Controlled Trial) di ruang hemodialisis RSUPN Ciptomangunkusumo. Selama 4 minggu, kelompok eksperimen diberikan latihan isometrik dan terapi FIR, dan hasilnya kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya diberikan Latihan isometrik

Hasil: Jumlah total subjek penelitian adalah 46 orang, dengan mayoritas perempuan (65,2%) dan komorbiditas Diabetes Melitus (37%). Median usia subjek adalah 54 tahun dengan rentang usia antara 18 hingga 73 tahun. Tersingkap adanya perbedaan signifikan secara statistik antara diameter arteri radialis (p<0.05), PSV arteri radialis (p<0,05), Volume Flow arteri radialis (p<0,05), dan diameter vena cephalica (p<0,05) pada subjek penelitian sebelum dan setelah menjalani latihan isometrik dan Terapi Far Infrared (FIR). Faktor risiko Diabetes Melitus (p<0,05) dan obesitas (p<0,05) juga terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap diameter vena cephalica.

Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa aplikasi latihan isometrik dan Terapi Far Infrared (FIR) efektif dalam meningkatkan parameter-parameter seperti diameter arteri radialis, PSV arteri radialis, volume flow arteri radialis, serta diameter vena cephalica pada pasien dengan Penyakit Ginjal Tahap Akhir sebelum prosedur pembuatan AVF radiocephalica.


Background :The number of patients with End Stage Kidney Disease (ESKD) continues to increase, and the need for hemodialysis is also increasing. Arterivenosa Fistula (AVF) is the main access option for hemodialysis and is performed as distally as possible, but the success rate is not very high due to the diameter that is not optimal. The utilization of isometric exercise in conjunction with Far Infrared (FIR) therapy is potentially more effective in enhancing the diameter, Peak Systolic Velocity (PSV), Volume Flow of the Radial Artery, and the cephalic vein diameter in ESKD patients before the creation of radiocephalic AVF compared to using isometric exercise alone.

 

Objective: To determine the difference between isometric exercises combined with Far Infrared therapy and isometric exercise alone on the diameter, Peak Systolic Velocity (PSV), and volume flow of the radial artery, as well as the cephalic vein diameter in End-Stage Kidney Disease patients before radiocephalic AVF creation, compared to utilizing only isometric exercises as the standard procedure..

 

Methods: This study is an RCT (Randomized Controlled Trial) experimental study, conducted in the hemodialysis room of Ciptomangunkusumo Hospital. The study was conducted for 4 weeks of isometric exercise and FIR therapy, the results were compared with the control.

 

Results: The total study subjects were 46 people, mostly female (65.2%), comorbid Diabetes mellitus (37%). Median age was 54 years with a range of 18-73 years. There were statistically significant differences between radial artery diameter (p<0.05), radial artery PSV (p<0.001), radial artery flow volume (p<0.001), cephalic vein diameter (p<0.001) pre and post isometric exercise and FIR. Risk factors of diabetes mellitus (p <0.05) and obesity (p <0.05) have a significant change on the diameter of the cephalic vein.

 

Conclusion: The use of isometric exercise and FIR can increase radial artery diameter, radial artery PSV, radial artery flow volume and cephalica vein diameter in ESKD  patients before radiocephalica AVF creation.

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matrahman
"Nyeri merupakan gejala utama pada pasien dengan Osteoartritis OA , dan berdampak terhadap gangguan fungsional serta penurunan kualitas hidup. Latihan isometrik kuadrisep dan Jalan kaki dapat menjadi alternatif latihan pada pasien OA lutut untuk mengurangi keluhan nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbandingan efektifitas jalan kaki dan latihan isometrik kuadrisep terhadap nyeri dan rentang gerak sendi pada pasien dengan osteoartritis lutut. Desain penelitian menggunakan quasi-experimental design dengan pendekatan non equivalent control group before - after. Jumlah sampel terdiri dari 17 responden pada masing-masing kelompok dengan teknik consecutive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan jalan kaki efektif menurunkan nyeri dan meningkatkan rentang gerak sendi pasien OA lutut p 0.000. Latihan isometrik kuadrisep efektif menurunkan nyeri dan meningkatkan rentang gerak sendi fleksi lutut pasien OA lutut p 0.000. Namun setelah dibandingkan kedua latihan tersebut menunjukkan bahwa latihan jalan kaki tidak lebih efektif menurunkan nyeri dan meningkatkan rentang gerak sendi fleksi lutut daripada latihan isometrik kuadrisep pada pasien OA lutut p 0.000. Perlu dibuat protap latihan jalan kaki dan latihan isometrik kuadrisep yang terprogram. Pasien dengan obesitas dan derajat OA sedang bisa diarahkan dengan pilihan latihan isometrik kuadrisep. Sedangkan pasien dengan berat badan normal atau indeks masa tubuh kurang dan OA derajat ringan, bisa diarahkan pada latihan jalan kaki, serta pemberian edukasi gaya hidup agar kualitas hidup menjadi lebih baik.

Pain is known as the main symptom of Osteoarthritis OA which affect on the functional impairment and patient rsquo s quality of life. Alternatively, isometric quadriceps exercise and walking exercise could be employed to reduce the pain among knee OA patients. This study aimed to identify the comparison between walking exercise and isometric quadriceps exercise on pain and joint range of motion in knee osteoarthritis patients. This research was used quasi experimental with non equivalent control group before - after design. The experimental and control group, involved 17 respondents respectively with consecutive sampling technique.
The results showed the walking exercise is significantly reduce pain and increase knee flexion range of motion p 0.000. Similarly, the isometric quadriceps exercise is significantly decrease pain and increase knee flexion range of motion p 0.000. Nevertheless, after being compared showed that walking exercise is no more effective reduce pain and increase knee flexion range of motion rather than isometric quadriceps exercise in knee osteoarthritis patients. A standard operational procedure for walking exercise and isometric quadriceps exercise is programmed. Patients with obesity and moderat OA can be directed by choice of isometric quadriceps exercises. While patients with normal weight or less body mass index and mild OA, can be directed to walking exercise, as well as providing lifestyle education for better quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T50974
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Widyastuti Handayani
"ABSTRAK
Prevalensi gangguan muskuloskeletal akibat kerja masih tinggi. Salah satu cara mengatasinya dengan latihan peregangan otot (stretching). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan peregangan otot atau stretching pada pekerja. Metode penelitian menggunakan quasi eksperiment dengan rancangan pre dan post test group design with control group sebanyak 60 responden. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh latihan peregangan otot terhadap keluhan gangguan muskuloskeletal akibat kerja (pvalue 0,007). Faktor yang berkontribusi terhadap keluhan muskuloskeletal akibat kerja adalah lama kerja, IMT, dan latihan peregangan otot. Hasil penelitian merekomendasikan perlu dilakukan latihan peregangan otot sebanyak 5 kali sehari pada pekerja untuk mencegah keluhan ganggguan muskuloskeletal akibat kerja.

ABSTRACT
The prevalence of work related musculoskeletal disorders is still high. One strategy to overcome the problem is by the muscle exercise (stretching). The purpose of this research was to examine the influence of stretching on workers. The method used was quasi experiment pre and post test group with control that involved 60 respondents. The result of this research showed that there was significant influence of stretching on work related musculoskeletal disorders (pvalue 0,007). Factors contributed to this disturbance were work length period, body mass index, and stretching exercise. This research recommended that stretching of five times a day is important to prevent work related musculoskeletal disorders among workers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41904
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Himella Asfi Rasigita
"ABSTRAK
Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula dalam darah dimana hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dl. Salah satu kebiasaan masyarakat di perkotaan yang berisiko terhadap kejadian DM adalah kurangnya melakukan latihan fisik karena terlalu sibuk. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan fisik yang teratur dilakukan 4x seminggu selama 30 menit dapat mengendalikan kadar gula darah pada pasien DM tipe II. Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk memberikan gambaran penerapan intervensi keperawatan keluarga dengan klien DM. Latihan fisik yang teratur berupa senam aerobik dan senam kaki untuk penderita DM menjadi intervensi unggulan yang dilakukan dalam menangani DM pada keluarga bapak M di RW 02 Tugu. Asuhan keperawatan dilakukan dengan pendekatan keperawatan keluarga selama 7 minggu dengan kunjungan minimal 2x dalam seminggu. Intervensi keperawatan latihan fisik dilakukan pada minggu kedua sampai dengan minggu keenam. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa latihan fisik yang dilakukan selama 30 menit dalam sehari dapat menurunkan kadar gula darah penderita DM. Penurunan kadar gula darah telah dapat diamati pada minggu ketiga pemberian intervensi. Latihan fisik dianjurkan untuk dilakukan oleh klien DM tipe II untuk menurunkan kadar glukosa darah.Kata kunci : diabetes melitus, latihan fisik, senam aerobik, senam kaki

ABSTRACT
Diabetes mellitus is a disease which signed by an increasing glucose blood level over 200 mg dl. Urban people at risk of incident diabetes mellitus is the lack of physical exercise because busy to work. Some researchs indicates that regular physical exercise is done 4 times a week for 30 minutes can control glucose blood levels in patients with DM type II. This Final Scientific Nursing Paper aim to describe family nursing intervention on the client with DM. Regular physical exercise such as aerobic exercise and foot exercise applied on diabetes client become main interventions on Mr. M rsquo s family with DM type II. Nursing care is done by family nursing approach for 7 weeks with visits at least twice a week. Physical exercise as nursing intervention applied in the second week until the sixth week. The results showed that physical exercise which is performed for 30 minutes a day can decrease glucose blood levels in a diabetic patient. A decrease in glucose blood level has been observed in the third week to provide interventions. Physical exercise is recommended to be done by client type II diabetes for lowering blood glucose levels.Keywords diabetes melitus, physical exercise, aerobic exercise, foot exercise"
2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Butet Hanis
"Angka obesitas masyarakat dewasa Kecamatan Cinere masih tergolong tinggi yaitu sebesar 38,10%. Salah satu penyebab obesitas adalah kurangnya aktivitas fisik. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku aktivitas fisik masyarakat dewasa Kecamatan Cinere. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. 196 masyarakat dewasa Kecamatan Cinere berpartisipasi dalam penelitian ini dengan mengisi kuesioner daring yang disebarkan lewat media sosial. Penelitian ini menunjukkan bahwa 75% masyarakat dewasa Kecamatan Cinere masih kurang beraktivitas fisik. Persepsi manfaat dan hambatan aktivitas fisik, jenis kelamin, IMT, dukungan keluarga dan teman merupakan faktor yang berhubungan dengan perilaku aktivitas fisik. Intervensi yang disarankan untuk dilaksanakan adalah dengan memberikan edukasi dan promosi mengenai pentingnya beraktivitas fisik agar dapat mengurangi persepsi hambatan aktivitas fisik, menyediakan fasilitas aktivitas fisik bagi segala umur, dan mengadakan kegiatan aktivitas fisik bersama untuk meningkatkan semangat dan partisipasi masyarakat dewasa dalam beraktivitas fisik. Intervensi secara khusus untuk meningkatkan perilaku aktivitas fisik bagi masyarakat wanita dan masyarakat berumur dewasa menengah (41-65 tahun) juga disarankan.

The obesity rate of adults in Cinere District is still relatively high, at 38,10%. One of the causes of obesity is lack of physical activity. This study aims to determine the factors that are related to adults’ physical activity in Cinere District. This study used the quantitative method. 196 adults in Cinere District participated in this research by filling out the online questionnaire which was distributed through social media. This study shows that 75% of adults in Cinere District were still lacking physical activity. Perceived benefits and barriers to physical activity, gender, BMI, family and friends’ support are factors related to adults’ physical activity. Suggested interventions are giving education and promotion about the importance and benefits of physical activity to reduce the perceived barriers to physical activity; providing physical activity facilities for all ages; and holding physical activities events together to increase the public enthusiasm and participation. Specifically, intervention to women and middle-aged adults (41 – 65 years old) is also recommended. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Senam merupakan salah satu bentuk latihan fisik pada penatalaksanaan osteoporosis
yang dapat bersifat pencegahan dan pengobatan. Bagi seseorang yang menderita
osteoporosis tindakan senam bertujuan untuk rehabilitasi dan mencegah cedera. Gejala
osteoporosis cenderung lebih dirasakan pada lansia karena Iansia merupakan kelompok
yang beresiko tinggi terhadap adanya perubahan kesehatan seiring terjadinya proses
penuaan dan penurunan fungsi sistem tubuh. Senam osteoporosis merupakan upaya
untuk mempertahankan kesehatan lansia secara optimal dalam pemenuhan aktivitas
kehidupan sehari-hari (AKS) secara mandiri. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
hubungan pelaksanaan senam osteoporosis di ruang rehabilitasi Rumah Sakit
Fatmawati dengan tingkat kemandirian lansia dalam pelaksanaan aktivitas kehidupan
sehari-hari (AKS). Responden pada penelitian ini berjumlah 32 orang."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5483
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Kartika Yunita
"Faktor risiko hipertensi yang tidak terdeteksi secara dini mampu meningkatkan angka kejadian hipertensi di dalam masyarakat. Namun, kenyataannya banyak masyarakat tidak menyadari faktor risiko hipertensi yang dimilikinya dikarenakan keterbatasan pengetahuan mengenai hal tersebut. Tugas akhir profesi ners ini bertujuan untuk menjelaskan asuhan keperawatan individu keluarga dengan faktor risiko hipertensi melalui edukasi tentang gizi seimbang dan latihan fisik teratur serta implikasinya pada perilaku kesehatan Ibu M di dalam keluarga di Kelurahan Leuwinanggung dengan masalah perilaku kesehatan cenderung berisiko. Intervensi dilakukan dengan penerapan pendidikan kesehatan dan kontrol perilaku kesehatan kepada Ibu M selama 3 minggu. Evaluasi kegiatan asuhan keperawatan dilakukan dengan membandingkan tugas kesehatan keluarga dan tingkat kemandirian keluarga sebelum dan setelah dilakukan asuhan keperawatan. Hasil evaluasi menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan Ibu M mengenai hipertensi, faktor risiko yang dimilikinya, gizi seimbang, dan latihan fisik rutin. Hasil kontrol perilaku diketahui bahwa terdapat perubahan perilaku kesehatan Ibu M berkaitan dengan upaya penerapan gizi seimbang dan latihan fisik teratur. Namun, perlu evaluasi lebih lanjut terhadap perilaku kesehatan yang berhubungan dengan latihan fisik teratur agar pelaksanaannya sesuai dengan durasi dan frekuensi yang disarankan. Tindakan evaluasi secara berkelanjutan disarankan dilakukan oleh penyedia pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat guna hasil yang lebih maksimal.

Risk factors for hypertension that are not detected early could increase the incidence of hypertension in the community. However, in reality many people are not aware of their hypertension risk factors due to limited knowledge about it. This final nursing profession aims to explain individual nursing care for families with hypertension risk factors through education about balanced nutrition and regular physical exercise and their implications for the health behavior of Mrs. M in families in Leuwinanggung Village with health behavior problems tending to be at risk. The intervention was carried out by applying health education and health behavior control to Mrs. M for 3 weeks. Evaluation of nursing care activities is carried out by comparing family health tasks and the level of family independence before and after nursing care. The results of the evaluation showed that there was an increase in Mrs. M's knowledge of hypertension, her risk factors, balanced nutrition, and regular physical exercise. The results of behavioral control showed that there was a change in Mrs. M's health behavior related to efforts to implement balanced nutrition and regular physical exercise. However, further evaluation is needed of health behavior related to regular physical exercise so that its implementation is in accordance with the recommended duration and frequency. It is recommended that ongoing evaluation actions be carried out by health service providers in the community for maximum results. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Disa Andanari
"Lansia merupakan individu dengan usia diatas 60 tahun dengan proses penuaan yang menyertainya. Semakin bertambah usia lansia maka akan semakin rentan terhadap penyakit, salah satunya hipertensi. Dengan keluhan yang paling banyak dialami oleh lansia adalah nyeri leher, dikarenakan kelelahan dan kurangnya latihan fisik yang dilakukan. Nyeri pada lansia menggambarkan ketidaknyamanan yang bermanifestasi sebagai kelelahan, ataupun ketegangan. Jika nyeri tidak diatasi maka dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Penelitian ini menganalisis penerapan evidence-based practices berupa intervensi unggulan dalam mengatasi nyeri leher kronis pada lansia dengan hipertensi di Panti Sosial di wilayah Jakarta Timur. Intervensi tersebut yaitu exercise promotion strength training melalui pilates yang dilakukan 30 menit setiap pertemuannya dengan frekuensi 2 minggu. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan tanda dan gejala nyeri leher kronis sekitar 3 sampai 4 skala setelah dilakukannya intervensi yang dievaluasi dengan menggunakan Visual Analog Scale (VAS), Neck Disability Index (NDI), dan The short-form McGill Pain Questionnaire (SF–MPQ). Berdasarkan hal tersebut, exercise promotion strength training melalui pilates dapat menjadi pilihan dalam mengatasi keluhan nyeri leher pada lansia dengan hipertensi. Selain itu, diharapkan dapat memberikan masukan kepada perawat dan staff lahan praktik untuk mengimplementasikannya dalam kegiatan sehari-hari.

The elderly are individuals over 60 years of age with an accompanying aging process. The older the elderly, the more vulnerable they are to disease, one of which is hypertension. The most common complaint experienced by the elderly is neck pain, due to fatigue and lack of physical exercise. Pain in the elderly describes the discomfort that manifests as tiredness, or tiredness. If pain is not treated, it can affect the quality of life of the elderly. This study analyzes the application of evidence-based practice in the form of superior interventions in dealing with chronic neck pain in elderly people with hypertension at Social Institutions in the East Jakarta area. The intervention is exercise promotion strength training through pilates which is carried out 30 minutes each meeting with a frequency of 2 weeks. The results showed that there was a decrease in the signs and symptoms of chronic neck pain by about 3 to 4 scales after the intervention was carried out which was evaluated using the Visual Analog Scale (VAS), Neck Disability Index (NDI), and The Short-form McGill Pain Questionnaire (SF-MPQ). Based on this, exercise promotion strength training through pilates can be an option for overcoming complaints of neck pain in the elderly with hypertension. In addition, it is hoped that it can provide input to nurses and practice staff to implement it in their daily activities."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riski Muhammad Akbar Kaharuddin
"Pendahuluan Penyakit tidak menular merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan fisik yang diderita masyarakat global, termasuk di Indonesia. Salah satu penyakit tidak menular yaitu hipertensi, penyakit hipertensi dapat meningkatkan resiko serangan jantung koroner, stroke, gagal ginjal, dan gangguan penglihatan, hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara kronis dengan nilai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik >90 mmHg. Tujuan mengidentifikasi adanya pengaruh intervensi keperawatan “AKAL SEHAT” terhadap pengetahuan, sikap, keterampilan pada pasien hipertensi usia dewasa. Metode desain penelitian ini adalah one group pretest posttest design, dilakukan dari tanggal 02 Oktober 2022 sampai dengan 30 Mei 2023 dengan sampel 60 orang yang dipilih menggunakan metode purposive sampling sesuai kriteria inklusi dan eksklusi di wilayah kerja Puskesmas Jatijajar Kota Depok. Hasil Ada pengaruh pengetahuan, sikap, dan keterampilan setelah dilakukan intervensi keperawatan terhadap 60 responden usia produktif dengan masalah kesehatan hipertensi didapatkan 73,3% yang berpengetahuan baik tentang hipertensi, terdapat 63,3 % yang memiliki sikap yang baik terkait dengan hipertensi dan terdapat 56,6% yang keterampilannya baik dalam menangani masalah hipertensi. Kesimpulan Adanya pengaruh yang signifikan dengan penerapan intervensi keperawatan Akupresur, Latihan Fisik, Diet Seimbang “AKAL SEHAT” terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan pada masalah hipertensi kelompok dewasa.

Introduction Non-communicable diseases are one of the health problems that are the main cause of death and physical disability suffered by the global community, including in Indonesia. One of the non-communicable diseases is hypertension, hypertensive disease can increase the risk of coronary heart attack, stroke, kidney failure, and visual impairment, hypertension is one of the non-communicable diseases characterized by a chronic increase in blood pressure with systolic blood pressure values ≥140 mmHg and or diastolic blood pressure >90 mmHg. Purpose Identify the effect of the nursing intervention "AKAL SEHAT" on knowledge, attitudes, skills in adult hypertensive patients. Methods this research design is a one group pretest posttest design, conducted from October 02, 2022 to May 30, 2023 with a sample of 60 people selected using purposive sampling method according to the inclusion and exclusion criteria in the Jatijajar Health Center working area of Depok City. The Results There is an influence on knowledge, attitudes, and skills after nursing interventions for 60 productive age respondents with hypertension health problems obtained 73.3% who have good knowledge about hypertension, there are 63.3% who have good attitudes related to hypertension and there are 56.6% who have good skills in dealing with hypertension problems. Conclusion There is a significant effect with the application of nursing interventions Acupressure, Physical Exercise, Balanced Diet "AKAL SEHAT" on knowledge, attitudes and skills on the problem of hypertension in the adult group."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>