Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131022 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gabriella Nasseri
"Latar Belakang : Kehilangan gigi dapat menyebabkan penurunan fungsi mastikasi, bicara, serta memberikan dampak emosional. Rehabilitasi menggunakan gigi tiruan dikatakan mengalami penurunan mencapai 30 daripada pasien bergigi lengkap. Mastikasi terdiri dari rangkaian proses penghancuran dan pencampuran. Sampai saat ini belum ada metode tunggal yang dapat mengevaluasi kedua aspek secara bersamaan. Kemampuan mastikasi secara objektif dapat diukur dengan beberapa metode, seperti gummy jelly untuk mengukur kemampuan menghancurkan makanan sedangkan color-changeable chewing gum untuk mengukur kemampuan mencampur makanan. Kemampuan mastikasi diduga dipengaruhi faktor usia, jenis kelamin, Indeks Massa Tubuh IMT , indeks Eichner, laju alir saliva, pH saliva, kecepatan mengunyah, dan sensory feedback.
Tujuan : Menganalisis kemampuan mastikasi antara pemakai gigi tiruan sebagian lepasan GTSL dengan subjek bergigi lengkap menggunakan color-changeable chewing gum dan gummy jelly, mengetahui hubungan antara kedua metode, serta faktor yang mempengaruhinya.
Metode : Subjek penelitian 40 pasien bergigi lengkap dan 40 orang pasien pemakai GTSL dilakukan pengukuran kemampuan mastikasi dengan color-changeable chewing gum sebanyak 30, 45, 60 strokes dan gummy jelly sebanyak 10, 20, 30 strokes, dan batas ambang penelanan, serta pemeriksaan faktor yang mempengaruhinya.
Hasil : Kemampuan mastikasi pada pasien bergigi lengkap lebih baik secara signifikan daripada pasien pemakai GTSL p < 0,05 baik menggunakan gummy jelly maupun dengan color-changeable chewing gum. Terdapat hubungan yang kuat antara color-changeable chewing gum 60 strokes dan gummy jelly 30 strokes. Terdapat hubungan negatif antara gummy jelly dengan indeks Eichner pada pasien GTSL p < 0,05.
Kesimpulan : Kemampuan mastikasi pemakai GTSL mengalami penurunan sebesar 20.84 dengan menggunakan gummy jelly dan 11.77 dengan color-changeable chewing gum dibandingkan pasien bergigi lengkap. Kedua bahan ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan mastikasi, namun gummy jelly lebih sesuai untuk subjek dewasa muda dengan kemampuan mastikasi yang baik. Jumlah stroke optimal pada GTSL yaitu 60 strokes menggunakan color-changeable chewing gum dan 30 strokes menggunakan gummy jelly. Indeks Eichner mempunyai hubungan dengan kemampuan mastikasi pada pasien pemakai GTSL dengan menggunakan gummy jelly. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Titus Dermawan
"Latar Belakang: Mastikasi terdiri dari proses penghancuran dan pencampuran makanan menjadi bolus yang siap ditelan. Kemampuan mastikasi dapat dievaluasi secara subjetif dan objektif. Evaluasi kemampuan mastikasi secara objektif dapat dilakukan dengan banyak metode, antara lain dengan color-changeable chewing gum dan gummy jelly. Color-changeable chewing gum dapat mengukur kemampuan mastikasi dalam pencampuran makanan. Gummy jelly dapat mengukur kemampuan mastikasi dalam penghancuran makanan. Color-changeable chewing gum dikatakan cocok mengukur kemampuan mastikasi pada semua golongan pasien, sedangkan gummy jelly dikatakan kurang cocok digunakan pada kelompok pasien dengan kemampuan mastikasi yang terkompromis. Penelitian lain mengatakan terdapat korelasi antara pengukuran kemampuan mastikasi dengan kedua bahan tersebut. Kemampuan mastikasi dapat dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, indeks, massa tubuh, laju alir saliva, pH saliva, waktu pengunyahan , dan ambang batas penelanan.
Tujuan: Menganalisis perbandingan kemampuan mastikasi pada pemakai gigi tiruan lengkap dan pasien bergigi lengkap dengan menggunakan color-changeable chewing gum dan gummy jelly serta faktor yang mempengaruhinya.
Metode: Subjek penelitian 40 pasien pemakai gigi tiruan lengkap dan 40 pasien bergigi lengkap, dilakukan pengukuran kemampuan mastikasi dengan color-changeable chewing gum sebanyak 30,45, dan 60 stroke pengunyahan, pengukuran menggunakan gummy jelly sebanyak 10,20, 30 stroke, dan ambang batas penelanan, dan pemeriksaan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Hasil: Kemampuan mastikasi pasien bergigi lengkap lebih tinggi dari pasien pemakai gigi tiruan lengkap (p<0,05) pada pengukuran menggunakan color-changeable chewing gum dan gummy jelly. Terdapat korelasi antara pengukuran kemampuan mastikasi menggunakan kedua bahan tersebut. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan mastikasi dengan faktor usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, laju alir saliva, pH saliva, waktu pengunyahan, dan ambang batas penelanan.
Kesimpulan: Kemampuan mastikasi pasien pemakai gigi tiruan lengkap lebih rendah dari pasien bergigi lengkap. Terdapat korelasi pengukuran kemampuan mastikasi menggunakan color changeable chewing gum dan gummy jelly.

Background: Mastication consists of comminuting and mixing food into a bolus and finally swallowed. Masticatory performance can be measures either subjectively or objectively.Various objective methods for evaluating masticatory function were introduced. Among them are using gummy jelly and color-changeable chewing gum. Color-changeable chewing gum can measure mastication ability in mixing food, while gummy jelly can measure ability in comminuting food. Mixing ability test using color changeable chewing gum was said to be suitable in all variations of dental status, while comminuting ability test was less suitable in group with compromised masticatory performance. In other research, the result showing correlation between both tests. Masticatory performance can be affected by factors such as age, gender, body mass index, salivary flow rate, saliva pH, chewing time, and swallowing threshold.
Objective: The aim of our study was to analyze masticatory performance as measured with gummy jelly and color-changeable chewing gum between complete denture wearers and dentate patients, and to analyze the correlation between masticatory performance with other factors such as age, gender, bodymass index, salivary flow rate, saliva pH, chewing time,and swallowing threshold.
Methods: 40 complete denture wearers and 40 fully dentate subject participated in this study. Two test food were used to evaluate masticatory performance: gummy jelly and color-changeable chewing gum. Subject was instructed to chew on the color-changeable chewing gum in 30, 45, and 60 strokes, and to chew gummy jelly in 10, 20, and 30 strokes. We also measure subjects swallowing threshold with gummy jelly.
Results: There was significant differences (p<0,05) between masticatory performance as measured with gummy jelly and color-changeable chewing gum in dentate subjects and complete denture wearers, which the first group had a better result. There was correlation between the measurement using both test foods. There was no correlation between masticatory performance with other factors such as age, gender, body mass index, salivary flow rate, saliva pH, chewing time, and swallowing threshold.
Conclusion: Masticatory performance in complete denture wearers is inferior compared to natural dentition subjects. There is correlation between masticatory performance measurement using gummy jelly and color-changeable chewing gum.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariyanti Rezeki
"Tujuan: Mendapatkan alat ukur kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap yaitu Patient's Denture Assessment PDA versi Indonesia yang valid dan reliabel serta menganalisis hubungan antara kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap dengan kemampuan mastikasi, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman serta lama pemakaian gigi tiruan lengkap.
Metode: 101 subjek 50 laki-laki dan 51 perempuan berusia 45 tahun keatas, berpartisipasi dalam uji validasi dan reliabilitas kuesioner PDA bahasa Indonesia. Uji statistik Chi-Square dan regresi logistik digunakan untuk menganalisis hubungan antara kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap dengan kemampuan mastikasi, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman serta lama pemakaian gigi tiruan lengkap.
Hasil: Hasil uji validasi dan reliabilitas kuesioner PDA menunjukkan, Cronbach's Alpha pada skor keseluruhan kuesioner PDA 0,708, uji validitas konvergen menunjukkan korelasi antara kepuasan pasien dan kemampuan mastikasi dengan uji spearman p=0,001 r=0,633. Hubungan bermakna secara statistik ditemukan antara kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap dengan kemampuan mastikasi p=0,000.
Kesimpulan: Kuesioner PDA-ID dapat digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan lengkap. Kemampuan mastikasi dan lama pemakaian gigi tiruan.

Objectives: The purpose of this study is to develop a valid and reliable Patient's Denture Assessment PDA Questionnaire in Indonesian version and to analyze the relationship between patient's satisfaction to their complete denture with masticatory performances, age, sex, education level, denture experience and the duration of their recent complete denture.
Methods: Total of 101 subjects 50 men, 51 women aged 45 years and older was participated in this study. Univariate, bivariate and multivariate test are done in this study, to do validity and reliability tests and also to analyze relationship between patient's satisfaction towards their complete denture with masticatory performances, age, sex, education level, denture experiences and the duration of current complete denture.
Results: Validation and reliability test shows Cronbach's Alpha in summary score PDA 0,708, convergent validity shows correlation between the masticatory performances with patient's satisfaction p 0,001 r 0,633. Statistically, a significant correlation P.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maxwell, David
"Latar belakang : Konsep balanced occlusion umum digunakan pada pembuatan GTP, namun konsep canine guidance menawarkan proses yang sederhana dan mengurangi resorbsi alveolar ridge. Diperlukan penelitian mengenai perbandingan kedua konsep oklusi ini di Indonesia.
Tujuan : Menganalisis efektivitas konsep canine guidance dibandingkan balanced occlusion pada pemakai gigi tiruan penuh (GTP).
Metode : Sepuluh pemakai GTP berpartisipasi dalam uji klinis dengan desain menyilang, lima subjek dipilih acak untuk memakai GTP balanced occlusion kemudian canine guidance dan lima yang lain memakai GTP canine guidance kemudian balanced occlusion. Pengukuran dilakukan tiga puluh hari setelah pemakaian setiap konsep oklusi. Aktivitas elektromiograf otot masseter superfisialis dan temporalis anterior subjek direkam dengan alat EMG, dan subjek mengisi kuesioner kemampuan mastikasi.
Hasil : Rerata antara aktivitas EMG otot masseter superfisialis dan otot temporalis anterior pada pemakaian GTP canine guidance berbeda bermakna (p < 0,05) dengan balanced occlusion. Rerata antara skor kuesioner kemampuan mastikasi pada pemakaian GTP canine guidance berbeda bermakna (p=0,046) dengan balanced occlusion. Terdapat korelasi yang bermakna (p = 0,045) dan kuat (r=0,642) antara aktivitas EMG otot temporalis anterior dengan skor kuesioner kemampuan mastikasi saat pemakaian GTP balanced occlusion dan antara aktivitas EMG otot masseter superfisialis dengan skor kuesioner kemampuan mastikasi (p=0,045 ; r=0,648) saat pemakaian GTP canine guidance.
Kesimpulan : Aktivitas otot mastikasi saat memakai GTP canine guidance lebih rendah signifikan secara klinis dan berbeda bermakna secara statistik dengan balanced occlusion. Kemampuan mastikasi secara subjektif juga lebih baik saat memakai GTP canine guidance.

Background : Balanced occlusion commonly used in complete denture fabrication, however, canine guidance offers a simple process and reduce alveolar ridge resorption. Comparative study of these two concepts occlusion is required in Indonesia.
Objective: To analyze the effectiveness of canine guidance to the balanced occlusion in complete denture wearers.
Methods: Ten denture wearers participating in cross-over clinical trials, five subject randomly selected to wear balanced occlusion followed by canine guidance, five others wearing canine guidance followed by balanced occlusion. Outcomes were measured after 30 days of each occlusal scheme. Elektromiograf activities of superficial masseter muscle and anterior temporal muscle were recorded, participants also answered a masticatory ability questionnaire.
Results: There are significant differences between the EMG activity of superficial masseter muscle and the anterior temporal muscle canine guidance on canine guidance wearers and balance occlusion (p <0.05). Patients rated their masticatory ability significantly better for the canine guidance denture (p = 0.046). There are significant and strong correlation (p = 0.045 ; r = 0.642) between the EMG activity of anterior temporal muscle and masticatory ability upon wearing balanced occlusion denture, and also between the superficial EMG activity of superficial masseter muscle and masticatory ability (p = 0.043; r = 0.648) upon wearing canine guidance denture.
Conclusion: EMG activity of masticatory muscles upon wearing canine guidance denture are clinically and statistically lower to balanced occlusion. Masticatory ability are also better when using canine guidance denture according to the patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suzan Elias
"ABSTRAK
Tujuan umum: Mengetahui pengaruh plat palatum akrilik pada pemakai gigi tiruan lepas rahang atas pada kejelasan pengucapan.
Tujuan khusus: (1) Mengetahui pengaruh plat palatum terhadap nilai formant 1 (F 1) dan formant 2 (F 2) pada vokal /a/, /i/, /i/ bahasa Indonesia. (2) Mengetahui pengaruh plat palatum konsonan linguopalatal /c/, /j/, /d/, /t/ dan konsonan /s/ bahasa Indonesia. (3) Mencari nilai baku F 1, F 2, durasi konsonan linguopalatal dan konsonan /s/, serta pengaruh jenis kelamin, suku, tingkat pendidikan. (4) Membandingkan perbedaan hasil penilaian subyektif dan obyektif dalam evaluasi pengembalian fungsi fonetik pasca pemakaian gigi tiruan
Metode penelitian: Rancangan penelitian terdiri dari 2 tahap yaitu (1) penelitian exploratif observasional yang bersifat deskriptif, untuk mencari nilai baku dan karakteristik nilai F 1 F 2, vokal bahasa Indonesia, serta durasi konsonan linguopalatal dan konsonan /s/ bahasa Indonesia. (2) penelitian experimental analitik dengan pre and post control design yaitu penelitian uji klinik pads responder pemakai gigi tiruan lepas rahang atas, untuk mencari pengaruh plat yang menutupi palatum pada kejelasan pengucapan dan diamati sesaat setelah gigi tiruan dipasang, tiga hari, dan sepuluh hari setelah memakai gigi tiruan dibandingkan sebelum memakai gigi tiruan. Penelitian tahap pertama dilakukan pada 425 responden. Evaluasi kejelasan pengucapan dilakukan dengan 2 cara, yaitu penilaian obyektif dan subyektif. Cara penilaian obyektif yaitu dengan menghitung F 1 F 2, vokal bahasa Indonesia dalam Hertz (jumlah gelombang per detik) dan menghitung durasi konsonan linguopalatal dan konsonan /s/ dalam bahasa Indonesia yang dihitung dalam milidetik. Cara penilaian subyektif adalah dengan dilakukan berdasarkan jumlah responden yang tidak mengalami kesulitan mengucapkan kata-kata gabungan vokal dan konsonan linguopalatal dan konsonan /s/ dan kejelasan pengucapan menurut operator.
Hasil penelitian: (1) Jenis kelamin dan pendidikan berpengaruh terhadap nilai F 1, F2 vokal namun tidak berpengaruh terhadap konsonan linguopalatal dan konsonan /s/. (2) Variabel kelompok suku umumnya tidak berpengaruh terhadap nilai F 1, F 2 kecuali kelompok suku Betawi yang menunjukkan perbedaannya pata F1 /a/ dan F 2 /u/. Demikian juga kelompok suku tidak berpengaruh terhadap durasi konsonan, kecuali kelompok suku Indonesia Bagian Timur menunjukkan durasi paling panjang untuk konsonan /j/. (3) Hasil penelitian experimental menunjukkan nilai F 1, F 2 vokal /a/, /i/, /u/ bahasa Indonesia pads pemakai gigi tiruan dengan plat palatum mengalami penurunan frekuensi, sesuai dengan hasil penelitian Kaires (1959). Selanjutnya terlihat perbedaan bermakna untuk nilai F 1 vokal /a/, /u/ bahasa Indonesia pada pemakai gigi tiruan dengan plat palatum bila dibanding nilai baku, yaitu F 1 /a/ pada kata cacah, jajah, dada, ratap, sasa. F 1 /i/l pada kata-kata cicih, titip, dan F 1 /u/ pada kata cucu, juju, rutup, duduk, susu.

ABSTRACT
Objective of the study:
General aims: To find out the influence of palatal plate of removable denture on the quality of pronunciation
Specific objectives:
(1) to seek for standard values of F 1 and F 2 for vowels /a/, /i/, /u/ and the duration for some linguopalatal consonants /c/, /j/, /d/, /t/ and the consonant Is/ in bahasa Indonesia and the correlatation between gender, education background and ethnic group.
(2) to find out the change in F 1 and F 2 for vowels /a/, /i/, /u/ after wearing an acrylic palatal plate
(3) to find out the duration of above mentioned linguopalatal consonants /c/, /j/, /d/, /t/ and the consonant /s/ after wearing an acrylic palatal plate.
(4) to compare objective fingdings to subjective findings generally used in to evaluation of phonetics in removable denture contraction.
Methods This research program will be divided into 2 stages:
(1) descriptive study for seeking standard values of F and F 2 for vowels /a/, /i/, /u/ and the duration of linguopalatal consonant /c/, /j/, /d/, /t/ and consonant /s/ in bahasa Indonesia and the correction to gender, education background and ethnic group.
(2) experimental study designed as pre- and post-test study. This is done clinically on patients wearing an upper removable acrylic denture a palatal covering base. It is meant to observe the influence of the palatal plate on the quality of pronunciations. Observation was done the time of insertion, 3 days, and 10 days after wearing the denture with palatal plate. The data was compared to the data before wearing the denture.
Evaluation was done objectively and subjectively. The objective evaluation was done by looking at the value F 1 and F 2 of vowels /a/, /i/, /u/ Ad in Hertz , and and duration of linguapalatal consonants /c/ /j/, /d/, /t/ and consonant /s/ in bahasa Indonesia. The subjective evaluation was done by counting the number of subjects without difficulties in their pronunciation, and the clearness of pronunciation as heard by the operator.
Results and discussion. (1) Significant differences were found in the value of F 1 and F 2 of vowels /a/, /i/, /u/between man and woman, which might be related to the difference in the anatomical structure of the larynx, which is longer in man. Significant differences were also showed among levels of education. However, no significant difference was found neither in the duration linguopalatal consonants /c/ /j/, /d/, /t/. (2) The ethnic group had no significant different on the values of F 1
and F 2 except for F 1 /a/ and F 2 /u/ (Betawi). No significant different was found in the duration of linguopalatal consonants except for the consonant which was longest for East Part ethnic group (IBT). These significant differences might he related to the influence of local language as a mother tongue, and Bahasa Indonesia as a second language. (3) A decreasing in frequency F 1 and F 2, was observed at the time of insertion the denture with palatal plate, which support Kaires's findings (1959). A significant differences was found in F 1 to the normal standard value, in F1 /a/ - cacah, dada, jajah, tatap, sasa. F 1 /i/ - jijik, didih. F 1 /u/ in tutu, juju, Cucu, duduk, susu.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2000
D128
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liliana Budiman
"ABSTRAK
Latar belakang: Jumlah penduduk lansia yang semakin banyak di Indonesia harus mendapat perhatian khusus, agar tetap sehat, aktif dan produktif sehingga tidak menjadi
beban baik keluarga, masyarakat dan negara. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memperbaiki nutrisi yang merupakan bagian penting dalam kesehatan lansia. Kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap nutrisi lansia disamping faktor lain seperti usia, jenis kelamin, pendidikan,
sosioekonomi dan lainnya. Beberapa penelitian tentang hubungan antara kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan terhadap nutrisi lansia memberikan hasil yang berbedabeda. Tujuan: Menganalisis pengaruh jumlah kehilangan gigi dan lamanya pemakaian gigi tiruan lepasan terhadap asupan dan status nutrisi lansia. Metode: Desain
observational cohort dilakukan untuk mengevaluasi asupan dan status nutrisi pada 26 partisipan dengan kehilangan gigi yang diklasifikasikan berdasarkan indeks Eichner dan
akan mendapatkan perawatan pembuatan gigi tiruan. Asupan nutrisi dievaluasi menggunakan Food Frequency Questionnaire, status nutrisi dievaluasi menggunakan
Mini Nutrional Assesment-Short Form dan kekuatan Handgrip (HGS). Evaluasi dilakukan sebelum dan pada 1, 2, 3, 6, 9, dan 12 bulan setelah memakai gigi tiruan. Uji Independent T Test dan Mann Whitney digunakan untuk menganalisis asupan nutrisi. Uji Chi Square digunakan untuk menganalisis status nutrisi. Uji Independent T Test
digunakan untuk menganalisis nilai HGS. Uji statistik Repeated Anova digunakan untuk membandingkan asupan nutrisi dan nilai HGS pada tiap waktu pengukuran. Uji statistik Friedman digunakan untuk membandingkan status nutrisi pada tiap waktu pengukuran. Hasil: Total sampel 26 partisipan di kelompok Eichner B sebanyak 10 orang (38,5%) dan Eichner C sebanyak 16 orang (61,5%). Terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) asupan nutrisi antara kelompok Eichner B dan C pada 3, 6, 9, 12 bulan setelah
penggunaan gigi tiruan. Terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) asupan nutrisi antara sebelum dengan 1, 2, 3, 6, 9, dan 12 bulan setelah pemakaian gigi tiruan, serta antara 1 bulan dibandingkan dengan 2, 3, 6, dan 9 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Tidak terdapat perbedaan bermakna status nutrisi antar kelompok kehilangan gigi, tetapi terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) status nutrisi antara sebelum dengan 1, 2, 3, 6, 9, dan 12 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Terdapat perbedaan bermakna nilai HGS antara kelompok Eichner B dan C pada 6, 9, 12 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Tidak terdapat perbedaan bermakna nilai HGS berdasarkan lama pemakaian gigi tiruan. Kesimpulan: Pemakaian gigi tiruan lepasan dapat meningkatkan asupan dan status nutrisi

Background: An increasing number of elderly people in Indonesia must get special attention, in order to remain healthy, active and productive so that it does not become a burden to their families, communities and countries. One of the efforts is to improve the nutrition which is an important part for their health. In addition to other factors such as age, sex, education, socioeconomics and others, tooth loss and denture wearing are other factors that can influences their nutrition. Several existing studies on the relationship between tooth loss and wearing denture on elderly nutrition have conflicting results. Objective: To analyze the effect of the amount of tooth loss and the duration of the use of removable denture on the nutritional intake and status of the elderly. Method: 26 participants with tooth loss based on Eichner Index received denture treatment and evaluated in terms of their nutritional intake using observational cohort design. The nutritional intake was evaluated using Food Frequency Questionnaire, the nutritional
status was evaluated using Mini Nutrional Assessment-Short Form and strength of handgrip (HGS). The evaluation is done before wearing denture and the evaluation
continues after 1, 2, 3, 6, 9, and 12 months. Independent T Test and Mann Whitney Test are used to analyze nutritional intake. Chi Square Test is used to analyze nutritional status. Independent T Test is used to analyze handgrip values. Repeated Anova statistical tests were used to compare nutritional intake and handgrip values in every evaluation procedure. Friedman's statistical test was used to compare nutritional status in every evaluation procedure. Result: Total sample is 26 participants with tooth loss in the Eichner B group were 10 people (38.5%) and the Eichner C group were 16 people
(61.5%). There was a significant difference (p<0.05) in nutrient intake between Eichner B and C at 3, 6, 9, 12 months after wearing dentures. There was a significant difference (p<0.05) of nutritional intake before compared to 1, 2, 3, 6, 9, and 12 months after wearing dentures, and also between 1 month compared to 2, 3, 6, and 9 months after wearing dentures. There was no significant difference in nutritional status between the
groups of tooth loss, but there was a significant difference (p< 0.05) between the nutritional status before compare to 1, 2, 3, 6, 9, and 12 months after wearing dentures. There was a significant difference (p< 0.05) in handgrip values between Eichner B and C at 6, 9, 12 months after wearing dentures. There was no significant difference in handgrip values between in every evaltion procedure. Conclusion: Wearing removable
dentures can improve nutritional intake and nutritional status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Widayati
"Injeksi PGE2 pada mukosa bukal bersamaan dengan tekanan ortodonti dapat mempercepat pergerakan gigi. Namun metode ini mempunyai kekurangan yaitu resorpsi tulang alveolar dan akar gigi yang besar serta rasa sakit. Gel digunakan sebagai media penghantar, menggantikan bentuk injeksi. Stabilitas PGE2 dalam gel, efek aplikasi gel PGE2 pada pergerakan gigi, konsentrasi RANKL pada GCF dan serum serta resorpsi tulang alveolar dan resorpsi akar gigi belum pernah diketahui.
Penelitian ini eksperimental laboratorium in vitro untuk uji stabilitas gel PGE2 lyophillized dan in vivo pada Macaca fascicularis. Mukosa bukal kaninus kanan dioleskan gel PGE2, sedangkan kaninus kiri dioleskan gel tanpa PGE2, keduanya disertai tekanan ortodonti, pada awal, jam kedua dan keempat, selama dua menit. Pengolesan gel, pengukuran pergerakan gigi, pengambilan darah dan GCF, dilakukan setiap minggu. Macaca dieuthanasia, dinekropsi lalu dibuat sediaan histologi dan dievaluasi dengan TRAP. Gel PGE2 lyophillized tidak stabil, sehingga dibuat resenter paratus.
Gel PGE2 dapat mempercepat pergerakan gigi 1,8 kali, RANKL dan resorpsi tulang alveolar lebih besar dari kontrol, serta resorpsi akar sama dengan kontrol. Gel PGE2 mempunyai prospek sebagai medikasi topikal untuk mempercepat pergerakan gigi ortodontik.

The injection of PGE2 on buccal mucosa along with orthodontic force could accelerate orthodontic tooth movement. Nevertheless, this method also has adverse effects such as pain, over resorption of the alveolar bone and root structure. PGE2 gel to substitute the necessity of injection. Hence, the effect of PGE2 gel on the rate of tooth movement and RANKL concentration in GCF and blood serum also alveolar bone and root resorption is yet to be determined.
This study was an experimental laboratory in vitro to know the stability of PGE2 gel lyophillized and in vivo in Macaca fascicularis. PGE2 gel was applied on buccal mucosa of right canine along with orthodontic force and non- PGE2 gel on left canine on beginning, second, and fourth hour each for two minutes. Gel application, tooth movement measurement, blood sample, and GCF were done every week. Macaca euthanized, and made histology ​​ and evaluated by TRAP. PGE2 gel was made resenter paratus due to instability.
Results showed that PGE2 gel enhanced tooth movement 1.8 times, RANKL and alveolar bone resorption were greater than control and root resorption was similar to control. PGE2 gel had a good prospect as topical medication to enhance tooth movement in orthodontics.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armida Sofyanis
"Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan ukuran rata-rata rahang kelompok Deutero Melayu pada mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Cetakan rahang mahasiswa diambil dan dibuat model rahang. Kemudian dilakukan pengukuran pada model tersebut dalam milimeter. Yang diukur adalah : panjang rahang dan lebar rahang, serta panjang lengkung gigi. Kemudian dicari ukuran rataratanya. Selain dari itu, dibedakan Pula bentuk rahang yang persegi dan yang oval. Dari gambaran bentuk lengkung rahang yang didapat,ternyata bentuk lengkung rahang yang oval, persegi, dan rata-rata ( gabungan oval dan persegi ), tidak menunjukkan banyak perbedaan, bila dikaitkan dengan ukuran sendok cetak yang sesuai. Hasil penelitian didapatkan ukuran rata-rata rahang,yang terdiri dari panjang rahang, lebar rahang, dan panjang lengkung rahang."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Latisha Maulana
"Latar Belakang: Ekstrak etanol temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) telah terbukti secara in vitro memiliki khasiat sebagai anti Candida albicans (C.albicans). Dalam upaya pengembangan tanaman obat tersebut sebagai obat herbal terstandar anti C.albicans, ekstrak etanol temulawak telah diformulasikan menjadi obat tetes oromukosa. Temulawak mengandung kurkumin yang merupakan senyawa polifenolik berwarna kuning yang dapat menyebabkan diskolorasi gigi.
Tujuan: Mengetahui pengaruh paparan obat tetes ekstrak etanol temulawak terhadap warna email gigi.
Metode: Gigi premolar tanpa karies dan defek struktural dicelupkan dalam obat tetes ekstrak etanol temulawak, CHX 0,2%, dan akuades selama 1 menit kemudian dibilas dan direndam dalam akuades selama 10 menit pada suhu 37oC. Tahapan dilakukan sebanyak 42 siklus (simulasi penggunaan 2 minggu) dan 63 siklus (simulasi penggunaan 3 minggu). Analisis warna dilakukan menggunakan colorimeter pada 3 tahap waktu yaitu sebelum paparan, setelah paparan, dan setelah penyikatan gigi. Nilai yang didapatkan berupa ΔE yang menunjukkan selisih nilai pengukuran warna email sebelum dan setelah paparan obat serta sebelum dan setelah penyikatan.
Hasil: Pada tahap waktu T1-T3 simulasi penggunaan 2 minggu dan 3 minggu, nilai ΔE>3.3 pada ketiga kelompok sehingga terlihat adanya perubahan warna yang signifikan antara warna gigi awal dan setelah penyikatan gigi. Terdapat perubahan warna gigi yang signifikan setelah dilakukan penyikatan dengan pasta gigi.
Kesimpulan: Obat tetes ekstrak etanol temulawak mengakibatkan perubahan warna email gigi yang signifikan. Penyikatan gigi dapat mengurangi efek perubahan warna pada email gigi.

Background: Javanese Turmeric (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) ethanol extract is known to have antifungal properties against Candida albicans (C.albicans) based on in vitro studies. The next step in developing a standardised herbal medicine is by formulating Javanese Turmeric Ethanol Extract into oromucosal drops. Curcumin found in javanese turmeric is a yellowish polyphenolic compound that has the potential to cause staining on the enamel.
Objective: This study is aimed to evaluate the effect Javanese Turmeric ethanol extraxt oromucosal drops on discoloration of the dental enamel.
Method: Premolars with no caries and structural defects are immersed in the Javanese Turmeric ethanol extract oromucosal drops, a 0,2% CHX mouthwash, and distilled water for 1 minute. After rinsing, they are then immersed in distilled water for 10 minutes at 37oC. The method mentioned is repeated for 42 cycles (2-week simulation) and 63 cycles (3-week simulation). Color assessment is done using a colorimeter at three different time points: before immersion, after immersion, and after brushing. Results will be shown as ΔE which is the color difference of enamel before and after immersion, as well as before and after toothbrushing.
Result: At time point T1-T3 for the 2-week and 3-week simulation, the ΔE score is greater than 3.3 on all three groups indicating a significant color difference before immersion and after toothbrushing. A significant color difference is observed after toothbrushing with toothpaste.
Conclusion: Javanese Turmeric ethanol extract oromucosal drops cause a significant tooth discoloration. Brushing had significant effect on removal of induced stains.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S35955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>