Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161612 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devi Fitriana Hutami Putri
"Meskipun individu transgender telah berjuang agar diterima dalam masyarakat, kini mereka lebih terlihat di dalam budaya populer terutama dalam film. Boys Don rsquo;t Cry 1999 merupakan film Hollywood yang menampilkan peran transgender sebagai pemeran utama. Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisa peran transgender, Brandon Teena, dalam menunjukkan transgender yang secara perlahan terinternalisasi melalui interaksi dan hubungan dengan karakter lainnya. Sebagai tambahan, analisis ini dibuat untuk menemukan cara mereka membentuk dan menunjukkan diri mereka sendiri sebagai transgender dan hubungan kekuasaan antara pasangan transgender dan non-transgender. Analisis ini menggunakan perspektif Kara DeMilio pada transgender mengenai perilaku seksual. Artikel ini menjelaskan bahwa film ini menunjukkan performativitas transgender dan hubungan kekuasaan antara karakter satu sama lain, khususnya Brandon.

Although transgender individuals have been struggling to be accepted in society, they are now more visible in popular culture especially movies. Boys Don rsquo;t Cry 1999 movie is Hollywood movie which has transgender individual as their main character. The purpose of this study is to analyze the transgender character, Brandon Teena, in performing transgender which is slowly internalized through the interaction and relation with the other characters. In addition, this analysis is created to find the way how she construct and perform herself as transgender and the power relation between transgender and their non-transgender partner. The analysis operates within Kara DeMilio perspective on transgender about sexual behavior. The article find that the movie shows the transgender performativy and also power relation between the characters, especially for Brandon. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shara Alviannissa
"Meskipun individu transgender telah berjuang agar diterima dalam masyarakat, kini mereka lebih terlihat di dalam budaya populer terutama dalam film. The Danish Girl 2015 dan Dallas Buyers Club 2013 merupakan film-film Hollywood yang menampilkan peran transgender sebagai pemeran utama. Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisa peran transgender, Einar Wegener Lili Elbe di film The Danish Girl dan Rayon dalam film Dallas Buyers Club untuk menemukan cara mereka menemukan jati diri mereka sebagai transgender, dan hubungan kekuasaan antara pasangan transgender dan non-transgender. Analisis ini menggunakan perspektif Gregory G. Bolich's pada transgender serta Lynn 2009 mengenai perilaku sexual, dan Joslin-Roher and Wheeler 2009 pada hubungan dengan pasangan. Artikel ini menjelasakan bahwa kedua film ini memperkuat stereotip gender dan relasi kekuasaan yang seimbang dan tidak seimbang memengaruhi Einar Wegener Lili Elbe and Rayon.

Although transgender individuals have been struggling to be accepted in a society, they are now more visible in popular culture especially movies. The Danish Girl 2015 and Dallas Buyers Club 2013 are Hollywood movies which have transgender individuals as their main characters. The purpose of this study is to analyze the transgender characters, Einar Wegener Lili Elbe in The Danish Girl and Rayon in Dallas Buyers Club in order to find they way to construct themselves as transgender and the power relation between transgender and their non transgender partner. The analysis operates within Gregory G. Bolich's perspective on transgender as well as Lynn 2009 about sexual behavior, and Joslin Roher and Wheeler 2009 on relation with the partner. This article finds that both movies reinforce gender stereotypes and how a balanced and an unbalanced power relation affects Einar Wegener Lili Elbe and Rayon."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shenia Andiani Putri
"ABSTRAK
Penggambaran seseorang dengan disabilitas di produksi film Holywood selalu bermasalah karena sering kali mereka digambarkan sebagai seseorang yang lemah dan tidak berdaya. Pada artikel ini, penulis membahas tentang masalah agensi untuk penyandang disabilitas di film, Me Before You 2016 khususnya pada hubungan antara tindakan bunuh diri dan agensi yang dicontohkan oleh tokoh utama yaitu Will Traynor. Jika bunuh diri selalu dilihat sebagai tindakan menyerah dan pertanda ketidakberdayaan, berdasarkan analisis pada unsur sinematik, penulis berpendapat bahwa bunuh diri di film dapat dipahami sebagai bentuk agensi yang dimiliki oleh tokoh utama sebagai hasil negosiasi dengan diri dan sekitarnya.

ABSTRACT
Representation of persons with disability in Hollywood movies have always been problematic, as most of the time they are portrayed to be vulnerable and powerless. In this article, the author examines issues of agency for persons with disability in the movie Me Before You 2016 in particular the relationship between the act of suicide and agency exemplified by the main character Will Traynor. If suicide has always been seen as an act of surrender and a sign of helplessness, based on analysis of cinematic elements the author argues that suicide in the movie can be understood as a form of agency possessed by the main character as a result of negotiation with the self and surroundings. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Mulia Ludy
"

Tesis ini membahas pengaruh gender dalam pembuatan akta Notaris, dengan studi khusus pada transgender dan khuntsa. Ketika Notaris membuatkan akta, terdapat komparisi yang berisikan mengenai identitas para pihak. Saat pihak ini merupakan seorang transgender atau khuntsa, yang biasanya terdapat perbedaan antara fisik yang ditampilkan dan jenis kelamin yang terdapat di kartu identitas, maka penulisan identitas di dalam komparisi akan membingungkan. Penentuan hak para transgender dan khuntsa dalam hal mewaris akan menjadi masalah tersendiri. Permasalahan di dalam penelitian ini adalah mengenai hak mewaris terhadap pelaku seorang berkelamin ganda (khuntsa) dan seorang transgender ditinjau dari Hukum Islam dan KUHPerdata. Selain itu juga mengenai ketentuan pembuatan akta yang dikeluarkan oleh Notaris apabila yang menjadi penghadap adalah seorang berkelamin ganda (khuntsa) dan seorang transgender. Hasil analisa penelitian ini bahwa untuk mewaris, hak mewaris dari seorang khuntsa dilihat dari jenis kelamin dominannya begitu pula untuk hak mewaris dari seorang transgender harus kembali ke jenis kelamin pada saat yang bersangkutan dilahirkan jika ditinjau berdasarkan Hukum Islam. Dalam hal pembuatan akta, Notaris menggunakan identitas dan jenis kelamin terakhir yang tertulis di dalam kartu tanda pengenal, baik penghadap tersebut transgender atau khuntsa.

 


This thesis discusses about the influence of gender in making a notarial deed, in particular of the transgender and khuntsa studies. When a Notary makes a deed, there are comparitie containing the parties identities. In term of the party is a transgender or khuntsa, which there is usually a difference between the physical appearance and the gender mentioned on the identity card, then it will be a confusing to mention the identity on the comparitie. Determining the rights of transgender people and khuntsa will be a problem itself. The problem in this study relates to the inheritance rights of the double infidel (khuntsa) and a transgender according to the Islamic law and KUHPerdata. Moreover about the provisions of making a deed issued by a Notary if the party is a double androgynous person (khuntsa) and a transgender person. The results of the study analysis are in inheritance, the inheritance rights of a khuntsa are seen from the dominant sex as well as the the inheritance rights of a transgender must return to the sex at the time the person was born if viewed based on Islamic Law. In the case of making a notarial deed, the Notary uses the last identity and gender written on the identification card, whether the person is transgender or khuntsa.

 

"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nursyafira Salmah
"ABSTRAK
Terdapat dua istilah representasi identitas transgender perempuan ke laki-laki di Indonesia yang mulai visible, yaitu transman dan priawan. Penelitian ini akan mengkaji bagaimana identitas sebagai transgender laki-laki tumbuh dalam diri priawan dan transman secara individu dalam pengaruh sosialisasi nilai dan peran gender dari lingkungan keluarga dan lingkungan sosial mereka. Selain itu penelitian ini juga melihat bagaimana konsep the three world’s orders memberikan pengaruh terhadap representasi identitas individu transgender laki-laki sebagai “priawan” atau “transman”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Data didapatkan melalui wawancara mendalam dengan informan diidentifikasi sebagai priawan dan transman. Penelitian ini menemukan bahwa penerimaan keluarga dan lingkungan sosial terhadap identitas transgender menentukan apakah informan secara individu bersedia untuk coming out atau hidden tentang identitasnya. Selain itu, organisasi atau komunitas yang diikuti oleh masing-masing informan ternyata mempengaruhi konstruksi identitas kelompok transgender laki-laki menjadi priawan atau transman.

ABSTRACT
There are two terms of visible individual representation of identity in case of transgender female to male in Indonesia, they are “priawan” and “transman”. This research will analyze how identity as male transgender developing in oneself as “priawan” and “transman” individually with influence of values and roles about gender from family and others social environment. In addition, this research also point the influence of “the three world’s orders” concept in representation of male transgender individual identity as “priawan” or “transman”. This research using qualitative approach. Data collected by depth interview with participants who is identified as “priawan” and “transman”. This research found that family and social environment’s acceptance about transgender identity determine whether participants as an individual ready to coming out or hidden about their identity. The fact was organization or community which is followed by every participant have influence in constructing group identity of male transgender become “priawan” or “transman"."
2015
S59577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Rahayu Tjaraka
"Kesenjangan generasi kerap kali memicu konflik akibat adanya perbedaan pandangan dan sikap yang dimiliki oleh setiap generasi. Isu tersebut ditampilkan dalam film Ngeri-Ngeri Sedap (2022) karya Bene Dion Rajagukguk yang menjadi korpus dalam penelitian ini. Pemaksaan kehendak generasi tua terhadap generasi muda agar menjalankan hidup sesuai dengan aturan budaya Batak menjadi pemicu konflik antargenerasi dalam film. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi untuk menganalisis aspek naratif dan sinematografis film. Teori sinema Petrie dan Boggs, konsep pembingkaian Entman, dan teori kesenjangan generasi Davis dan Falk dan Falk digunakan untuk menganalisis pembingkaian kesenjangan perspektif antargenerasi suku Batak dalam film. Konsep patriarki Walby digunakan untuk menganalisis posisi film di antara kedua kelompok generasi suku Batak. Melalui analisis struktur naratif, penelitian ini menemukan bahwa pembingkaian kesenjangan perspektif antargenerasi dalam film ditampilkan melalui penyebab kesenjangan perspektif antargenerasi suku Batak dan perbedaan perspektif antargenerasi terhadap budaya Batak. Penelitian ini juga menemukan bahwa melalui strategi yang ditampilkan para tokoh, film menunjukkan keberpihakannya kepada generasi muda. Film tersebut berusaha untuk menyampaikan kritik terhadap perspektif patriarki generasi tua yang ditampilkan melalui tokoh Pak Domu dan teman-temannya yang terlalu memegang teguh budaya sukunya dan memaksakan generasi muda untuk melakukan hal serupa.

Generation gap often triggers conflicts due to differing views and attitudes accros generations. This issue is depicted in the film Ngeri-Ngeri Sedap (2022) by Bene Dion Rajagukguk, which is the corpus for this research. The older generation's imposition on the younger generation to live according to Batak cultural rules becomes the source of intergenerational conflict in the film. This research uses content analysis to examine the film's narrative and cinematographic aspects. Petrie and Boggs's cinema theory, Entman's framing concept, and Davis and Falk and Falk’s generation gap theory are used to analyze the framing of intergenerational perspective gap among the Batak people in the film. Walby's patriarchy concept is used to analyze the film's stance between the two Batak generational groups. Through narrative structure analysis, this research finds that the framing of intergenerational perspective gap in the film is presented through the causes of these gaps and the differing perspectives on Batak culture. The study also finds that, through the characters' strategies, the film aligns itself with the younger generation. It attempts to critique the older generation's patriarchal perspective, depicted through Mr. Domu and his friends, who rigidly adhere to cultural traditions and impose them on the younger generation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Kholijah Aspia
"Transgender adalah salah satu kelompok yang paling terpengaruh oleh epidemic HIV dan 49 kali lebih mungkin untuk hidup dengan HIV dibandingkan populasi umum. Data dari Amerika Latin dan Karibia menunjukkan bahwa prevalensi HIV jauh lebih tinggi pada pekerja seks transgender wanita dibandingkan pada pekerja seks pria dan wanita non-transgender.
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan menjual seks dengan status HIV pada waria di Indonesia yang merupakan analisis lanjut dari data STBP tahun 2015. Penelitian ini adalah studi crosssectional. Subyek dalam penelitian ini adalah 867 waria yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil penelitian didapatkan prevalensi HIV sebesar 26.1% dan proporsi menjual seks pada waria dengan status HIV positif sebesar 31,1%. Analisis multivariat menunjukkan adanya hubungan antara menjual seks dengan status HIV dengan PR adjusted 1,358 [95% CI: (1,045-1,766)] p-value=0,022. Kesimpulan penelitian ini adalah waria yang menjual seks 1,358 kali lebih berisiko memiliki status HIV positif dibandingkan dengan waria yang tidak menjual seks setelah dikontrol oleh variabel riwayat IMS.
Transgender is one of the groups with the most HIV epidemics and 49 times more likely to live with HIV than the general population. Data from America and the Caribbean show a much higher HIV prevalence in female transgender sex workers than in male and non-transgender female sex workers.
This thesis discusses the relationship between selling sex with HIV status among transgender in Indonesia which is a further analysis of the 2015 IBBS data. This study is a cross-sectional study. The subjects in this study were 867 transgender who met the inclusion and exclusion criteria.
The results obtained by HIV prevalence of 26.1% and the proportion of selling sex in transgender with HIV positive status of 31.1%. Multivariate analysis showed an association between selling sex with HIV status with adjusted PR 1.358 [95% CI: (1.045-1.766)] p-value = 0.022. The conclusion of this study is that transgender who sell sex are 1,358 times more likely to have HIV positive status compared to transgender who do not sell sex after being controlled by a variable named STIs. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catharina Theresia Indirastuti
"ABSTRAK
Penelitian ini mempelajari bagaimana calabai, istilah Bugis untuk waria atau
transgender woman, menegosiasikan subjektivitas gendernya agar dapat
memperoleh posisi dalam masyarakat Bugis masa kini. Eksistensi dan peran
calabai telah diakui dalam tradisi Bugis selama beratus tahun. Perubahan sistem
sosial dalam masyarakat Bugis, terutama masuknya Islam dengan sistem seks/
gender yang dikotomis, pendidikan modern dan berubahnya sistem politik
membawa perubahan mendasar dalam konteks hidup calabai. Sebagian calabai
bertahan pada peran tradisionalnya, sedangkan lainnya memasuki peran nontradisional
dalam konteks sosial dengan sistem gender yang lebih dikotomis.
Penelitian kualitatif ini mempelajari kehidupan 12 calabai dalam beragam peran.
Dengan mengadopsi sudut pandang Michel Foucault mengenai sistem kuasa,
Judith Butler tentang performativitas gender, serta Patricia Hill Collins tentang
opresi interseksional, ditemukan bahwa subjektivitas gender dinegosiasikan secara
cair sepanjang hidup calabai. Negosiasi subjektivitas gender calabai memiliki
bentuk yang sangat beragam, tidak kaku dan linier tetapi cair dan berubah-ubah
dalam konteks hidup yang berkelindaan relasi kuasa yang beragam serta terus
terjadi dalam tahapan hidup yang berbeda-beda. Subjektivitas gender calabai
dibangun dengan tujuan yang beragam, tidak ada satu tujuan yang ideal dan stabil,
namun berwarna-warni.

ABSTRACT
The research studied how calabai, the Bugis term for transgender woman,
negotiates her gender subjectivity to own position in the current Bugis society.
Calabai?s existence and roles have been acknowledged in Bugis tradition for
hundreds years. Changes in social system, including the entry of Islam with its
dichotomous sex/gender system, modern education and changing political system
have brought fundamental changes in calabai?s life context. Some calabai hold on
to traditional roles, while others enter non-traditional roles in social context with
stricter gender dichotomy. This qualitative research studied the life of 12 calabai
with diverse roles. By adopting Michel Foucault?s viewpoint on power systems,
Judith Butler?s gender performativity and Patricia Hill Collins? intersection
oppression, the research found that gender subjectivity is negotiated fluidly in a
complex way throughout calabai?s life. Different calabai negotiate her gender
subjectivity in different ways, the process is not rigid and linear but fluid and
changing through different life context that intertwined with power relations and
through life stages. Calabai gender subjectivity is constructed with diverse aim,
there is no ideal and stable aim, but expressed in a colourful ways;"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikhsan Alfahri
"Penelitian ini bertujuan menggambarkan dinamika kehidupan kelompok waria di Jakarta selama periode tahun 1968-1982. Latar belakang penelitian muncul dari kemunculan kelompok LGBT dalam festival Citayam Fashion Week di Jakarta pada tahun 2022. Fokus penelitian adalah perubahan kebijakan pemerintah kota Jakarta dan implikasinya terhadap kondisi kehidupan waria di Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, melibatkan tahapan heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Sumber primer, seperti koran dan majalah sezaman, ditemukan di Perpustakaan Nasional, sementara sumber sekunder berupa buku dan artikel jurnal ilmiah berasal dari Perpustakaan Jalan Merdeka Selatan, Jstor, dan beberapa website resmi lainnya. Hasil penelitian menggambarkan perbedaan sikap dan kebijakan antara masa kepemimpinan Ali Sadikin (1966-1977) dan Tjokropranolo (1977-1982) sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ali Sadikin menunjukkan sikap terbuka, mengakui eksistensi kelompok waria, dan menciptakan masa keemasan bagi mereka. Sebaliknya, Tjokropranolo mengambil pendekatan yang bersifat sosio-religius, dimana hal tersebut ditunjukan dengan peningkatan razia terhadap waria. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa perubahan kebijakan pemerintah kota Jakarta memiliki dampak signifikan pada kehidupan kelompok waria. Ali Sadikin mengintegrasikan mereka dalam masyarakat modern, sementara kepemimpinan Tjokropranolo menunjukan adanya pengabaian dan tekanan sosial, menyebabkan sebagian waria meninggalkan Jakarta.

This research aims to elucidate the dynamics of the transgender community (waria) in Jakarta during the period of 1968-1982. The research background stems from the emergence of the LGBT community in the Citayam Fashion Week festival in Jakarta in 2022. The study focuses on the shifts in Jakarta's municipal government policies and their implications on the living conditions of the waria community. The research methodology employed is historical, encompassing heuristic, verification, interpretation, and historiography stages. Primary sources, such as contemporary newspapers and magazines, were found at the National Library, while secondary sources, including books and scholarly journal articles, were obtained from the Jalan Merdeka Selatan Library, Jstor, and various official websites. The findings illustrate differences in attitude and policies between the tenures of Ali Sadikin (1966-1977) and Tjokropranolo (1977-1982) as the Governors of Jakarta. Ali Sadikin demonstrated an open-minded approach, acknowledging the existence of the waria community and fostering a golden period for them. On the other hand, Tjokropranolo took a socio-religious approach, which was demonstrated by the increase in raids on transgender people. The research concludes that changes in Jakarta's municipal government policies significantly impacted the lives of the waria community. Ali Sadikin facilitated their integration into modern society, while Tjokropranolo's leadership led to neglect and social pressure, prompting some waria individuals to leave Jakarta.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Suryo Gemilang
"Penelitian ini betujuan untuk melihat bagaimana faktor-faktor penentu seseorang melakukan Coming Out sebagai transgender dari laki-laki menjadi ‘perempuan' melalui tokoh Eriko di dalam novel Kitchen. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Coming out dari Deana F. Morrow (2006) sebagai konsep dasar penelitian. Dalam menganalisis, penulis menyertakan kutipan dari novel Kitchen, juga menyertakan artikel surat kabar dan artikel wawancara sebagai data. Dari hasil analisis ditemukan bahwa tokoh Eriko menentukan identitas gender barunya dengan alasan tekanan internal, tekanan eksternal, terbangunnya kepercayaan dan keterbukaan, untuk menjalani kehidupan yang autentik, dan kesediaan diri dalam menerima konsekuensi sebagai transgender. Selain itu, juga ditemukan kritik terhadap masyarakat Jepang terhadap transgender yang sering kali mendapat perlakuan diskriminatif.

This research aims to see how the determinants of a person's coming out as a transgender from male to "female" through Eriko's character in the novel Kitchen. The theory used in this research is Deana F. Morrow's Coming out Theory (2006) as the basic concept of the research. In the analysis, the author included quotations from the novel Kitchen, also newspaper articles and interview articles as data. The analysis, shows that Eriko's character determines her new gender identity due to internal pressure, external pressure, the establishment of trust and openness, and to live an authentic life, and the self-will to accept the consequences of being transgender. In addition, there is also criticism of Japanese society towards transgender people, who are often discriminated against.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>