Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170672 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Savina Amaliah
"ABSTRAK
Makalah ini menulis tentang pandangan masyarakat Indonesia terhadap pernikahan dengan keturunan Arab di Indonesia. Metode yang saya gunakan yaitu mencari sumber melalui beberapa buku. Dalam tulisan ini saya menemukan bagaimana tradisi keturunan arab di Indonesia dalam melakukan pernikahan dan tradisi yang masih digunakan hingga saat ini. Dalam penulisan jurnal ini metode yang digunakan adalah metode penulisan sejarah yang terdiri dari empat tahap yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sedemikian penting arti dari perkawinan ini dikarenakan manusia tidak akan dapat berkembang tanpa adanya perkawinan, karena perkawinan menyebabkan keturunan, dan keturunan menimbulkan keluarga yang berkembang menjadi kerabat dan masyarakat. Jadi perkawinan merupakan unsur tali temali yang meneruskan kehidupan manusia dan masyarakat. Pada awalnya keturunan bangsa Arab yang berada di Indonesia mempunyai kedudukan sangat kuat terhadap pernikahan sesama keturunan Arab ini.Terdapat dua perbedaan golongan dalam masyarakat Arab dan terdapat perbedaan sejarah menurut asal-usul kelahiran masing-masing golongan tersebut. Terkadang terjadi juga perselisihan antara sesama bangsa arab yang berbeda golongan dan bahkan terkadang terjadi larangan jika akan dilakukan pernikahan dengan berbeda golongan tersebut. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa perbedaan dan ulasan mengenai pernikahan yang terjadi di Indonesia yang dialami oleh masyarakat keturunan Arab sendiri.

ABSTRACT
This paper writes about the views of Indonesian society on marriages with Arab descendants in Indonesia. The method I use is to search the source through several books. In this paper I discover how the tradition of Arabic descent in Indonesia in marriage and tradition that is still used today. In writing this journal the method used is the method of writing history consisting of four stages of heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. Marriage is a very important event in human life. So important is the meaning of this marriage because humans will not be able to develop without marriage, because marriage causes offspring, and the offspring cause families to develop into relatives and communities. So marriage is an element of rigging that continues the lives of people and society. At first the descendants of the Arabs who reside in Indonesia have a very strong position against the marriage of fellow Arab descent ini.Terdapat two different groups in Arab society and there are differences in history according to the origin of each of these groups. Sometimes there are also disputes between Arabs of different groups and sometimes even a prohibition if a marriage is to be conducted with different groups. In this paper will be discussed some differences and reviews about the marriage that occurred in Indonesia experienced by people of Arab descent itself."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Qonitah
"Penelitian ini membahas pernikahan di usia muda yang dilakukan oleh perempuan keturunan Arab di Bogor. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan perempuan keturunan Arab yang menikah pada usia muda. Masalah penelitian ini adalah faktor apa yang menjadi pendorong perempuan keturunan Arab di Bogor memutuskan untuk menikah di usia muda dan dampak apa yang timbul dari keputusan menikah di usia muda pada perempuan keturunan Arab di Bogor. Penelitian menemukan faktor pendorong pernikahan muda dan dampaknya. Faktor  pendorongnya antara lain, adanya faktor persepsi dan motivasi yang dimiliki narasumber, adanya peran keluarga, dan adanya faktor religiusitas. Dampak pernikahan muda dibagi menjadi dua, yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yang dirasakan oleh ketiga narasumber adalah mereka terbebas dari perilaku zina atau perilaku seksual pranikah dan pernikahan mengubah kepribadian narasumber menjadi lebih dewasa dan mandiri. Selain itu, dampak negatif dari menikah muda adalah hilangnya kesempatan untuk mendapatkan ilmu di sekolah formal.
This study discusses about marriage at a young age carried out by young women of Arab descent in Bogor. The method used in this study is a qualitative research method. The data collection methods obtained from the results of in-depth interviews with young women of Arab descent who married at a young age. The main focus of this research has risen two research questions, the factors that affect young women of Arab descent in Bogor to decide to marry at a young age and the impact arises from the decision to marry at a young age for young women of Arab descent in Bogor. According to the exploration of this study, there are several factors causing early marriage and its effects: the contributing factors include the perception and motivation factors of the informants, the role of the family, and the role of religiosity. Based on the analysis of this study, it has found that early marriage has positive and negative impacts. On the positive side felt by the three informants, they are free from adultery or premarital sexual behavior and marriage itself changes the personality of the informants to become more mature and independent, while the negative side of early marriage impacts the loss of opportunities to gain knowledge in formal school."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Qolbi Izazy
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang pernikahan sebagai model pemertahanan identitas etnik keturunan Arab di Kelurahan Panjunan, Cirebon Jawa Barat. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian menyebutkan bahwa prosesi pernikahan merupakan salah satu cara pemertahanan identitas etnik keturunan Arab di Kelurahan Panjuan Cirebon. Adapun dalam prosesi pernikahan yang masih menjadi penggambaran identitas etnik Arab ada pada seluruh rangkaian pernikahan seperti pengenalan calon, midad, lailatul henna, akad nikah dan resepsi pernikahan. Hanya saja prosesi yang masih dipertahankan telah mengalami proses asimilasi kultural atau proses akulturasi.

ABSTRACT
This thesis discusses marriage as an identity model retention of Arab descent at Panjunan, Cirebon. This study is a qualitative method using observation and interviews. The result shows that the wedding procession is one of the preservation ways Arab descent ethnic identity at Panjunan, Cirebon. As the wedding procession is still a depiction of Arab ethnic identity on the whole set of the wedding such as bride and groom or matchmaking, midad, lailatul henna, ceremony and wedding reception. However procession retained, has absorbed the process of."
2014
S53308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Triyana Mardiani
"Skripsi ini membahas pemertahanan tradisi pernikahan pada keluarga keturunan Arab di Condet Jakarta Timur. Skripsi ini membahas perbedaan dan persamaan tradisi pernikahan pada keluarga keturunan Arab dahulu dan sekarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pernikahan keturunan Arab di Condet mengacu pada ajaran dan tradisi Islam, juga salah satu bentuk dari asimilasi terhadap kebudayaan sekitar. Tradisi pernikahan yang dipertahankan yaitu perjodohan,malam pacar, akad nikah, resepsi pernikahan, dan ngunduh mantu. Hanya waktu,tempat dan prosesi pelaksanaannya saja yang membedakannya antara dahulu dan sekarang.;

This focus of this study is discusses retention wedding traditions in Arab families in Condet East Jakarta. This study is discusses the differences and similarities of the wedding on the family tradition of Arab descent past and present. This study used qualitative methods through interviews and observation. The results show that the marriage of Arab descent in Condet refers to the teachings and traditions of Islam, is also a form of assimilation to the surrounding culture. Tradition maintained that marriage matchmaking, malam pacar, ceremony, wedding reception, and ngunduh mantu. Only time, any place and procession implementation distinguishes between past and present."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45851
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhana
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat posisi tawar perempuan keturunan Arab terhadap keluarga dalam pemilihan pasangan nikah endogami, dan melihat pada faktor yang melatarbelakangi perbedaan posisi tawar perempuan keturunan Arab terhadap keluarga dalam pemilihan pasangan nikah. Studi-studi sebelumnya mengenai pernikahan endogami lebih banyak melihat pemilihan pasangan didominasi oleh peran orangtua atau keluarga melalui perjodohan (Arranged-Marriage), yang secara tidak langsung menggambarkan pasifnya posisi tawar perempuan dalam pemilihan pasangan nikah endogami. Berbeda dengan studi sebelumnya, studi ini melihat pada posisi tawar perempuan keturunan Arab terhadap keluarga dalam memilih pasangan nikah endogami, dan faktor-faktor yang melatarbelakangi posisi tawar tersebut. Argumen penelitian ini adalah posisi tawar perempuan keturunan Arab terhadap keluarga dalam pemilihan pasangan nikah endogami dapat menempati posisi tawar aktif maupun pasif yang dilatarbelakangi oleh pendidikan dan kemandirian ekonomi perempuan. Berdasarkan hasil temuan, posisi tawar perempuan keturunan Arab terhadap keluarga dalam memilih pasangan saat ini mampu menempati posisi tawar aktif walaupun peran keluarga masih sangat dominan. Posisi tawar ini dilatarbelakangi oleh pendidikan dan kemandirian ekonomi perempuan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam pada perempuan keturunan Arab Ba alwi di Jakarta.

ABSTRACT
This study aims to look at the bargaining position of Arab descendant women towards families in the mate selection in endogamous marriage and look at the factors that affect the differences in bargaining position of Arab descendants towards families in the mate selection of endogamy. Previous studies on endogamy saw more choice of couples dominated by the role of parents or families through Arranged-Marriage, which indirectly illustrates the passive bargaining position of women in the mate selection of endogamous marriages. In contrast to the previous studies, this study looked at the bargaining position of Arab descendant women towards families in choosing husband, and the factors behind the bargaining position. The argument of this study is that the bargaining position of Arab descendant women towards families in choosing husband shows active and passive bargaining positions, supported by the women's education and occupation. Based on the findings, the bargaining position of Arab descendants towards families in choosing partners is currently able to occupy an active bargaining position even though the role of family is still very dominant. This bargaining position is supported by womens education and occupation. This study used qualitative methods with data collection techniques in-depth interviews and observations of Arab Ba alwi women in Jakarta."
2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabiel Bahasuan
"ABSTRAK

Masyarakat keturunan Arab di Indonesia identik dengan salah satu kebiasaan yaitu perkawinan endogami. Meskipun kebudayaan mereka sudah berasimilasi dengan kebudayaan Indonesia selama bertahun-tahun, mayoritas dari mereka tetap menolak sistem eksogami. Skripsi ini bertujuan untuk mencari tahu apa saja penyebab etnosentrisme dalam perkawinan pada masyarakat keturunan Arab di Jabodetabek dan apa saja nilai-nilai yang mereka anut di dalam keluarga mereka. Peneliti menggunakan metode etnografi dengan wawancara mendalam dan observasi partisipasi. Skripsi ini memaparkan bagaimana masyarakat keturunan Arab melanggengkan sistem endogami yang disebabkan oleh beberapa hal. Pertama adalah penurunan marga di mana marga merupakan aset yang sangat penting bagi masyarakat keturunan Arab di Indonesia. Alasan kedua berkaitan dengan kebudayaan.


ABSTRACT


Arab descendants in Indonesia are identical with one of many habits including endogamy marriage. Even though their culture has been assimilated with Indonesian culture for many years, the majority of them still reject the exogamous system. This thesis aims to find out what are the causes of ethnocentrism in marriage to people of Arab descent in Jabodetabek and what values they embrace in their families. The researcher used ethnographic methods with in-depth interviews and participant observation. This thesis describes how Arab descendants perpetuate the endogamy system caused by several things. First is the decline of clans or family names where they are very important assets for people of Arab descent in Indonesia. The second reason is related to culture.

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Parasmitha
"Penelitian ini melihat makna perkawinan dan alasan yang melatarbelakangi perempuan keturunan Arab golongan Non-Sayid memutuskan untuk menikah di usia muda dalam perspektif interaksionisme simbolik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan pengumpulan data melalui wawancara mendalam pada tiga perempuan keturunan Arab golongan Non-Sayid yang menikah di usia muda beserta ibu dari ketiga perempuan tersebut. Temuan penelitian ini adalah perkawinan dimaknai sebagai tiga hal yang berbeda, yaitu saluran reproduksi, kontrol sosial dan saluran afeksi. Keputusan menikah di usia muda pada perempuan Arab golongan Non-Sayid sangat kuat didasari oleh dorongan eksternal informan sebagai Me. Hal ini tidak lepas kaitannya dengan nilai perkawinan yang disosialisasikan dalam keluarga.

This research see the marriage and the reason underlying the Arab non-Sayid girls decide to get married in a young age in a symbolic interactionism perspective. The method using in this research is qualitative approach through in-depth interview toward three non-sayid Arab girls that got married in a young age and their mother. This research find that marriage is understood as three different things reproduction, social control, and affection channels. The marriage decision in a young age for non-sayid Arab girls strongly influence by external factor as a ME. This is caused by family value that been socialized in the family.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Sakinatul Fuad
"Penelitian ini mengungkapkan posisi perempuan dalam perjodohan atas dasar kafa'ah nasab (kesetaraan keturunan dalam perkawinan), dengan mengangkat pengalaman perempuan yang menerima dan menolak perjodohan. Permasalahan yang diangkat: Pertama, adanya pengaruh bias dalam menafsirkan ayat AI-Qur'an maupun Hadits yang dijadikan dasar penggunaan kafa'ah nasab tersebut. kedua, adanya perbedaan arti dalam menerima dan menolak perjodohan.
Untuk menganalisis posisi perempuan digunakan dirumuskan dalam pertanyaan turunan (1) konsep perkawinan menurut agama Islam baik syarat maupun rukunnya, kemudian melihat (2) konteks sejarah kafa'ah nasab itu sendiri dan (3) arti perjodonan bagi perempuan. Ketiga pertanyaan tersebut dianalisis menggunakan metodologi pendekatan kualitatif dan analisis berperspektif perempuan dengan pengumpulan data didasarkan pada metode wawancara mendalam kepada lima orang perempuan dengan kriteria; tiga orang syarifah yang mengalami perjodohan, seorang syarifah yang memilih menikah dengan non-Arab dan seorang perempuan Masyayikh yang menikah dengan seorang laki-laki dari golongan yang sama. Kemudian alat analisis menggunakan pandangan tiga tokoh Feminis Muslim yang menyatakan bahwa Islam menjamin kesetaraan di antara laki-laki dan perempuan, untuk melihat kepasrahan perempuan dalam menerima perjodohan saya menggunakan pandangan Multikulturalisme yang melihat adanya kesetaraan dalam perbedaan.
Hasil penelitian menunjukan adanya kesenjangan antara Ajaran Islam dan Tradisi Arab, sehingga memposisikan perempuan syarifah dan non-syarifah berbeda bahkan antara Arab dan non-Arab. Pada akhimya saya simpulkan bahwa konsep kafa'ah nasab inl lebih dekat pada tradisi Arab yang dapat dihilangkan melihat pada konsep kesetaraan yang digunakan oleh tiga Feminis Muslim tersebut, Sikap pasrah menerima yang dialami perempuan tersebut, merupakan bentuk pengakuan pada identitas kelompok yang di tempatinya dan sikap menolak perjodohan merupakan bentuk penolakan tertiadap arogansi kesukuan, karenaMultikulturalisme tidak memandang adanya kelompok yang superior (lebih tinggi) dari kelompok lainnya.

The purpose of this research is to analyze the position of Arabic women in the system of Arab's arranged marriage, which commonly based on the system of the kafa'ah nasab (equality in family rank) based on the experience of accepting and denying women. Firstly, the aim of this research is the existence of gender bias interpretation in religius texts, which supports kafa'ah nasab. Second, the different meaning between accepting and denying arrange marriage.
The position of women in this case will be analyzed by comparing the Arab's marriage system with concept of marriage in Islam, explaining the historical context of kafa'ah nasab, and showing the meaning of arranged marriage for her. All of these will be approach qualitatively from women's perspective using the theory of Multiculturalism and Moslem Feminism. The data will be gathered from in depth interview with three sharifahs (descents of Muhammad) who is still living in arrange marriage and married to non-Arab and one sharifah from masyayikh (social rank under sharifa) who married a man from the same group.
The research has found out two factors. First, there's a contras between Islamic teaching and Arab culture. According to Islamic teaching, there's no different in among human being based on sexuality, gender and ethnicity, but according to the Arab culture, women is inferior to man and Arab has higher position in than any raze on the world. Then Arab man is superior to both of women and the people. Here we can see clearly that kafa'ah nasab which is applied to protect the original generation of Muhammad, is not coming from Islamic teaching but Arab culture. Second, accepting arranges marriage for women means submission to the gender and racial bias culture and denying it means denying racial arrogance and patriarchal culture.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15251
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Rizkyana
"Upacara persembahan teh atau disebut dengan istilah Teh Pai (茶拜Chá bài), telah menjadi salah satu bagian dari rangkaian acara pernikahan orang Tiongkok sejak Dinasti Tang (唐朝 Táng cháo) (618-906 SM). Upacara persembahan teh ini juga dilakukan dalam acara pernikahan orang Indonesia keturunan Tionghoa hingga sekarang. Penelitian ini bertujuan menjelaskan mengapa Teh Pai dalam pernikahan orang Indonesia keturunan Tionghoa masih bertahan hingga sekarang. Penjelasan mengenai masih dipertahankannya Teh Pai di Indonesia hingga saat ini akan dipaparkan melalui teori semiotika Peirce. Selain itu, dalam penelitian ini juga dibahas rangkaian acara Teh Pai. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui wawancara dan ditunjang studi kepustakaan berupa buku, artikel, jurnal, dan kamus. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa rangkaian prosesi Teh Pai masih terus dilaksanakan karena meyimbolkan ajaran bakti. Ajaran bakti atau 孝 xiào dari Konfusius (孔夫子 Kǒng Fūzǐ) akan membentuk moral baik seseorang melalui perilaku bakti kepada orang tua. Selama masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa masih memegang teguh ajaran bakti, maka Teh Pai masih tetap dilaksanakan.

Tea ceremony, also known as Teh Pai (茶拜 Chá bài), has been a part of the Chinese wedding ceremony since the Tang Dynasty (唐朝 Táng cháo) (618-906 BC). Teh Pai has also been a part of Chinese-Indonesian wedding ceremony until now. The purpose of this study is to explain why Teh Pai in Chinese-Indonesian wedding still persists to the present day. An explanation of the ongoing existence of Teh Pai will be presented through Peirce's semiotic theory. In addition, this paper also explains the processions of Teh Pai ceremony. This study uses qualitative research methods through interviews and is supported by literary works in the form of books, articles, journals, and dictionary. The conclusion of this research shows that the ceremony of Teh Pai processions symbolize the teachings of fillial piety. Filial piety or xiao 孝 Xiào taught by Confucius (孔夫子 Kǒng fūzǐ), will shape someone's good moral character through filial behavior towards their parents. As long as Chinese-Indonesian people still adhere to values of filial piety, Teh Pai will still continue to be practiced."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Rembulan Nurdianto
"Penelitian ini bertujuan menyelidiki keputusan menikah dikalangan perempuan terhadap pengaruh ekpektasi dari output perkawinan dalam proses pengambilan keputusan dan mengkaji premi upah pernikahan bagi laki-laki dan perempuan serta mencoba mengeksplorasi bias seleksi pada karakteristik yang dapat diamati. Data yang digunakan adalah data cross-sectional dari Survei Kehidupan Keluarga Indonesia 4 (IFLS4). Pertama, penelitian ini membuat sebuah model empiris dimana variabel probabilitas bekerja dan probabilitas memiliki anak sebagai variabel proksi terhadap ekspektasi dari output pernikahanan yang akan mempengaruhi probabilitas keputusan pernikahan perempuan. Kedua, untuk mengkaji premi upah, penelitian ini mempertimbangkan pernikahan sebagai perlakuan non-acak dengan potensi hasil upah yang heterogen untuk mengkaji premi upah di Indonesia. Kemudian, dengan menggunakan propensity score matching, bias seleksi antara pria dan wanita yang menikah dan lajang dapat ditentukan. Kesimpulannya pertama, keputusan menikah perempuan ditentukan oleh ekspektasi dari output perkawinan, yaitu peluang untuk bekerja dan peluang untuk mempunyai anak, serta oleh karakteristik individu itu sendiri, seperti usia, agama, dan suku. Kedua, terdapat faktor lain yang mempengaruhi keputusan pernikahan perempuan, namun dalam skala yang lebih kecil. Kecil kemungkinan untuk menikah bagi perempuan yang tinggal di kota dan ditemukan premi upah pernikahan baik bagi laki-laki maupun perempuan meskipun perempuan mempunyai premi upah pernikahan yang lebih kecil dibandingkan dengan laki-laki.

This study tries to investigate the decision to marry among women on the effect of expected marital output in the decision-making process, examines the marriage wage premium for men and women, and tries to explore selection bias on observable characteristics using cross-sectional data from IFLS4. First, an empirical model is proposed where probability to work and probability to have children are used as proxies of expected marital output which will influence the probability of women’s marriage decision. Second, the study considering marriage as a non-random treatment with heterogenous potential outcomes of wage to examines wage premium in Indonesia. Then, using propensity score matching, selection bias between married and single men and women has been determined. The conclusions are first, women’s marriage decision determined by the expected marital output, which are probability to work and probability to have a child or children, and by the individual characteristics itself, such as age, religion and ethnicity. Second, other factors affect women’s marriage decisions, but to a lesser extent. Marriage is less likely for women who live in urban area and we find a marriage wage premium for both men and women though women have smaller marriage wage premium as compared to men."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>