Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93065 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gregorius Andika Ariwibowo
"ABSTRACT
Letusan Gunung Galunggung merupakan salah satu bencana besar di Indonesia. Letusan yang berlangsung selama sekitar delapan bulan ini telah mempengaruhi kehidupan sehari-hari penduduk di tiga kabupaten di Jawa Barat. Kajian ini mencoba menjabarkan mengenai upaya pemerintah, terutama pemerintahan Orde Baru dalam penanganan bencana letusan Gunung Galunggung. Kajian ini memiliki peran penting dalam melihat alur perkembangan penanganan bencana oleh Pemerintah Indonesia, khususnya pada masa pemerintahan Orde Baru yang dikenal dengan sistem pemerintahan terpusat. Penanganan bencana merupakan upaya penanganan langsung terhadap pada korban sesaat setelah bencana terjadi. Kajian ini menggunakan metodologi sejarah dengan menggali pada sumber-sumber yang merekam dan mendokumentasikan peristiwa ini. Kesimpulan dari kajian ini adalah bahwa pemerintahan Orde Baru menggunakan perangkat sipil dan meliter dalam upaya penanganan bencana. Pengaruh dari konsolidasi penanganan yang dilakukan secara sistematik ini berjalan dengan sangat baik antara aparat pemerintah, peneliti, militer, dan tim SAR dalam menangani para pengungsi dan dampak bencana yang lain."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2017
959 PATRA 18:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gregorius Andika Ariwibowo
"Letusan Gunung galunggung merupakan salah satu bencana besar di Indonesia. letusan yang berlangsung selama sekitar delapan bulan ini telah mempengaruhi kehidupan sehari-hari penduduk ditiga kabupaten di Jawa Barat. Kajian ini mencoba menjabarkan mengenai upaya pemerintah, terutama pemerintahan orde baru dalam penanganan bencana oeh pemerintah Indoneisa, khususnya pada masa orde baru yang dikenal dengan sistem pemerintahan yang berpusat. Penanganan bencana merupakan upaya penanganan langsung terhadap para korban sesaat setelah bencana terjadi. Kajian ini menggunakanmetodologi sejarah dengan menggali pada sumber-sumber yang merekam dan mendokumentasikan peristiwa ini. Kesimpulan dari kajian ini adalah bahwa pemerintah Orde Baru menggunakan perangkat sipil dan militer dalam upaya penangan bencana. Pengaruh dari kondolidasi pennganan yang dilakukan secara sistematik ini berjalan dengan sangat baik antara aparat pemerintah, peneliti,militer, dan tim SAR dalam mengangani para pengungsi dan dampak bencara yang lain."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2017
PATRA 18:2 (2017)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Katili, J. A.
Jakarta: Volcanological Survey of Indonesia, 1984
551.215 98 KAT g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Gunung Galunggung terletak pada 2 Kabupaten, yaitu Tasikmalaya dan
Garut, Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan catatan Direktorat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Alam Geologi, telah terjadi letusan sebanyak 4 kali pada
tahun 1982. letusan tersebut menyebabkan perubahan morfologi bentang
alam di sekitarnya yang ditunjukkan oleh perubahan jarak, dan luasan
material endapan. Perubahan material endapan tersebut juga menyebabkan
perubahan terhadap wilayah rawan bencana, ditinjau dari posisi tata letak
dan jarak dari titik-titik awal endapan material.
Adapun wilayah rawan bencana akibat letusan gunung Galunggung selama
periode 1983-2001, menunjukkan perubahan-perubahan sebagai berikut :
(a) Wilayah rawan bencana Galunggung selama jangka waktu 1983-2001
berubah mengikuti jalur aliran lahar dan lava ke arah elevasi yang lebih
rendah, yaitu ke arah tenggara Galunggung, (b) Wilayah Rawan Bencana I
menunjukkan perubahan paling luas dibandingkan dengan Wilayah Rawan
Bencana II dan III, dimana perubahan ketiga wilayah rawan bencana tersebut
berpengaruh terhadap permukiman dan usaha tani penduduk."
Universitas Indonesia, 2007
S33954
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Nabilah
"ABSTRAK<>br>
Penelitian ini membahas sejarah bencana alam Gunung Kelud beserta mitigasibencananya. Bencana gunung meletus menarik untuk dibahas mengingatIndonesia adalah negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana yang tinggi.Dampak bencana yang tersebut juga mempunyai pengaruh besar terhadapkehidupan masyarakat sekitarnya, khususnya masyarakat sekitar Gunung Kelud.Skripsi ini membandingkan penanganan mitigasi bencana yang dilakukan olehpemerintah kolonial Belanda dan republik Indonesia terhadap letusan GunungKelud tahun 1901, 1919, 1951,1966, dan 1990. Hasil dari perbandingan tersebutmenunjukkan bahwa penanganan mitigasi bencana paling efektif dilakukan olehpemerintah kolonial dengan dibangunnya terowongan air di Gunung Kelud.Keefektifan mitigasi bencana tersebut tercermin pada letusan 1951 dan letusanletusan setelahnya. Penanganan mitigasi bencana dari masa kolonial ke masarepublik mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini terbukti denganbeberapa upaya mitigasi bencana yang dilakukan pascaletusan di wilayah Kediridan Blitar, seperti perbaikan dan pembangunan terowongan, bendungan, waduk,dan kantong lahar yang berefek menurunkan jumlah korban jiwa dan dampaklainnya pada kejadian yang diteliti. Metode penelitian yang digunakan adalahpenelitian pustaka, wawancara, dan penelitian lapangan.

ABSTRACT<>br>
This research discussed the history of natural disaster of Kelud Mountain and itsmitigation. The volcano eruption disaster topic was interested to be discussedsince Indonesia is the country that has high level of disaster. The localcommunities also got affected by this, especially communities around KeludMountain. This research were compared the mitigation which handled by Colonialgovernment and Indonesian government on Kelud Mountain eruptions in theperiod of 1901, 1919, 1951,1966, and 1990. The results of this comparisonshowed that the most effective disaster mitigation management carried out by thecolonial government with the construction of a tunnel at Mount Kelud. Theeffectiveness of disaster mitigation is reflected in the eruption of 1951 andsubsequent eruptions. Handling disaster mitigation from the colonial period to theperiod of the republic has increased significantly. This proved by theconstructions of mitigation was built post disaster in Kediri and Blitar, asexample, tunnels, dams, reservoirs, and lava pockets, which reduced the numberof fatalities in this incident. The method in this thesis is literature research,interview and field research."
2016
S69966
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Yogatama
"Penelitian ini membahas tentang tingkat kerentanan letusan Gunung Gede pada daerah sekitar Gunung Gede dan juga tingkat risiko bencana letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas dengan menghitung pengaruh faktor bahaya, kerentanan dan kapasitas. Untuk menghasilkan kelompok desa rentan yang memiliki kemiripan data digunakan metode K-Means Cluster. Terdapat 44 desa/kelurahan di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi yang berada di wilayah bahaya letusan Gunung Gede. Desa yang memiliki tingkat kerentanan tinggi memiliki karateristik lokasi berbatasan langsung dengan lokasi puncak Gunung Gede sehingga faktor bahaya menjadi faktor utama tingginya tingkat kerentanan disuatu desa, karateristik ini dimiliki oleh desa-desa di Kabupaten CIanjur. Kerentanan tinggi juga ditemukan pada daerah - daerah yang tidak berbatasan langsung dengan lokasi Gunung Gede namun memiliki tingkat kerentanan tinggi dikarenakan faktor kerentanan sosial,ekonomi dan fisik yang lebih tinggi dibandingkan desa lain, karateristik ini dimiliki oleh desa-desa di Kabupaten Sukabumi yang berbatasan langsung dengan Kota Sukabumi. Nilai perkiraan kerugian akibat letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas diperkirakan sebesar Rp 251,29 MilIar. Risiko letusan gunung gede dengan kelas risiko tinggi memiliki karateristik kerugian yang tinggi akibat bahaya letusan dan memiliki tingkat kerentanan tinggi. Desa dengan risiko rendah memiliki karateristik sebagian besar variabelnya memiliki nilai dibawah rata-rata dan juga memiliki kapasitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan desa lain.

This study discusses the vulnerability of the eruption of Mount Gede in the area around Mount Gede and also the level of risk of the eruption of Mount Gede in District Cipanas with calculate the influence of factors hazards, vulnerabilities and capacities. The generate of susceptible vilages that have similar data using KMeans Cluster. There are 44 villages in Cianjur and Sukabumi district who are in the danger zone eruption of Mount Gede. Villages that have a high of vulnerability has a characteristic location immediately adjacent to the location of the summit of Mount Gede, so the main danger factor to the high level of vulnerability factors sector in the village, this characteristic is owned by the village - the village in Cianjur. And also high vulnerability was found in the area - areas not directly adjacent to the location of Mount Gede, but has a high degree of vulnerability due to the vulnerability factors of social, economic and physical higher than other villages, this characteristic is owned by the village - the village in Sukabumi district directly adjacent to the Sukabumi City. Estimated value losses due to the eruption of Mount Gede in Cipanas district is estimated at Rp 251.29 billion. The risk of big volcanic eruptions with a high risk class has a characteristic high losses due to the danger of the eruption and has a high of vulnerability. Villages with a low risk of having most of the characteristics variables have a value below the average and also has a higher capacity than the other villages."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42618
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bazooka Akbar Anantama
"Letusan Gunung Kelud yang terjadi pada malam hari tanggal 13 Februari hingga dini hari 14 Februari 2014 meninggalkan dampak pada daerah di sekitarnya. Kabupaten Kediri yang terletak di sebelah barat Gunung Kelud, merupakan salah satu kabupaten yang terdampak letusannya. Arah angin pada saat hari kejadian menjadikan Kabupaten Kediri wilayah yang paling parah terpapar oleh material hasil letusan Gunung Kelud. Di samping faktor angin, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Kabupaten Kediri termasuk ke dalam wilayah terdampak letusan Gunung Kelud 2014, diantaranya faktor morfologi, topografi dan kemiringan lereng, serta jaringan sungai daerah bersangkutan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana dampak letusan Gunung Kelud serta bagaimana kerusakan yang ditimbulkan, khususnya di wilayah Kabupaten Kediri. Melalui analisis citra radar, spasial dan deskriptif dapat ditunjukkan bahwa seluruh wilayah Kabupaten Kediri terpapar oleh material letusan dan sejumlah desa di empat kecamatan mengalami kerusakan permukiman dengan kategori ringan hingga berat. Analisis kapasitas dan sensitivitas menunjukkan bahwa daerah yang terkena dampak letusan Gunung Kelud tidak serta merta mengalami kerusakan baik itu ringan, sedang maupun berat.

Kelud Eruption that had happened in 2014 from February 13 night till February 14 night, was exposed its surrounding area. Kediri Regency which located in the west of Mount Kelud, is one of regencies that exposed by the eruption. Even Kediri Regency became the most exposed by all material things from the eruption. Furthermore, there's some other factors that impact Kediri Regency as an exposed area of Kelud Eruption. Those factors such as morphology, topography, slope, and river network in that area.
So, the purposes of this research are observing how far impact of the eruption and the damage that's been caused in Kediri Regency. By using radar imagery interpretation, spatial analysis, and descriptive analysis, readers will know how far Kediri Regency exposed and many houses in some villages in 4 districts were damaged, those kind of damage can be categorized as light and heavy damage. In addition, capacity and sensitivity analysis will show area that is not damaged by eruption, neither light, moderate nor heavy damage.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S58519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Rissalwan Habdy
"Penelitian ini berfokus pada fenomena sistem keyakinan yang mempengaruhi pengetahuan lokal pada komunitas masyarakat yang bertempat tinggal di dekat ancaman bencana alam. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan kasus dua desa di sisi barat Gunung Galunggung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada empat dimensi spiritualitas yang terdapat dalam daur kehidupan masyarakat rawan bencana, yakni dimensi transendensi agama, dimensi adat istiadat, dimensi lingkungan alam dan dimensi akses informasi. Keempat dimensi spiritualitas ini dapat diketahui mana yang lebih dominan dengan menganalisisnya di dalam 6 kombinasi yang terdiri dari 2 dimensi. Dari keenam kombinasi tersebut yang juga didukung oleh data lapangan, dapat diketahui bahwa dimensi lingkungan alam adalah yang paling dominan. Kemudian diikuti dengan dimensi transedensi agama dan dimensi adat-istiadat. Selain itu, keempat dimensi spiritualitas tersebut membentuk apa yang dinamakan pengetahuan-semu yang merupakan bahan baku bagi pengetahuan lokal pada masyarakat rawan bencana. Secara umum, pengetahuan lokal warga masyarakat rawan bencana terwujud dalam arketipe ketidaksadaran kolektif yang bernama Ibu yang Agung.

This research focuses on the phenomenon of belief systems that affect local knowledge in the communities living in close proximity to the threat of natural disasters. The research approach used is qualitative research with case study of two villages on the west side of Galunggung Mountain. The results of this study indicate that there are four dimensions of spirituality contained in the life cycle of disaster-prone communities, namely the dimension of religious transcendence, the dimensions of customs, the dimensions of the natural environment and the dimensions of information access. Which one is more dominant of the four dimensions of this spirituality can be known by analyzing it in 6 combinations consisting of 2 dimensions. From the six combinations that are also supported by field data, it can be seen that the dimension of the natural environment is the most dominant. Then followed by the dimension of religious transcendence and the dimension of custom. In addition, these four dimensions of spirituality form what is called pseudo-knowledge which is a raw material for local knowledge in disaster-prone communities. In general, local knowledge of disaster-prone communities manifests in the collective unconscious archetype named Great Mother."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Penelitian ini untuk mendeskripsikan penggunaan metafora banjir, gempa, dan letusan gunung dan bagaimana penggunaan metafora banjir, gempa, dan letusan gunung mencerminkan cara pandang masyarakat terhadap salah satu bencana alam tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena data dan cara penyajian data berupa kata-kata. Seluruh data yang disajikan didapatkan dari pengamatan penggunaan metafora kata banjir, gempa, dan letusan gunung pada media masa baik televisi dan internet yang memuat pemberitaan bencana banjir, gempa, dan letusan Gunung Merapi bulan Januari—Maret 2013. Data dianalisis dengan menggunakan teori metafora dan linguistik antropologi.
"
JIKK 3:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>