Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139876 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widodo Aribowo Andrik Purwasito
"Slowly but sure traditional society has changed into a capitalistic one, and this has split the taste of the traditional society. Social change in the Javanese community has altered the face ofwayang kuwait. On the one hand, the old society still maintains the high taste of wayang kulit (purwa) because wayang kulit is a part of spiritual conduct. On the other hand, the new generation are crazefor pop culture. There has been a degradation in the high art. A number of artists felt anxious because the high art has declined with the rise of pop art. In this situation Wayang Kampung Sebelah has emerged as a counter culture. However, its emergence has truly enriched the world of wayang kulit. Using ethnographic methods, this research has found that a discourse has emerged and the utilization of social media in conveying the ideology of democracy does not reckon the dichotomy between high culture and low culture."
Yogyakarta: BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA D.I. YOGYAKARTA, 2017
400 JANTRA 12:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rawa El Amady
"Studi ini tentang budaya hutang, di mana toke membangun strategi untuk merespon perubahan sosial- budaya di Desa Parit Baru, Kampar Riau dengan berperan sebagai kapitalis kecil dan cultural broker. Desa Parit Baru sebelumnya merupakan kampung terisolir, setelah tahun 1999 Desa Parit Baru berubah menjadi desa pinggiran kota yang bisa diakses dengan mudah.
Perubahan sosial-budaya mempengaruhi posisi toke di desa, dari enam toke, lima bangkrut dan hanya satu toke yang bertahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk memperoleh data dan menginterpretasi data, di mana toke sebagai subjek utama. Toke yang bertahan adalah toke yang mampu mereproduksi budaya hutang dan membangun beberapa strategi sebagai berikut; Pertama, merubah pola hubungan dengan anak semang, dari pola yang ketat, ke pola jaringan ekslusif yang terdiri dari kelompok toke, pabrik dan penguasa desa untuk menetapkan harga; Kedua, toke menjadi kapitalis kecil untuk memudahkan membangun jaringan dan akses ke berbagai pihak yang lebih luas, sehingga anak semang bisa berinteraksi langsung pada kreditor dari luar desa; Ketiga, toke sebagai cultural broker mereproduksi budaya hutang dan memproduksi gaya hidup konsumtif.
Kajian ini mengungkapkan bahwa; Pertama, perubahan pola perniagaan toke bisa menjadi jendela untuk memahami kapitalisme global, bahwa negara pusat harus dinamis pada negara pinggiran dan semi pinggiran, sebab negara pinggiran sudah mempunyai akses yang luas serta memiliki kemandirian pilihan ekonomi dan politik; Kedua, toke sebagai cultural broker bisa menjelaskan bahwa kapitalisme global harus mempunyai kesadaran pada kultur lokal untuk membangun jaringan komoditas yang lebih luas. Bahwa jaringan politik dan ekonomi harus memperhatikan budaya lokal agar nilai-nilai konsumerisme hadir di desa-desa terpencil

The study on the culture of debt in which the toke role as a petty capitalist and cultural broker, in an effort to develop strategies to respond to the socio-cultural change in the village of Parit Baru, Kampar Riau. Parit Baru village was an isolated village but after 1999 turned into a suburban village which can be accessed easily.
Changes affecting the position of the toke in the village, which is of six tokes, five bankrupt and only one toke survived. This study used a qualitative approach to obtain the data and interpret the data, where toke as a major subject in this study. Toke that survive are capable of reproducing the culture of debt and build some of the following strategies, first, change the pattern of the relationship with the anak semang, from a strict pattern, pattern to the exclusive network consisting of a group toke, factory and village authorities to set prices. Second, toke become petty capitalists to facilitate networking and access to a wider variety of parties, so that the anak semang can interact directly to creditors from outside the village. Third, as a cultural broker toke reproduce the debt culture and producing consumptive lifestyle.
The study revealed that, first, the changing patterns of trade toke can be a window to understanding global capitalism, that the state should be dynamic centers on the periphery and semi- periphery, because the periphery has had extensive access and has a choice of economic and political independence. Second, toke as cultural broker can explain that global capitalism must have consciousness on local culture to build a wider network of commodities. That the political and economic networks should pay attention to local culture that values ​​consumerism is present in remote villages."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D1925
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Natalia
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap kinerja pasar dengan corporate governance sebagai variable moderasi. Dalam penelitian ini, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan diukur dengan menggunakan metode content analysis dengan mengacu pada pedoman GRI G3.1, sementara skor corporate governance diukur dengan menggunakan CG scorecard yang dikembangkan oleh Utama, et al. (2014). CG scorecard tersebut mengacu pada ASEAN CG Scorecard dan telah disesuaikan dengan konteks Indonesia dan terdiri dari 130 pertanyaan.
Dengan menggunakan sampel 53 perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan tidak berpengaruh pada kinerja pasar, corporate governance memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pasar dan corporate governance tidak terbukti memperkuat pengaruh positif pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap kinerja pasar. Hal ini dapat disebabkan karena masalah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan adalah hal yang relatif baru di Indonesia dan sebagian besar investor memiliki persepsi yang rendah terhadap hal tersebut. Selain itu, investor di Indonesia lebih peduli dengan corporate governance yang baik daripada pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan saja.

This study is aimed to investigate the effect of corporate social responsibility disclosure on market performance with corporate governance as moderating variable. In this study, the corporate social responsibility disclosure measured using the content analysis method with reference to the GRI G3.1 guidelines, while corporate governance scores measured using CG scorecard developed by Utama, et al. (2014). That scorecard refers to the ASEAN CG Scorecard and has been adapted to the context of Indonesia and consists of 130 questions.
By using a sample of 53 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) 2011-2013, the results showed that corporate social responsibility disclosure have no effect on market performance, corporate governance have positive effect on market performance and corporate governance cannot strengthen positive effect corporate social responsibility disclosure on market performance. It can be caused due to the issue of corporate social responsibility disclosure is a relatively new in Indonesia and most investors have a low perception towards it. In addition, investors in Indonesia was more concerned with good corporate governance rather than the extent of corporate social responsibility alone.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T43515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzara Nurfitri
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji peran media sosial, khususnya Twitter, sebagai media pengungkapan informasi oleh perusahaan terhadap atensi investor. Salah satu alasan utama perusahaan menggunakan media sosial adalah untuk menarik investor dan meningkatkan kinerja keuangannya. Beberapa studi sebelumnya menemukan bahwa baik media sosial dan atensi investor mempengaruhi imbal hasil saham, likuiditas dan volatilitas. Penelitian ini membandingkan antara sebelum dan sesudah perusahaan mengadopsi Twitter untuk mengumumkan labanya. Studi ini tidak memperlihatkan perbedaan atensi investor yang signifikan antara sebelum dan setelah adopsi Twitter. Tetapi, ketika perusahaan mendiseminasikan persentasi penurunan laba melalui Twitter, perusahaan dapat meningkatkan atensi investor secara signifikan. Berita baik dan buruk juga dapat terkait dengan akumulasi perhatian investor.

The purpose of this study is to examine the role of social media, specifically Twitter, as a voluntary disclosure media on investor attention. One of the main reason for a firm to use social media is to attract investors and to improve their financial performance. Previous studies find that both social media and investor attention affect stock return, liquidity, and volatility. This study compares investor attention between before and after firms adopting Twitter to disseminates their earnings announcement. This study does not reveal significant investor attention difference between before and after Twitter adoption as earnings announcement dissemination tool. However, when a firm disseminates earnings decline percentage through Twitter, the firm can significantly increase investor attention. Good news and bad news also can relate to cumulative investor attention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T52155
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Aprianus
"Skripsi ini membahas mengenai hubungan antara penghindaran pajak dengan tingkat utang dan investor institusional. Penghindaran pajak diukur dengan mengeluarkan komponen akrual diskresioner pada persamaan book tax difference (BTD). Tingkat utang diukur dengan menggunakan dua pengukur, yaitu utang pasar (market debt) dan utang buku (book debt). Variabel kendali yang dipakai adalah pendapatan operasi, depresiasi dan amortisasi, aset tetap, jumlah dividen saham biasa yang dibagikan, median rasio utang industri, Altman?s Z-score, dan log of total assets. Dengan menggunakan sampel 900 observasi yang terdiri dari 225 perusahaan yang terdaftar di BEI, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan negatif antara penghindaran pajak dengan tingkat utang perusahaan. Akan tetapi, variabel investor institusional dan moderasi tidak menunjukkan hasil yang signifikan.

This study focuses on the relationship between companies debt level dan tax avoidance activities and how the existence of institutional investor influence that relationship. Tax avoidance activities measured by book tax difference (BTD) after excluding discretionary accruals component. Debt level measured by market debt and book debt. This study uses seven variables to control dependent variable that is operating income, depreciation and amortization, fixed assets, common stock dividen, median debt ratio of industry, Altman?s Z-score, and log of total assets. I took 900 observations which is 225 companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2009 to 2012. The result shows that tax avoidance negatively correlated with debt. However, institutional investors and moderation variable is not significant."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Mira
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis prinsip dan standard fair and equitable treatment FET dalam kerangka hukum investasi internasional dan menganalisis interpretasi prinsip FET pada sengketa investasi internasional terutama dalam sengketa yang melibatkan Indonesia untuk kemudian dijadikan suatu pembelajaran dan materi evaluasi bagi kebijakan hukum Indonesia mengenai investasi asing di masa yang akan datang. Prinsip FET sebagai prinsip fundamental dalam hukum investasi internasional sudah dipraktekkan secara global. Tetapi, prinsip yang bertujuan untuk menjaga dan memberikan perlakuan sama rata dan non-diskriminatif terhadap investor dan investasi asing ini tidak luput dari permasalahan hukum. Ragam klausula FET di tiap perjanjian investasi internasional menimbulkan multiinterpretasi mengenai standard keberlakuan FET terutama dalam sengketa investasi internasional. Dalam kerangka hukum investasi internasional terdapat beberapa klasifikasi standard FET: FET sebagai ldquo;FET unqualified rdquo;/FET sebagai autonomous/ independent standard, FET sebagai customary international law minimum standard dan FET mencakup standard lainnya seperti salah satu contohnya full protection and security FPS . Metode penelitian yang digunakan adalah metode doktrinal melalui studi kepustakaan. Melalui penelitian ini, kesimpulan yang diraih adalah klasifikasi FET sebagai customary international law minimum standard merupakan standard yang menjadi preferensi investor dan juga host States dan pengaturan hukum Indonesia mengenai investasi asing masih lemah dan belum berhasil mengakomodir perkembangan hukum investasi internasional. Langkah strategis untuk memperbaiki dan memperkuat pengaturan hukum investasi asing di Indonesia diperlukan agar posisi dan kepentingan Indonesia sebagai host States lebih solid tanpa melanggar hak-hak investor asing terutama hak asasi yang mendasar.

This research aims to scrutinize and to provide answers to three matters the workings of principle of fair and equitable treatment FET within the framework of international investment law, the rationale and approach of FET interpretation in investment disputes, especially those involving Indonesia, and also possible update s or reform s for Indonesia rsquo s future investment policies. Without a doubt, FET has become and is a fundamental principle in international investment law hence its global practice. Contemporary international investment law recognises some FET classifications ldquo FET unqualified rdquo FET as autonomous independent standard, FET as customary international law minimum standard and FET that embraces other standards of treatment such as full protection and security FPS among others. However, FET existence to guard and guarantee equitable and non discriminative measures toward foreign investor and investment is inevitably exposed to legal problem s . Due to different wordings and classifications of FET, different arbitral tribunals subsequently produced multiple interpretations of FET. In essential, the research employs doctrinal method and library based research method. As reflected in the research, one may see that FET as customary international law minimum standard is a much favoured standard by host States and foreign investors alike. One may also see that there are weaknesses in Indonesia foreign investment policies thus strategic moves are necessary to be made in order to update and strengthen Indonesia rsquo s interests and position as host States without putting basic rights of foreign investor in jeopardy.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
T47115
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhenia Keumala
"ABSTRAK
Penelitian mengenai IPO underpricing telah banyak dilakukan oleh peneliti tetapi belum menjadi kesimpulan yang sama mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya IPO underpricing. Penelitian ini bertujuan menganalisis underpricing yang diproksikan oleh initial return dan market adjusted abnormal return dan pengaruh variabel firm age, issue size, listed board, lag period, investor sentiment, IPO volume, hot and cold issue period, market volatility, offer risk, offer price, privatization, dan industry effect terhadap underpricing. Sampel penelitian terdiri dari 229 perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2018. Penelitian ini menggunakan metode analisis stepwise multiple regression. Hasil penelitian ini menemukan hubungan yang signifikan antara ukuran penawaran, volume IPO, risiko penawaran, usia perusahaan, jeda waktu, papan pencatatan, volatilitas pasar, dan hot market dengan underpricing. Penelitian ini juga menemukan hubungan yang tidak signifikan antara harga penawaran, sentimen investor, privatisasi, dan jenis industri dengan underpricing. Secara rata-rata IPO di Indonesia mengalami underpriced sebesar 29.83%, underpricing lebih umum terjadi di pasar saham Indonesia. Investor dapat memanfaatkan kondisi ini untuk mendapatkan capital gain dan perusahaan yang berniat go public perlu mengantisipasi terjadinya underpricing.

ABSTRACT
Research on IPO underpricing has been done by many researchers but it has not been the same conclusion regarding what factors influence the occurrence of underpricing IPO. This study aims to analyze the underpricing proxied by initial returns and market adjusted abnormal returns and the influence of firm age, issue size, listed boards, lag periods, investor sentiment, IPO volumes, hot and cold issue periods, market volatility, offer risk, offer price, privatization, and industry effect on underpricing. The research sample consisted of 229 companies which made an initial public offering on the Indonesia Stock Exchange in the period 2009-2018. This study uses a stepwise multiple regression analysis method. The results of this study found a significant relationship between issue size, IPO volume, offer risk, firm age, time lag, listed board, market volatility, and hot market with underpricing. This study also found an insignificant relationship between offer price, investor sentiment, privatization, and industry effect with underpricing. On average, IPOs in Indonesia experience an underpriced of 29.83%, underpricing is more common in the Indonesian stock market. Investors can take advantage of this condition to get capital gains and companies that intend to go public need to anticipate underpricing."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hira Riga
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat investor attention, dengan menggunakan proksi Google search volume (GSV), terhadap aktivitas, tingkat likuiditas, dan volatilitas pasar modal Indonesia khususnya perusahaan LQ- 45 pada periode 2010 hingga 2016. Hasil yang diperoleh yaitu pada kebanyakan kasus ditemukan bahwa tingkat investor attention yang tinggi berpengaruh ada tingkat likuiditas dan volatilitas yang tinggi. Kemudian, tren yang terjadi pada perusahaan Indonesia tidak memiliki pola yang khusus pada sektor tertentu. Sementara itu, model penelitian yang mengacu pada penelitian di Perancis ditemukan bahwa model untuk perusahaan di Indonesia perlu ditambahkan untuk menjelaskan likuiditas, karena kebanyakan variabel tidak signifikan mempengaruhi.

This study aims to analyze the influence of investor attention, using Google search volume (GSV) as the proxy, against the activity, liquidity, and volatility of capital markets in Indonesia, especially those included in LQ-45 from 2010 to 2016. The results obtained are in most cases found that the high level of investor attention affect high level of liquidity and volatility. Then, a trend that occurred in the Indonesian company does not have a particular pattern in a particular sector. Meanwhile, the research model which refers to a French study found that the model for companies in Indonesia need to be added to explain liquidity, since most variables are not significantly affecting.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S63829
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Ismail
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh kinerja IHSG dan JII terhadap kinerja reksa dana saham syariah. Kemudian juga untuk menganalisa pengaruh kinerja IHSG, JII dan kinerja reksa dana saham syariah terhadap aliran dana investor reksa dana saham syariah.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis ARCH/GARCH. Data yang digunakan adalah data bulanan return IHSG, JII, return reksa dana saham syariah dan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana saham syariah dengan periode Januari 2009 hingga September 2014.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja IHSG dan JII baik secara bersama-sama maupun parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja reksa dana saham syariah. Dimana variabel kinerja IHSG menjadi variabel yang lebih dominan dibandingkan kinerja JII dalam mempengaruhi kinerja reksa dana saham syariah.
Sementara itu, kinerja IHSG dan JII tidak berpengaruh secara signifikan terhadap aliran dana investor reksa dana saham syariah sedangkan kinerja reksa dana saham syariah berpengaruh positif secara signifikan terhadap aliran dana investor reksa dana saham syariah.

The purpose of this research is to analyze the influence of IHSG and JII performance influence on sharia equity fund performance. Furthermore, also to analyze the IHSG, JII and sharia equity fund performance influence on investor flow of sharia equity fund.
The analytical method for this research is ARCH/GARCH. The data source for this research are the monthly data of the return of IHSG, return of JII, return of sharia equity fund, and the Net Asset Value (NAV) of sharia equity fund for the period of January 2009 ? September 2014.
The results of this research indicate that the IHSG and JII performance influence, simultaneously and partially are positively significant for the sharia equity fund performance. In which IHSG performance become more dominant than JII performance in influencing sharia equity fund performance.
Meanwhile, performance of IHSG and JII do not significantly influence the investor flow of sharia equity fund, whereas, performance of sharia equity fund influenced positively the investor flow of sharia equity fund.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desimaini Jamain
"Integritas dan kredibilitas Pasar Modal merupakan bagian terpenting dalam menarik minat para pemilik modal untuk menginvestasikan dananya di Pasar Modal Indonesia. Minat pemodal tersebut akan sangat tergantung kepada rasa aman atas dana yang diinvestasikan dan hal ini akan ditentukan oleh seberapa tinggi peraturan perundang-undangan beserta pelaksanaannya mampu melindungi para pemodal terutama dalam hal perdagangan dan transaksi efek (khususnya saham) di Pasar Modal. Semakin tinggi jaminan perlindungan terhadap pemodal dalam perdagangan saham akan semakin tinggi pula minat para pemodal untuk menginvestasikan dananya di Pasar modal. Permasalahan utama yang timbul dari perlindungan dan kepastian hukum bagi para pemodal dalam perdagangan saham di Pasar modal adalah bagaimana Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 dan peraturan-peraturan pelaksanaannya bisa berlaku efektif untuk tujuan perlindungan tersebut. Dari misi yuridis sesungguhnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 beserta peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam sesuai dengan kewenangannya telah memberikan perlindungan kepada pemodal dari hal-hal yang merugikan melalui pengaturan terhadap proses penawaran umum, prospektus, keterbukaan informasi, transaksi yang memiliki benturan kepentingan, praktek penipuan dan manipulasi pasar, praktek perdagangan orang dalam, pengambilalihan perseroan dan perilaku penasihat investasi serta pengaturan lainnya guna mencegah praktek perdagangan saham yang merugikan. Kewenangan Bapepam untuk mengatur, mengawasi dan bahkan melakukan pemeriksaan dan penyidikan serta kewenangan memberi sanksi telah memberikan landasan yang kuat untuk menciptakan kondisi Pasar Modal yang wajar dan efesien serta terlindunginya kepentingan pemodal dalam perdagangan saham di Pasar Modal. Konsistensi pelaksanaan terhadap peraturan perundang-undangan itulah yang menjadi kunci utama untuk mencapai tujuan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan yang bersifat yuridis normatif yang hasilnya sebagaimana tersaji dalam tesis ini."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005
T16277
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>