Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39361 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zaldy Rusli
"Antibiotik golongan sefalosporin menjadi salah satu solusi terhadap resistensi antibiotik, terutama golongan penisilin. Konversi sefalosprorin C (CPC) menjadi 7-aminocephalosporanic acid (7-ACA), yang merupakan inti aktif sefalosporin, dapat dilakukan menggunakan bantuan enzim D-amino acid oxidase (DAAO) yang dihasilkan oleh Trigonopsis variabilis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pemanfaatan sirup gula singkong sebagai sumber karbon alternatif, memperoleh kondisi optimum untuk produksi enzim DAAO menggunakan sirup gula singkong, serta karakterisasi enzim DAAO yang dihasilkan. Produksi DAAO dilakukan dengan fermentasi menggunakan kultur kocok yang diawali dengan skrining konsentrasi sirup gula singkong dan dilanjutkan dengan optimisasi, purifikasi dan karakterisasi enzim hasil purifikasi. Optimisasi dilakukan melalui skrining Plackett-Burman dan Response Surface Method. Karakterisasi pengaruh pH dan suhu, serta kinetika enzim dilakukan terhadap enzim DAAO yang telah dipurifikasi. Berdasarkan penelitian ini, diketahui bahwa sirup gula singkong dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon alternatif. Hasil optimisasi proses fermentasi menggunakan kultur kocok diperoleh bahwa konsentrasi sirup gula singkong dan DL-alanin serta waktu fermentasi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi DAAO dengan konsentrasi berturut-turut 12.3% dan 0.3% selama 56.1 jam akan menghasilkan enzim dengan aktivitas spesifik sebesar 195.3826 U/g. Enzim DAAO yang dihasilkan memiliki suhu dan pH optimum berturut-turut 4 - 10°C dan 8, serta nilai Vmax sebesar 0.007 µmol/menit dan KM sebesar 78 mM.

The antibiotic of cephalosprorin groups become one of the solution to the antibiotic resistance, especially penicillin groups. Conversion of Cephalosporin C into 7-aminocephalosporanic acid (7-ACA), which is an active core of the cephalosporin groups, can be performed using D-amino acid oxidase from Trigonopsis variabilis. The study was to aimed to analyze the usage of Cassava glucose syrups as an altenative carbon source; to obtain the optimum conditions in the production of DAAO using Cassava glucose syrup; and to obtain the characterization of the products. DAAO production was done by shaking culture fermentation which started with screening of cassava sugar syrup concentration and continued with optimization, purification and characterization of purified enzyme. Optimization is done by using Plackett-Burman screening and Response Surface Method. Characterization of the effect of pH and temperature, and also enzyme kinetics is done on purified DAAO. Optimization is done using Plackett-Burman screening and Response Surface Method. The characterization of the temperature, pH and kinetic parameters was carried out on the purified products. Based on this study, it is known that Cassava glucose syrup can be use as an alternative carbon source. The result of optimization using culture shake was found that the concentration of cassava glucose syrup and DL-alanine and also incubation periods were influencing factors with consecutive concentration was 12.3% and 0.3% for 56.1 hours, will produce enzyme with specific activity 195.3826 U / g.The products has an optimum temperature and pH was 4 - 10 ° C and 8, Vmax value was 0.007 µmol / min and a KM was 78 mM."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T51979
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fathoni
"Albertisia papuana Becc termasuk tumbuhan tropis dari famili Menispermaceae. Tumbuhan ini dikenal berkhasiat obat, diantaranya sebagai antibiotik/antibakteri. Selain tumbuhan, mikroorganisme termasuk jamur endofit juga dapat menghasilkan antibiotik. Jamur endofit termasuk mikroorganisme yang hidup pada tumbuhan inangnya. Jamur endofit di alam jumlahnya melimpah (1,5 juta dibandingkan tumbuhan sekitar 300 ribuan). Jamur endofit dapat memproduksi metabolit bioaktif yang beragam. Di lain sisi, jamur endofit belum tereksplorasi secara maksimal. Penelitian ini dilakukan untuk menskrining dan mengisolasi senyawa bioaktif dari jamur endofit dari tumbuhan A. papuana sebagai antibiotik. Dari kegiatan penelitian didapatkan 15 isolat jamur endofit yaitu dari bagian batang 8 isolat dan daun 7 isolat.
Dari skrining aktivitas antibakteri dengan metode TLC bioassay didapatkan informasi 2 isolat jamur endofit yang bersifat paling aktif yaitu DAP KRI-5 dan BAP KRI-8. Dari pemisahan dan pemurnian didapatkan 2 buah senyawa murni dari DAP KRI-5 yaitu F4.3, dan F2.3.9. Hasil dari elusidasi struktur menggunakan spektr. 1H dan 13C-NMR; UV-Vis; dan GC-MS menunjukkan F4.3 adalah C6H6O3 yaitu floroglusinol. Floroglusinol mempunyai aktivitas antibakteri melawan S. aureus sama kuatnya dengan klorampenikol dengan nilai MIC yaitu 64 𝜇g/mL, namun sampel F4.3 bersifat parsial sebagai antibakteri. Berdasarkan spektr. 1H dan 13C-NMR, 2D NMR dengan DEPT; HMBC; HMQC; dan 1H-1H COSY, spektr. UV-Vis dan IR, dan ToF ESI-MS menunjukkan F2.3.9 mempunyai rumus molekul C30H37NO6 yaitu sitokalasin D.

Albertisia papuana Becc is tropical plants that belong to the family of Menispermaceae. It was known as medicine, such as an antibiotic/antibacteria. Besides plants, microorganisms including endophytic fungi also can produce antibiotics. Endophytic fungi live in their host plant. Endophytic fungi have abundant number in the world (1.5 million compared to approximately 300 thousands of plant). They can produce diversity of bioactive metabolites. The other hand, they have not been maximized exploration yet. This study was conducted for screening and isolating of bioactive compounds of endophytic fungi from A. papuana as antibiotics. This research activities obtained 15 isolates of the endophytic fungi. The isolates are from the stem and leaf, 8 and 7 isolates respectively.
Screening of antibacterial activity with TLC bioassay obtained two isolates which have the most active as antibacterial, there are DAP KRI-5 and BAP KRI-8. Separation and purification obtained two pure compounds from KRI DAP-5, there are F4.3, and F2.3.9. The results of structure elucidation by spectr. 1H and13C-NMR, UV-Vis, and GC-MS showed F4.3 is C6H6O3, phloroglucinol. Phloroglucinol has antibacterial activity against S. aureus as well as chloramphenicol with MIC value are 64 𝜇g/mL, but F4.3 partially activity as antibacterial agent. Based on spectr. 1H and 13C-NMR, 2D NMR with DEPT; HMBC; HMQC; and 1H-1H COSY, spectr. UV-Vis and IR, and ToF ESI-MS showed F2.3.9 is C30H37NO6, cytochalasin D.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35558
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myrna Octaviany
"Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran proses pengendalian persediaan obat antibiotik di RS Meilia pada tahun 2014 dengan menggunakan metode analisis ABC indeks kritis. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitat if. Data yang digunakan adalah data pemakaian obat antibiotik di bulan Januari s/d Desember 2014 dan hasil pengisian kuesioner nilai kritis obat. Hasil penelit ia n menunjukkan kelompok A hasil analisis ABC indeks kritis terdiri dari 10 item obat antibiotik dengan nilai investasi sebesar Rp 2.114.748.870,- (39.91%). Kelompok B terdiri dari 45 item dengan nilai investasi sebesar Rp 2.380.506.460,- (44.92%). Kelompok C terdiri dari 110 item dengan nilai investasi sebesar Rp 803.183.274,- (15.17%). Analisis persediaan pada kelompok A dilakuka n dengan menghitung EOQ dan ROP. Tiga metode peramalan digunakan pada penelitian ini yaitu Single Smoothing Exponential, Moving Average 3 periode, dan Weighted Moving Average 3 periode. Pemilihan metode peramalan yang akan digunakan dengan mempertimbangkan tingkat akurasi data yang dihasilkan dan pengaruh hasil peramalan pada besaran biaya rumah sakit.

The purpose of this research is to analyze antibiotics inventory control using ABC critical index method at Meilia Hospital in 2014. The design of this research is a descriptive quantitative research. In this research the data is based on the consumed antibiotics in January to December 2014 and the critical index value of antibiotic s. The result showed that the group A consisted of 10 items with a value of Rp 2.114.748.870,- (39.91%). The group B consisted of 45 items with a value of Rp 2.380.506.460,- (44.92%). The group C consisted of 110 items with a value of Rp 803.183.274,- (15.17%). An inventory control analysis was done by calculat ing EOQ and ROP of the group A. The three methods of forecasting were used in this research, i.e Single Smoothing Exponential, 3 period Moving Average, and 3 period Weighted Moving Average. Forecasting method that will be used is determined by the level of accuracy and the influence of forecast result on hospital cost."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Latifah
"Latar belakang :Berdasarkan data Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI tahun 2009, P. aeruginosa dan A. baumanii yang resisten terhadap beberapa golongan antibiotik terutama karbapenem merupakan patogen nosokomial terbanyak di ICU RSUPNCM. Penyusunan kebijakan penggunaan antibiotik dan pengendalian infeksi bakteri MDR memerlukan data tentang mekanisme resisten yang banyak terjadi pada kedua isolat tersebut.
Tujuan Umum: Mengetahui karakteristik fenotip dan genotip P.aeruginosa dan A.baumanii resisten karbapenem yang diisolasi dari pasien ICU RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2011.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang bersifat deskriptif retrospektif. Sampel adalah isolat stok P. aeruginosa dan A. baumanii , yang menunjukkan hasil uji kepekaan rutin intermediet atau resisten terhadap satu atau lebih antibiotik golongan karbapenem. Setelah isolat dihidupkan, dilakukan identifikasi ulang dengan uji biokimia konvensional dan dilakukan uji konfirmasi penghasil karbapenemase dengan metode Modifikasi Hodge dan deteksi gen pengkode dihasilkannya enzim karbapenemase yaitu blaKPC-2; blaIMP-1; blaVIM-2; blaNDM-1dan blaOXA-48 menggunakan metode PCR.
Hasil: Terdapat isolat stok P. aeruginosa sejumlah 77 dan A. baumanii 85. Berdasarkan hasil identifikasi ulang didapatkan 20 isolat P.aeruginosa dan 42 isolat A.baumanii yang resisten terhadap karbapenem. Hasil uji fenotif penghasil karbapenemase positif pada 4 isolat P. aeruginosa dan 16 isolat A. baumanii. Deteksi gen pengkode dihasilkannya enzim karbapenemase menunjukkan bahwa terdapat 1 isolat (5%) P. aeruginosa memiliki gen blaKPC-2, 4 isolat (20%) memiliki gen blaIMP-1; 1 isolat (5%) memiliki blaVIM-2 dan 2 isolat(10%) memiliki blaNDM-1. Pada isolat A. baumanii ditemukan blaKPC-2 dan blaVIM-2 masing masing pada 1 isolat (5%). Sementara itu gen resisten blaOXA-48 tidak ditemukan pada kedua spesies bakteri.
Kesimpulan: Pada isolat P. aeruginosa dan A. baumanii resisten karbapenem yang diisolasi dari pasien ICU-RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2011 didapatkan isolat penghasil enzim karbapenemase dengan gen pengkode blaKPC-2;blaVIM-2;blaIMP-1 dan blaNDM-1.

Background : Based on data from Laboratory of Clinical Microbiology, Faculty of Medicine Universitas Indonesia in 2009, P. aeruginosa and A. baumannii which were resistant to multiple classes of antibiotics, especially to carbapenem, were the most prevalent nosocomial pathogens in ICU RSUPNCM. The policies formulation of controlling antibiotic usage and MDROs infection requires data on the mechanism of resistance in both isolates.
Aim : To explain the phenotype and genotype characteristics of carbapenem resistant P.aeruginosa and A.baumanii isolated from ICU patients, RSUPN Cipto Mangunkusomo in 2011.
Method : This is a preliminary descriptive retrospective study. Samples were laboratory isolated stock of P. aeruginosa and A. baumannii, which were intermediate or resistant to one or more classes of carbapenem antibiotics in routine antibiotic susceptibility test. After re-inoculating the isolates, re-identification were done by conventional biochemical testing, then confirmation test conducted by Modified Hodge test and detection of karbapenemase produced encoding genes, blaKPC-2; blaIMP-1; blaVIM-2;blaNDM-1 and blaOXA-48, using PCR method.
Result : Of 77 isolates of P. aeruginosa isolates and 85 isolates of A. baumannii, 20 isolates P. aeruginosa and 42 isolates A. baumanii were resistant to carbapenem. By carbapenemase producing phenotypic test, positive results showed in 4 isolates of P. aeruginosa and 16 isolate A. baumannii. The detection of karbapenemase produced encoding genes showed that there was 1 isolate (5%) P. aeruginosa had blaKPC-2 gene, 4 isolates (20%) had blaIMP-1 gene; 1 isolates (5%) had blaVIM-2 gene and 2 isolates (10%) had blaNDM-1 gene. In A. baumannii population found blaKPC-2 gene and blaVIM-2 gene at 1 isolates (5%), respectively. Meanwhile, blaOXA- 48 gene were not found in both species of bacteria
Conclusion: In isolates of P. aeruginosa and A. baumannii carbapenem-resistant from in the ICU Cipto Mangunkusomo in 2011 producing isolates obtained with the gene encoding the enzyme karbapenemase blaKPC-2; blaVIM-2; blaIMP-1 and blaNDM-1.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tutik Murniasih
"Penelitian metabolit sekunder dari bakteri yang bersimbiosis dengan spons belum secara intensif dilakukan di Indonesia sehingga penelitian ini perlu untuk dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan sumber baru penghasil antibiotik dari bakteri laut, mengelusidasi struktur senyawa aktif, mengevaluasi spektrum antibiotiknya dan menganalisis hubungan senyawa aktif antara simbion dengan inangnya. Pada studi ini, didapatkan bakteri potensial Sp. 2.11 dari spons Aaptos sp. yang mempunyai aktivitas terkuat. Hasil karakterisasi bakteri Sp. 2.11. menggunakan sebagian gen 16Sr DNA menunjukkan 99% serupa dengan bakteri Rhodobacteraceae bacterium 1tc14. Bioaktivitas antibakteri ekstrak supernatan maksimum pada media SYP (Sea water, Yeast dan Peptone) tanpa penambahan sumber karbon. Pemisahan menggunakan kolom kromatografi dari senyawa antibakteri ekstrak etil asetat dari supernatan R. bacterium Sp. 2.11 menunjukkan 2 fraksi yang positif yaitu F2 dan F5/F6. Pemisahan lebih lanjut terhadap fraksi F2 menggunakan HPLC menghasilkan senyawa aktif antibakteri 1 (F2.1) sebanyak 2,6 mg. Penentuan struktur menggunakan High Resolution LC-MS/MS dan NMR 1H, 13C, DEPT, H-H COSY, HMQC dan HMBC fraksi F2.1 menunjukkan senyawa Nbenzil-12-metoksi-N-(8-(4-nonilfenoksi)etil) etanamin sebagai senyawa aktif. Identifikasi senyawa aktif 2 (F5.3.3 /F6.2.2.4 ) menunjukkan adanya senyawa 7-[4- (bisiklo[4.1.0]hept-3-il)fenil]siklopenta[7,8]asenafto[6,5,4-cde]tiokromen, yang juga aktif antibakteri. Kedua senyawa tersebut merupakan senyawa baru dan mempunyai aktivitas spektrum yang cukup luas terhadap bakteri Gram positif mapun Gram negatif. Nilai MBC terhadap E. coli senyawa 1 adalah 125 μg/mL, sedangkan senyawa 2 adalah > 380 μg/mL. Struktur senyawa 1 masih ada kemiripan dengan senyawa dari biota inang, sedangkan senyawa 2 tidak ada kemiripan. Dengan demikian bakteri laut merupakan sumber penghasil senyawa antibiotik dan beberapa produk antibiotiknya mempunyai hubungan struktur dengan senyawa aktif pada biota inang.
Research on secondary metabolites from sponge-associated bacteria have not intensively conduct in Indonesia, there for this reseach was carried out. The purposes of this study are to get a novel antibiotic source especially from marine bacteria, to elucidate structure of active compounds, to evaluate the spectrum of antibacterial activity and to analyze the structure relationship between host and symbiont. In this study, the potential bacteria Sp. 2.11 was obtained from Aaptos sp. sponge showed the strongest antibacterial activity. The results of bacterial characterization using partial gene 16S rDNA showed 99 % similar to Rhodobacteraceae bacterium 1tc14 . The antibacterial activity of supernatant extract was maximum by culturing R. bacterium in SYP (Sea water, Peptone and Yeast) medium without any carbon source addition. Column chromatography separation of ethyl acetate extract from supernatant showed potentially active fractions F2 and F5/F6. Further separation of fraction 2 using HPLC generated the active compound 1 ( F2.1 ) 2.6 mg. The structure determination using High Resolution LC-MS/MS and NMR 1H, 13C, DEPT, H-H COSY, HMQC and HMBC of fraction F2.1 led to N-benzyl-12-methoxy-N-(8-(4-nonylphenoxy)ethyl) etanamine as the active compound. Further identification of active compounds 2 from fraction ( F5.3.3 / F6.2.2.4 ) resulted 7-[4-(bicyclo[4.1.0]hept-3-yl)phenyl] cyclopenta[7,8] acenaphto[6,5,4-cde] tiochromene also the active constituen. Both of these compounds are new compounds and active against Gram-positive and negative bacteria. MBC value of compound 1 was 125 μg/mL and compound 2 was >380 μg/mL. Compound 1 is a similar to the compound from the host organisms, while compound 2 is not similar. This study concluded that marine bacteria is the true antibiotic producer and some of antibiotics products showed structural correlation between host and symbiont."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
D1965
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nariyah Azzahra
"Antibiotik menjadi pilihan obat yang paling sering digunakan di seluruh dunia untuk menangani penyakit infeksi bakteri. Meluasnya penggunaan antibiotik akan meningkatkan risiko terjadinya resistensi dan efek obat yang tidak dikehendaki. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik harus mengikuti strategi peresepan antibiotik (Gunawardhana., 2015). Evaluasi antibiotik dapat dilakukan secara kuantitatif menggunakan ATC/DDD. Penelitian ini menggunakan studi observasional dengan pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Data yang diperoleh adalah data pasien rawat inap di RSUP Fatmawati periode Oktober – Desember 2022. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap kecuali pasien rawat inap anak dan kriteria eksklusi yaitu antibiotik yang tidak memiliki kode DDD di website WHO. Data di analisis secara kuantitatif dengan menggunakan metode ATC/DDD dan mengklasifikasikan antibiotik yang termasuk ke dalam segmen DU 90%. Berdasarkan hasil evaluasi, levofloxacin merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan di RSUP Fatmawati yaitu 22,003 DDD/100 hari rawat inap. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam 100 hari rawat inap, terdapat 22 pasien yang mendapatkan antibiotik berupa levofloxacin baik secara oral maupun parenteral yang sudah sesuai dengan standar WHO dengan dosis sebesar 500 mg. Antibiotik yang termasuk kedalam segmen DU90% adalah levofloxacin, ampisilin-sulbaktam, cefoperazone, ciprofloxacin, amoxicillinsulbaktam, meropenem, tamicil, cefadroxil, clindamicin, cefotaxime dan cefixime.

Antibiotics are the most frequently used drug choice throughout the world to treat bacterial infections. Widespread use of antibiotics will increase the risk of resistance and undesirable drug effects. Therefore, the use of antibiotics must follow the antibiotic prescribing strategy (Gunawardhana., 2015). Antibiotic evaluation can be carried out quantitatively using ATC/DDD. This research used an observational study with data collection carried out retrospectively. The data obtained is data from inpatients at RSUP Fatmawati for the period October – December 2022. The inclusion criteria in this study were all inpatients except pediatric inpatients and the exclusion criteria were antibiotics that did not have a DDD code on the WHO website. Data were analyzed quantitatively using the ATC/DDD method and classifying antibiotics into the 90% DU segment. Based on the evaluation results, levofloxacin is the most widely used antibiotic at RSUP Fatmawati, namely 22,003 DDD/100 inpatient days. These results show that within 100 days of hospitalization, there were 22 patients who received antibiotics in the form of levofloxacin, both orally and parenterally, which complies with WHO standards at a dose of 500 mg. Antibiotics included in the DU90% segment are levofloxacin, ampicillin-sulbactam, cefoperazone, ciprofloxacin, amoxicillinsulbactam, meropenem, tamicil, cefadroxil, clindamicin, cefotaxime and cefixime.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Sari Cendana
"Penisilin dari kelompok antibiotik β-laktam dianggap mampu menjadi produk antibiotik superior di pasaran global. Akibat fenomena resistensi antibiotik turunan pertama, enzim penisilin G Asilase (PGA) berperan penting pada industri antibiotik semisintetik β-laktam seperti amoksisilin. Enzim PGA dari Achromobacter xylosoxidans yang diekspresikan menggunakan teknologi DNA rekombinan pada sel inang ekspresi E. coli BL21 (DE3) dan E. coli Arctic Express (DE3) menghasilkan badan inklusi yang bersifat insoluble. Optimasi ekspresi enzim PGA dilakukan dengan parameter konsentrasi penginduksi isopropil-β-D-galaktopiranosida (IPTG) dan suplementasi media dengan CaCl2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter optimal berupa variasi konsentrasi IPTG dan penambahan CaCl2 pada ekspresi gen penyandi Penisilin G Asilase (PGA) yang berasal dari A. xylosoxidans pada sel kompeten E. coli Arctic Express (DE3) dan E. coli BL21 (DE3) serta mengamati ekspresi gen penyandi enzim PGA secara intraseluler dan ekstraseluler. Ekspresi gen dilakukan secara lambat dengan perlakuan suhu rendah, yaitu 20°C untuk E. coli BL21 (DE3) dan 10°C untuk E. coli Arctic Express (DE3), selama 16 jam menggunakan media Luria Bertani (LB). Produk enzim AxPGA dianalisis secara kualitatif menggunakan elektroforesis SDS-PAGE dan secara kuantitatif menggunakan uji Bradford dan uji aktivitas hidrolisis. Sel inang ekspresi E. coli Arctic Express (DE3) dan E. coli BL21 (DE3) mengekspresikan enzim AxPGA periplasmik dengan aktivitas 6,3 ± 0,76 U/mL dan 4,7 ± 0,05 U/mL berturut-turut, sedangkan sitoplasmik dengan aktivitas 7,3 ± 0,2 U/mL dan 4,5 ± 0,11 U/mL berturut-turut. Hasil analisis menunjukkan bahwa enzim AxPGA berhasil diekspresikan pada E. coli Arctic Express (DE3) dan E. coli BL21 (DE3) dengan induksi IPTG 0,5 mM dan penambahan CaCl2 10 mM secara optimal.

Penicillin from the β-lactam antibiotic group is capable to become a superior antibiotic product in the global market. As a result of the first-generation antibiotic resistance phenomenon, the penicillin G Acylase (PGA) enzyme plays an important role in the β-lactam semisynthetic antibiotic industry such as amoxicillin. The PGA enzymes from Achromobacter xylosoxidans which is expressed using recombinant DNA technology using E. coli Arctic Express (DE3) and E. coli BL21 (DE3) host cell expressions produce insoluble inclusion bodies Optimization of PGA enzyme expression was carried out with isopropyl-β-D-galactopyranoside (IPTG) induction and CaCl2 media supplementation parameter. This study aims to determine the optimal parameters of IPTG concentrations and CaCl2 supplementation on the expression of the penicillin G acylase (PGA) encoding gene from A. xylosoxidans in E. coli Arctic Express (DE3) and E. coli BL21 (DE3) and to observe intracellular and extracellular expressions. Gene expression carried out slowly with low temperature, 20°C for E. coli BL21 (DE3) and 10°C for E. coli Arctic Express (DE3), for 16 hours using Luria Bertani (LB) media. The AxPGA enzyme product analyze qualitatively using SDS-PAGE electrophoresis and quantitatively using the Bradford test and hydrolysis activity. E. coli Arctic Express (DE3) dan E. coli BL21 (DE3) host cells expressed the periplasmic AxPGA enzymes with activity of 6,3 ± 0,76 U/mL dan 4,7 ± 0,05 U/mL, respectively, while the cytoplasmic AxPGA enzymes with activity of 7,3 ± 0,2 U/mL and 4,5 ± 0,11 U/mL respectively. The results showed that the AxPGA enzyme was optimally expressed in E. coli Arctic Express (DE3) and E. coli BL21 (DE3) with 0,5 mM IPTG induction and 10 mM CaCl2 media supplementation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mimi Turiana
"Antibiotika adalah bahan obat yang memegang peranan sangat penting dalam penanggulangan penyakit infeksi di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kematian akibat penyakit yang disebabkan oleh terjadinya infeksi. Tetapi antibiotik adalah pedang bermata ganda yang bila tidak dipergunakan secara bijak dapat menyebabkan resistensi bakteri dan Super Infeksi.
Oleh karena itu perlu dilakukan analisa guna didapatkan gambaran lengkap dari pola penggunaan antibiotika, sehingga nantinya dapat dilakukan perbaikan dan penyesuaian guna perbaikan dalam pola penggunaan antibiotika.
Penelitian ini bertujuan guna mendapatkan gambaran dari pola penggunaan antibiotika di Ruang Dahlia RS Sulianti Saroso. Dimana sejak April 2005 hingga Maret 2006 merawat 1179 Pasien dan sebanyak 798 (68%) pasien memperoleh terapi dengan menggunakan Sefotaksim. Jadi perlu diamati apakah penggunaan antibiotika pada lingkungan RS tersebut sudah bijak (rasional) dimana sesuai dengan Azas 4T1W.

Antibiotics is the most importan drug in handling infectious desease in Indonasia. It can be observed in the death level of infectious desease. But antibiotics is a double edge sword, if not used wisely it can create Bacterial resistence and Super Infection.
There for an analysis is required to obtain a complete view of the antibiotics used patern. In which can be used for adjusment and improvement in the antibiotics usage pattern.
This research is conducted to obtain a complete view of the usage pattern in the Dahlia Room Sulianti Saroso Hospital. In which since April 2006 until March 2006 has treated 1179 Patient and 798 (68%) of them been treated with Cefotaxim. There for it is important to observe has the use of antibiotics in the hospital is used wisely (Rationally)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32477
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulma Herdalina
"Kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Kecamatan Cengkareng bertujuan untuk memahami tugas, wewenang dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan farmasi klinik dan pengelolaan sediaan farmasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan di puskesmas meliputi pelayanan dan pengkajian resep, pelayanan informasi obat, konseling, dan evaluasi penggunaan obat.  Apoteker berperan dalam pelayanan farmasi klinisi salah satunya yaitu kegiatan pengendalian resistensi antibiotik  ang bertujuan untuk mencegah dan mengurangi prevalensi terjadinya mikroba resisten, salah satu upaya yang dapat dilakukan apoteker untuk mengatasi resistensi antibiotika yaitu penggunaan antibiotik secara rasional. Penggunaan antibiotik pada penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) memerlukan evaluasi secara khusus karena ISK memiliki prevalensi yang cukup  tinggi dan memiliki risiko lebih  besar terhadap  penggunaan antibiotik yang tidak rasional, maka perlu dilakukan evaluasi penggunaan obat untuk mengevaluasi ketepatan dalam penggunaan antibiotik agar obat tersebut sesuai indikasi, efektif, aman serta mengetahui pola penggunaan  antibiotik  pada  pasien  Infeksi  Saluran Kemih (ISK) di Puskesmas Kecamatan Cengkareng.

Pharmacist professional work practice activities at the Cengkareng Society Healthcare Center aims to understand the duties, authority, and responsibilities of pharmacists in clinical pharmacy services and management of pharmaceutical preparations in accordance with applicable laws and regulations. Clinical pharmacy activities carried out at community health centers include prescription services and reviews, drug information services, counseling, and evaluation of medication use. Pharmacists play a role in clinical pharmacy services, one of which is antibiotic resistance control activities which aim to prevent and reduce the prevalence of resistant microbes. One of the efforts pharmacists can make to overcome antibiotic resistance is the rational use of antibiotics. The use of antibiotics in Urinary Tract Infections (UTI) requires special evaluation because have a fairly high prevalence and have a greater risk of irrational antibiotic use, so it is necessary to evaluate drug use to evaluate the appropriateness of antibiotic use so that the drug is according to the indication, effective, safe, and determine the pattern of antibiotic use in Urinary Tract Infection patients at the Cengkareng Society Healthcare Center.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annesya Shafira Amartya
"Penggunaan antibiotik di Indonesia memiliki intensitas yang relatif tinggi. Hal ini disebabkan penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sering dijumpai di negara berkembang termasuk Indonesia. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan permasalahan, salah satunya adalah resistensi bakteri terhadap antibiotik. Resistensi terjadi ketika antibakteri tidak mampu mematikan atau melemahkan bakteri yang menginfeksi tubuh. Masyarakat perlu dibina oleh tenaga kesehatan, khususnya farmasis, dalam penggunaan antibiotik. Pembinaan pada masyarakat dapat dilakukan dengan edukasi dan sosialisasi. Penggunaan media edukasi dapat menambah tingkat pemahaman masyarakat dalam mempelajari suatu kasus. Media edukasi yang dipilih adalah media video untuk membantu audiens memahami informasi melalui media yang menggabungkan audio dan visual. Media video edukasi ditayangkan di Puskesmas Kecamatan Ciracas untuk mengedukasi pasien di puskesmas tersebut. Puskesmas memiliki peran untuk mewujudkan masyarakat dalam berperilaku sehat, salah satunya yaitu menggunakan obat antibakteri yang rasional untuk mencegah lingkungan dari resistensi bakteri. Isi dari video yang dibuat adalah pengertian antibiotik, cara mendapatkan antibiotik, aturan pakai antibiotik, resistensi antiobiotik, dan penggunaan antibiotik yang bijak. Video edukasi diakhiri dengan tindakan persuasif kepada masyarakat untuk menggunakan antibiotik dengan bijak dan rasional. Informasi yang dipaparkan melalui video diharapkan dapat tersampaikan dengan baik karena posisi layar televisi mudah dilihat oleh audiens. Selain itu, pasien diharapkan dapat menerapkan tindakan penggunaan antibiotik dengan bijak supaya terhindar dari dampak negatif yang disebabkan oleh resistensi

The use of antibiotics in Indonesia has a relatively high intensity. This is because infectious diseases are a public health problem that is often found in developing countries, including Indonesia. Improper use of antibiotics can cause problems, one of which is bacterial resistance to antibiotics. Resistance occurs when antibacterial are unable to kill or weaken the bacteria that infect the body. The public needs to be coached by health workers, especially pharmacists, in the use of antibiotics. Community development can be done through education and outreach. The use of educational media can increase the level of public understanding in studying a case. The educational media chosen is video media to help audiences understand information through media that combines audio and visuals. Educational video media was shown at the Ciracas District Health Center to educate patients at the health center. Public health centers have a role in realizing healthy behavior in society, one of which is using rational antibacterial drugs to prevent the environment from bacterial resistance. The content of the video made is the definition of antibiotics, how to get antibiotics, rules for using antibiotics, antibiotic resistance, and wise use of antibiotics. The educational video ends with persuasive action for the public to use antibiotics wisely and rationally. It is hoped that the information presented through video can be conveyed well because the position of the television screen is easy for the audience to see. Apart from that, patients are expected to be able to implement antibiotic use wisely to avoid negative impacts caused by resistance."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>