Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156961 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syifa Sekar Larasati
"Kondisi stress oksidatif yang disebabkan oleh ketidakseimbangan produksi dengan eliminasi radikal bebas dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, termasuk gangguan hepar. Untuk menangani kondisi stress oksidatif, tubuh memerlukan antioksidan. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa oncom yang dibuat dari kacang kedelai bebas lemak yang difermentasi menggunakan Neurospora sp. memiliki aktivitas antioksidan. Studi ini dilaksanakan untuk meneliti efek antioksidan oncom merah maupun oncom hitam dengan cara mengukur kadar glutation tereduksi (GSH) dan malondialdehid (MDA) hati tikus yang diberi karbon tetraklorida (CCl4). Dua puluh empat tikus yang menjadi subjek penelitian dikelompokkan menjadi enam kelompok yaitu kelompok tanpa intervensi, kelompok oncom merah, kelompok oncom hitam, kelompok CCl4, kelompok oncom merah dan CCl4, serta kelompok oncom hitam dan CCl4. Oncom diberikan sejumlah 1 gram/kgBB/hari selama 7 hari sementara CC1 4 diberikan sejumlah 0,55 mg/kgBB dosis tunggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tikus yang diberikan oncom merah dan CCl4maupun oncom hitam dan CC1 4 memiliki kadar GSH yang lebih tinggi dan berbeda secara signifikan dibandingkan kelompok tikus yang hanya diberi CCl4. Sementara itu, kelompok tikus yang diberikan oncom merah dan CCl4maupun oncom hitam dan CCl4 memiliki kadar MDA yang lebih rendah dibandingkan kelompok tikus yang hanya diberi CCl4tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan.

Oxidative stress, which is caused by the imbalance between production and elimination of free radicals, can trigger health problems, including liver disease. Antioxidants are required to minimalize oxidative stress. The preceeding studies indicate that oncom which was made from defatted soybean and fermented using Neurospora sp. possesses antioxidant activity. This study is conducted to investigate the antioxidant activity of red oncom and black oncom by the measurement of reduced glutathione (GSH) and malondialdehyde (MDA) level on rat's liver which is given carbon tetrachloride (CCl4). Twenty four rats for the experiment are divided onto six groups; no intervention group, red oncom group, black oncom group, CCl4 group, red oncom and CCl4 group, and black oncom and CCl4 group. Oncom was given at dosage 1 gram/kgBW/day for 7 days while CCl4 was given 0,55 mg/kgBW single dose. The findings indicate that rats which are given red oncom and CCl4 and also rats which are given black oncom and CCl4 possess significantly higher GSH level compared to rats which are given CCl4. Meanwhile, rats which are given red oncom and CCl4 and also rats which are given black oncom and CCl4 possess insignificantly lower MDA level compared to rats which are given CCl4"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Angelina Permatasari
"Hepatotoksisitas merupakan suatu kondisi adanya kerusakan hati yang disebabkan oleh penggunaan suatu zat atau obat-obatan tertentu seperti karbon tetraklorida (CCl4). Untuk dapat mencegah terjadinya hal tersebut, dibutuhkan senyawa yang berfungsi sebagai hepatoprotektor seperti antioksidan. Oncom diketahui memiliki kandungan senyawa antioksidan berupa isoflavon. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan hepatoprotekif ekstrak oncom pada tikus yang diberikan CCl4 dengan melakukan pengukuran terhadap aktivitas fosfatase alkali (ALP) dan Gamma Glutamyl Transferase (GGT) plasma tikus. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus Sprague-Dawley jantan yang dibagi menjadi 6 kelompok secara acak yaitu, (1) kontrol tanpa perlakuan ;(2) kontrol CCl4 0,55 mg/kgBB ; (3) ekstrak oncom merah (OM) 1 gram/kgBB/hari ; (4) ekstrak OM 1 gram/kgBB/hari dan CCl4 0,55 mg/kgBB ; (5) ekstrak oncom hitam (OH) 1 gram/kgBB/hari ; (6) ekstrak OH 1 gram/kgBB/hari dan CCl4 0,55 mg/kgBB. Aktivitas ALP diukur dari plasma tikus dengan menggunakan substrat p-NPP dan aktivitas GGT diukur dari plasma tikus dengan menggunakan kit GGT RANDOX pada tiap kelompok perlakuan. Data dianalisis dengan menggunakan One-Way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antar tiap kelompok perlakuan terhadap aktivitas ALP (p=0,186) dan GGT (p=0,895). Oleh sebab itu, dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian CCl4 dengan dosis 0,55 mg/kgBB tidak mengakibatkan terjadinya kerusakan pada hati dan pemberian ekstrak oncom dengan dosis 1 gram/kgBB/hari belum terbukti memiliki efek hepatoprotektif apabila dilihat dari aktivitas ALP dan GGT plasma.

Hepatotoxicity is a condition of liver damage caused by the use of certain substances or drugs such as carbon tetrachloride (CCl4). To prevent liver cells damage, a compound that functions as a hepatoprotector such as antioxidants is needed. Oncom is known to contain antioxidant compounds in the form of isoflavones. This study was conducted with the aim of assessing oncom extract hepatoprotective ability in mice given CCl4 by measuring the activity of alkaline phosphatase (ALP) and Gamma Glutamyl Transferase (GGT) of rats plasma. This study using 24 male Sprague-Dawley rats divided into 6 groups randomly. (1) group without treatment; (2) was given CCl4 0.55 mg / kgBW; (3) was given red oncom extract (RO) 1 gram / kgBW / day; (4) was given RO extract 1 gram / kgBW / day and CCl4 0.55 mg / kgBW; (5) was given black oncom extract (BO) 1 gram / kgBW / day; (6) was given BO extract 1 gram / kgBW / day and CCl4 0.55 mg / kgBW. ALP activity was measured from rat plasma using p-NPP substrate and GGT activity was measured from rat plasma using GGT RANDOX kits in each treatment group. Data were analyzed using One-Way ANOVA. The results showed that there was no significant differences of ALP (p=0,186) and GGT (p=0,895) between all treatment groups. Therefore, it can be concluded that the administration of CCl4 0,55mg/kgBB is not causing a liver damage and the administration of oncom extract at a dose of 1 gram / kgBW / day has not been shown to have a hepatoprotective effect when measured by plasma ALP and GGT activity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Arkan Abiyyu Ibrahim
"Hati merupakan satu organ yang paling penting dalam metabolisme tubuh. Kerusakan pada hati dapat berdampak pada abnormalitas aktivitas enzim yang berperan dalam metabolisme di serum, seperti enzim Aspartate minotransferase (AST) dan alanine aminotransferase (ALT). Namun, terapi untuk mengobati penyakit hati masih belum memuaskan. Oleh karena itu, pencegahan penyakit hati menjadi hal yang penting. Oncom merupakan makanan fermentasi tradisional Indonesia yang diketahui memiliki efek antioksidan tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk menilai efek hepatoprotektif ekstrak oncom melalui pengamatan terhadap aktivitas AST dan ALT serum. Dua puluh empat ekor tikus Sprague-Dawley jantan dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu (1) kontrol tanpa intervensi; (2) kontrol negatif yang diberi CCl4; (3) oncom merah; (4) oncom merah dan CCl4; (5) oncom hitam; dan (6) oncom hitam dan CCl4. Ekstrak oncom diberikan dengan dosis 1 gram/kgBB/hari selama 1 minggu. CCl4 diberikan dengan dosis 0,55 mg/kgBB sehari setelah perlakuan selesai. Sampel serum tikus diambil 2 hari setelah pemberian CCl4. Hasil uji Post-Hoc LSD pada aktivitas AST menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok CCl4 dengan kelompok oncom merah dan CCl4 (p= 0,019). Hasil uji One-way Anova pada aktivitas ALT menunjuukan tidak terdapat perbedaan antar kelompok (p= 0,238). Kesimpulannya, pemberian oncom merah memberikan efek hepatoprotektif terhadap aktivitas AST yang signifikan dari paparan CCl4.

Liver is one of the most important organs in the body metabolism. Damage to the liver can have a impact on abnormal enzyme activity involved in metabolism, such as aspartate aminotransferase (AST) and serum alanine aminotransferase (ALT). However, the therapies to treat liver diseases are still not satisfactory. Therefore, prevention of liver disease is important. Oncom is a traditional Indonesian fermented food which is known to have high antioxidant effects. This study was conducted to assess the hepatoprotective effect of oncom extract by observing the activity of serum AST and ALT. Twenty four male Sprague-Dawley rats were divided into 6 groups, namely (1) control without intervention; (2) negative controls given CCl4; (3) red oncom; (4) red oncom and CCl4; (5) black oncom; and (6) black oncom and CCl4. Oncom extract was given at a dose of 1 gram / kgBW / day for 1 week. CCl4 was given at a dose of 0.55 mg / kgBW a day after the treatment is complete. Rat serum samples were taken 2 days after CCl4 administration. The LSD Post-Hoc test results on AST activity showed that there were significant differences between CCl4 group with red oncom and CCl4 groups (p= 0.019). One-way ANOVA test results on ALT activity showed no differences between groups (p = 0.238). In conclusion, administration of red oncom gave a significant hepatoprotective effect on AST activity after CCl4 exposure."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tena Djuaritina
"Pendahuluan : Minyak buah merah (Pandanus conoideus Lam) sebagai suplemen antioksidan dilaporkan mengandung komposisi gizi Iengkap diantaranya R-karoten dan a-tokoferol.
Objektif
Tujuan penelitian ini melihat pengaruh minyak buah merah Pandanus conoideus Lam pada hati tikus yang cedera akibat D-galaktosamin.
Metode
Penelitian ini dilakukan terhadap tikus putih jantan strain Sprague-Cawley , berumur 2-3 bulan, dengan berat badan 120-150 gram. Pada penelitian ini digunakan rancangan acak. Dibagi dalam lima kelompok, masing-masing kelompok enam ekor, mendapat perlakuan selama empat minggu. Kelompok kontrol (kelompok 1) diberi air, kelompok diberi MBM (kelompok 2) , kelompok diberi D-galaktosamin (Kelompok 3), kelompok diberi minyak buah merah selama satu minggu kemudian diberikan D-galaktosamin (Kelompok 4), kelompok diberi minyak buah merah dan D-galaktosamin secara bersamaan. (Kelompok 5) Dosis MBM yang digunakan l ml/ kgBBlhari per oral, dosis D-galaktosamin 200 mgiKgBBfminggu secara intraperitoneal. Parameter yang diuji adalah MDA plasma, MDA hati, GPT plasma, GPT hati, berat badan, berat hati, dan gambaran histopatologik hati. Data hasil pengukuran antara kelompok perlakuan dilakukan dengan mengukur koefisien varian. Hasil data berdistribusi normal dilanjutkan uji parametrik 1 way Anova kemudian dengan uji post hoc Turkey. Hasil data perbandingan tiap minggu yang berdistribusi normal dilakukan uji parametrik 2 way Anova, kemudian dilanjutkan dengan uji multiple komparasi Bonferroni. Hasil data berdistribusi tidak normal maka dianalisa dengan uji non parametrik Kruskall wallis dan dilanjutkan dengan uji Tamhane_ Data yang diperoleh dad pembacaan skala diolah dengan cara krostabulasi, kemudian dilanjutkan dengan uji Chi-Square.
Hasil
Hasil pengukuran MDA plasma menunjukan D-galaktosamin ini dapat meningkatkan MDA plasma setiap minggunya; hasil ini menunjukan bahwa D-galaktosamin mengakibatkan kenusakan oksidatif molekul lipid sejak awal pengamatan pada minggu pertama. Tampaknya efek protektif MBM terhadap D-galaktosamin masih ada pads minggu pertama, hal ini mungkin disebabkan oleh antioksidan yang terdapat dalam MBM pads minggu pertama masih dapat menetralisir stress oksidatif yang ditimbulkan oleh D-galaktosamin. Disamping itu, mungkin D-galaktosamin belum bekerja maksimal merusak pada minggu pertama. Pada kelompok MBM + D-galaktosamin hash MDA plasma Iebih tinggi dibandingkan kelompok D-galaktosamin, mungkin ini dikarenakan stress oksidatif yang ditimbulkan MBM + D-galaktosamin Iebih tinggi dibandingkan D-galaktosamin itu sendiri. Secara statistik MDA jaringan hati, menunjukkan D-galaktosamin mengakibatkan kerusakan oksidatif. Juga pada MBM sendiri menyebabkan stress oksidatif, sehingga bila diberikan bersamaan dengan D-galaktosamin kerusakan yang diakibatkannya menjadi lebih tinggi, dibandingkan dengan hanya diberi D-galaktosamin. Hasil MDA jaringan hati menunjukkan bahwa MBM bersifat toksik terhadap hati, sehingga menyebabkan peroksidasi lipid.
Dari hasil pemeriksaan GPT plasma, disimpulkan D-galaktosamin mempunyai efek merusak hati, basil yang didapat juga mulai terlihat pada minggu ke-2 dan bila diberi bersamaan dengan MBM ternyata GPT plasma melonjak lebih tinggi. Peningkatan ini mengindikasikan, bahwa MBM berpotensi merusak sel hati. Hasil pemeriksaan GPT jaringan hati juga menunjukkan D-galaktosamin menyebabkan kerusakan jaringan hati; dan MBM sendiri membuat kerusakan struktur, sehingga bila diberi lebih lama, yaitu satu minggu sebelumnya yang dimaksudkan untuk perlindungan, temyata kerusakan yang terjadi lebih tinggi.
Dari hasil pengukuran berat hati disimpulkan bahwa D-galaktosamin ini meningkatkan berat hati secara bermakna, karena D-galaktosamin ini mempunyai efek merusak sel hati. Dan MBM juga menunjukkan terjadinya peningkatan berat hati, jadi disimpulkan MBM tidak dapat memberi perlindungan terhadap sel hati.
Hasil pengukuran berat badan menunjukkan D-galaktosamin menyebabkan penurunan berat badan, tapi sangat mengherankan, temyata bila MBM diberikan satu minggu sebelumnya menyebabkan peningkatan berat badan, mungkin disini karena MBM mengandung multivitamin, yang menyebabkan keinginan untuk makan meningkat. Bile diberikan bersamaan MBM dan D-galaktosamin, temyata menunjukkan bahwa dengan pemberian MBM tersebut, berat badan tidak dapat berubah secara bermakna, kemungkinan ini karena efek dari MBM tidak dapat menetralisir efek dari D-galaktosamin. Efek MBM sendiri secara statistik tidak dapat meningkatkan berat badan.
Pada pemeriksaan histopatologi, hasil yang didapat tidak terlalu mencolok enter kelompok. Hal tersebut cukup mendukung hasil pemeriksaan GPT plasma maupun GPT Kati,, walaupun terjadi perubahan secara biokimia dan fisiologi, tapi mungkin belum mengakibatkan kerusakan organik yang bermakna secara histopatologi. Kerusakan anatomi akan didapat bila zat yang dipakai berlebihan dalam jangka yang lama.
Kesimpulan
Minyak buah merah tidak mempunyai efek protektif terhadap D-galaktosamin.

Backgroud
Red fruit (Pandanus conoideus Lam) oil is an antioxidant supplement which has been reported to contain complete nutrient compositions, including 13-carotene and a tocopherol.
Objectives
The aim of this study was to investigate the effect of red fruit oil on rat livers injured by D-galactosamine.
Methods
This study was conducted on 2-3 months old male rats of Sprague-Dawley strain, each weighing about 120-150 grams. We used randomized samples. We divided the rats into five groups, each group consisted of six rats. Each group received a different treatment for four weeks. Group I (control) only received water; group 2 received red fruit oil. Group 3 received D-galactosamine . Group 4 received red fruit oil for one week earlier and then , continued with D-galactosamine. Group 5 received red fruit oil along with D-galactosamine. The red fruit oil supplement was given orally 1 ml/ kg BW/day for 4 weeks.D-galactosamine was given intraperitonealy 200 mglkg BWl week. Every week blood samples were obtained to measure the plasma MDA and plasma GPT levels. After four weeks, blood samples and liver tissues were obtained to measure the plasma MDA, liver MDA, plasma GPT, liver GPT, body weight, liver weight and histopathological feature of liver were determined as parameters. The obtained values were analyzed using parametric test 1 way Anova and continued with post Turkey hoc test. The data results with normal distribution were compared every week, then parametric tests 2 way Anova was conduted and continued with test of Bonferroni multiple comparisons. The data which were analyzed by Kruskal Wallis and Tamhane test showed that the distribution was normal. The values obtained by scale reading, were analyzed using crosstabulation method and continued with test of Chi-Square.
Results
The measurement of plasma MDA every week after treatment with D-galactosamine showed an increase of plasma MDA. This result showed that D-galactosamine causes oxidative damage to lipid molecule since in early perception at first week . The protective effect of MBM to D-galactosamine was seen at the first week. This effect was presumably caused by the antioxidative effects of MBM which neutralized the oxidative stress induced by D-galactosamine . Also, it was possible that the peak toxic effect of D-galactosamine had not appeared during the first week of the study. The plasma MDA level of group 4 dan 5 were higher than that of group 3, possibly because oxidative stress generated by MBM + D-galactosamine was higher than the D-galactosamine itself.
The examination of the tissue liver MDA, statistically showed that D-galactosamine caused oxidative damage. MBM alone also caused oxidative stress, so when it was co-administered with higher D-galactosamine the result was higher plasma level of MDA compared to D-galactosamine alone. The result from the tissue liver MDA indicated that MBM did not provide protection effect to the liver, because MBM caused lipid peroxidation.
Examination of plasma GPT suggested that D-galactosamine had damaging effect to the liver. The same results could also be seen at the second week. When D-galactosamine was given at the same time with MBM, the result of plasma GPT was even higher. The increase of plasma level MDA showed that MBM had potential damaging effect to liver cells. Examination of GPT liver tissue also showed that D-galactosamine caused liver tissue damage and MBM alone could also damage the structure of the liver. Futhermore, when MBM was given one week longer, the damage was even higher.
D-galactosamine increased liver weight significantly. It suggesed that D-galactosamine might cause damage of the liver. Similarly to MBM alone increased liver weight. It could be concluded that MBM was not protective to the liver cell.
D-galactosamine caused weight loss. However, surprisingly enough, when MBM was given one week before, it increased of body weight. This was possible because MBM contains multivitamine that increased the appetite. But when MBM and D-galactosamine were given at the same time, the body weight did not change significantly. It could happen because MBM did not neutralize the effect of D-galactosamine. Statistically, MBM alone coud not increase the body weight.
The result of histopathologic examination showed insignificant difference between groups. This result supported the examination of plasma GPT and also liver GPT. Even though there were biochemical and physiological changes, histopathologically there was no organ damage. Histopatological damage would be found when the substance was used in the long term period.
Conclusion
These results suggested that red fruit oil did not have protective effect D-galactosamine."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Kristina
"Buah merah (Pandanus Conoideus Lam) telah lama digunakan sebagai bahan makanan dan tanaman herbal oleh masyarakat Papua, Irian Jaya. Minyak buah merah (MBM) telah diteliti mengandung 0-karoten dan a-tokoferol dalam kadar yang tinggi. 0-karoten dan a-tokoferol adalah antioksidan yang berpotensial meredam radikal babas. Pernyataan dari beberapa penderita yang telah mengkonsumsi MBM menyatakan, MBM dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti, sirosis hati, stroke kanker dan HIV/AIDS. Telah dilakukan penelitian mengenai efek hepatoprotektif MBM terhadap kerusakan hati tikus akibat pemberian CCI4. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis efek pemberian MBM terhadap kerusakan hati tikus akibat pemberian CCI4. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus galur Sprague-Dawley, berumur ± 3 bulan dengan berat badan 150-200 gram, yang dibagi secara acak menjadi 4 kelompok. Kelompok perlakuan I (ICPI) adalah kelompok kontroi, kelompok perlakuan II (KP2) adalah kelompok mendapat MBM, kelompok perlakuan I1I (KP3) adalah kelompok yang diberi CCI4 dan kelompok perlakuan IV (KP4) adalah kelompok yang mendapat MBM sebelum pemberian CCl4.Sebagai parameter kerusakan hati dilakukan pengukuran aktivitas GPT plasma. Untuk mengetahui keadaan stres oksidatif dilakukan pengukuran kadar MDA, GSH dan senyawa dikarbonil pada plasma dan jaringan hati. Data yang diperoleh diolah secara statistik.
Aktivitas enzim GPT plasma pada KP3 adalah 155,87 U/L lebih tinggi dibandingkan pada KP1 adalah 22,28 till, KP2 adalah 24,78 UIL, dan KP4 adalah 48,39 UWL. Uji ANOVA terhadap aktivitas enzim GPT plasma pada KP3 berbeda bermakna terhadap KM, , KP2 dan KP4 (p<0,05), sedangkan KP 1 dibandingkan terhadap KP2 tidak berbeda bermakna (p>0,05). Kadar MDA, GSH dan senyawa dikarbonil pada plasma dan jaringan hati pada KP3 berbeda bermakna terhadap KP 1, KP2 dan KP4 (p<0,05), sedangkan KP 1 dibandingkan terhadap KP2 tidak berbeda bermakna (p>0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa MBM selama pemberian 8 hari dapat mencegah dan melindungi hati dari metabalit CCI4.

The red fruit (Pandanus conoideus. Lam) has been used for a long time ago as a daily food and remedies herbal by Papuan, Irian Jaya. The red fruit oil contain a large amount l carotene and a-tocopherol. It was known that 13 carotene and cx-tocopheroI are antioxidant, have capacity to neutralize free radical. Red fruit oil has been proved it can prevent and reduce many diseases such as cirrhosis liver, cancer, stroke and HIV/AIDS. This experiment was performed to study the hepatoprotective effect of red fruit oil on carbon tetrachloride-induced liver damage in rats. Twenty four male rats Sprague-Dawley strain, approximately three months old, weighing 150 - 200 grams were divided randomly into four groups. The first group (KPI) was control, the second group (KP2) received red fruit oil, the third group (KP3) were induced by CCI4 and the fourth group (KP4) received red fruit oil before CC14 treatment. As parameter for liver damage, the activity of plasma GPT was measured. Malondialdehyde (MDA), glutathione (GSH) and dicarbonyl level of plasma and liver tissue were measured as parameter of oxidative stress. All From result research had been achieved, examined by statistically.
Result : The activity of GPT plasma in KP3 was 155.87 U/L, was significantly higher compared to the KPI, KP2 and KP4 which were 22.28 UIL ; 24.78 UIL ; 49.39 UIL respectively (p<0.05). But there was no significantly difference between KPI and KP2 (p>0.05). The plasma and liver tissue concentration of MDA, GSH and dicarbonyl substance of KP3 were different significantly compared to KPI, KP2 and KP4 (p<0,05) and there was no difference between KPI and KP2 (p>0.05). It is concluded that red fruit oil given for eight days concccutively can prevent and protect the liver tissue from CCI4 toxicity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T 17671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Amanda Nabilah
"ABSTRAK
Pendahuluan: Cengkih (Syzygium aromaticum) mengandung eugenol dipercaya
memiliki efek antioksidan untuk menangkal paparan radikal bebas. Penelitian ini
bertujuan untuk membuktikan efek antioksidan cengkih terhadap kerusakan fungsi hati
tikus Wistar yang diinduksi oleh CCl4 dengan melihat kadar Malondialdehida (MDA)
hati sebagai hasil peroksidasi lipid. Metode: Tiga puluh enam tikus Wistar yang
berusia 12 minggu dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kontrol negatif (CCl4), kontrol
positif (CCl4 + α-tokoferol), dan 4 kelompok dengan pemberian CCl4 dan cengkih
selama 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari. Hasil: Digunakan uji One-way ANOVA
dengan uji perbandingan post hoc LSD. Didapatkan rerata kadar MDA (nmol/mg
protein) kontrol positif (0.0140), kontrol negatif (0.0098), 1 hari (0.0370), 3 hari
(0.0660), 5 hari (0.0849) dan 7 hari (0.0968). Terdapat perbedaan bermakna (p <0.05)
antar kelompok pada uji One-way ANOVA. Berdasarkan uji post hoc LSD,
peningkatan kadar MDA dibandingkan kontrol negatif signifikan (p<0.05) pada
cengkih 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari. Kesimpulan: Peningkatan kadar MDA
menandakan adanya peningkatan stress oksidatif pada kelompok yang diberikan
cengkih. Dengan demikian, cengkih bersifat hepatotoksik karena menyebabkan
kerusakan membran lipid.

ABSTRACT
Introduction: Clove (Syzygium aromaticum) contains eugenol as its main compound
known for its antioxidant effect against free radicals. This study was conducted to
investigate the antioxidant effect of Clove against CCl4-induced Wistar rats
hepatotoxicity by measuring liver Malondialdehyde (MDA) level as one of occuring
products of lipid peroxidation. Methods: Thirty–six Wistar rats at the age of 12–
weeks were divided into six groups: positive control (given CCl4 and α-tocopherol),
negative group (CCl4 only), and 4 groups were given CCl4 and clove extract for 1 day,
3 days, 5 days, and 7 days each. Results: One-way ANOVA with post hoc
comparisons (LSD) were performed across all groups. There was a significant
difference (p<0.05) in mean MDA level (nmol/mg protein) between positive control
(0.0140), negative control (0.0098), 1 day of clove (0.0370), 3 days clove (0.0660), 5
days clove (0.0849) and 7 days clove (0.0968). The mean MDA levels are
significantly higher (p<0.05) in groups that were given 1, 3, 5, and 7 days of clove
extract respectively than the negative control group. Conclusions: Higher MDA levels
in clove-given groups indicated increased oxidative stress caused by clove. Therefore,
clove has hepatotoxic effects in Wistar rats instead of antioxidant effects"
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afifah
"Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyakit dengan morbiditas yang tinggi di Indonesia. Salah satu faktor utama penyebabnya yaitu hiperlipidemia yang juga berkaitan dengan aktivasi platelet yang memicu pembentukan trombus. PCSK9 (Proprotein Convertase Subtilisin/Kexin 9) diketahui terlibat dalam metabolisme lipid karena mampu mendegradasi reseptor LDL (Low Density Lipoprotein Cholesterol) sehingga mempengaruhi kadarnya dalam plasma. Penelitian terkait PCSK9 juga telah menghasilkan adanya hubungan langsung antara PCSK9 dengan aktivasi platelet. Rimpang jahe merah dan kulit kayu secang merupakan tanaman yang dikenal khasiatnya turun temurun oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan penelitian yang telah ada ditemukan potensi ekstrak jahe merah dan secang sebagai antiplatelet. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi efek pemberian 3 kombinasi ekstrak jahe merah secang terhadap kadar PCSK9 sebagai marker aktivasi platelet dengan heman model hiperlipidemia yang diinduksi HFD (High Fat Diet). Kadar kolesterol total dan trigliserida dari 18 ekor sampel plasma tikus Wistar jantan pada minggu ke-8 diukur dengan spektro UV kemudian diperoleh hasil signifikan (p<0,05) dibanding kelompok normal. Pada minggu ke-8 hingga 10 tikus tetap diinduksi HFD dan juga diberikan perlakuan berbeda setiap kelompoknya dengan tambahan pemberian CMC 0,5% pada kelompok normal dan negatif, aspirin dosis 81 mg/KgBB pada kelompok positif dan tiga variasi dosis kombinasi ekstrak jahe merah dan secang. Pada minggu ke-10 kadar PCSK9 plasma diukur dan diperoleh bahwa dosis 3 ekstrak jahe merah-secang (800:200 mg/200 g BB tikus) memberikan hasil kadar PCSK9 terendah secara deskriptif dan berbeda signifikan dengan kadar PCSK9 kelompok negatif (p<0.05).<

Cardiovascular disease is one of the diseases with high morbidity in Indonesia. One of the main factors causing hyperlipidemia is also related to platelet activation that triggers thrombus formation. PCSK9 (Proprotein Convertase Subtilisin/Kexin 9) is known to be involved in lipid metabolism because it is able to degrade LDL (Low Density Lipoprotein Cholesterol) receptors so that it affects its plasma levels. Studies related to PCSK9 have also shown a direct relationship between PCSK9 and platelet activation. Red ginger rhizome and sappan wood are plants that are known for their usefulness from generation to generation by the people of Indonesia. Based on existing research, it was found the potential of red ginger extract and secang as an antiplatelet. In this study, an evaluation of the effect of giving 3 combinations of red ginger and sappan wood extract of PCSK9 levels as a marker of platelet activation was carried out with the HFD (High Fat Diet) induced hyperlipidemia animal model. Total cholesterol and triglyceride levels from 18 male Wistar rat plasma samples at week 8 were measured by UV spectrophotometer. Then, significant results were obtained (p<0.05) compared to the normal group. At week 8 to 10 the rats were still induced by HFD and also given different treatment for each group with the addition of 0.5% CMC in the normal and negative groups, aspirin dose of 81 mg/Kg BW in the positive group and three variations of the dose of red ginger and sappan wood extract combination. At week 10, plasma PCSK9 levels were measured and it was found that a dose 3 of red ginger and sappan wood extracts (800:200 mg/200 g BW rats) gave the lowest PCSK9 levels descriptively and significantly different from PCSK9 levels in the negative group (p<0,05)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trecy
"Penderita diabetes melitus terus meningkat di Indonesia. Diabetes melitus dapat menyebabkan komplikasi dan kerusakan berbagai organ tubuh lainnya. Dalam rangka mengontrol kadar gula darah pada penderita DM diperlukan diet khusus. Penderita diabetes melitus dianjurkan untuk mengonsumsi makanan selingan diantara waktu makan. Salah satu makanan selingan yang populer di masyarakat adalah cookies. Namun, cookies yang beredar di masyarakat mayoritas menggunakan bahan dasar seperti tepung terigu, telur, susu, mentega, dan gula sederhana yang kurang dianjurkan bagi penderita diabetes melitus. Di samping itu, bahan pangan seperti sorgum dan kacang merah yang memiliki indeks glikemik yang rendah sehingga dapat dijadikan alternatif bahan pangan untuk pembuatan cookies. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk cookies yang dapat dijadikan makanan selingan bagi penderita diabetes melitus menggunakan bahan dasar tepung sorgum dan kacang merah serta penambahan rempah yang memiliki efek antidiabetik yakni jintan hitam. Adapun formulasi yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan oleh perbandingan jumlah tepung sorgum dan kacang merah yang digunakan, yaitu R1 1:3; R2 2:2; dan R3 3:1, selain itu terdapat R4 sebagai formulasi kontrol dengan formulasi yang dibuat seperti cookies konvensional yang umum beredar di masyarakat. Uji hedonik dilakukan di Laboratorium Gizi FKM UI pada bulan April 2024. Uji tersebut dilakukan kepada 30 orang panelis tidak terlatih yakni karyawan FKM UI. Hasil penelitian menunjukkan cookies yang paling disukai oleh panelis adalah cookies R2 dengan rata-rata nilai kesukaan tertinggi dibandingkan formulasi lainnya yaitu sebesar 3.80. Kandungan gizi setiap satu takaran saji cookies R2, yaitu energi sebesar 191,4 kkal, 24,6 g karbohidrat, 5,6 g protein, 7,8 g lemak, dan 2,7 g jintan hitam. Biaya produksi satu takaran saji cookies formulasi R2 adalah sebesar Rp3.705.

Patients with diabetes mellitus have increased in Indonesia. Diabetes mellitus can cause complications and damage to various organs. In order to control blood sugar levels in people with DM, a special diet is needed. Patients with diabetes mellitus are encouraged to consume snacks between meals. One of the popular snack in the community is cookies. However, cookies circulating in the community mostly use basic ingredients such as wheat flour, eggs, milk, butter, and simple sugar which are not recommended for people with diabetes mellitus. In addition, food ingredients such as sorghum and red beans have a low glycemic index so that they can be used as alternative food ingredients for making cookies. This study aims to develop a cookies product that can be used as a snack for people with diabetes mellitus using the basic ingredients of sorghum flour and red beans and the addition of spices that have antidiabetic effects, namely black cumin. The formulations used in this study are distinguished by the ratio of the amount of sorghum flour and red beans used, namely R1 1:3; R2 2:2; and R3 3:1, besides that there is R4 as a control formulation with formulations made like conventional cookies commonly circulated in the community. The hedonic test was conducted at the Nutrition Laboratory of FKM UI in April 2024. The test was conducted on 30 untrained panelists, FKM UI employees. The results of the study showed that R2 cookies is most selected by panelist with the highest average score of 3,80. The nutritional content of each serving size of R2 cookies, energy of 191,4 kcal, 24,6 g carbohydrate, 5,6 g protein, 7,8 g fat, and 2,7 g black cumin. The production cost of one serving size of cookies formulation R2 is Rp3,705."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Mahmudi Wicaksono
"Secang (Caesalpinia sappan L.) dan jahe merah (Zingiber officinale var rubrum) adalah dua tanaman obat tradisional yang sering dimanfaatkan di Indonesia dan keduanya memiliki kandungan senyawa fenolik. Secang telah menunjukkan aktivitas inhibisi agregasi platelet yang kemungkinan berasal dari kandungan brazilin dan brazilein, yang keduanya telah menunjukkan aktivitas antitrombotik. Secara umum, jahe (Zingiber officinale) juga telah menunjukkan efek antiagregasi platelet yang dikaitkan dengan kandungan gingerol dan shogaol, namun belum ada evaluasi serupa untuk jahe merah secara spesifik. Di sisi lain, jahe telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang dikaitkan dengan kandungan senyawa [6]-gingerol, [6]-shogaol, dan gingerdione, yang ketiganya memiliki konsentrasi lebih tinggi dalam jahe merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari pemberian variasi kombinasi secang dengan jahe merah terhadap aktivasi platelet pada hewan uji, diamati dari perubahan pada biomarker tromboksan B2 (TxB2). Kadar TxB2 dari kelompok yang diberikan intervensi berupa campuran ekstrak secang dan jahe merah dalam variasi dosis 1 (50 mg secang dan 200 mg jahe merah/200 gram berat badan) dan dosis 2 (100 mg secang dan 400 mg jahe merah/200 gram berat badan) secara signifikan lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (dosis 1 p=0,013; dosis 2 p=0,004). Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa campuran ekstrak secang dan jahe merah dengan variasi dosis 1 dan 2 memiliki efek inhibisi aktivasi platelet jika diamati melalui parameter TxB2. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara efek variasi dosis 1 dan dosis 2 terhadap kadar TxB2 pada hewan uji.

Secang (Caesalpinia sappan L.) and red ginger (Zingiber officinale var rubrum) are two traditional medicinal plants that are often used in Indonesia and both contain phenolic compounds. Secang has shown platelet aggregation inhibitory activity which is probably due to its content of brazilin and brazilein, both of which have shown antithrombotic activity. In general, ginger (Zingiber officinale) has also shown an antiplatelet aggregation effect associated with gingerol and shogaol content, but there has been no similar evaluation for red ginger specifically. On the other hand, ginger has been shown to have antioxidant activity which is attributed to the content of compounds [6]-gingerol, [6]-shogaol, and gingerdione, all of which have higher concentrations in red ginger. This study aims to determine the effect of the variation of the combination of secang with red ginger on platelet activation in test animals, observed from changes in the biomarker of thromboxane B2 (TxB2). TxB2 levels from the intervention group in the form of a mixture of secang and red ginger extracts in varying doses of 1 (50 mg secang and 200 mg red ginger/200 gram body weight) and dose 2 (100 mg secang and 400 mg red ginger/200 gram body weight). ) was significantly smaller than the negative control group (dose 1 p=0.013; dose 2 p=0.004). Therefore, it can be concluded that a mixture of secang and red ginger extracts with variations in doses 1 and 2 has an inhibitory effect on platelet activation when observed through the TxB2 parameter. There was no significant difference between the effects of variations in dose 1 and dose 2 on TxB2 levels in test animals."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Abdi Zil Ikram
"Stres oksidatif di hati dapat terjadi akibat peningkatan produksi radikal bebas berlebih seperti ROS yang akhirnya menyebabkan kerusakan hepatoseluler. Glutation GSH , antioksidan non enzimatik, berperan dalam memberikan efek proteksi melawan radikal bebas. Selama ini, bekatul diperkirakan mempunyai potensi antioksidan pada hati. Peneliti ingin mengetahui pengaruh pemberian ekstrak bekatul padi Oryza sativa varietas IPB3S terhadap kadar GSH pada organ hati tikus yang diinduksi karbon tetraklorida CCl4 . Dua puluh empat ekor tikus jantan Sprague Dawley dibagi ke dalam enam kelompok yaitu, tanpa perlakuan, CCl4, bekatul 150 mg/kgBB, bekatul 150 mg/kgBB CCl4, bekatul 300 mg/kgBB, dan bekatul 300 mg/kgBB CCl4. Kadar GSH jaringan hati tikus diukur pada tiap kelompok perlakuan menggunakan metode Ellman. Data kemudian dianalisis menggunakan One-way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kadar GSH jaringan hati tikus yang bermakna pada kelompok bekatul 150 mg/kgBB p=0,01 dan bekatul 150 mg/kgBB CCl4 p=0,046 dibandingkan dengan kelompok tanpa perlakuan dan CCl4 saja. Sebaliknya, tidak terdapat perbedaan bermakna pada kelompok bekatul 300 mg/kgBB p=0,118 dan bekatul 300 mg/kgBB CCl4 p=0,247 terhadap kelompok tanpa perlakuan. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ekstrak bekatul mempunyai potensi sebagai antioksidan terhadap jaringan hati jika dilihat dari adanya peningkatan kadar GSH.

Oxidative stress in the liver can occur as a result of increased production of excess free radicals such as ROS that eventually cause hepatocellular damage. Glutathione GSH , a non enzymatic antioxidant, plays a role in providing protection against the effects of free radicals. Recently, rice bran has been predicted to have antioxidant potential in the liver tissue. Researcher wanted to determine the effect of rice bran variety IPB3S Oryza sativa extract to level of GSH in the rats liver induced by carbon tetrachloride CCl4 . Twenty four male Sprague Dawley rats were divided into six groups which are control, CCl4, rice bran extract 150 mg kgBW, rice bran extract 150 mg kgBW CCl4, rice bran extract 300 mg kgBW, and rice bran extract 300 mg kgBW CCl4. GSH levels in rats liver tissue in each treatment group were measured using Ellman 39 s method. Data were analyzed using One way ANOVA. The results showed a significant increase in rats liver tissue GSH levels in 150 mg kgBW rice bran extract group p 0.01 and 150 mg kg rice bran extract CCl4 group p 0.046 compared to the control group and CCl4 group alone. In contrast, there were no significant differences in the 300 mg kgBW rice bran extract group p 0.118 and 300 mg kgBW rice bran extract CCl4 group p 0.247 compared to control group. This study suggested that rice bran extracts had antioxidant potential on liver tissue observed from elevated level of GSH.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>