Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80555 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diajeng Ayesha Soeharto
"Pendahuluan. Infeksi HIV perinatal di anak adalah salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Dengan bertambahnya ketersediaan obat antiretroviral, angka kelangsungan hidup pasien HIV mengalami perkembangan. Implikasi dari hal ini adalah pentingnya mengetahui dampak HIV terhadap kognitif pada anak yang telah diberikan terapi antiretroviral tersebut, karena penurunan kecerdasaan diketahui sebagai salah satu manifestasi dari HIV stadium berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat CD4+ awal dan tingkat kecerdasan pada anak HIV yang telah memperoleh terapi antiretroviral.
Metode. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan melibatkan anak-anak dengan infeksi HIV melalui transmisi perinatal yang berusia 5.5-18 tahun. Pasien yang terlibat dalam penelitian telah melakukan pengobatan dengan ART sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum penelitian. Data subjek, yaitu termasuk data tingkat CD4+ awal pasien, diambil dari case record form dan rekam medis pasien dan dilakukan pada periode Juli-Agustus 2016 di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Pengukuran fungsi kognitif dilakukan menggunakan metode CIDD (Cross- Cultural Intellectual Test or Device). Hasil data akan digambarkan dalam tabel. Peneliti mencari hubungan CD4+ dan tingkat kecerdasan subjek dengan menggunakan uji uni-variat non parametric test for independent samples of Mann-Whitney dan simple correlation test. Uji multi-variat linear regression digunakan untuk mengevaluasi faktor risiko dalam fungsi kognitif anak dengan HIV.
Hasil. Jumlah subjek yang terlibat dalam studi ini adalah 76 subjek. Subjek merupakan mayoritas perempuan dengan rata-rata usia 10 tahun, dimana sebagian besar merupakan berusia dibawah 12 tahun. 80.3% subjek dilahirkan spontan dan 83% subjek diberi ASI. Angka prevalensi comorbidities adalah sebagai berikut, malnutrisi (77%), TB (66%), dan diare persisten (55%). Mayoritas subjek diberi diagnosis dengan stadium klinis WHO 4, dan HIV-associated immunodeficiency status berat berdasarkan nilai CD4+ awal. Nilai tengah dari hasil uji kognitif CIDD adalah 17. Hasil dari test korelasi mengungkapkan hubungan positif yang sangat lemah (r = 0.005) dengan uji univariat yang menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p-value > 0.05) antara tingkat CD4+ dan tingkat kecerdasan. Sedangkan, dalam analisa faktor risiko ditemukan bahwa umur subjek memiliiki hubungan signifikan terhadap tingkat kecerdasaan (p-value < 0.05).
Kesimpulan. Rendahnya tingkat CD4+ awal tidak menentukkan rendahnya tingkat kecerdasan pada anak terinfeksi HIV perinatal yang telah memperoleh terapi anitretroviral. Ditemukan bahwa faktor risiko yang memiliki hubungan dengan kognitif adalah umur pasien. Penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi mengenai kognitif terhadap remaja dengan infeksi HIV perinatal dapat dilakukan untuk mengetahui efek jangka panjang HIV terhadap fungsi kognitif.

Preliminary. Perinatal HIV infection in children is one of the health problems in Indonesia. With the increase in the availability of antiretroviral drugs, the survival rate of HIV patients has progressed. The implication of this is the importance of knowing the cognitive impact of HIV on children who have been given such antiretroviral therapy, because the decrease in intelligence is known as one of the manifestations of severe stage HIV. This study aims to determine the relationship between baseline CD4 + levels and intelligence levels in HIV children who have received antiretroviral therapy.
Method. This study used a cross sectional method and involved children with HIV infection through perinatal transmission aged 5.5-18 years. Patients involved in the study had been taking treatment with ART at least 6 months before the study. Subject data, including patient baseline CD4 + data, were taken from the patient's case record form and medical record and were carried out in the July-August 2016 period at Cipto Mangunkusumo General Hospital. Cognitive function measurements were performed using the CIDD (Cross-Cultural Intellectual Test or Device) method. The results of the data will be illustrated in the table. Researchers are looking for CD4 + relationship and the level of intelligence of the subjects using the non-parametric non-parametric test for independent samples of Mann-Whitney and simple correlation test. The linear regression multi-variate test was used to evaluate risk factors in cognitive functioning of children with HIV. Results. The number of subjects involved in this study was 76 subjects. Subjects constituted the majority of women with an average age of 10 years, with the majority being under 12 year. 80.3% of subjects were born spontaneously and 83% of subjects were breastfed. The prevalence rates for comorbidities are as follows, malnutrition (77%), TB (66%), and persistent diarrhea (55%). The majority of subjects were given a diagnosis with WHO clinical stage 4, and severe HIV-associated immunodeficiency status based on baseline CD4 + values. The mean value of the CIDD cognitive test results was 17. The results of the correlation test revealed a very weak positive relationship (r = 0.005) with a univariate test that showed an insignificant relationship (p-value> 0.05) between CD4 + level and intelligence level. Meanwhile, in the analysis of risk factors it was found that the age of the subjects had a significant relationship to the level of intelligence (p-value <0.05). Conclusion. The low initial CD4 + level does not determine the low level of intelligence in children infected with perinatal HIV who have received antitretroviral therapy. It was found that the risk factor that has a relationship with cognitive is the patients age. Further research to evaluate the cognitive of adolescents with perinatal HIV infection can be done to determine the long-term effects of HIV on cognitive function.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winona Andrari Mardhitiyani
"Infeksi Human Immunodeficiency Virus HIV yang menyebabkan AIDS sampai saat ini masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Pengobatan infeksi HIV kemudian menjadi sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup dari penderita. Pengobatan infeksi HIV pada anak-anak khususnya sering menemui hambatan dalam hal kepatuhan, baik dari anak itu sendiri maupun dari pengasuh. Dalam penelitian ini dianalisis mengenai hubungan latar belakang pengasuh terhadap kepatuhan minum obat anak terinfeksi HIV di RSCM. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan jumlah sampel sebesar 94. Pengambilan data menggunakan kuesioner kepatuhan minum obat yang diambil dari Development of Multi-Method Tool to Measure ART Adherence in Resource-Constrained Settings: The South Africa Experience yang diterbitkan oleh Center for Pharmaceutical Management, Management Sciences for Health pada tahun 2007 yang dikembangkan di Afrika Selatan. Hasil yang ditemukan adalah tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, status pengasuh, dan keterlibatan pada Kelompok Dukungan Sebaya KDS dengan kepatuhan minum obat p >0,05.

Human Immunodeficiency Virus HIV infection causes AIDS, and is still one of the most frequent cause of death in the world. HIV medication then becomes highly important to improve the patients'quality of life, and to expand their life expectancies. HIV medication in children, however, is especially problematic in terms of adherence, whether the problems are from the children themselves or from the caregivers. This research was meant to analyze the correlation between caregiver's background and HIV infected children's adherence in RSCM, a hospital in Jakarta, Indonesia. This research used cross sectional method with 94 caregivers as the sample. The data was collected using an adherence questionnaire that was adapted from Development of Multi Method Tool to Measure ART Adherence in Resource Constrained Settings The South Africa Experience which was published by Center for Pharmaceutical Management, Management Sciences for Health in 2007. This questionnaire was developed in Southern Africa. After collection, the data was analyzed statistically using chi square or Kolmogorov Smirnov if using chi square was not possible. The results reveal that there is no correlation between caregiver's background educational background, income per month, caregiver's relation with the child, and caregiver's involvement in an HIV related support groups and HIV infected children's adherence to antiretroviral therapy p 0,05."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herwasto Kuncoroyakti Jatmiko
"ABSTRAK
Latar belakang: Epidemi infeksi human immunodeficiency virus (HIV) masih terus berlangsung di seluruh dunia. Infeksi HIV telah diketahui memengaruhi berbagai sistem organ termasuk jantung. Komplikasi jantung akibat infeksi HIV bersifat multifaktorial dan berperan pada morbiditas dan mortalitas anak. Seiring peningkatan ketersediaan anti retroviral therapy (ART), angka kesintasan pasien juga meningkat. ART selain mempunyai efek kardioprotektif melalui mekanisme penekanan replikasi virus, juga mempunyai efek kardiotoksik. Hingga saat ini belum ada studi pada anak yang membandingkan antara kelompok pasien yang belum mendapatkan terapi (ART-naïve) dan yang telah mendapatkan terapi (ART-exposed).Tujuan: Mendapatkan data prevalens komplikasi jantung pada anak dengan infeksi HIV, baik ART-naïve maupun ART-exposed. Komplikasi jantung yang diteliti antara lain kardiomiopati dilatasi, hipertensi pulmonal, efusi perikardial, dan kelainan elektrokardiografi (EKG).
Metode: Penelitian studi potong lintang dilakukan pada 106 anak dengan infeksi HIV usia 1-18 tahun yang datang ke Poliklinik Alergi dan Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari penelitian kohort berjudul ''Cardiovascular Consequences of Paediatric HIV infection: Early Life Cardiovascular Risk and Immediate Cardiac Complications'' yang dilakukan dari bulan Juni 2013 hingga September 2015. Hasil: Komplikasi jantung ditemukan pada 75 (70,8%) anak dengan infeksi HIV, dengan 34 (68%) anak dari kelompok ART-naive dan 41 (73,2%) dari kelompok ART-exposed. Prevalens kardiomiopati dilatasi dan efusi perikardial lebih tinggi secara bermakna pada kelompok ART-naïve (p=0,024; p=0,002), sedangkan prevalens hipertensi pulmonal lebih tinggi secara bemakna pada kelompok ART-exposed (p=0,004). Tidak ditemukan perbedaan bermakna prevalens kelainan EKG antara dua kelompok tersebut.
Simpulan: Prevalens komplikasi jantung pada anak dengan infeksi HIV adalah 70,8% dengan prevalens pada anak ART-naive sebesar 68% sedangkan pada anak ART-exposed sebesar 73,2%."
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Qurratu Ayunin
"Jumlah infeksi baru HIV di Indonesia masih tinggi yaitu mencapai 46.000 dan jumlah kematian yang disebabkan oleh HIV sejumlah 38.000 kematian pada Tahun 2018. Koinfeksi Hepatitis C pada pasien HIV cukup tinggi yaitu berkisar 2-15%.  Penelitian ini bertujuan meneliti pengaruh koinfeksi Hepatitis C terhadap kesintasan pasien HIV yang mendapatkan terapi antiretroviral di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tebet pada tahun 2015-2020. Penelitian dilakukan menggunakan desain kohort retrospekstif dengan analisis kesintasan. Pengambilan data dilakukan secara total sampling yang memenuhi kriteria inklusi sebesar 284 sampel. Data dianalisis secara univariat untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variabel penelitian yang diteliti. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan masing-masing variabel independen dengan kesintasan pasien HIV dengan menggunakan Regresi Cox. Analisis multivariat dilakukan untuk mendapatkan model yang robust dan parsimonius dengan analisis Regresi Cox. Hasil penelitian menjukkan kesintasan kumulatif pasien HIV yaitu 85,4 %. Pengaruh koinfeksi Hepatitis C terhadap kesintasan pasien HIV yang mendapatkan terapi ARV di RSUD Tebet Tahun 2015-2020 didapatkan HR 1,94 (95% CI 0,81-4,6) dengan nilai p: 0,13 setelah dikontrol oleh variabel indeks massa tubuh dan status kerja. Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik dari koinfeksi Hepatitis C terhadap kesintasan pasien HIV yang mendapatkan terapi ARV di RSUD Tebet Tahun 2015-2020.

The number of new HIV infections in Indonesia is still high, reaching 46,000 and number of deaths caused by HIV is 38,000 in 2018. Hepatitis C coinfection in HIV patients is high, ranging 2-15%. This study aims to examine the effect of Hepatitis C coinfection on survival of HIV patients receiving antiretroviral therapy at RSUD Tebet in 2015-2020. This research used retrospectif cohort design with survival analysis. This study used total sampling as much as 284 HIV patient. Data were analyzed univariately to see the frequency distribution of each variable studied. Bivariate analysis was performed to see the relationship of each independent variable with the survival of HIV patients using Cox Regression. Multivariate analysis was performed to obtain robust and parsimonius models with Cox Regression. The results of research found cumulatif survival of HIV patients in RSUD  Tebet were 85,4 %. The Effect of Hepatitis C Coinfection on Survival HIV Patients Who Receive Antiretroviral Therapy in RSUD Tebet from 2015-2020 had HR 1,94  (95% CI 0,81-4,6) after adjusted with body mass index and working status. There were no corelation from Hepatitis C Coinfection on Survival HIV Patients Who Receive Antiretroviral Therapy in RSUD Tebet from 2015 until 2020."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arabia Tamrin
"HIV merupakan masalah kesehatan masyarakat utama secara global. HIV memerlukan pengobatan seumur hidup sehingga kepatuhan terhadap pengobatan antiretroviral sangat diperlukan oleh ODHIV agar mencapai keberhasilan pengobatan. Tesis ini mengkaji seberapa besar pengaruh tingkat kepatuhan terapi antiretroviral terhadap resiko kegagalan virologis yang dikur dari capaian supresi virus pada orang dengan HIV di Kota Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif  dengan metode observasional analitik dan desain kasus kontrol  melalui pemanfaatan data SIHA versi 1.7 di  11 fasilitas kesehatan. Hasil penelitian didapatkan orang dengan HIV di Kota Bogor dengan kepatuhan terapi rendah  memiliki resiko 13,21 kali (95% CI: 6,00-29,06; p: 0,000) menyebabkan virus tidak supresi. Disarankan untuk optimalisasi konseling kepatuhan melalui peran konselor dalam menggali hambatan kepatuhan pada orang dengan HIV di layanan.

HIV is a major public health problem globally. HIV requires lifelong treatment so that adherence to antiretroviral treatment is needed by PLHIV to achieve treatment success. This thesis examines how much influence the level of adherence to antiretroviral therapy has on the risk of virological failure as measured by the achievement of virus suppression in people living with HIV in Bogor City. This research is a quantitative study using analytic observational methods and a case-control design using SIHA version 1.7 data in 11 health facilities. The results of the study found that people with HIV in Bogor City with low adherence to therapy had a 13.21 times (95% CI: 6.00-29.06; p: 0.000) risk of causing the virus to not be suppressed. It is suggested to optimize adherence counseling through the counselor role in exploring adherence barriers in people with HIV in services."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Rumah sakit kanker Dharmais merupakan salah satu rumah sakit di Indonesia yang ditunjuk oleh pemerintah untuk memberikan perawatan, dukungan, dan terapi ARV bagi penderita HIV/AIDS. Setiap tahunnya jumlah penderita HIV/AIDS yang berobat ke RSK Dharmais bertambah, sehingga perlu dilakukan evaluasi keberhasilan ARV secara rutin agar dicapai hasil terapi yang optimal. Salah satu cara monitoring adalah
dengan melihat efikasi kombinasi ARV terhadap kenaikan respon imunitas yaitu kenaikan jumlah CD4. Kombinasi ARV memiliki efikasi yang baik bila kenaikan jumlah CD4 > 50 sel/mm3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi 4 jenis kombinasi ARV (tiap jenis terdiri dari 2 Nucleosides Reverse Transcriptase Inhibitor dan 1 Non
Nucleosides Reverse Transcriptase Inhibitor) berdasarkan kenaikan jumlah CD4 rata-rata pada pasien HIV/AIDS setelah pengobatan ARV 6 ? 12 bulan di RSK Dharmais tahun 2005 ? 2006, dan membandingkan efikasi keempat kombinasi ARV tersebut. Keempat jenis kombinasi ARV tersebut adalah kombinasi I (Lamivudin + Zidovudin + Efavirenz), kombinasi II (Lamivudin + Zidovudin + Nevirapin), kombinasi III (Lamivudin + Stavudin + Efavirenz) dan kombinasi IV (Lamivudin + Stavudin +
Nevirapin). Penelitian ini bersifat analitik yang dilakukan dengan rancangan studi potong lintang. Sample pada penelitian ini diambil secara total sampling, yaitu seluruh pasien HIV/AIDS yang berobat di RSK Dharmais tahun 2005 ? 2006, yang memenuhi kriteria inklusi, yakni pasien berusia 15 tahun atau lebih, jumlah CD4<200 sel/mm3, mendapat terapi ARV selama 6 ? 12 bulan, mendapat pengobatan salah satu dari keempat kombinasi ARV, dan memiliki data hasil pemeriksaan jumlah CD4
awal dan data CD4 evaluasi. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien dan dianalisis dengan uji Anova. Dari hasil penelitian 151 pasien, didapatkan keempat kombinasi ARV tersebut memberikan efikasi yang baik berdasarkan kenaikan jumlah CD4 rata-rata. Ada perbedaan kenaikan CD4 rata-rata yang bermakna pada pasien HIV/AIDS
antara yang mendapat obat ARV kombinasi II dengan III (p value
= 0,032). Sedangkan untuk antar kombinasi lainnya tidak ada perbedaan yang bermakna. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari keempat kombinasi ARV yang terbaik efikasinya ada 2 yaitu kombinasi II dan kombinasi III.

Abstract
Dharmais Cancer Hospital is one of 237 hospital appointed by the government of Indonesia to give treatment, support and ARV therapy for HIV/AIDS patients. Every year, there is a significant increasing number of HIV/AIDS patients in Dharmais Cancer Hospital, therefore successfully of therapy is needed to be carried out regularly for the optimum result to the patients. One of methods to evaluating therapy is by reviewing efficacy of ARV combinations toward escalation of immunity respond (escalation of CD4). The ARV combinations give a good efficacy if increasing CD4> 50 cell/mm3. The objective of this study was to know the efficacy of four ARV combination (each type consists of two Nucleosides Reverse Transcriptase Inhibitor and one
Non-Nucleosides Reverse Transcriptase Inhibitor) base on increasing CD4 mean HIV/AIDS patients after 6 ? 12 months treatment in Dharmais Cancer Hospital from 2005 ? 2006, and to compare the efficacy of four ARV combinations. The four ARV combinations are combination I (Lamivudin + Zidovudin + Efavirenz), combinations II (Lamivudin + Zidovudin + Nevirapin), combination III (Lamivudin + Stavudin + Efavirenz), and combination IV (Lamivudin + Stavudin + Nevirapin).
This study was analytical, cross-sectional design. Samples for this study were taken by total sampling using all data of HIV/AIDS patients in Dharmais Cancer Hospital from the year 2005 ? 2006. The inclusion criteria were patients of fifteen years of age or more, baseline count CD4 < 200 cell/mm3, received ARV treatment for 6 ? 12
months, received treatment of either one of the four ARV combination, and had data of CD4 from laboratory result before and after the treatment. Data were taken from patients? medical record and analyzed with ANOVA-test. The result of this study from 151 patients showed that all the four combinations gave good efficacy based on the increasing CD4 mean. There was a significant difference increasing CD4 mean to HIV/AIDS patients between those received ARV combination II and those received ARV combination III (p value = 0,032). And there was not a significant difference for the other combinations. This study was from the four ARV combinations gave two the best efficacy are combination II and combination III."
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Rumah Sakit Umum Tangerang], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Musdalifah
"Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh lama pemberian antiretroviral (ARV) setelah Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dimulai terhadap kegagalan perbaikan CD4 pasien ko-infeksi TB-HIV. Penelitian dilakukan pada mei-juni 2016 di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso. Design penelitian yang digunakan adalah kohort restrospektif dengan follow-up selama satu setengah tahun. Populasi studi adalah pasien Ko-infeksi TB-HIV yang naive ART dan tercatat pada rekam medis periode Januari 2010 - November 2014. Kriteria inklusi sampel adalah pasien usia ≥15 tahun, mendapat OAT minimal 2 minggu sebelum ART dimulai, dan memiliki data hasil pemeriksaan CD4 sebanyak dua kali dengan total sampel adalah 164 orang. Probabilias kumulatif kegagalan perbaikan CD4 pasien ko-infeksi TB-HIV sebesar 14,43%. Hazard rate kegagalan perbaikan CD4 pada pasien yang memulai terapi ARV 2-8 minggu setelah OAT dibandingkan dengan yang menunda terapi ARV 8 minggu setelah OAT masing-masing 767 per 10.000 orang tahun dan 447 per 10.000 orang tahun (p=0,266). Analisis multivariat dengan menggunakan uji cox regresi time independen menunujukkan rate kegagalan perbaikan CD4 pada pasien yang memulai ART >8 minggu setelah OAT lebih rendah dibandingkan pasien yang memulai ART pada 2-8 minggu setelah OAT (Adjusted HR=0,502 ; 0,196-1,287 ; p value=0,151) setelah dikontrol oleh jenis regimen ARV dan klasifikasi pengobatan TB.

This study was aim to assess the effect of time to Antiretroviral Treatment (ART) on CD4 response failure in TB-HIV coinfection patients. This study was conducted from May to June 2016 at Infectious Disease Hospital Sulianti Saroso. This study used cohort restrospective design with one and half year time to follow up. Study population were TB-HIV coinfected patients, noted as a naive ART patient in medical records from january 2010-november 2014. A total 164 patients ≥ 15 years old, had Anti Tuberculosis Treatment (ATT) 2 weeks before ART and had minimum 2 CD4 sell count laboratorium test results. The cumulative probability of CD4 response failure among TB-HIV co-infected patients was 14,43%. Hazard rate of CD4 response failure was 767 per 10.000 person year in early ART (2-8 weeks after ATT) versus 474 per 10.000 person year in delayed ART (8 weeks after ATT) arm (p=0,266). In multivariate analysis using time independent cox regression test, rate of CD4 responses failure was lower in patients with delayed ART until 8 weeks after ATT than early ART 2-8 weeks after ATT. (Adjusted HR=0,502 ; 0,196-1,287 ; P value=0,151) controlled by types of ARV regiments and classification of TB cure."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46551
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stiehm, E.Richard
Philadelphia : W. B Saunders , 1996
618.92 STI i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Atika
"Jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia masih mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada akhir tahun 2017 terdapat 280.623 kasus infeksi HIV di Indonesia dengan DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Papua secara berurutan sebagai provinsi dengan jumlah infeksi HIV terbesar. Terapi antiretroviral sebagai pengobatan untuk menekan jumlah virus dalam darah penting diinisiasi secara dini untuk menurunkan risiko penularan infeksi HIV dan menekan progresifitas infeksi oportunistik pada ODHA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tertundanya inisiasi terapi antiretroviral pada ODHA di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan analisis multivariat regresi logistik ganda. Data yang digunakan adalah ikhtisar perawatan HIV dan ART dengan sampel yaitu pasien HIV yang melakukan inisiasi ART pada periode Januari 2017 sampai April 2019. Faktor yang berhubungan dengan tertundanya inisiasi ART adalah tingkat pendidikan SMA (AOR= 2,804; 95% CI= 1,209-6,503). Pasien yang tidak sekolah/SD merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap tertundanya inisiasi ART setelah dikontrol oleh variabel lainnya (OR= 3,741; 95% CI= 0,776-18,036).

HIV infections in Indonesia keeps increasing every year. At the end of 2017, there were 280,623 cases of HIV infection in Indonesia. DKI Jakarta, East Java, and Papua are the three provinces with high numbers of HIV infection. Antiretroviral therapy is a treatment to reduce the amount of virus in blood in patients with HIV. Therefore, it is important to initiate ART early to reduce the risk of HIV transmission and to reduce the progression of opportunistic infections. This study aimed to determine the factors associated with delayed initiation of antiretroviral therapy in people living with HIV in the Pasar Rebo Health Center (Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo). This study was conducted with an observational cross-sectional study. The sample included 167 ART-naive patients enrolled from January 2017-April 2019 reviewed from HIV medical records. Factor associated with delayed initiation of ART was patients with high school education (AOR = 2.804; 95% CI = 1.209-6.503). Patients with no education or were in primary school is the most affecting risk factors to delayed initiation of ART, after being controlled by other variables (OR = 3.741; 95% CI = 0.776-18.036)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>