Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180767 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chadijah Karima Assegaf
"Latar Belakang: Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas (GPPH) adalah gangguan perilaku anak yang ditandai dengan pola masalah perhatian seperti kurangnya perhatian, hiperaktif dan tingkat yang lebih tinggi dari impulsivitas pada anak dan biasanya mendapat kesulitan dalam proses belajar yang menyebabkan menurunnya prestasi di sekolah.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara GPPH dengan prestasi antara siswa SDN Rawa Badak Utara 01, Jubilee Sekolah Jakarta dan SDN Sunter Agung 03.
Metode: Observasional analitik dengan studi desain cross-sectional dan teknik sampling berada di gaya pengambilan sampel acak sederhana yang berjarak 116 siswa dan dari penelitian ini didapatkan 18 anak GPPH dan 98 tanpa GPPH. Analisis univariat digunakan meja dengan frekuensi dan analisis bivariat menggunakan chi-square.
Hasil: Proporsi GPPH adalah 15,5%. Ada korelasi antara GPPH dan prestasi akademik sekolah (p = 0,000). Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan secara statistik antara GPPH dengan prestasi antara siswa SDN Rawa Badak Utara 01, Jubilee Sekolah Jakarta dan SDN Sunter Agung 03.

Background: Concentration Disorder/Hyperactivity Disorder (GPPH) is a disorder of the childs behavior characterized by patterns of attention problems such as inattention, hyperactivity and higher levels of impulsivity in children and usually have difficulty in the learning process which causes decreased achievement in school.
Objective: To find out the relationship between GPPH and achievement between Rawa SDN students North Badak 01, Jakarta School Jubilee and SDN Sunter Agung 03.
Method: Analytic observational studies with cross-sectional design and sampling techniques are in the simple random sampling style within 116 students and from this study found 18 children with GPPH and 98 without GPPH. Univariate analysis used a table with frequencies and bivariate analysis using chi-square.
Results: The proportion of GPPH is 15.5%. There is a correlation between GPPH and school academic achievement (p = 0,000). These results indicate that there is a statistically significant relationship between GPPH and achievement between students of Rawa Badak Utara Elementary School 01, Jubilee School Jakarta and SDN Sunter Agung 03.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmana Rizki Putranto
"Latar belakang: Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif (GPPH) adalah gangguan neurobehavioral yang gejalanya ditandai oleh sifat hiperaktif, kurangnya perhatian, dan impulsif. GPPH termasuk salah satu gangguan psikiatri yang sering ditemukan pada anak usia sekolah. Gangguan ini dapat mengakibatkan kekurang dalam perkembangan sosial dan kognitif anak apabila tidak terdeteksi dan tidak diobati sedini mungkin. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi orang tua untuk dapat mengidentifikasi tanda-tanda awal GPPH. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui prevalensi GPPH dan hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada anak-anak usia sekolah di Jakarta.
Metode: Penelitian ini merupakan penilitan cross sectional yang dilakukan di tiga sekolah dasar di Jakarta. Data didapat melalui kuesioner Conner’s yang dibagikan kepada orang tua dari siswa SD tersebut. Kuisioner Conner’s adalah salah satu metode deteksi dini untuk anak ADHD. Kemudian data dianalisis menggunakan program SPSS 19 dan metode chi-square dengan nilai kemaknaan p,0,05.
Hasil: Berdasarkan hasil studi analisis deteksi dini didapatkan 69,6% anak dengan GPPH, dengan prevalensi terbanyak berasal dari SDN Kampung Melayu. Akan tetapi, prevalensi ini tidak terbukti bermakna secara statistik jika dihubungkan dengan tingkat pengetahuan (p = 0,975) dan tingkat pendidikan ayah (p = 0,132) dan ibu (p = 0,372).
Kesimpulan: Dalam penilitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna antara angka prevalensi GPPH dengan tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan orangtua. Namun, faktor ayah merokok terbukti memiliki asosiasi yang kuat terhadap prevalensi GPPH di Jakarta.

Background: Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) is a neurobehavioral disorder which characterized by hyperactivity, inattention, and impulsivity. ADHD is one of the most frequent psychiatric disorders in school-age children. This condition may affect the social and cognitive developmental in the children if it is remain unidentified and untreated. Thus, it is important for parents to be able to identify the early signs of ADHD in their children. The aim of this study is to know the prevalence of ADHD and the relationship to its contributing factors among school-age children in Jakarta.
Method: The study uses cross sectional design and it was conducted in three elementary schools in Jakarta. The data was obtained through Conner’s Rating Scale which distributed to the parents of the subject children. The Conner’s questionnaire is one of the early screening methods to determine whether the child is having ADHD or not. Then, the data is analyzed with SPSS 19 program and chi-square method with significancy value p<0,05.
Results: Based on the analysis of early detection, it is found that 69,6% of all children have ADHD, with the most prevalent one comes from SDN Kampung Melayu. However, this result is not statistically significant if compared to knowledge level (p = 0,975) or with father’s (p = 0,132) and mother’s (p = 0,372) education level.
Conclusion: There are no significant relationship between the prevalence of ADHD with the knowledge level and the education level of the parents. However, there is a strong association between paternal smoking with the prevalence of ADHD in Jakarta.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Lasmono
"Latar Belakang: Kemampuan empati dan sistemisasi sudah berkembang sejak masa kanak. Kedua kemampuan tersebut berkaitan dengan fungsi sosial serta pencapaian akademik pada anak, dapat dinilai menggunakan kuesioner Empathy Quotient (EQ) dan Systemizing Quotient (SQ). Dorongan untuk berempati dan sistemisasi selanjutnya dapat dijelaskan sebagai tipe otak, yang dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan perbedaan antara nilai EQ dan SQ terstandarisasi dari orang tersebut. Salah satu gangguan psikiatrik yang banyak ditemui pada layanan kesehatan jiwa anak dan remaja adalah GPPH. Adanya GPPH dapat berdampak pada fungsi sosial dan akademis anak. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui perbedaan tipe otak berdasarkan EQ dan SQ pada anak sekolah dasar (SD) dengan dan tanpa GPPH.
Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan desain potong lintang. Sampel sebanyak 122 orang tua dan anak diambil dari Poli Jiwa Anak dan Remaja Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan dari sekolah dasar di Jakarta. Pengambilan data dilakukan melalui pengisian kuesioner Empathy and Systemizing Quotient for Children (EQ-/SQ-C) versi Bahasa Indonesia. Tipe otak dikelompokkan berdasarkan persentil dari nilai D, yaitu perbedaan antara EQ dan SQ terstandarisasi.
Hasil: Tipe otak yang paling banyak ditemui pada anak tanpa GPPH adalah empathy (37,7%), sedangkan pada kelompok anak dengan GPPH adalah systemizing (39,34%). Dari hasil analisis, didapatkan perbedaan bermakna pada nilai D kedua kelompok (p=0,021). Studi ini juga mendapati perbedaan bermakna pada rerata EQ (p=0,000) dan rerata SQ (p=0,042) antara kedua kelompok.
Simpulan: Terdapat kecenderungan tipe otak sistemisasi pada anak SD dengan GPPH, serta terdapat perbedaan bermakna pada rerata EQ dan SQ antara kedua kelompok.

Background: Empathy and systemizing abilities have developed since childhood. These abilities are related to social and academic achievements in children, can be assessed by using the Empathy Quotient (EQ) and Systemizing Quotient (SQ) questionnaires. The drive to emphatize and systemize can further be described as brain type, which is divided into five groups based on the difference of the individual’s standardized EQ and SQ scores. One of psychiatric disorders commonly found in child and adolescent mental health services is ADHD. ADHD may have an impact on social and academic function in children. This study was conducted to determine the difference of brain type based on EQ and SQ in elementary school children with and without ADHD.
Methods: This is an observational study with cross-sectional study design. Sample of 122 parents and children were included from Child and Adolescent Mental Health Outpatient Clinic in Cipto Mangunkusumo General Hospital, and elementary school in Jakarta. The data were taken using Empathy and Systemizing Quotient for Children (EQ-/SQ-C) questionnaire in Bahasa Indonesia. The brain types were classified according to percentile of D score, which is the difference between standardized EQ and SQ.
Results: The most common brain type found in children without ADHD was empathy (37.7%), while in children with ADHD was systemizing (39.34%). From the analysis, there was significant difference in D score between both groups (p=0.021). Significant difference was also found in mean EQ score (p=0.000) and mean SQ score (p=0.042) between both groups.
Conclusion: There was tendency toward systemizing brain types in elementary school children with ADHD. There were also significant differences in mean EQ and SQ score between both groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Agung Ari Wiweka Nanda
"ABSTRACT
Latar Belakang: Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas GPPH merupakan kelainan kronis yang ditandai dengan ketidakmampuan berkonsentrasi, hiperaktivitas, dan impulsif. Prevalensi GPPH pada siswa SD di Jakarta tahun 2004 sebesar 26,2 dan diduga berhubungan dengan dengan perolehan prestasi akademis siswa di sekolah. Tujuan: Mengetahui hubungan antara GPPH dengan prestasi akademis siswa sekolah dasar. Metode: Studi case control dilakukan terhadap 372 siswa SD Kenari 01,03, dan 05 pada periode tahun ajaran 2015-2016. Hasil: Berdasarkan analisis data, didapatkan 107 28,8 siswa SD mengalami GPPH dan sebanyak 265 70,2 tidak mengalami GPPH. Terdapat 188 49,5 siswa mendapatkan nilai dibawah rata-rata dan 186 50,5 siswa mendapatkan nilai diatas rata-rata. Pada uji chi square, terdapat hubungan bermakna antara GPPH dan prestasi akademis dengan nilai signifikansi.

ABSTRACT
Background Attention deficit hyperactivity disorder is a chronic disorder ADHD characterized by inability to concentrate, hyperactivity, and impulsivity. Prevalence ADHD on elementary students in Jakarta in 2004 is about 26.2 and related to academic achievement in school. Aim To find relation between ADHD with academic achievement in elementary students. Methods Case control study was done involving 372 elementary students in SD Kenari 01, 03, 05 on school year 2015 ndash 2016. Results According to data analyzing, there were 107 28.8 elementary school students have ADHD and 265 70.2 of elementary school students did not have ADHD. There were 188 49.5 students get academic underachievement and other 186 50.5 students got higher academic achievement. By using chi square test, there was correlation statistically between ADHD and academic achievement with significance point p 0.001. Conclusion ADHD is related with academic achievement on elementary students with odds ratio 2,1. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenny Harsono
"Guru Sekolah Dasar berperan sangat penting untuk mendeteksi anak dengan GPPH, oleh karena mereka berhubungan langsung dengan anak didik di dalam kelas dan sekolah pada umumnya. Dengan demikian guru Sekolah Dasar seyogyanya memiliki pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap terhadap GPPH yang baik agar bisa melakukan deteksi dini kasus tersebut di antara anak didiknya. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap terhadap GPPH pada guru Sekolah Dasar di Jakarta serta hubungannya dengan lama pengalaman mengajar di Sekolah Dasar. Penelitian ini merupakan penelitian dengan rancang potong lintang. Pengetahuan, pemahaman, persepsi, dan sikap terhadap GPPH diidentifikasi dengan menggunakan kuesioner yang dibuat khusus untuk penelitian ini, dan terbukti sah dan handal berdasarkan uji validasi dan reliabilitas dengan Cronbach alpha sebesar 0.873 dan Pearson’s r > 0.25. Kuesioner tersebut disebarkan pada 422 guru Sekolah Dasar di Jakarta yang berasal dari 21 sekolah, kemudian dengan uji acak sederhana didapatkan 384 subjek penelitian. Data dianalisa dengan menggunakan program SPSS 20th untuk Mac. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan/pemahaman yang sangat rendah (58.9%), tingkat persepsi yang rendah (56.5%), dan tingkat sikap yang cukup (60.7%). Lama mengajar berhubungan secara signifikan dengan tingkat pengetahuan/pemahaman terhadap GPPH. Dengan demikian, diperlukan peningkatan pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap terhadap GPPH pada guru Sekolah Dasar melalui program edukasi yang tepat dan pelatihan keterampilan dalam deteksi dini GPPH.

Elementary School Teachers play a very important detecting children with ADHD, because they deal with students directly in the classroom and in the school generally. Thus elementary school teachers should have a good knowledge/understanding, perception, and attitude towards ADHD so that they can make early detection among their students. The aim of this study is to get an overview about the level of knowledge/understanding, perception, and attitude towards ADHD among elementary school teacher in Jakarta and its relationship with teaching experience in elementary schools. This study uses cross-sectional design. Knowledge, understanding, perception, and attitude towards ADHD are identified using a questionnaire created specifically for this research, and proven valid and reliable based on validation and reliability with a Cronbach's alpha of 0.873 and Pearson's r > 0.25. The questionnaires were distributed to 422 elementary school teachers in Jakarta from 21 schools, then with simple random sampling, 384 research subjects were found. Data were analyzed using SPSS 20th for Mac. The results showed the level of knowledge/understanding is very poor (58.9%), poor level perception (56.5%), and moderate level of attitude (60.7%). Teaching experience is significantly related with the level of knowledge/understanding towards ADHD. Thus, it is necessary to increase the knowledge/understanding, perception, and attitude towards ADHD among elementary school teachers through appropriate educational programs and workshops about early detection of ADHD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinaldo Indra Rachman
"ABSTRAK
Dampak Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas GPPH terhadap Kualitas Tidur Siswa Sekolah Dasar Abstrak Latar Belakang: Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas adalah kelainan kronik neurobehavioral yang sering terjadi pada anak usia sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara GPPH dengan penurunan kualitas tidur anak. Metode: Studi case-control dilakukan terhadap 386 anak usia sekolah di SDN Kenari 01, 03, dan 05 Pagi Jakarta. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia SPPAHI yang diisi oleh orangtua dan guru dan kuesioner Skala gangguan tidur untuk anak SDSC yang diisi oleh orangtua pada Januari-Februari 2016. Hasil: Sebanyak 34 31,5 anak dengan GPPH mengalami kualitas tidur tidak baik, sedangkan 74 68,5 diantaranya mengalami kualitas tidur baik. Pada kelompok anak GPPH negatif 37 13,8 mengalami kualitas tidur tidak baik, sedangkan 231 86,2 mengalami kualitas tidur baik. Secara statistik, terdapat hubungan bermakna antara GPPH dengan kualitas tidur p

ABSTRACT
Correlation Between Attention Deficit Hyperactivity Disorder and Sleep Quality on Elementary School Students Abstract Background Attention Deficit Hyperactivity Disorder ADHD is a chronic neurobehavioral disorder, which is caused by several factors including genetic and environmental factor. The objective of this study is to determine the correlation between ADHD and sleep quality. Method Case control study of 387 elementary school children in Kenari 01, 03, and 05 Elementary School Jakarta was performed from July 2015 until May 2016. This study was conducted by giving questionnaires. Parents filled in Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia SPPAHI and Sleep Disturbance Scale for Children SDSC questionnaire, whereas teachers fill in SPPAHI questionnaire only. Result Out of all subjects, 34 31.5 ADHD elementary school students have poor sleep quality, whereas 74 68.5 have good sleep quality. In ADHD negative children 37 13.8 have poor sleep quality, whereas 231 86.2 have good sleep quality. Statistically, there is a correlation between ADHD and sleep quality p 0.001, chi square test with an odds ratio score 2.869. Conclusion There is a correlation between ADHD and sleep quality in elementary school student. Keywords Attention Deficit Hyperactivity Disorder, Sleep Quality, elementary school student, SPPAHI, SDSC"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70337
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Calvin
"Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) adalah gangguan perkembangan saraf yang dapat diidentifikasikan dengan tingkat hiperaktif, impulsivitas dan gangguan permusatan perhatian yang abnormal. Hal tersebut dapat berdampak buruk pada perilaku, emosi, kognitif, akademik, fungsi okupasi, dan fungsi sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antara GPPH dengan prestasi akademik, absen, dan faktor-faktor risiko terhadap GPPH.
Subjek penelitian anak sekolah dasar negeri yang berada di SDN Menteng 01. Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional yang menggunakan kuesioner Conners’ 10 Item Scale yang di bagikan kepada orang tua anak. Terdapat 215 anak (99 laki-laki dan 116 perempuan) yang memenuhi kriteria inklusi. Terdapat 35 subjek yang dicurigai terdapat GPPH. ADHD memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi akademik (p = 0.020), namun tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap absen (p = 0.801). Pendapatan keluarga (p = 0.005) dan pendidikan orang tua (0.000) juga mempunyai hubungan signifikan terhadap GPPH pada anak. Umur anak memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi akademik dan absen anak. Terakhir, prestasi akademik memiliki hubungan positif berbanding lurus yang signifikan terhadap absen. GPPH memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi akademik dan juga memiliki rasio jenis kelamin 2:1 (laki-laki:perempuan).

Attention deficit/hyperactive disorder (ADHD) is a neurodevelopmental disorder that can be identified with abnormal levels of hyperactivity, impulsiveness and inattentivity, that can negatively affect behavior, emotions, cognitive ability, academic achievement, and occupational and social function. Studies have been done where risk factors such as socioeconomic and parent educational background has an effect on the occurence of ADHD in children. There has also been studies that have found correlation between ADHD and its adverse effects on academic achievement and absenteeism. Studies regarding this matter in Indonesia is still considered limited. Therefore, the aim of this study to explore the correlation between ADHD and its correlation with children’s academic achievement and absenteeism, and how its risk factors correlate with ADHD.
Subjects include primary public school students in SDN Menteng 01 Jakarta. This study is a cross-sectional study which utilises a questionnaires (Conners’ 10-item scale for ADHD screening) that was distributed to parents. There were 215 (99 males and 116 females) subjects which fulfilled the inclusion criteria. Thirty five subjects were suspected for ADHD. ADHD had significant negative correlation to academic score (p = 0.020) but is not significant when correlated to absenteeism (p = 0.801). Family income (p = 0.005) and parent education background (p = 0.000) are also significant to ADHD. Age is significantly correlated to academic achievement and absenteeism. Conclusions. There is significant positive correlation between absence and academic achievement. To conclude, ADHD is significantly correlated with academic achievement, with a gender ratio of approxiamtely 2:1.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allysa Soraya Safitri
"Tingginya screen time anak telah meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai dampak negatif dari screen time. Beberapa penelitian mengasosiasikan gejala gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) dengan screen time berlebih. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara screen time dengan gejala GPPH pada anak. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dan kuesioner Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktivitas Indonesia (SPPAHI) yang diisi oleh orang tua dengan latar belakang pendidikan minimal SMP atau sederajat. Kuesioner disebarkan ke seluruh murid SD Negeri Beji 1 Depok dan didapatkan total 227 data, data yang ada lalu dipilih secara acak dan didapatkan 95 data untuk dianalisis.
Hasil analisis Chi-Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara screen time dengan gejala GPPH pada anak (p = 0,035). Anak dengan screen time berlebih memiliki peluang mengalami GPPH 3,1 kali lebih tinggi dibandingkan anak dengan screen time tidak berlebih (IK 95% = 1,051-9,174). Oleh karena itu, perlu dilakukan pembatasan screen time untuk menurunkan peluang terjadinya GPPH pada anak.

High level of screen time among children has raised public awareness about its negative impact. Some studies associate attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD) with excessive amount of screen time. The objective of this research is to analyze the association between screen time and ADHD symptoms in children. A cross sectional study was used for this research along with SPPAHI questionnaire, which was filled by parents with a minimum educational background of junior high school. The questionnaire was distributed to all students of SD Negeri Beji 1 Depok and a total of 227 data were collected, 95 data were selected randomly and used as sample for data analysis.
These data were analyzed using Chi-square test and showed a significant relationship between screen time and ADHD symptoms in children (p = 0.035). Children with excessive amount of screen time are 3.1 times more likely to develop ADHD than children who do not have excessive amount of screen time (95% CI = 1.051-9.174). Therefore, screen time limitation is needed to reduce the odds of developing ADHD in children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Yonathan
"Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas GPPH merupakan sebuah gangguan yang bersifat kronik. GPPH merupakan penyakit yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti genetik dan lingkungan. Pola asuh orang tua diduga sebagai salah satu faktor risiko dari GPPH. Tujuan: Mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan GPPH pada siswa sekolah dasar di daerah Jakarta Pusat. Metode: Studi case control dilakukan terhadap 376 siswa SD Kenari 01,03, dan 05 pada periode tahun ajaran 2015-2016. Hasil: 108 28,7 siswa SD mengalami GPPH dan sebanyak 268 71,3 tidak mengalami GPPH. 314 83,5 orang tua menerapkan pola asuh demokratis dan sisanya sebanyak 62 16,5 orang tua menerapkan pola asuh lainnya pada anak. Secara statitstik tidak terdapat hubungan bermakna antara pola asuh orang tua dengan GPPH p = 0,464, uji chi square . Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara pola asuh orang tua dengan GPPH pada siswa sekolah dasar.

Introduction Attention deficit hyperactivity disorder ADHD is one of neurobehavioral chronic disorders and caused by some factors, including genetic and environment cause including parenting style. The objective of this study is to find whether parenting style applied by parents is related with ADHD. Methods case control study was done involving 376 elementary students in SD Kenari 01,03,05 on school year 2015 ndash 2016 using questionnaires given to parents and teachers to determine the parenting style used and presentation of ADHD. Results 108 28,7 elementary school students suffer from ADHD. 314 83,5 of parents apply authoritative parenting style to their children. There was no correlation statistically between parenting style and ADHD p 0.464 , chi square test . Conclusion Parenting style is not related with ADHD on elementary students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denita Biyanda Utami
"Latar belakang: Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif (GPPH) adalah gangguan neurobehavioral ditandai dengan gejala kurangnya perhatian, sifat hiperaktif, dan impulsif. GPPH adalah gangguan perilaku yang paling sering didiagnosis pada anak dan apabila tidak teridentifikasi dan ditangani pada anak usia sekolah akan mengakibatkan dampak pada perkembangan sosial dan kognitif. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengidentifikasi tanda-tanda awal GPPH untuk orang tua. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (GPPH) dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua pada anak-anak usia sekolah di Jakarta.
Metode: Penelitian cross-sectional ini dilaksanakan di beberapa sekolah dasar di Jakarta pada bulan Januari 2012. Data diperoleh menggunakan kuesioner terstruktur yang diberikan kepada orang tua dari siswa SD di Jakarta. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 dan uji statistik dan nilai kemaknaan p<0,05 dari analisis chi-square.
Hasil: Lima puluh koma tiga persen orang tua dengan tingkat pengetahuan mengenai GPPH yang tinggi berasal dari kelompok orang tua dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik dari hubungan tingkat pengetahuan tentang GPPH dan tingkat pendidikan pada orang tua (p = 0,01). Untuk orang tua yang bekerja, dalam penelitian ini adalah ibu, 31,3% dari seluruh ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi adalah ibu yang tidak bekerja, sementara hanya 14% dari ibu yang bekerja yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara tingkat pengetahuan tentang GPPH dan pekerjaan orang tua (p = 0,005).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai GPPH dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua. Selain itu, sebagian orang tua mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi mengenai GPPH.

Background: Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) is a neurobehavioral disorder characterized by symptoms of inattention, hyperactivity, and impulsivity. ADHD is the most commonly diagnosed behavioural disorder in school-age children and if it remains unidentified and untreated, it will affect the social and cognitive development of the children. Therefore, it is essential to identify the early signs of ADHD for the parents. The aim of this study is to know the relationship between knowledge level of ADHD and education level and employment status of the parents in school-age children in Jakarta.
Method: This cross-sectional study was conducted in several elementary schools in Jakarta in January 2012. The data was collected through structured questionnaires given to parents of elementary school students in Jakarta. The data analysis was done by using SPSS 17 and analytical study with significancy value of p <0.05 in chi- square method.
Results: The results of this study showed that 50.3% of parents with a high knowledge level comes from the parents with high education level. There are significant differences in the relationship between knowledge level about ADHD and education level of the parents (p = 0.01). For employed parents, in this study were mothers, 31.3% of all mothers who have a high knowledge level is the mother who are unemployed, while only 14% of employed mothers who have high knowledge level. There are significant differences in the relationship between knowledge level about ADHD and employment status of the parents (p = 0.005).
Conclusion: There is a relationship between the knowledge level about ADHD and education level and employment status of the parents. In addition, most of the parents have high knowledge level about ADHD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>