Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Axtell, Guy, 1957-
Cambridge : MA Polity Press, 2016
121.4 AXT o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Erina Lagman
"Interaksi antara objektivitas dan subjektivitas merupakan sebuah dilema dalam praktik jurnalistik, sebagai disiplin yang bertujuan untuk melayani kepentingan publik (Steensen, 2017). Ambivalensi terhadap subjektivitas sebagian besar terjadi pada berita-berita tradisional, seperti pemberitaan kejahatan, di mana bias dan nilai-nilai pribadi jurnalis mungkin menghalangi penggambaran rangkaian peristiwa secara akurat, sehingga semakin mengancam hilangnya kredibilitas organisasi berita tersebut. Di Indonesia, satu dari tiga perempuan berusia 15 hingga 34 tahun pernah mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual setidaknya sekali dalam hidup mereka, yang menunjukkan tingginya tingkat kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak (United Nations Population Fund, 2016). Tujuan dari studi ini adalah untuk mengkaji bagaimana objektivitas dan subjektivitas secara pragmatis terwujud dalam praktik jurnalistik media Indonesia dengan fokus pada pemberitaan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Metode yang digunakan adalah tinjauan pustaka, yaitu analisis kritis dan evaluasi terhadap penelitian-penelitian yang sudah ada dan berhubungan langsung dengan topik penelitian yang dituju (Daymon & Holloway, 2011). Konseptualisasi dan penerapan pragmatis objektivitas dan subjektivitas masing-masing mempunyai praktik positif dan negatif ketika diwujudkan melalui aktivitas pengumpulan berita dan pembuatan berita dalam sehari-hari. Untuk mendorong perubahan dan memberikan tekanan pada badan-badan pemerintah yang bertanggung jawab agar berbuat lebih banyak untuk mengekang terjadinya kekerasan seksual di Indonesia, jurnalis harus mengikuti praktik-praktik yang lebih progresif, dan kemungkinan besar, pilihan-pilihan yangdianggap bersifat ‘subjektif’.

The interplay between objectivity and subjectivity is a common dilemma in journalistic practice, as a discipline that aims to serve the public interest (Steensen, 2017). The ambivalence toward subjectivity mostly concerns traditional hard news, like crime reporting, where the journalist’s bias and personal values may get in the way of accurately portraying the sequence of events, further threatening a loss of credibility for the news organisation. In Indonesia, one in three women aged 15 to 34 years old has experienced physical and/or sexual violence at least once in their lives, indicating an exceptionally high rate of violence against women and children (United Nations Population Fund, 2016). The purpose of this paper is to examine how objectivity and subjectivity pragmatically manifest in journalistic practices of the Indonesian media by focusing on the news coverage of violence against women and children. The method employed is a literature review, which is a critical analysis and evaluation of existing studies that directly relate to the intended topic of research (Daymon & Holloway, 2011). The conceptualisation and pragmatic application of objectivity and subjectivity each have positive and negative practices when manifested through daily newsgathering and newsmaking activities. To incite change and apply pressure on responsible government bodies to do more to curb the occurrence of sexual violence in Indonesia, journalists will have to adhere to more progressive practices, and potentially, choices that are thought to be ‘subjective’ in nature.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Marissa Vania
"ABSTRAK
Auditor internal merupakan pihak yang diharapkan memberikanhasil audit yang
dapatdiandalkandanberkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahuisejauhmanapengaruhkompetensi, independensi, objektivitas,
danintegritasterhadapkualitashasil audit. Metode yang digunakan adalah studi
kuantitatifdenganinstrumentkuesioner (survey). Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa
variablekompetensidanindependensitidakmemilikipengaruhsecarasignifikanterhad
apkualitashasil audit.
Sedangkanvariabelobjektivitasdanintegritasmemilikipengaruhyang
signifikanterhadapkualitashasil audit. Dalam melakukankegiatan audit
danuntukmendapatkanhasil audit yang bisa
diandalkandanberkualitasInspektoratJenderalKemendikbudperluuntukmeningkatk
ankompetensisepertipengetahuanstatistikdananalisis. Dalam melakukankegiatan
audit perlujugapimpinanuntuktidakmelakukanintervensiterhadappenyusunan
program audit, prosedur audit, dan memodifikasi bagian tertentu dalam kegiatan audit.

ABSTRACT
Internal auditor shall be the party expected to provide reliable and qualified audit. This research is aimed to find out to what extent the impact of competency,
independency, objectivity, and integrity toward audit quality. Method used on this
research is quantitative study by means of questionnaire (conduct of survey). The
result of research concludes that variables of competency and independency do
not have significant impact on audit quality. Meanwhile, variables of objectivity
and integrity have significant impact on audit quality. In obtaining reliable and
qualified audit result, Inspectorate General of Ministry of Education and Culture
is required to improve competency such as statistic knowledge and analysis. It is
also important to have leader/manager who will not do intervention in planning
audit program, setting audit procedure, and modificating certain process of audit"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Isa
"Saat ini media berbasis agama banyak bermunculan, mulai dari media cetak sampai media daring. Namun, objektivitas seringkali masih menjadi masalah seiring hadirnya media-media tersebut. Oleh karena itu, perlu ada perhatian khusus terhadap masalah ini. Terdapat dua penelitian yang membahas masalah ini menggunakan teori objektivitas Westerstahl dengan dua kasus yang berbeda. Perbedaan juga terlihat pada pengukuran di tahap operasionaliasi teori objektivitas Westerstahl. Penelitian pertama membahas tentang objektivitas pada Majalah Sabili saat meliput konflik Ambon, Sampit, dan Poso tahun 1999-2001. Penelitian kedua membahas tentang objektivitas pada media daring Voa-Islam dalam meliput penolakan terhadap Gubernur DKI Jakarta tahun 2014. Hasil dari kedua penelitian menemukan bahwa kedua media Islam yang diteliti belum memenuhi kriteria komponen objektivitas Westertahl.

Nowadays, many religious-based media are emerging, ranging from printing to online media. Despite the fact that the platform of religious-based media is now varied, objectivity is still a problem and it needs to be discussed. There have been two studies with two different cases addressing this issue using Westerstalhs Objectivity Theory. The difference can be seen in the measurement of the operational stage in Westerstalhs Objectivity Theory. The first study investigates the objectivity of Majalah Sabili when it covered Ambon, Sampit and Poso conflict in 1999-2001 while the second study investigates the objectivity of an online media platform named VOA-Islam when they covered about the rejection of DKI Jakartas governor back in 2014. Taken together, these results show that none of these two media fulfill Westertahls objectivity criteria."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhanareswari, examiner
"Kebebasan pers pasca-reformasi di Indonesia, yang ditandai dengan terbitnya Undang-Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers, menimbulkan sejumlah ekses negatif. Kalangan pers yang tidak mengimbangi kebebasan tersebut dengan penerapan prinsip dan kode etik jurnalistik, justru menghasilkan produk jurnalisme yang melenceng jauh dari tujuan awalnya; menyampaikan kebenaran pada publik. Salah satunya adalah penyajian informasi dengan sudut pandang mistis yang kemudian menimbulkan anggapan dan stigma melenceng tentang objek-objek pemberitaan tersebut di masyarakat. Penyajian berita seperti ini, selain menyimpang dari tujuan jurnalisme, juga mencederai fungsi pers sebagai lembaga sosial atau kemasyarakatan. Jurnalisme, melalui informasi yang ia sajikan, mestinya dapat membantu publik untuk memahami apa yang terjadi sesuai dengan fakta yang sebenarnya, sehingga publik dapat menjadikannya sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan. Tulisan ini akan membahas secara garis besar objek-objek pemberitaan yang menjadi komoditas mistifikasi berita, psinsip-prinsip jurnalisme apa saja yang diabaikan, dan kode etik mana saja yang dilanggar.

The Freedom of the press after reformation in Indonesia, signed by issuing the Acts of The Press No. 40 in 1999, has created some negative impacts. The press who do not pay attention to keep the balance between the freedom and the application of the elements of journalism and ignore the ethics of the institution, in fact, has been producing some products which are not in line with the basic purpose of journalism; delivering the truth to the public. One of the phenomena is the delivery of information using mystical angle which leads to create the wrong stigma on the objects informed. This kind of ‘news,’ not only goes vice versa with the purpose of journalism, but it breaks the function of the press as the social institution as well. Journalism, through the information it delivers, should have helped the people to understand what happens based on the factual truth, so that they could have made it as the part of their consideration in making desicions. This essay will analize the objects of the press which have became the comodities of news mystification, what elements of journalism have been ignored, and which ethics has been broken by this kind of ‘journalism,’ (if it can be called so).
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dyan Sasangka
"Analisis Framing dalam artikel “Efek Berantai Kenaikan BBM”, betujuan untuk menelaah atau memahami lebih dalam pesan yang ingin disampaikan dalam suatu artikel. Artikel ini menggambarkan permasalahan yang sering terjadi di Indonesia, yaitu kenaikan Bahan Bakar Minyak. Efek yang ditimbulkan tidak hanya satu, melainkan juga akan berhubungan dengan seluruh elemen masyarakat luas. Pemicu utama yaitu kondisi ekonomi masyarakat Indonesia yang belum merata, menyebabkan permasalahan ini menjadi permasalahan yang rumit untuk diselesaikan. Framing artikel tersebut menggunakan model framing Gerald M. Kosicki dan Zhongdan Pan. Model framing tersebut, menganalisis kata perkata maupun kalimat perkalimat secara detail. Sehingga pemahaman akan artikel bisa ditelaah dan lebih bisa dipahami secara mendalam.

Framing Analysis in article “Chain Effect of Fuel Ascention” purpose for understanding some messages inside the article. This article describe some issues that always happened in Indonesia, it is ascention fuel. The effects not only one, but also connected with all over citizen. The main cause is low economy condition in Indonesia that made the problems more complicated. This article use framing Gerald M. Kosicki and Zhongdan Pan model. This model was analyzing the detail of every word and every sentences. Therefore, reader can be more understanding.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ferika Aini
"Topik tulisan ini adalah pembingkaian media (framing) pada artikel “Skandal Pon Di Bawah Beringin” yang ditampilkan dalam rubrik opini Majalah Tempo Edisi15-21 April 2013. Artikel ini menjadi penting mengingat dibalik “Skandal PON Di Bawah Beringin” ada sosok Setya Novanto yang sebenarnya kurang diketahui oleh publik, walaupun ia memiliki posisi yang kuat sebagai anggota DPR (2004-2008) dan ketua fraksi partai Golkar periode (2009-sekarang). Hal yang menarik dari artikel ini adalah tokoh tersebut ternyata memiliki latar belakang politik yang sarat dengan skandal-skandal korupsi lainnya sebelum isu mengenai “Skandal PON Di Bawah Beringin” mencuat di media.Majalah tempo sebagai media yang mengedepankan sisi ketajaman dalam orientasi pemberitaannya merupakan satu-satunya media yang berani dan mampu mengungkapkan isu tersebut.Alasan inilah yang menarik perhatian penulis untuk mencoba melihat lebih dalam lagi bagaimana Majalah Tempo berusaha mengungkapkan fakta tersebut dengan menggunakan analisis text framing model Robert N. Entman. Dari hasil analisis text menunjukkan bahwa majalah Tempo dalam melakukan pembingkaian atas isu “Skandal PON Di Bawah Beringin” yang dilakukan oleh Setya, secara detil mengungkapkan permasalahan yang ada terkait dengan skandal PON tersebut melalui semua elemen-elemen yang ada dalam framing model Entman yaitu mulai dari mengungkapkan permasalahan, mendiagnosa penyebabnya, bagaimana permasalahan tersebut dilihat dari aspek moral, dan bagaimana majalah Tempo berusaha mencari jalan keluar dari semua permasalahan tersebut.

The scope of this study is about text framing analysis towards the article "Skandal PON Di Bawah Beringin", which was published as opinion column at Tempo Magazine, April, 15-21 2013. This article was important as Setya Novanto involved on the scandal. Setya was a member of the House of Representatives (2004-2008 periods) and chairman of Golongan Karya (Golkar) party (2009-present), yet he was barely popular among the society. It is also interesting that Setya had political track record which had many scandals, far before PON scandal was revealed. Tempo, which is known as a bold media in news reporting, has finally revealed the issue. So that’s why I am interested in looking much deeper on how Tempo delivered the facts. This study used text framing analysis model by Robert N. Entman. The result showed that Tempo reported the scandal in details as it defined the problems, diagnosed the causes, viewed the case from moral point of view, and found the solution of the problems.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yessica Chorine
"Analisis pembingkaian Tempo terhadap tokoh Taufiq Kiemas ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana sosok Taufiq Kiemas dibingkai oleh Tempo, yang ditampilkan di koran Tempo tanggal 10 Juni 2013. Artikel dalam Tempo ini membuat peneliti tertarik untuk menganalisisnya, mengingat Tempo melalui penulis artikel opini melihat sosok Taufiq Kiemas dari berbagai aspek, dimana ada wacana publik yang menjadi rumor semasa hidup Taufiq Kiemas. Hal inilah yang membuat peneliti ingin melihat lebih jauh bagaimana koran Tempo melakukan pembingkaian terhadap sosok Taufiq Kiemas. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis pembingkaian teks model Gamson. Dari hasil pembingkaian, ditemukan bahwa elemen depiction, exemplaar dan roots memberikan penekanan pada aspek positif Taufiq Kiemas. Dari keseluruhan analisis dapat disimpulkan bahwa di balik segala wacana publik yang negatif tentang dirinya, masih ada sisi positif Taufiq Kiemas yaitu bahwa ia adalah seorang nasionalis yang menjadi tokoh sentral kebhinekaan.

Framing analysis towards Taufiq Kiemas conducted to reveal on how Taufiq Kiemas was framed by Tempo newspaper which was published on June 13, 2013. This article made me interested in conducting analysis, regarding Tempo through its opinion writer viewed Taufiq Kiemas through many perpectives, in which there was public agenda that had become rumours during Taufiq's political life. This has made me curious to know more about how Tempo framed the issue toward Taufiq Kiemas. The research method used was framing analysis by Gamson. The result showed that depiction, exemplaar and roots elements stressed the positive aspects of Taufiq Kiemas. It can be concluded that behind all of the negative public agendas toward Taufiq, there are still positive aspects found in him, that he is a nationalist and center figure in diversity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tiurta Septa Mellina
"Saat Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Rano Karno sebagai wakil gubernur berhak untuk memimpin Banten menggantikan Ratu Atut. Isu negatif mengenai Rano Karno ini berkembang menjadi wacana publik di masyarakat. Kompasiana kemudian mengambil isu tersebut dalam bentuk tulisan opini yang kemudian dibingkai oleh penulis artikel Gapey Sandy dalam artikel opini berjudul “Rano Karno di Ketiak Atut” yang dimuat pada 15 Oktober 2013. Hal ini menjadi alasan saya untuk menganalisa bagaimana Kompasiana membingkai isu tersebut. Untuk alasan ini, saya menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan model framing William A. Gamson. Hasil analisis teks menunjukkan bahwa Rano Karno belum mampu menggantikan Ratu Atut. Hal ini terlihat dari elemen metaphors dan catcphrases seperti salah satu metafor yaitu ‘ban serep’. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pembingkaian telah jelas tampak sejak awal tulisan ini dimuat dengan judul “Rano Karno di Ketiak Atut.

As the Governor of Banten Ratu Atut Chosiyah was officially named as a suspect by the Corruption Eradication Commission (Komisi Pemberantasan Korupsi/ KPK), her deputy governor Rano Karno has right to lead Banten, replacing Ratu Atut Chosiyah. The negative issue of Rano Karno has become the public agenda in society. Kompasiana the featured the issue into an opinion article which was later framed by Gapey Sandy as the writer of the article entitled “Rano Karno Is under Atut’s Armpit”, published on October 15, 2013. That is why I am interested in analyzing how Kompasiana framed the issue. For this reason, I used descriptive qualitative approach and framing model by William A. Gamson. The framing analysis showed that Rano Karno is not yet capable to replace Ratu Atut. It is shown on metaphors and catchphrases elements as one of the metaphor ‘ban serep’. It can be concluded that this framing was clearly shown in the first place on its title “Rano Karno Is under Atut’s Armpit.”
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Merija Lovita Kintamani
"Makalah ini membahas bagaimana media melakukan suatu framing untuk memberikan efek pemberitaan pada kehidupan seorang public figure. Penulis menggunakan teori media framing untuk mengetahui framing apa yang digunakan oleh suatu media dan efeknya terhadap pembentukan opini publik. Penulis menggunakan kasus poligami Aa Gym sebagai contoh kasus. Aa Gym merupakan seorang pendakwah yang dihormati karena tausyiahnya yang selalu mengedepankan ketulusan hati, keikhlasan, dan keharmonisan rumah tangga. Perilakunya yang sangat santun dan penyayang keluarga serta kegiatannya sebagai pebisnis bersyariat Islam yang sukses membuat dirinya semakin dicintai dan menjadi inspirasi para penggemarnya. Hal ini berubah ketika ia melakukan tindakan poligami yang mana hal tersebut sangat bertolak belakang dengan tausyiah dan perilakunya selama ini. Pemberitaan media dengan framing yang cenderung negatif pada kasus poligami Aa Gym membentuk suatu opini publik yang menurunkan citra sosok Aa Gym. Selain tercorengnya nama baik, Aa Gym sebagai seorang influencer menjadi menurun pengaruhnya di kalangan masyarakat Muslim.

This paper discusses how the media and its news framing giving effect in the life of a public figure. The author uses media framing theory to investigate the frames used by the media and its effect on the the formation of public opinion. The authors uses the case of Aa Gym polygamy a case example. Aa Gym was an Islamic preacer who is well respected because of his style in giving preach that focuses on veracity,sincerity, and family harmony. His polite and loving behaviour as well as his activity as a successful Islamic businessman made him more lovable and became an inspiration for his followers. However, it was all changed after he became a polygamist that strongly contradicted his previous preaches and behaviour. Media, in this case, tend to frame the news negatively and resulted in the formation of negative public opinion toward Aa Gym as an Islamic preacher. Apart from this, his role as an influencer was also declining among Moslem community in the country.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>