Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191755 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reinaldo Alexander
"ABSTRAK Tujuan. Mengetahui proporsi depresi pada pasien TB paru tidak resisten obat di RS Cipto Mangunkusumo serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian depresi pada pasien TB paru. Metode. Studi dengan desain potong lintang terhadap 122 pasien TB paru tidak resisten obat yang berobat jalan di poliklinik paru RS Cipto Mangunkusumo dari bulan Agustus hingga Oktober 2018. Diagnosis depresi ditegakkan dengan wawancara menurut kriteria diagnosis dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-V (DSM-V) dan derajat depresi ditentukan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory-II (BDI-II). Analisa bivariat dan multivariat dengan uji regresi logistik dilakukan dengan menggunakan SPSS. Hasil. Dari 122 pasien dengan TB paru tidak resisten obat yang menjadi subyek penelitian, didapatkan proporsi depresi sebesar 48,4%. Terdapat dua faktor yang berhubungan dengan kejadian depresi pada pasien TB paru tidak resisten obat yaitu adanya efek samping obat anti TB (p < 0,001; OR 7,13; IK 95% 2,67 - 19,03), dan adanya komorbiditas penyakit kronik (p < 0,001; OR 12,90; IK 95% 4,01 - 41,50). Simpulan. Proporsi depresi pada pasien TB paru tidak resisten obat di RS Cipto Mangunkusumo sebesar 48,4%. Adanya efek samping obat anti TB dan komorbiditas penyakit kronik berhubungan dengan kejadian depresi pada pasien TB paru tidak resisten obat.

ABSTRACT
Aim. To determine the proportion of depression in non multidrug-resistant pulmonary TB patients at Cipto Mangunkusumo General Hospital and also its related factors. Method. A cross-sectional study of 122 non multidrug-resistant pulmonary TB patients was done at outpatient department of Cipto Mangunkusumo General Hospital from August to October 2018. The diagnosis of depression was made by interview according to Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-V (DSM-V) criteria, and severity of depression is determined using Beck Depression Inventory-II (BDI-II). Bivariate and multivariate analysis using the logistic regression test was done using SPSS. Results. From 122 patients with non multidrug-resistant pulmonary TB, the proportion of depression is 48,4%. There are 2 factors related to depression in non multi-drug resistant pulmonary TB patients, which are the occurrence of side effects from TB treatment (p < 0,001; OR 7,13; 95% CI 2,67 - 19,03), and the presence of other chronic disease (p < 0,001; OR 12,90; 95% CI 3,87 - 4,01 - 41,50). Conclusion. The proportion of depression in non multidrug-resistant pulmonary TB patients at Cipto Mangunkusumo General Hospital is 48,4%. The occurrence of TB treatment side effects, and the presence of chronic disease comorbidities are related to depression in non multidrug-resistant pulmonary TB patients.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmanu Reztaputra
"Tuberkulosis paru masih merupakan masalah kesehatan besar di dunia, termasuk di Indonesia. Pada tahun 2010, diperkirakan sekitar 8.8 juta orang di dunia mengalami sakit tuberkulosis dan 1.4 juta di antaranya meninggal dunia. Sekitar 95 persen kasus tuberkulosis terjadi di negara berkembang atau kurang berkembang, di antaranya termasuk Indonesia. Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri tuberkulosis mengalami sakit tuberkulosis.
Dalam perjalanan dari terinfeksi menjadi sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor endogen dan eksogen. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo(RSUPNCM/RSCM) karena diharapkan statusnya sebagai pusat rujukan nasional dapat menggambarkan kondisi penduduk Indonesia secara keseluruhan.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cross-sectional. Sumber data yang digunakan merupakan data sekunder, yaitu rekam medis poliklinik RSUPNCM. Secara keseluruhan penelitian dilakukan dilaksanakan sepanjang Januari 2011-Mei 2012. Setelah pengambilan data dan pengolahan data dilakukan, didapatkan prevalensi tuberkulosis paru merupakan peringkat keenam tertinggi pada sampel(4,0 persen).
Berdasarkan uji hipotesis didapatkan nilai p pada masing-masing variabel yaitu: usia 0,452; jenis kelamin 0,406; status pernikahan 0,363; pekejaan 0,531; status pembiayaan 0,259; tingkat pendidikan 0,436; status gizi 0,001; merokok 0,561; konsumsi alkohol 0,513; dan diabetes mellitus 0,521. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa variabel yang memiliki hubungan bermakna terhadap prevalensi tuberkulosis adalah status gizi.

Pulmonary tuberculosis is still become a major health problem in the world, including Indonesia. In 2010, 8,8 million people in the world was predicted have pulmonary tuberculosis and 1,4 million of them died. Approximately 95 percent of pulmonary tuberculosis cases in the world is located in developing or underdeveloping nations, which included Indonesia. Not all people who have being infected by Mycobacterium tuberculosis also get pulmonary tuberculosis.
The pathogenesis from infected to being sick is being affected by numerous endogenous and exogenous factors. This research was conducted in Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo(RSUPNCM) because from its status of national hospital will show Indonesian population generally.
This research design is cross sectional. This research is using secondary data, that is RSUPNCM polyclinic medical records. This research was being carried out in January 2011 to Mei 2012. After data retrieval and analysis, we know that pulmonary tuberculosis is sixth highest case in sample.
After hypotesis test, p value of each variable are: age 0,452; gender 0,406; marrital status 0,363; occupation 0,531; payment choice 0,259; education level 0,436; nutrition status 0,001; smoking 0,561; alcohol consumtion 0,513; diabetes mellitus 0,521. It is concluded that the only variable which have significant relationship with pulmonary tuberculosis prevalence is nutrition status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Candra Kirana
"ABSTRAK
Upaya pengendalian TB-MDR telah dilakukan, namun hasil akhir pengobatan pasien TB-MDR masih menjadi permasalahan terkini yang perlu diselesaikan. Di Indonesia, terjadi penurunan success rate pasien TB RO sejak lima tahun terakhir, yaitu kisaran 68-46, sedangkan hasil pengobatan buruk lebih fluktuatif dan masih tinggi yaitu kisaran 28-47. Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan pasien TB-MDR di Indonesia. Data yang digunakan adalah data pasien TB-MDR yang berusia 15 tahun yangmemulai pengobatan antara Januari 2013-Desember 2015 dan teregister dalam e-TB Manager. Didapatkan 1.683 kasus dengan 49,7 pasien sembuh, 2,7 lengkap, 14,1 meninggal, 4,4 gagal, dan 29,1 loss to follow up.Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungandenganhasil pengobatan buruk kematian, gagal, atau loss to follow up. Faktor risiko terhadap hasil pengobatan buruk adalah usia 45 tahun RR 1.32; 95 CI 1.20-1.46, resistansi OAT lini 1 RR 34.1; 95 CI 8.24-141.0, resistansi OAT lini 1 lini 2 dan/atau florokuinolon RR 32; 95 CI 7.9-134.0, kavitas paru RR 1.21; 95 CI 1.00-1.44, interval inisiasi pengobatan >30 hari RR 1.11; 95 CI 1.00-1.24, dan tempat tinggal di desa RR 1.15; 95 CI 1.02-1.30. Sedangkan faktor protektor terhadap hasil pengobatan buruk adalah paduan standar RR 0.73; 95 CI 0.59-0.91.

ABSTRACT
Efforts to control MDR TB have been done, but treatment outcome of MDR TB patients remains a current issue that needs to be resolved. In Indonesia, success rate was declining in the last five years, from 68 46 , whereas poor treatment results are more fluctuate and still high at 28 47. This cohort retrospective study was conducted to analyze the characteristics and factors influencing treatment outcomes of MDR TB patients in Indonesia. This research was use data from e TB Manager and included all MDR TB patients who were ge 15 years and starting treatment between January 2013 and December 2015. Overall, 1.683 MDR TB patientswere included,49.7 recovered, 2.7 complete treatment, 14.1 died, 4.4 treatment failure, and 29.1 loss to follow up. A bivariate analysis was used to identify risk factors for poor treatment outcomes, which were defined as death, treatment failure, or loss to follow up. The risk factors for poor treatment outcome were age above 45 years RR 1.32, 95 CI 1.20 1.46, patients who are resistant first lines TB drugs RR 34.1 95 CI 8.24 141.0 and first lines TB drugs 2nd lines injection and or fluoroquinolone RR 32 95 CI 7.9 134.0, lung cavity RR 1.21, 95 CI 1.00 1.44, treatment initiation interval 30 days RR 1.11 95 CI 1.00 1.24, and residence in rural areas RR 1.15 95 CI 1.02 1.30. While the protector factor for poor treatment outcome is standardized regimen RR 0.73 95 CI 0.59 0.91."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nenden Siti Aminah
"Tiga permasalahan TB di Indonesia yaitu TB sensitif, TB Resistan Obat (TB-RO) dan TB-HIV. TB-RO merupakan masalah yang menghawatirkan, angka penemuan kasus TB-RO setiap tahun semakin meningkat, namun tidak diimbangi dengan angka pengobatan. Penggunaan paduan jangka pendek untuk pengobatan pasien TB-RO sejak September 2017 merupakan salah satu upaya menekan peningkatan kasus pasien putus berobat. Penelitian ini dilakukan untuk melihat trend dan faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan pasien TB Resistan Obat (TB RO) dengan paduan Shorter Treatment Regiment (STR) di Indonesia Tahun 2017-2019. Penelitian menggunakan desain kohort restropektif. Sumber data adalah semua pasien TB RO paduan jangka pendek yang terdaftar dalam sistem informasi TB MDR Subdit Tuberkulosis. Metode sampling adalah total sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis yang digunakan adalah uji chi-square dan uji cox regression. Sebanyak 3.100 pasien disertakan dalam analisis, didapat angka keberhasilan pengobatan adalah 41,94%. Hasil analisis menunjukkan faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan adalah umur, kepatuhan, hasil pemeriksaan sputum awal pengobatan, pola resistensi monoresisten dan poliresisten, serta wilayah tempat tinggal. Kepatuhan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan. Perlu dilakukan upaya penguatan kepatuhan dengan melakukan konseling sedini mungkin, pendamping PMO dari non petugas dan inisiasi grup dukungan pasien di setiap faskes MDR.

TB problems in Indonesia are TB sensitive, Drug-Resistant TB and TB-HIV. TB-RO is the most challengging problem, the number of case finding is increase every year, but treatment rate is decrease. The use of short-term regiment since September 2017 is one of strategy to reduce default of TB treatment. This research was conducted to see trends and factors related to the TB treatment success rate among patients with Drug Resistance TB (TB RO) using Shorter Treatment Regiment (STR) in Indonesia 2017-2019. The study desain is restropective cohort. Data sources are all patients of TB RO using STR regiment, which is enrolled in the e-TB manager, Sud Directorate of Tuberculosis, MoH RI. The sampling method is total sampling that meets the inclusion and exclusion criteria. The analysis used was the chi-square test and the cox regression test. As many as 3,100 patients were included in the analysis, the treatment success rate was 41,94%. The results of the analysis showed that factors related to treatment success were age, adherence, results of initial sputum examination of treatment, patterns of monoresistant and polyresistant resistance, and area of ​​residence. Adherence is a dominant factor related to treatment success. Efforts should be made to strengthen compliance by conducting counseling as early as possible, PMO assistants from non-helath officers and initiating patient support groups in each MDR facility."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Supriatun
"ABSTRAK
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan kematian yang tinggi. Penemuan kasus tuberkulosis semakin meningkat pada anak usia sekolah. Namun, upaya promosi kesehatan pada setting sekolah masih belum gencar dilakukan. Role play merupakan salah satu metode edukasi kesehatan yang memberdayakan anak usia sekolah dengan bermain peran secara aktif untuk memahami materi yang diberikan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh metode role play terhadap perilaku pencegahan penularan tuberkulosis pada anak usia sekolah. Penelitian ini menggunakan kuasi eksperiman jenis pre dan post test dengan kelompok kontrol, pada 100 anak. Hasil uji t menunjukkan peningkatan perilaku pencegahan tuberkulosis pada kelompok intervensi lebih tinggi daripada kelompok kontrol (pvalue= 0,000). Metode role play disarankan untuk diterapkan di sekolah dalam pemberian edukasi kesehatan sebanyak minimal 6 sesi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48957
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Darmawan
"Tuberkulosis paru hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Prinsif pengendalian TB Paru adalah menemukan kasus sebanyak-banyaknya dan menyembuhkan semua kasus yang ditemukan. Upaya penemuan kasus baru dilakukan melalui pemeriksaan dahak dari kontak penderita TB Paru BTA positif. Cakupan penemuan kasus TB Paru melalui pemeriksaan dahak di Puskesmas Cileungsi masih rendah 44,24%.
Penelitian kuantitatif non eksperimental ini menggunakan pendekatan cross sectional untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen (kepatuhan kontak) dan independen sebagai faktor predisposing, enabling dan reinforcing (bivariat) dengan uji statistik menggunakan Chi-square dilanjutkan uji regresi logitik untuk mengetahui faktor yang paling dominan (multivariat). Jumlah sampel 85 responden yang merupakan kontak penderita TB BTA positif yang berobat ke Puskesmas Cileungsi pada trimester pertama 2013.
Hasil penelitian ini diketahui tingkat kepatuhan kontak masih rendah 22,4% dengan determinan kepatuhan yang signifikan antara lain tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap yang termasuk predisposing factor. Jarak, waktu tempuh, dan besar biaya yang harus dikeluarkan yang termasuk enabling factor. Dukungan keluarga, masyarakat dan petugas yang termasuk reinforcing factor. Pengetahuan kontak tentang TB merupakan determinan yang paling dominan. Diharapkan dengan diketahuinya determinan kepatuhan kontak menjadi salah satu pertimbangan puskesmas dalam menciptakan terobosan untuk meningkatkan cakupan penemuan kasus TB baru.

Pulmonary tuberculosis is still a public health problem in Indonesia. Principle of Pulmonary TB control is to find as many cases and cure of all cases are found. Efforts made the discovery of new cases through sputum examination of contacts of smear positive pulmonary TB patients. Coverage of TB case detection by sputum examination at the health center is still low Cileungsi 44.24%.
This non-experimental quantitative study using cross-sectional approach to determine the relationship between the dependent variable (compliance contact) and independent as a factor predisposing, enabling and reinforcing (bivariate) by using a statistical test Chi-square test was continued logistic regression to determine the most dominant factor (multivariate ). Total sample of 85 respondents who are contacts of smear positive TB patients treated at the health center Cileungsi in the first trimester of 2013.
Results of this study are known contact is low compliance rate of 22.4% with a significant determinant of adherence such as the level of education, knowledge and attitudes that include predisposing factor. Distance, travel time, and the large costs which include enabling factor. Support families, communities and officials including reinforcing factors. Knowledge about TB contact is the most dominant determinant. It is expected that with the known determinants of compliance contacts into one of the considerations in creating breakthrough health centers to improve the coverage of the discovery of new TB cases.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56297
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Pratiwi Cahya Dewi Purwandani
"ABSTRACT
Geografi kesehatan khususnya epidemiologi memliki tujuan untuk memahami proses suatu penyakit yang fokus pada keunikan suatu ruang dengan penekanan pada konsep lokasi, arah, jarak di suatu tempat dalam mewujudkan kesehatan yang baik. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang menyerang paru-paru yang masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Indonesia, salah satunya di DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola sebaran dan karakteristik wilayah penderita penyakit tuberkulosis di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017. Variabel dalam penelitian ini meliputi kepadatan bangunan, suhu udara, jarak dari sungai. Metode penelitian menggunakan analisis spasial dengan teknik overlay dan analisis statistik inferensial. Persebaran penderita TB di DKI Jakarta berdasarkan jarak antar tempat tinggal penderita membentuk pola mengelompok dengan 1/3 penderitanya berjenis kelamin laki-laki, berumur produktif, berstatus gizi normal dan 2/3 wilayah penderitanya berada di daerah sekitar sungai. Secara spasial, terjadi keunikan bahwa penderita TB tidak hanya terjadi pada kepadatan bangunan tinggi, suhu udara tinggi, maupun daerah sekitar sungai. Hal ini didukung dengan hasil statistik yang menunjukkan bahwa tidak ada kaitan antara sebaran penderita TB dengan karakteristik wilayah. Sehingga parameter kualitas permukiman dapat menjelaskan karakteristik wilayah penderita TB, dimana wilayah penderita TB tidak memiliki keteraturan dalam tata letak bangunan, lebar jalan yang sempit, keberadaan pohon kurang memadai, dan dekat dengan jalan utama.

ABSTRACT
Health geography specifically epidemiology has a purpose of understanding the process of a disease that focuses on the uniqueness of space with an emphasis on the concept of location, direction, and distance of a place in realizing good health. Tuberculosis (TB) is an infectious disease that attacks the lungs which are still become the primary cause of morbidity and mortality in Indonesia, especially in DKI Jakarta. This study aims to analyze the distribution patterns and characteristics of tuberculosis patients in the DKI Jakarta Province in 2017. The variables used in this study include building density, air temperature, distance from the river. The research method uses spatial analysis with overlay techniques and inferential statistical analysis. The distribution pattern of TB sufferers in DKI Jakarta based on the distance between the patients residence it forms a clustered pattern with 1/3 sufferers of the male sex, productive age, normal nutritional status and 2/3 of the sufferer's area in the area around the river. Based on the spatial analysis, there is a uniqueness that TB sufferers do not only occur in high-density buildings, high air temperatures, or areas around rivers. The results of the statistical analysis support this showed no significant correlation between the distribution pattern of tuberculosis sufferers and regional characteristics. As a result, the quality parameters of settlements can be explanatory the characteristics of the TB patient area, where the TB sufferers have no order in the layout of the building, the width of the road is narrow, the existence of trees is inadequate and close to the main road."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ema Novita Deniati
"ABSTRAK
Global TB Report tahun 2016 menyatakan hanya sekitar 35,3 orang dengan TB yang berhasil ditemukan/terlaporkan di Indonesia dari sekitar 1.020.000 estimasi insiden pada tahun 2016. Hal ini tentunya membuat risiko orang dengan TB yang masih belum ditemukan untuk menularkan penyakit akan meningkat. Dari seluruh kabupaten di Indonesia tidak semuanya memiliki angka cakupan penemuan kasus TB yang baik. Banyak faktor yang mengakibatkan hal tersebut, sehingga terjadi ketimpangan dalam penemuan dan pelaporan kasus TB. Karakteristik kabupaten dengan rumah tangga terdiagnosis TB penting untuk diketahui sehingga ketika ada kabupaten lain yang memiliki karakteristik serupa maka dapat dicurigai kemungkinan adanya rumah tangga terdiagnosis TB di kabupaten tersebut meskipun belum ada kasus TB yang ditemukan. Tesis ini mempelajari karakteristik kabupaten dengan rumah tangga terdiagnosis TB di Indonesia. Penelitian dengan analisis data sekunder yang menggunakan Data Riskesdas 2013 dan Data Podes 2014. Analisis yang dilakukan untuk melihat perbedaan proporsi masing-masing variabel dan menilai pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Uji regresi fraksional digunakan untuk mengukur nilai risiko variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh karateristik kabupaten untuk lingkungan rumah tangga terdiri dari kabupaten dengan proporsi rumah tangga daerah kumuh 1 , kabupaten dengan proporsi desa memiliki pemukiman kumuh 0,3 , dan kabupaten dengan proporsi desa tidak ada faskes 1 . Pengaruh karakteristik kabupaten untuk kondisi rumah tangga secara fisik terdiri dari kabupaten dengan proporsi rumah tangga padat 1 , kabupaten dengan proporsi rumah tangga tidak ada jendela 3 , dan kabupaten dengan proporsi desa yang memiliki rumah tangga terdapat indoor pollution 1 , sedangkan pengaruh kabupaten dengan proporsi rumah tangga pencahayaan kurang dan kabupaten dengan proporsi desa yang memiliki rumah tangga tanpa listrik terhadap karakteristik kabupaten dengan rumah tangga TB sulit untuk dijelaskan. Kabupaten dengan proporsi rumah tangga ekonomi rendah 0,6 berpengaruh terhadap karakteristik kabupaten dengan rumah tangga terdiagnosis TB. Penelitian ini menyarankan untuk penguatan program terkait dengan upaya pencegahan dan pengendalian TB pada rumah tangga berisiko dan sebagai dasar penajaman prioritas intervensi berdasarkan tingkat epidemi TB pada kabupaten/kota.

ABSTRACT
Global TB Report 2016 states only about 35,3 of people with TB who successfully found has been reported in Indonesia of about 1.020.000 estimation of incident in the year 2016. This is certainly making the risk of people with TB who still has not been found to transmit the disease will increase. From around the districts in Indonesia not everything has a coverage of the discovery of TB cases. Many of the factors that lead to it, so the discrepancy in the discovery and reporting TB cases. The characteristics of the districts with TB households diagnosed it is important to note that when there are other counties that have similar characteristics so it can be suspected the possibility of diagnosed TB households in the district Although no case of TB was found. This thesis examines the characteristics of districts with TB households diagnosed in Indonesia. Research with secondary data analysis using Data Riskesdas 2013 and 2014 PODES Data. The analysis conducted to see the difference in the proportion of each of the variables and assess the influences between variables independent of the dependent variable. Fractional regression test used to measure the value of risk variables are independent of the dependent variable. The results showed the influence of characteristics of household environment for the district comprising the counties with the proportion of slum households 1 , with the proportion of the village have slums 0.3 , and district with the proportion the village does not exist health care facility 1 . Influence of the characteristics of district to household conditions physically seen from districts with solid household proportion 1 , with the proportion of households there are no window 3 , and district with the proportion of the village that has a home the staircase there are indoor pollution 1 , while the influence of the districts with the proportion of households with less lighting and a proportion of the village households without electricity against the characteristics of districts with TB households is difficult to explained. Districts with low proportion of household economy 0.6 influence on the characteristics of districts with TB households diagnosed. This research suggested that the strengthening of programs related to TB prevention and control efforts on at risk households and as a basis for the intervention priorities based on refinements epidemic levels of TB at the district city."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50130
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar belakang: Natural resistance associated machrophage protein (NRAMP) adalah pengangkut proton/ kation divalen yang memegang peranan dalam transportasi besi di fagosom. Variasi gen NRAMP1 telah dilaporkan berhubungan dengan kerentanan terhadap tuberkulosis karena Mycobacterium tuberculosis (MTb), agen kausatif dari tuberkulosis (TB), berkompetisi dengan inangnya untuk mendapatkan zat besi guna metabolisme MTb. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran polimorfisme NRAMP pada pasien TB di Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Metode: Desain studi ini adalah kasus kontrol, dengan kasus adalah pasien TB paru, kasus baru berusia 15-55 tahun dengan pemeriksaan bakteri tahan asam positif. Sedangkan kontrol diambil dari tetangga tanpa keluhan TB atau riwayat pengobatan TB. Data demografis dan sampel darah diambil untuk pemeriksaan polimorfisme. Metode PCR/RFLP digunakan untuk mengetahui apakah satu nukleotida polimorfisme D543N dari NRAMP1 berasosiasi dengan TB.
Hasil: Sebanyak 64 pasien dengan 51 kontrol berpartisipasi dalam penelitian ini. Terdapat perbedaan signifikan genotipe NRAMP1 antara pasien TB dan kontrol sehat (p = 0,014). Lebih lanjut, polimorfisme D543N memberikan hubungan signifikan hanya pada subjek laki-laki. Meskipun jumlah subjek terbatas, polimofisme D543N NRAMP1 di wilayah endemik di wilayah endemik di Kupang, memperlihatkan adanya hubungan dengan kerentanan TB. Berbeda dengan studi di Jakarta, Bandung, dan Makassar, mereka tidak menunjukkan adanya asosiasi ini. Populasi Kupang kemungkinan mempunyai kemiripan latar belakang genetik dengan populasi Afrika, di mana mikobakterium yang menginfeksi sebagian besar populasi Kupang adalah Mycobacterium africanum. Penambahan jumlah subjek akan meningkatkan kekuatan dari studi ini dan kemungkinan terpenuhinya keseimbangan Hardy-Weinberg untuk mendeteksi hubungan yang jelas antara polimorfisme ini dan kerentanan terhadap TB.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan proporsi polimorfisme NRAMP1 yang signifikan, terutama pada pasien laki-laki, tetapi perbedaan ini belum memenuhi persamaan Hardy-Weinberg.

Abstract
play a role in iron trafficking in the phagosomes. Variations in NRAMP1 gene have been reported to be associated with susceptibility to tuberculosis (TB) because Mycobacterium tuberculosis (MTb), the causative agent of TB, compete with its host to uptake iron for its metabolism. The study aimed to describe the polymorphism of NRAMP among TB patients in Kupang, East Nusa Tenggara.
Methods: This is a case-control study, cases were pulmonary TB, new patients, aged 15-55 years with sputum smear positive for acid fast bacili. Control were surrounding neighbours without symptoms and history of TB. All demographic information and blood sample were taken for polymorphism. PCR/RFLP method was performed to explore whether single nucleotide polymorphism D543N of NRAMP1 gene is associated with susceptibility to TB.
Results: The study involved 64 pulmonary TB patients and 51 healthy controls. We observed a significant different in the distribution of NRAMP1 genotypes frequencies between TB patients and healthy controls (p = 0.014). Moreover, D543N polymorphism gave significant association only in male subjects. Though the numbers of the subjects are limited, D543N NRAMP1 polymorphism in endemic region in Kupang, the eastern part of Indonesia, seems to be associated with the susceptibility to TB. This is in contrary to studies reported in other part of Indonesia: i.e from west part (Jakarta, Bandung) and central part (Makassar). The population from Kupang may similar genetic background as African population, as Mycobacterium infected in population from Kupang is mostly Mycobacterium africanum. Increasing the number of subjects may enhance the power of the study and possibility to meet Hardy-Weinberg Equilibrium to detect the true associations of this polymorphism in susceptibility to TB.
Conclusion: There was a significant difference of polymorphism NRAMP1 which more pronounced among male subjects, however this has not yet fulfilled the Hardy-Weinberg equilibrium."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ummi Kalsum Supardi
"Pendahuluan : Tuberkulosis merupakan permasalahan kesehatan global yang telah menjadi perhatian dunia selama 2 dekade terakhir (WHO, 2015). Indonesia merupakan penyumbang TB nomor dua sedunia dengan estimasi insiden 1.020.000 dan estimasi kematian 110.000 (WHO, 2017). Penyakit menular ini menginfeksi hampir seluruh dunia dan menyerang seluruh kelompok umur baik anak-anak, dewasa, maupun lansia. Proporsi kasus pada kelompok umur ≥15 tahun sebesar 90% selebihnyanya 10% kasusnya pada anak-anak (Kemenkes RI 2013). Determinan penyakit TB paru adalah kependudukan dan faktor lingkungan. Kependudukan meliputi jenis kelamin, umur, status gizi, kondisi sosial ekonomi. Sedangkan faktor lingkungan meliputi kepadatan hunian, lantai rumah, ventilasi, pencahayaan, kelembaban (Achmadi UF, 2008). Berdasarkan data secara nasional menunjukkan sebesar 24,9% rumah penduduk di Indonesia yang tergolong rumah sehat (RISKESDAS 2010). Tingginya beban penyakit TB paru masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama Indonesia. Namun faktor risiko penularan dari segi lingkungan belum banyak diperhatikan. Hal ini di indikasi dengan kurangnya keberadaan rumah sehat (Mahmuda, 2010). Prevalensi TB ditemukan menjadi yang tertinggi di antara orang tua, tidak ada pendidikan dan anggota keluarga yang secara teratur terpapar asap rokok di dalam rumah lebih rentan terkena TB dibandingkan dengan rumah tangga di mana orang tidak merokok di dalam rumah. Ada beberapa faktor risiko yang sangat terkait dengan TB : asap di dalam rumah, jenis memasak bahan bakar, dapur terpisah, lantai, atap dan bahan dinding, jumlah orang yang tidur di kamar, berbagi toilet dan minum air dengan rumah tangga lain; dan karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, pencapaian pendidikan, status perkawinan, tempat tinggal dan indeks kekayaan. Inilah mengapa lingkungan yang bersih harus dipromosikan untuk menghilangkan TB (Singh, Kashyap, and Puri 2018). maka peneliti merasa perlu mengkaji hubungan lingkungan rumah terhadap kejadian TB paru pada individu usia ≥15 tahun dengan mempertimbangkan peranan faktor risiko lain yang tidak dapat dikesampingkan yang juga berhubungan terhadap kejadian TB paru. Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Sebanyak 56.198 individu usia ≥15 tahun menjadi sampel pada penelitian ini. Data diperoleh dari Mandat Litbangkes RI dan dianalisis menggunakan uji Regresi Logistik. Hasil : Risiko lingkungan rumah tidak sehat 1,3 kali lebih besar terhadap kejadian TB paru pada individu Usia ≥15 tahun dibandingkan dengan individu yang memiliki lingkungan rumah sehat (POR=1,3 : 95% CI 1,010-1,560). Kesimpulan : Kolaborasi jangka panjang (Subdit TB dengan Dinas PUPNR) mengenai kebijakan dan pemberian (IMB) diperlukan untuk mengurangi pembangunan tanpa didahului studi kelayakan berwawasan lingkungan rumah sehat seperti penerapan (AMDAL), rancangan Plan Of Action/framework dan Kolaborasi layanan di tingkat kader TB yang selanjutnya ke tingkat FKTP semakin diperkuat, serta perlu dipertimbangkan kembali untuk melaksanakan program penemuan active case finding khususnya pada individu yang memiliki lingkungan rumah tidak sehat.

Introduction : Tuberculosis is a global health problem that has become a worldwide concern for the past 2 decades (WHO, 2015). Indonesia is the number two contributor to TB worldwide with an estimated incidence of 1,020,000 and estimated deaths of 110,000 (WHO, 2017). This infectious disease infects almost the entire world and attacks all age groups both children, adults, and the elderly. The proportion of cases in the ≥15 year age group is 90%, the remaining 10% of cases are in children (Ministry of Health RI, 2013). Determinants of pulmonary TB disease are population and environmental factors. Population includes gender, age, nutritional status, socio-economic conditions. While environmental factors include occupancy density, house floors, ventilation, lighting, humidity (Achmadi UF, 2008). Based on national data, 24.9% of the houses in Indonesia are classified as healthy houses (RISKESDAS 2010). The high burden of pulmonary TB disease is still a global health problem, especially in Indonesia. However, the risk factors for transmission in the environment have not been much noticed. This is indicated by the lack of a healthy home (Mahmuda, 2010). The prevalence of TB is found to be the highest among parents, there is no education and family members who are regularly exposed to cigarette smoke in homes are more susceptible to TB than households where people do not smoke inside the house. There are several risk factors that are strongly associated with TB: smoke in the house, type of cooking fuel, separate kitchens, floors, roofs and wall
materials, the number of people sleeping in rooms, sharing toilets and drinking water with other households; and individual characteristics such as age, gender, educational attainment, marital status, place of residence and wealth index. This is why a clean environment must be promoted to eliminate TB (Singh, Kashyap, and Puri 2018). the researchers felt that it was necessary to examine the relationship of the home environment to the incidence of pulmonary TB in individuals aged ≥15 years taking into account the role of other risk factors that cannot be excluded which also relate to the incidence of pulmonary tuberculosis. Method : This study used cross-sectional design. Sample were 56,198 Individuals ≥15 Years Old. Data was obtained from the Indonesian Litbangkes and analyzed using the Logistic Regression. Result : The risk of unhealthy home environment is 1.3 times greater for the incidence of pulmonary tuberculosis in individuals ≥15 years of age compared to individuals who have a Long-term collaboration (TB Sub district with Public Works Agency) on policies and grants (IMB) is needed to reduce development without preceding healthy environment-oriented feasibility studies such as implementation (AMDAL), Plan Of Action/framework and collaborative services at TB cadre Levels. FKTP levels are increasingly strengthened, and need to be reconsidered to implement a program to find active case finding especially for individuals who have an unhealthy home environment.healthy home environment (POR=1,3 : 95% CI 1,010-1,560). "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53910
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>