Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186786 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ira Aminah Padang
"Pendahuluan : Indonesia menduduki posisi ketiga dengan jumlah kasus tuberkulosis terbanyak. Rata-rata 90 % dari yang terinfeksi M.tuberkulosis menimbulkan kekebalan karena imunitas yang baik akan tetapi 10 % berkembang menjadi tuberkulosis aktif dalam hitungan beberapa bulan atau tahun setelah terjadi infeksi (WHO, 2018). Diabetes menyerang 382 juta pada tahun 2013 dan diproyeksikan akan meningkat menjadi 592 juta pada tahun 2035. Ketika diabetes menyebar, itu akan menyebabkan semakin banyak penduduk yang terinfeksi tuberkulosis (Lonnroth, 2014). Prevalensi diabetes mellitus meningkat berdasarkan umur terutama pada populasi di atas 40 tahun yang dikarenakan perkembangan intoleransi glukosa. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui besar risiko diabetes mellitus terhadap kejadian tuberkulosis paru pada penduduk 40-65 tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor contributory (potential confounder) yang juga berhubungan terhadap kejadian tuberkulosis maupun diabetes mellitus.
Metode : Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sebanyak 26.301 Penduduk 40-65 tahun menjadi sampel pada penelitian ini. Data diperoleh dari Mandat Litbangkes RI dan dianalisis menggunakan uji Regresi Logistik.
Hasil : Risiko TB Paru 4,8 kali lebih besar pada penduduk 40-65 tahun yang memiliki riwayat diabetes mellitus dibandingkan dengan tidak memiliki riwyat diabetes mellitus (POR = 4,8 : 95% CI 2,2-10,6).
Kesimpulan : Kolaborasi antar layanan termasuk didalamnya skrining (Diabetes Mellitus dan TB Paru) diperlukan untuk mengurangi prevalensi dari kedua penyakit dengan didukung penyusunan peraturan/pedoman standard antar layanan di FKTP serta pertimbangan pemberian profilaksis PP INH pada penderita diabetes mellitus perlu dipertimbangkan

ABSTRACT
Introduction : Indonesia is the third rank of the highest number cases of tuberculosis. On average 90% of those infected with M and only 10% develop active tuberculosis after infection (WHO, 2018). Diabetes attacked 382 million in 2013 and will be predicted increase to 592 million by 2035. When diabetes spreads, it will cause more people infected tuberculosis (Lonnroth, 2014). The prevalence of diabetes mellitus increases with age, especially in populations over 40 years due to the development of glucose intolerance. Therefore, it is necessary to do research to determine the risk of diabetes mellitus against pulmonary tuberculosis in the population of 40-65 years by considering the contributory factors (potential confounder) which are also related to the prevalence of tuberculosis and diabetes mellitus.
Method: This study used cross-sectional design. Sample were 26,301 respondents of 40-65 years. Data was obtained from the Indonesian Litbangkes and analyzed using the Logistic Regression.
Result : The risk of pulmonary TB was 4,8 times greater in the population of 40-65 years who had a history of diabetes mellitus compared to not having a diabetes mellitus (POR = 4,8 : 95% CI 2,2-10,6).
Conclusion : Collaboration both health services including screening (Diabetes Mellitus and Pulmonary TB) is needed to reduce the prevalence of both diseases and profilaxis program of PP INH need to be considered."
2019
T52117
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradita Rani Nurharianti
"ABSTRAK
Prediabetes merupakan golden period dalam menunda terjadinya diabetes melitus tipe 2
karena pada periode ini perjalanan penyakit masih bisa dihentikan.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dampak stres pada konversi prediabetes menjadi diabetes
melitus tipe 2 pada orang dewasa. Penelitian ini menggunakan desain kohort
retrospektif. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Studi Kohort Faktor Risiko
untuk Penyakit Tidak Menular di Bogor, Indonesia. Pengumpulan data pada penelitian
ini dilakukan sejak 2011 hingga 2015 dengan total populasi 5.890. Berdasarkan kriteria
eksklusi dan inklusi, total subjek penelitian adalah 1059. Selama 5 tahun pengamatan, di
antara subjek usia dewasa prediabetik ada 169 subjek yang dikategorikan sebagai
T2DM dan 219 subjek dikategorikan sebagai stres. Analisis bivariat menunjukkan
bahwa stres dan usia pada awal merupakan faktor risiko pada konversi pradiabetes
menjadi T2DM (p <0,05). Model akhir pada analisis multivariat, menunjukkan hazard
rasio stres sebesar 1,815 (95% CI: 1,307 - 2,520) dengan p <0,05. Temuan ini,
diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan motivasi dalam upaya melakukan
pencegahan dan pengendalian T2DM. Terutama pada individu dengan prediabetes yang
menderita stres karena memiliki pengaruh terhadap konversi prediabetes menjadi
T2DM.

ABSTRACT
Prediabetes is a golden period in delaying the occurrence of type 2 diabetes mellitus
because in this period the course of the disease can still be stopped. The study aim was
to knowing the impact of stress on the conversion of prediabetes to type 2 diabetes
mellitus in adults. This study used retrospective cohort design. The data used are
secondary data from the Cohort Study of Risk Factors for Non-Communicable Diseases
in Bogor, Indonesia. Data collection in this study was carried out since 2011 until 2015
with a total population of 5890. Based on the exclusion and inclusion criteria, the total
of study participants were 1059. During 5 years of follow-up, among prediabetic adults
there were 169 subjects categorized as T2DM and 219 subjects categorized as stressed.
Bivariate analysis shows that stress and age at baseline is a risk factor on the conversion
of prediabetes to T2DM (p < 0,05). Final model on multivariate analysis, shows the
hazard ratio of stress was 1.815 (95% CI: 1.307 - 2.520) with p < 0.05. This findings,
expected to be used as information and motivation in an effort to make prevention and
control of T2DM. Especially in individuals with prediabetes who suffer from stress
because it has an impact with conversion of prediabetes to T2DM."
2019
T51926
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidiah Ihsan
"Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian dini di dunia. Salah satu faktor risikonya adalah hipertensi, keduanya merupakan komponen dari sindrom metabolik yang saling mempengaruhi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko kejadian DM tipe 2 pada penduduk usia >15 tahun dikaitkan dengan hipertensi. Studi memanfaatkan data IFLS ke-4 dan ke-5 yang dianalisis dengan desain kohort retrospektif. Pengukuran variabel independen dan kovariat yang berubah didasarkan IFLS ke-4 dan ke-5, sedangkan variabel yang tidak berubah didasarkan IFLS ke-4. Pemilihan sampel dipastikan terbebas dari DM dan tidak memiliki status hipertensi terkontrol. Hasil studi menunjukkan tetap hipertensi dan menjadi hipertensi terbukti dapat meningkatkan risiko kejadian DM. Pada kelompok tetap hipertensi risiko DM 2,30 kali lipat, sedangkan pada kelompok menjadi hipertensi risiko DM 2,14 kali lipat dibandingkan kelompok tetap tidak hipertensi setelah dikontrol usia, perubahan aktivitas fisik, dan perubahan indeks masa tubuh, sedangkan pada kelompok hipertensi terkendali tidak didapatkan hubungan yang signifikan. Studi ini juga menyimpulkan 41,5% kasus DM dapat dicegah pada populasi umum dan 68% kasus DM dapat dicegah pada penderita hipertensi dengan mengendalikan hipertensi menjadi terkontrol atau mengeliminasinya. Pengendalian hipertensi dan DM memerlukan komitmen bersama dari pemerintah dan masyarakat untuk menjalankan gaya hidup sehat sesuai pesan CERDIK dan PATUH.

Diabetes mellitus is a non-communicable disease which was the main cause of early death at the global level. One of the known risk factors for diabetes mellitus is hypertension, both are known as the components of the metabolic syndrome in interplay system. This study aims to determine the risk of Diabetes Mellitus in people aged >15 years that associate with hypertension in Indonesia. The study was using data from the 4th IFLS and 5th IFLS which analyzed using a retrospective cohort design. The measurements of the independent and covariate variables that potentially changes are based on the 4th IFLS and 5th IFLS data, whereas the variables that constant are based on the4th IFLS data. The sampling method was excluding the diabetes mellitus and hypertension controlled criteria. The multivariable adjusted RR for incident diabetes melitus for baseline hypertension 2,30, and progression hypertension 2,14 after controlling for age, changes in physical activity, and body mass index changes. This study also concluded that PAR % 41.5%  and AR% 68%. The hypertension control is an integrated strategy of diabetes mellitus control which requires a joint commitment from the government and society to live a healthy lifestyle according to the CERDIK and PATUH health messages."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Agustina
"Diabetes mellitus merupakan penyakit yang mempengaruhi kehidupan dan kesejahteraab orang di seluruh dunia. Ada kurang lebih 463 juta orang dewasa di seluruh dunia tahun 2019 yang menderita diabetes mellitus, serta mengakibatkan 4,2 juta orang meninggal (IDF, 2020). Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Provinsi DKI Jakarta merupakan daerah dengan prevalensi tertingi yaitu sekitar 3,4%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus pada penduduk usia >25 tahun di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Riskesdas tahun 2018 dengan desain penelitian potong lintang (cross sectional). Hasil penelitian berdasarkan analisis bivariat didapatkan umur (p-value=0,000), pola konsumsi makanan manis (p-value=0,010), pola konsumsi mie instan/makanan instan (p-value=0,022), dan stres (p-value=0,006), memiliki hubungan secara statistik dengan kejadian diabetes mellitus. Sedangkan jenis kelamin (p-value=0,671), obesitas (p-value=0,987), aktivitas fisik (p-value=1), merokok (p-value=0,407), dan hipertensi (p-value=0,986), tidak memiliki hubungan dengan kejadian diabetes mellitus. Peneliti menyarankan untuk memberikan edukasi mengenai faktor risiko diabetes mellitus, mempromosikan gaya hidup sehat, dan memfokuskan program pencegahan dan pengendalian penyakit diabetes mellitus pada kelompok umur 50-74 tahun. 

Diabetes mellitus is a disease that affects the lives and well-being of people around the world. There were approximately 463 million adults worldwide in 2019 who suffered from diabetes mellitus, and 4,2 million people died (IDF, 2020). The prevalence of diabetes mellitus in Indonesia always increases every year. DKI Jakarta Province is the area with the higest prevalence, which is around 3,4%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of diabetes mellitus in the population aged 25 years in DKI Jakarta Province. The study uses secondary data from Riskesdas in 2018 with a cross-sectional research design. The results of the study based on bivariate analysis obtained age (p-value=0,000), consumption patterns of sweet food (p-value=0,010), consumption patterns of instan noodles/instant food (p-value=0,022), and stress (p-value=0,006), has a statistical relationship with the incidence of diabetes mellitus. Meanwhile, gender (p-value=0,671), obesity (p-value=0,987), physical activity (p-value=1), smoking (p-value=0,407), and hypertension (p-value=0,986), has no relationship with the incidence of diabetes mellitus. Researchers suggest providing education about risk factors for diabetes mellitus, promoting a healthy lifestyle, and focusing on diabetes mellitus prevention and control programs in the 50-74 years age group."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harsya Dwindaru Gunardi
"Pendahuluan: Dalam 2 dekade terakhir ini, berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidens dan prevalensi diabetes mellitus (DM) tipe-2 di berbagai penjuru dunia. Selain itu, DM tipe 2 kini juga diketahui menjadi salah satu faktor risiko penyakit tuberkulosis (TB) paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap prevalensi TB paru pada pasien DM tipe 2.
Metode: Dengan desain cross-sectional, pengambilan sampel dilakukan terhadap seluruh pasien DM tipe 2 yang menderita infeksi paru (TB dan bukan TB) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2010.
Hasil: Hasil menunjukkan dari 125 pasien DM tipe 2 yang menderita TB paru, 82 berjenis kelamin laki-laki (67%) dan 43 berjenis kelamin perempuan (33%).
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin mempengaruhi prevalensi TB pada penderita DM tipe 2 secara bermakna.

Background: In the last 2 decades, many epidemiological studies showed increment tendency of incidence and prevalence of type 2 diabetes mellitus (DM) in many regions of the world. Besides, type 2 DM has also known as a risk factor for lung tuberculosis (TB). The study purpose is to find out the effect of gender to lung TB prevalence in type 2 DM patients.
Method: With cross-sectional design, sampling was taken from all type 2 DM patients with lung infection (TB and non-TB) in Cipto Mangunkusumo Hospital in year 2010.
Result: Result show that amongst 125 type 2 DM patients who had lung TB, 82 of them are males (66%) and the 43 are females (33%).
Conclusion: From this study, we can conclude that gender affect the TB lung prevalence in type 2 DM patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Nabilla
"Indonesia adalah negara ke-4 dengan jumlah kasus tuberkulosis terbanyak di dunia. Masalah tuberkulosis menjadi lebih berat karena keterkaitannya dengan diabetes melitus. Laporan penelitian ini membahas mengenai faktor yang menyebabkan adanya keterkaitan antara penyakit tuberkulosis dan diabetes mellitus di Jakarta. Faktor yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah status gizi, dengan menggunakan perhitungan indeks massa tubuh (IMT). Penelitian kualitatif ini menggunakan desain deskriptif analitik cross-sectional. Hasil dari penelitian menunjukkan di antara 236 responden ditemukan laki-laki lebih mendominasi, karakteristik usia responden yang paling dominan adalah rentang 21-44 tahun, dan status gizi yang paling mendominasi adalah status gizi normal. Dari 236 responden ditemukan 65 kasus diabetes melitus (27,5%) yang setelah analisis menggunakan SPSS versi 20 ditemukan beda proporsi bermakna pada kejadian diabetes melitus antara pasien tuberkulosis dengan status gizi normal dan status gizi kurang dibandingkan dengan kategori status gizi lainnya. Hal ini diperkirakan karena perjalanan penyakit pasien yang pada umumnya status gizi kurang karena adanya infeksi yang menyebabkan penurunan nafsu makan dan setelah pengobatan status gizi menjadi baik. Penelitian ini menyarankan agar dilakukan penelitian kembali untuk membahas keterkaitan antara kedua penyakit dengan lebih dalam dan dilakukan pemeriksaan rutin baik pada pasien tuberkulosis atau diabetes melitus karena keterkaitan yang ada.

Indonesia is the fourth country with highest tuberculosis cases among other countries all over the world. This problem become more serious because of strong relationship between tuberculosis and diabetes mellitus. The focus of this study is to look for the factor which can make the relationship happen. The main factor focused in this research was nutritional status using body mass index calculation. This qualitative research used analytical descriptive cross-sectional design. Among 236 tuberculosis patients, it was found that male was dominant, age of 21-44 was leading, and normal nutritional status was dominant. Result of this research showed that 65 (27.5%) of 236 tuberculosis patients were also diagnosed as a diabetes mellitus patients. After the data was analyzed using SPSS 20th version, the result showed a significant proportion difference in the prevalence of diabetes mellitus among tuberculosis patients with normal nutritional status and lower nutritional status as compared to other categories of nutritional status. This result might be caused of course of the disease. The researcher suggests the next research about this problem to be explored deeper and also the screening of patients either the patient?s diagnosed as a tuberculosis or diabetes mellitus patient should be done because of strong relationship between these diseases."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Triyanie
"Indonesia merupakan negara berkembang dengan risiko DM dan tuberkulosis yang tinggi. Penelitian cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku pengendalian DM dengan tuberkulosis. Pengambilan data dilakukan pada 291 pasien DM melalui kuesioner, pemeriksaan sputum BTA dan pemeriksaan radiologi didapatkan sebesar 35,7% pasien DM dengan tuberkulosis. Pada penelitian ini didapatkan bahwa proporsi TB positif pada pasien DM yang telah didiagnosis DM <2 tahun, tidak memiliki riwayat hipertensi, mengalami gejala DM mudah lapar, berat badan turun dan lemah badan, tidak menerima edukasi dan tidak menggunakan obat antidiabetes berhubungan dengan kejadian tuberkulosis.

Indonesia is a development country with high risk of DM and tuberculosis. This research has design of cross sectional study to know association between behavior control of DM with prevalence of tuberculosis. It was applied to 291 patients with DM by using questionnaire instrument, BTA sputum, and radiology examination. 35.7% patients were diagnosed as TB. In this research, it can be concluded that proportion of positive TB in patients with DM who was diagnosed as DM <2 years, had no hypertension, had symptoms of DM (feeling very hungry, weight loss, fatigue), not accepted education and did not use oral antidiabetic have association with prevalence of tuberculosis in patients with DM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Arianto
"Diabetes melitus dan gizi kurang secara terpisah dikatakan dapat meningkatkan kejadian tuberkulosis. Studi potong lintang analitik ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara gizi kurang dengan prevalensi tuberkulosis paru (TBP) pada pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Dari keseluruhan 462 pasien DMT2, 125 pasien (27.1%) di antaranya menderita TBP. Total pasien DMT2 yang menderita gizi kurang sebesar 125 pasien (27.1%). Sementara itu, dari keseluruhan pasien DMT2 yang menderita TBP, 78 pasien (62.4%) juga menderita gizi kurang. Hasil uji chi-square menunjukkan adanya hubungan antara gizi kurang dengan prevalensi TBP yang bermakna secara statistik (p <0.000).

Diabetes mellitus and undernutrition separately were proved as risk factors of tuberculosis incidence. This analytical cross sectional study aimed to measure the prevalence of lung tuberculosis (TBP) among type 2 diabetes mellitus (DMT2) patients and its association with undernutrition. A total of 462 DMT2 patients were analyzed and the results showed that 125 patients (27.1%) had TBP and 125 patients (27.1%) were undernourished. Within DMT2 patients who had TBP, there were 78 undernourished patients (62.4%). We concluded there is a highly significant statistical association between undernutrition and prevalence of TBP among DMT2 patients (p <0.000)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Ulum
"Kasus Tuberkulosis di Indonesia masih tinggi dan menduduki peringkat kedua dunia. Di sisi lain, kasus DM yang dapat meningkatkan risiko TB semakin banyak. Pada DM terjadi penurunan dan abnormalitas sistem imun yang dapat memperparah infeksi TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan DM dengan kesembuhan pengobatan TB. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan total sampel enam puluh data rekam medis pasien TB dan TB-DM yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di RSCM tahun 2014.
Hasil menunjukkan terdapat pasien TB-DM sebesar 48.3 . Pasien TB-DM yang sembuh dalam enam bulan sebesar 27.6 dan tidak sembuh dalam enam bulan sebesar 72.4 . Analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara DM dengan kesembuhan pengobatan TB OR 2.46; 95 CI 0.838-7.223. Selain itu, didapatkan pasien TB-DM dengan gula darah tidak terkontrol sebanyak 55.2. Pasien TB-DM terkontrol yang tidak sembuh dalam dua belas bulan sebesar 7.7, sedangkan pasien TB-DM tidak terkontrol yang tidak sembuh dalam dua belas bulan sebesar 68.8. Analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara kontrol gula darah pada pasien TB-DM dengan kesembuhan pengobatan TB OR 26.4; 95 CI 2.653-262.695.

Indonesia still has high Tuberculosis cases and Indonesia placed second in the world in this matter. On the other hand, Diabetes Mellitus cases, that can increase Tuberculosis risk, is increasing. In DM, the immune system is reduced and became abnormal so it can make Tuberculosis infection worse. This study evaluate the relation between DM and Recovery of Adult Pulmonary Tuberculosis. This research is cross sectional, with total sample sixty medical record of TB and TB DM cases that fullfilled the inclusion and exclusion criterias in RSCM 2014.
In this research, there are 48.3 of TB DM cases in sixty TB cases in RSCM. TB DM patient that are cured in six months is 27.6 and TB DM patient that are not cured in six months is 72.4. Bivariate analysis showed that there is no significant correlation between DM and the recovery of Tuberculosis OR 2.461 95 CI 0.838 7.223. From glucose control perspective, the percentage of uncontrolled TB DM patient is 55.2. Controlled TB DM patient that are not cured in 12 months is 7.7 meanwhile uncontrolled TB DM patient that are not cured in 12 months is 68.8 . Bivariate analysis showed that there is a significant correlation between blood glucose control in TB DM patient and the recovery of Tuberculosis OR 26.4 95 CI 2.653 262.695.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Sumartiningsih
"WHO 2013 menunjukan bahwa ada sekitar 9,0 juta kasus baru TB di dunia dan Indonesia menduduki peringkat ke-5 tertinggi di dunia. Sama halnya dengan penyakit DM, data International Diabetes Federation 2013 ada sekitar 382 juta jumlah kasus DM dan Indonesia menjadi negara ke-7 dengan jumlah kasus DM terbesar di dunia. Peningkatan prevalensi DM memberikan kontribusi terhadap peningkatan jumlah kasus TB pada periode waktu yang sama ataupun sebaliknya. Perilaku merokok dan mengonsumsi alkohol banyak dikaitkan dengan kedua penyakit tersebut.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan DM dengan kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol pada pasien TB di Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Subjek penelitian adalah pasien TB yang mengisi kuesioner penelitian dan diambil dari dua klinik dokter keluarga IKK FKUI dan dua belas Puskesmas di dua belas Kecamatan yang terdapat di Jakarta.
Hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan DM dengan kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol pada pasien TB di Jakarta tahun 2013-2014 karena mempunyai nilai p > 0,05 yaitu masing-masing 0,111 dan 0,523. Namun, peneliti menemukan kelompok berisiko tinggi penyakit degeneratif sebanyak 45,3% pasien TB laki-laki yang memiliki kebiasaan merokok dan juga mengonsumsi alkohol.Disarankan untuk penelitian selanjutnya menyempurnakan beberapa pertanyaan pada kuesioner agar lebih spesifik seperti kadar alkohol yang dikonsumsi dan kumulatif waktu pasti durasi merokok subjek penelitian. Disarankan juga agar informasi besarnya angka kelompok beresiko tinggi untuk penyakit degeneratif diterima Puskesmas sehingga dapat mengambil tindakan preventif untuk mengendalikan timbulnya penyakit.

WHO in 2013 showed that there were about 9.0 million new cases of TB in the world and Indonesia was ranked the fifth highest in the world. Similarly to DM, data from the International Diabetes Federation in 2013 there were approximately 382 million the number of cases of diabetes and Indonesia became the 7th country with the largest number of cases of diabetes in the world. Increased prevalence of DM contributed to the increase in the number of TB cases in the same time period, or vice versa. The behavior of smoking and alcohol consumption are linked to both diseases. This study aims to determine the relationship of diabetes with smoking and alcohol consumption in tuberculosis patients in Jakarta. This type of research is descriptive analytic method with cross sectional study. Subjects were patients with TB who filled out questionnaires and were taken from two research clinics family physician IKK FKUI and twelve primary health care in twelve sub-district located in Jakarta.
Statistical test results showed that there was no association of DM with smoking and alcohol consumption in tuberculosis patients in Jakarta in 2013-2014 because it has a value of p> 0.05, respectively 0.111 and 0.523. However, researchers found that high-risk group of degenerative diseases of TB patients as much as 45.3% of men who have the habit of smoking and alcohol consumption. It is advisable to study further perfected several questions on the questionnaire to be more specific as the level of alcohol consumed and the cumulative time duration of smoking certainly the subject of research. It is also recommended that information about large numbers of high-risk groups for degenerative diseases received health centers/primary health care so that they can take preventive measures to control the disease.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>