Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8557 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kim, Seotbyeol
"Ocean s 8 (2018) adalah film sempalan dengan karakter yang dapat diperbandingkan dengan karakter di film Ocean s 11 (2001). Film ini bercerita tentang perjalanan, Debbie dan Lou dua sahabat, yang bekerja sama dengan sekelompok perempuan lainnya yang memiliki keahlian di bidangnya masing- masing untuk mengerjakan perampokan besar. Fokus Artikel adalah representasi pemberdayaan wanita dengan menganalisis fashion, persahabatan wanita antara dua karakter utama, dan male gaze dalam film ini dengan mempertimbangkan bahwa film ini adalah film yang dibuat ulang dari film yang didominasi karakter laki-laki. Menggunakan kerangka konsep yang ditawarkan Marcangeli tentang gender dan mode, negosiasi epistemik dari Code, dan male gaze oleh Laura Mulvey, artikel ini melihat bagaimana film merepresentasikan pemberdayaan perempuan. Analisis tekstual digunakan untuk menganalisis naratif dalam film. Artikel ini menyimpulkan bahwa media mainstream seperti Hollywood dapat merepresentasikan perempuan.

Ocean s 8 (2018) is a spin-off film with similar characters from the previously made film, Ocean s 11 (2001), and the characters are male-dominated. It tells a story about a journey of two best friends, Debbie and Lou, who come together to team up with other women who are experts in their field to work together in robbing jewelry. This article is focusing on female representation by analyzing the fashion, female friendship between the two main characters, and male gaze. Using Marcangeli's concepts on gender and fashion, Code s epistemic negotiation, and Mulvey's male gaze, this article analyzes things that actually contribute to female empowerment from the film. Textual analysis is used to analyze the narratives in the film. This article explains that through right representation of female in media, female empowerment is attainable."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Darin Nisrina
"ABSTRAK
Industri Hollywood memiliki sejarah panjang yang tidak luput dari keberadaan seksisme dan perlakuan tidak adil terhadap wanita. Untuk mengkritik hal ini, Laura Mulvey mempublikasikan essai pada tahun 1975 yang berjudul ldquo;Visual Pleasure and Narrative Cinema rdquo;, dimana Ia menuangkan teorinya tentang keberadaan lsquo;tatapan pria rsquo; atau yang disebut sebagai Male Gaze. Melalui essai ini, Mulvey menyampaikan prespektifnya mengenai perlakuan kurang menyenangkan yang harus dihadapi wanita baik dibelakang maupun dihadapan layar dan mengkritik bagaimana mereka seringkali dianggap: sebagai tidak lebih dari objek pemuas tatapan laki-laki. Walaupun peran wanita dalam film-film kontemporer telah berkembang sejak zaman itu, Hollywood masih belum sepenuhnya bebas dari Male Gaze. Lebih dari dua dekade sejak essai Mulvey terbit, John McNaughton merilis thriller-erotikanya yang berjudul Will Things 1998 . Walaupun film tersebut mengandung banyak unsur Male Gaze, Para kritik memuji cara alur ceritanya yang inovatif dan karakter-karakter perempuannya yang kuat. Walaupun begitu, analisa lebih dalam akan film ini mungkin akan membuktikan kebalikannya. Paper ini akan mencoba untuk mengidentifikasi dan mencari alasan dibalik penggunaan Male Gaze dalam film ini. Paper ini juga akan mendiskusikan pesan-pesan subliminal yang disampaikan film ini dan bagaimana pesan tersebut dapat terlihat mendukung pemberdayaan wanita namun sebenarnya justru melestarikan ide-ide tertentu yang merendahkan mereka. Selanjutnya, paper ini akan membuktikan bahwa salah satu dari ide yang disampaikan oleh film tersebut adalah seksualitas wanita, yaitu bagaimana hal tersebut digambarkan sebagai sesuatu yang positif dan pada ujungnya sebagai sesuatu negatif. Paper ini akan mencoba melakukannya dengan menelaah teks film dengan menggunakan mise-en-sc ne, teori perfilman, dan teori Male Gaze karya Laura Mulvey.

ABSTRACT
Hollywood has had a long history of sexism and wrongful treatment of its women. To critic this, Laura Mulvey published her widely renowned 1975 essay ldquo;Visual Pleasure and Narrative Cinema rdquo;, in which she conceived her theory of the Male Gaze. Through it, Mulvey disclosed her perspective regarding the treatment of women behind and in front of the screen, criticizing the way they are often regarded inside of the film industry: as mere objects for male viewing pleasure. Although the role of women in contemporary movies has matured significantly since then, Hollywood is not yet free from the male gaze. More than two decades after Mulvey rsquo;s essay was published, John McNaughton released his erotic-thriller Wild Things 1998 . Although the picture contains a heavy dose of male gaze, it is excused for doing so on the grounds of using it innovatively. While it is sexual, the movie was still applauded for having strong female leads and endorsing female empowerment. Even so, a thorough look might point out why that might not be the case. The paper intends to not only identify and seek meaning behind the film rsquo;s brazen use of Male Gaze. The paper also tries to discuss the subliminal messages used in the movie that perpetuates certain ideas that demean and objectify women under the guise of, or while simultaneously, praising them. This paper further argues that one such idea is the ambivalence of female sexuality or how the movie at one time celebrates yet ultimately condemns it. This paper will attempt to do this by analyzing the text and the scenes of this film using mise-en-sc ne, film theory, and Laura Mulvey rsquo;s theory of Male Gaze."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Saraswati
"Media memiliki peran penting dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap agen penegak hukum. Selama beberapa dekade, mayoritas film bergenre kriminal menggambarkan agen laki-laki sebagai karakter utama dalam film sedangkan karakter perempuan jarang muncul sebagai karakter utama dan peran mereka mayoritas merupakan karakter pendukung yang mengalami stereotip dan diskriminasi di tempat kerja mereka. Namun, The Heat menjadi sebuah terobosan dalam film bergenre kriminal sebab film ini menggambarkan karakter wanita sebagai karakter utama. Artikel ini akan menganalisis resistensi karakter utama wanita terhadap tokoh-tokoh pria menggunakan teori resistensi sehari-hari. Hasil penelitian menunjukan kedua karakter utama melakukan resistensi sepanjang alur film dengan menggunakan berbagai cara seperti menggunakan sarkasme, penerimaan, dan penghindaran. Sebagai hasilnya, resistensi yang dilakukan oleh karakter utama wanita menyebabkan dampak yang berbeda pada masing-masing karakter.

Media has important role of shaping society's perception toward law enforcement agent. For decades, crime movie genre mostly shows male agents as the main character of the movie while women characters rarely appear as the lead character and their role are mostly as supporting characters who suffer some stereotypes and discriminations in their workplace. However, The Heat becomes a breakthrough in crime genre movie since it portrays women characters as the leading characters. This article will explore the main female characters' resistance toward male characters using everyday resistance theory. The result shows that both main characters have done resistance along the movie by using some ways, for example, using sarcasm, acceptance, and avoidance. As the result, the resistance which is done by the main female characters cause different impact to the ending of each character."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Dewi Kinarina Kaban
"American Hustle 2013 merupakan film Hollywood yang mana plot dan karakternya secara umum dibuat berdasarkan pada peristiwa operasi ABSCAM yang dilakukan oleh FBI di akhir tahun 1970. Akan tetapi, terdapat beberapa perubahan dalam penggambaran tokoh Sydney Prosser dan perannya di dalam film ini yang justru menghasilkan penggambaran Sydney Prosser versi modern yang mana sangat berbeda dari karakter tokoh dalam peristiwa sebenarnya. Oleh karena itu, makalah ini mencoba untuk membahas bagaimana penggambaran modern tokoh Sydney Prosser dan interaksinya dengan para tokoh utama pria yang justru menunjukkan adanya bias patriarki pada akhirnya menciptakan ambivalensi terhadap representasi perempuan dalam film ini dengan menggunakan pendekatan analisis kritis dan tekstual dalam kaitannya dengan teori representasi gender dan patriarki.

American Hustle 2013 is a Hollywood film whose plot and characters are generally based on the real story during the FBI ABSCAM operation. Nevertheless, several planned transformations in depicting Sydney Prosser and her role result in promoting modern image of her character which is quite different from the real one. Therefore, this paper attempts to discover how Sydney Prosser's image and her interactions with the male protagonists imply patriarchal biases which actually create ambivalences toward women's representation by using critical and textual analysis and the framework of gender representation and patriarchy. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Inda Rizkiyah
"Film sebagai salah satu produk budaya berfungsi tidak hanya sebagai sebuah hiburan tetapi juga cerminan permasalahan yang terjadi dalam suatu lingkungan sosial. Fenomena mengenai isu perempuan kerap kali muncul dan dapat kita lihat melalui sebuah film. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana posisi perempuan digambarkan dalam film La Princesse de Montpensier karya Bertand Tavernier. Melalui film ini, dengan menggunakan latar ruang dan waktu Prancis abad ke-16, perempuan direpresentasikan sebagai sosok yang masih terbelenggu dalam berbagai situasi. Walau tidak lagi menjadi sosok yang pasif sepenuhnya, diskriminasi terhadap perempuan tampak jelas ditampilkan.

Film as one of the cultural products serve not only as an entertainment but also a reflection of the problems that occur in social environment. Phenomenon on woman issues often arise and can be seen through a film. This study aims to uncover how the position of woman portrayed in the film La Princesse de Montpensier by Bertand Tavernier. Through this film, sets in 16th century in France, women are portrayed as someone who is shackled in a variety of situations. Although no longer being entirely passive figure, discrimination over women clearly shown."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Marchelita
"[ABSTRAK
Kemunculan karakter perempuan sebagai seorang pahlawan dalam film-film masa kini tidak dapat diabaikan. Kehadiran pahlawan perempuan mulai menjadi penting seperti pahlawan laki-laki pada umumnya. Pentingnya keberadaan pahlawan perempuan, terutama dalam film mengenai abad pertengahan dan film fantasi, membuat beberapa peneliti melakukan beberapa penelitian untuk menganalisa hal ini. Untuk berpatisipasi dalam studi mengenai pahlawan perempuan di dalam film fantasi dan abad pertengahan, tulisan ini ditulis dalam rangka menganalisa salah satu tokoh pahlawan perempuan dalam film seri yang berjudul Game of Throne, terutama pada seri ke-3. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk melihat posisi pahlawan perempuan tersebut terhadap karakter laki-laki dan posisinya dalam lingkungan dengan menggunakan teori female grotesque, teori dekonstrusi oleh Jacques Derrida, teori relasi kuasa oleh Henry, dan teori mengenai karakteristik pahlawan oleh Hourihan. Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwan Brienne of Tarth sebagai pahlawan perempuan dalam seri Game of Thrones belum mendapatkan kesetaraan atau bersikap mandiri terhadap karakter laki-laki.

ABSTRACT
The emergence of female character as a Hero, or it is usually called a Heroine, in movies nowadays cannot be neglected. The presence of the Heroine in movies starts to be as important as Hero characters. The significance of Heroines? existence, especially in medieval fantasy movies, makes some researchers do a lot of studies to analyze this. To participate in the study about Heroine?s position in medieval fantasy movies, this paper is written in order to examine a heroine character in Game of Thrones series, especially in season 3. The purpose of this writing is to see the position of that heroine toward other male characters and surroundings by using theories about female grotesque, deconstruction by Jacques Derrida, power relation by Henry, and hero characteristics by Hourihan. The result of this analysis shows that Brienne of Tarth as a heroine in Game of Thrones series has not got the equality and independency toward male characters.;The emergence of female character as a Hero, or it is usually called a Heroine, in movies nowadays cannot be neglected. The presence of the Heroine in movies starts to be as important as Hero characters. The significance of Heroines? existence, especially in medieval fantasy movies, makes some researchers do a lot of studies to analyze this. To participate in the study about Heroine?s position in medieval fantasy movies, this paper is written in order to examine a heroine character in Game of Thrones series, especially in season 3. The purpose of this writing is to see the position of that heroine toward other male characters and surroundings by using theories about female grotesque, deconstruction by Jacques Derrida, power relation by Henry, and hero characteristics by Hourihan. The result of this analysis shows that Brienne of Tarth as a heroine in Game of Thrones series has not got the equality and independency toward male characters., The emergence of female character as a Hero, or it is usually called a Heroine, in movies nowadays cannot be neglected. The presence of the Heroine in movies starts to be as important as Hero characters. The significance of Heroines’ existence, especially in medieval fantasy movies, makes some researchers do a lot of studies to analyze this. To participate in the study about Heroine’s position in medieval fantasy movies, this paper is written in order to examine a heroine character in Game of Thrones series, especially in season 3. The purpose of this writing is to see the position of that heroine toward other male characters and surroundings by using theories about female grotesque, deconstruction by Jacques Derrida, power relation by Henry, and hero characteristics by Hourihan. The result of this analysis shows that Brienne of Tarth as a heroine in Game of Thrones series has not got the equality and independency toward male characters.]"
2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lenny Hana Hanifah
"Representasi wanita dalam industri perfilman menunjukkan bahwa penggambaran karakter perempuan masih erat kaitannya dengan peran yang kurang signifikan sebagai karakter minor. Sebagai konsekuensi dari karakterisasi gender antara perempuan dan laki-laki, karakter perempuan seringkali digambarkan melalui karakterisasi yang cenderung lemah dan tidak berdaya, yang dalam hal ini berpengaruh terhadap degradasi citra perempuan di industri perfilman. Namun, sebuah serial televisi fiksi ilmiah berjudul Orphan Black, berhasil mewakili perempuan melalui kualitas feminin dan maskulin melalui karakter-karakter perempuan yang tampak mendefinisikan kembali ideologi gender. Akan tetapi, ideologi gender dalam serial televisi tersebut menunjukkan beberapa isu gender yang kontradiktif. Oleh karena itu, melalui konsep gender dan maskulinitas, makalah ini akan menganalisis karakter-karakter dalam serial televisi Orphan Black untuk menelaah aspek pemberdayaan perempuan dengan menggunakan teori gender dan maskulinitas dalam menganalisis karakter-karakter klon wanita, serta narasi film guna menyingkap ideologi gender yang cenderung direpresentasikan ambivalen dalam film Orphan Black.

Women representation in film industry shows that numerous images of women are still associated with less important role as minor characters. As a consequence of gender characterization of women and men, women charachters mostly suffer from weak and powerless characterization, and it contributes to the degradedation of women 39 s image in film industry. A science fiction TV series called Orphan Black, nonetheless, manages to represent women through their feminine as well as masculine qualities that seem to redefine the gender ideology. However, the tv series also shows some contradicly gender issues. Through the concepts of gender and masculinity, this paper will analyze the characters to see the empowerment aspects by using gender and masculinity theory to analyze the female clone characters and the narrative of Orphan Black to expose its ambivalent gender ideology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzana Admi
"ABSTRAK
Artikel ini meneliti perkembangan agensi perempuan dari tokoh utama perempuan pada film Joy dan Selena yang berhubungan dengan perkembangan moral mereka yang pada akhirnya berkrontribusi pada tingkat agensi yang mereka miliki. Tujuan dari artikel ini adalah untuk menemukan tipe perkembangan dan perubahan agensi dan moral seperti apa yang harus mereka alami sehingga mereka dapat memiliki agensi yang seutuhnya. Selain itu, artikel ini juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah kedua tokoh wanita tersebut memiliki tingkat agensi yang sama. Melalui analisis percakapan dari kedua film, artikel ini akan menunjukkan kuat dan lemahnya agensi dari tiap karakter di saat mereka menghadapi cobaan hidup. Untuk itu tahap-tahap kehidupan kedua tokoh tersebut, masa kanak-kanak dan saat mereka dewasa dibahas. Karena memiliki latar belakang dan kondisi keluarga yang sangat berbeda, Joy dan Selena harus menghadapi tekanan-tekanan hidup yang berbeda pula. Ketika dihadapkan dengan masalah, dua tahap perkembangan moral pada diri tiap karakterlah yang mempengaruhi cara mereka mengambil keputusan. Hal ini memiliki efek yang berbeda pada kualitas agensi mereka walaupun pada akhir cerita hidup mereka, mereka sama-sama menjadi wanita yang sukses meraih mimpi.

ABSTRACT
This article examines the development of female agency related to the stages of moral development happening in the main female characters of Joy 2015 and Selena 1997 , which later is contributed to their level of agency. It aims at finding out what kind of change in the agency and moral development of each characters that they have to experience in order to have their full agency, and whether the agency are of the same level or not. Through a conversation analysis from the two films, this article will show the highs and lows of the characters rsquo; agency as they face obstacles in their life. In an effort to identify this, the research is focusing on Joy rsquo;s and Selena rsquo;s stages of life: childhood and adulthood. Coming from a completely different family background and condition, Joy and Selena must face different suppressions in their life. At this point, the two stages of moral development from each characters influence the way they solve the problems. This means it can affect their agency rsquo;s quality differently even though in the end, both can successfully reach their dreams."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Vanya Audia
"Artikel ini membahas tentang heroisme dalam film Les Femmes de L rsquo;Ombre yang diadaptasi dari kisah nyata tentang tokoh-tokoh perempuan yang ikut berperan dalam Perang Dunia II dengan tergabung dalam organisasi spionase Special Operations Executive SOE. Penelitian kualitatif ini dianalisis melalui aspek naratif dan sinematografis film dengan menggunakan teori Boggs dan Petrie 2011. Sementara itu, artikel ini menggunakan konsep heroisme oleh Taha 2002. Hasil analisis menentukan status hero pada tokoh-tokoh yang meliputi status hero, semi-hero dan anti-hero yang dilihat melalui motivasi, tekad, kemampuan, perjuangan serta keberhasilan tokoh dalam menyelesaikan misi utama.

This article focuses on analyzing the heroism of female characters in a movie titled Les Femmes de L rsquo;Ombre by Jean Paul Salom which is based on true story. This movie depicts how women struggled against German durning World War II by joining espionage organization called Special Operations Executive SOE. This research is a qualitative research and analyzed through narrative and cinematrography aspect from Boggs and Petrie 2011. Meanwhile, the values of heroism in this movie is reviewed by using heroism concept by Taha 2002. The result of this research distinguishes the three conceptions of heroism, namely hero, semi-hero, and anti-hero as seen through each character rsquo;s motivation, will, ability, execution, and outcome."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Rumaisha
"Film klasik produksi Disney, seperti Sleeping Beauty 1959 , cenderung mengandung representasi genderberdefinisi sempit melalui penokohannya. Dengan Maleficent 2014 sebagai sebuah adaptasi modern dari kisahdongeng klasik tersebut, Disney mencoba untuk mendobrak pola representasi gender tradisional yang sudahmengakar. Hasilnya, tindakan Disney ini menuai pujian dari berbagai kalangan dan dianggap sebagai sebuahtindakan progresif. Namun, apabila dikaji lebih mendalam, film Maleficent sesungguhnya masih mengandungrepresentasi gender secara tradisional. Film Maleficent hanya semata memutarbalikkan peran tradisional karakter pria dan wanita yang sebelumnya ditemui pada Sleeping Beauty. Dengan menggunakan karakter analisis dan teori aktan Greimas, penelitian ini mengkaji elemen-elemen pemutarbalikan peran gender tradisional yang ada pada Maleficent sebagai adaptasi modern dari Sleeping Beauty. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemutarbalikan peran gender dalam Maleficent tidak merepresentasikan kesetaraan gender, tetapi hanya memutarbalikkan peran negatif yang selama ini disematkan pada karakter wanita kepada karakter pria.

While Disney movies, such as Sleeping Beauty 1959 , have been known for their narrow display of genderrepresentation, more current adaptions, such as Maleficent 2014 , attempted to withdraw itself from this pattern. Although this advancement toward progression on gender representation that Disney demonstrates has been widely praised, if observed, however, the movie still contains gendered patterns in the portrayal of its characters. This problem is reflected on the reversal of the traditional gender roles between male and female characters. Using character analysis and Greimas' actantial model, this research explores these elements that are present in Maleficent as Sleeping Beauty' s modern adaptation. The study finds that this gender role reversal does not truly embrace the notion of equal gender representation, but it only leads to the male characters' suffering of negative representation that female characters traditionally sustain."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>