Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197366 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anisah Destriani
"Penelitian ini membahas mengenai hubungan modernisasi yang terjadi pada zaman Meiji dengan pekembangan gaya busana khas Barat di Jepang yang penelitiannya dilakukan dengan menggunakan metode kepustakaan dan dibantu dengan metode penelitian sejarah. Penelitian ini menggunakan dasar teori modernisasi dan juga dasar teori mengenai perkembangan fashion atau mode seperti teori leisure class. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa beberapa peristiwa dan kejadian saat modernisasi Meiji yang merupakan pendorong terjadinya perkembangan gaya busana Barat di Jepang karena dikatakan bahwa salah satu bukti terjadinya modernisasi yaitu perubahan suatu masyarakat dari yang tradisional menjadi modern dan hal yang dianggap modern saat itu oleh Jepang adalah busana-busana khas Barat.

This study discussed about the connection between modernization that occurred in the Meiji era and the development of Western style clothings in Japan carried out using the library research method and assisted by historical research methods. This study uses the basis of modernization theory and also the basic theory about the development of fashion such as the theory of leisure class. From this study, it was found that several events and occurences that occurred during the Meiji modernization era were the triggers for thedevelopment of Western styleclothing in Japan because it was said that one of the proof that can be used to distinctive a modernization was a change in society from the traditional to the modern and the one that was considered modern by Japan at that time Western style clothing.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhama Ade Pratama
"ABSTRAK
Dewasa ini Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal dengan sistem pengelolaan sampahnya. Pengelolaan sampah di Jepang sudah terjadi sejak zaman dahulu bahkan sebelum kedatangan bangsa asing di Jepang. Diketahui bahwa Masyarakat Jepang pada zaman dahulu sudah terbiasa hidup dengan cara mendaur ulang, menggunakan kembali barang yang masih dapat dipakai, dan mengumpulkan benda-benda untuk kemudian dijual kembali. Secara alami kebiasaan tersebut menciptakan kondisi lingkungan Jepang bersih dan terhindar dari sampah-sampah. Ketika bangsa asing mulai masuk ke Jepang terjadi modernisasi dan industrialisasi, yang membuat perubahan besar terhadap budaya masyarakat Jepang. Perubahan budaya dalam masyarakat Jepang, menimbulkan masalah-masalah baru, salah satunya adalah permasalahan sampah. Sampah dan limbah-limbah dari pabrik industri di Jepang telah sangat mencemari lingkungan. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, pemerintah Jepang memberlakukan undang-undang tentang waste cleaning act pada tahun 1900 dan menjadi peraturan tertulis pertama Jepang dalam masalah pengelolaan sampah. Berdasarkan peraturan tersebut, kini sampah-sampah sudah diharuskan untuk dibakar jika memungkinkan dan hal ini merupakan sesuatu yang baru.

ABSTRACT
Today Japan is one of country that is famous for its waste management system. Waste management in Japan has occurred since ancient times even before the arrival of foreigners to Japan. Japanese society in ancient times used to living by recycling, reusing items that are still usable, and collecting objects for later resale. Naturally these habits create Japan's environment clean and avoided from junk. When foreign nations began to enter Japan, modernization and industrialization happen where upon (and) make massive changes to the culture and social in Japan. The effect of culture changes create new problems in Japan, one of which is the problem of garbage. Garbage and wastes of industrial factories in Japan have been highly polluting. To overcome these problems, the Japanese government enacted legislation about waste cleaning act in 1900 and became Japan's first written rules for waste management. Under the regulation, now the garbage is already required to be burned if possible."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Adzhani
"Skripsi ini membahas mengenai perkembangan pariwisata di Jepang pada zaman Meiji yang berlangsung dari tahun 1868 sampai 1912. Fokus utama penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana Jepang yang pada saat itu baru membuka negaranya kepada dunia luar menghadapi hal-hal baru dan asing dari barat seperti ilmu pengetahuan, teknologi dan Ideologi/pemikiran serta bagaimana mereka memanfaatkannya untuk mengembangkan Pariwisata Jepang. penelitian ini mengindikasikan bahwa Jepang dapat menggunakan ilmu pengetahuan, teknologi dan pemikiran-pemikiran dari barat untuk memodernisasi industri pariwisatanya sehingga Jepang dapat melayani wisatawan, terutama wisatawan asing dari barat dengan baik dan menunjukkan bahwa Jepang memiliki tingkat peradaban yang setara dengan mereka.

This study Japan Tourism development by Japanese Government and society in Meiji era under Emperor Meiji'rule from 1868 1912 to the development of Japanese Tourism at that time. The main focus on this study is are to explain how Japanese at that time who had just opened their country to the world faced new and foreign things from the west like knowledge, technologies, and ideologies ideals and then how they utilized it to developed Japan tourism. This study results reveals that Japan can used those western knowledge, technologies and ideals to modernized their tourism industry so that Japan could serve the tourists, especially those from the western hemisphere nicely and showed them that Japan are at the same level as them in terms of civilization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Iswary Lawanda
"ABSTRAK
Kesimpulan penelitian ini, wanita Jepang khususnya wanita di zaman Meiji di dalam program industrialisasi pemerintah peran nya dianggap rendah dan tidak dihargai. Namun, tidak disangkal bahwa kondisi wanita menjadi lebih baik.
Pembagian kerja antara pria dan wanita serta patriarkat menjadi doktrin yang tidak dapat dihindari dalam masyarakat Jepang. Perubahan dalam lapangan pekerjaan memberikan akses kepada wanita untuk menerima upah sebagai tenaga kerja. Walaupun tekanan dalam pekerjaan terhadap wanita tidak dapat dihindari, upah sangat rendah yang diterima, dan pekerjaan wanita yang dianggap paruh waktu dengan waktu kerja yang panjang. Pendaya gunaan tenaga kerja wanita sangat tinggi dan perbedaan upah dibandingkan pria berada di tingkatan terbawah.
Jiyuminken menciptakan perundang undangan (Dainihon Teikokukenpo dan Meijiminpo) mengandung maksud memperbaiki status wanita, kenytaannya hanya pada hal tertentu dan terbatas. Penyebab dari rintangan bagi wanita perangkat hukum Meijiminpo mempertegas pembatasan kedudukan wanita dan sistem sebagai dasar dari Meijiminpo menekan pembagian kerja di dalam rumah tangga.
wanita dari shakaishugi (faham sosialis) menampilkan akibat dari sistem le dan kapitalisme yang membentuk kondisi tidak sama bagi wanita. Pria menerapkan sistem Ie pada pekerjaan di luar rumah tangga sehingga dapat menarik keuntungan dari kondisi tersebut. Wanita ditekankan memiliki sebagian besar tanggung jawab di lingkungan domestik dan pemeliharaan anak.
Usaha menempatkan wanita sama dengan pria dilakukan dengan pandangan sosialis, namun pada kenyataannya gender merupakan faktor penentu di dalam hubungan sosial masyarakat. Wanita terbagi menurut gender dan startifikasi masyarakat. Menjadi wanita ryosaikenbo sangat penting, semua wanita diperlakukan sebagai isteri yang baik dan ibu yang bijaksana di dalam rumah tangga, tempat kerja dan masyarakat. Dalam kenyataan kehidupan wanita Jepang direndahkan tidak dihargai.

"
1995
T3923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Iswary Lawanda
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Kathrin Octiana
"ABSTRAK
Tujuan penulisan skripsi ini, yang dilakukan sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sastra pada tahun 1996, ialah memaparkan serta mengkaji pemikiran dari seorang politikus pada zaman Meiji, yaitu Mori Arinori dalam memodernisasikan Jepang. Kesimpulan yang diperoleh dari pengkajian seorang tokoh Mori Arinori adalah bagaimana dia dapat mencetuskan pemikirannya untuk memodernisasikan Jepang, dengan gaya dan pikirannya yang berani dan gigih. la memiliki tekad yang tinggi untuk memajukan Jepang dengan hasil pemikirannya yang modern. Latar belakang keluarga dan pendidikan yang dipelajarinya menjadikan Mori Arinori memiliki pemikiran bergaya Eropa. Negara Jepang yang pada saat itu menurut Mori sangat ketinggalan zaman, sehingga tidak akan mengalami kemajuan jika tidak melakukan tindakan modernisasi seperti penghapusan kebiasaan menyandang pedang pada kaum samurai, pemakaian bahasa Inggris, dan mengajarkan pendidikan bergaya militer. Karena dinilai pemikirannya terlalu berani dan...

"
1996
S13993
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofiyana Wulan Suci
"Skripsi ini membahas tentang sejarah hubungan Jepang dengan Dinasti Ottoman pada era Meiji 1868-1912. Penelitian ini adalah penelitian historis yang disusun secara kronologis dan sistematis. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan hubungan Jepang dan Dinasti Ottoman pada era Meiji 1868-1912. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jepang tertarik untuk menjalin hubungan dengan Dinasti Ottoman dan dunia Islam sebagai gerbang menuju Barat. Hubungan kedua negara bermula ketika Jepang mengirimkan utusannya ke Dinasti Ottoman pada awal era Meiji. Hubungan kedua negara makin erat setelah terjadinya tragedi kapal Ertugrul yang tenggelam di Wakayama pada 1890. Namun, hingga akhir era Meiji, tidak ada kesepakatan antara kedua negara untuk menjalin kerjasama maupun perjanjian secara resmi.

This study is focused on the history of Japan?s relationship with the Ottoman Empire in Meiji era 1868-1912. This study is categorized as historical study with chronologies and systematic method. This study aimed to describe the development of relation between Japan and Ottoman Empire in the Meiji era. The results of this study showed that Japan is interesting on establishing a relationship with the Ottoman Empire and world of Islam as a gateway to the West. Relation between two countries began when Japan sends envoy to the Ottoman Empire in the early Meiji era. Relation between two countries much closer after tragedy of frigate Ertugrul that shank in Wakayama in 1890. However, until the end of the Meiji era, there?s no agreement between two countries to establish a cooperation and agreement formally.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S64739
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Wahyuningsih
"Lebih dari dua abad Jepang melakukan politik pintu tertutup (Sakoku) pada tahun 1639 - 1854, kemudian Jepang membuka negaranya berhubungan dengan dunia luar. Dengan dibukanya Jepang terhadap dunia luar, maka terjadi perubahan dalam bidang sosial, politik, ekonomi dan industri. Dengan dibukanya negara Jepang untuk dunia luar, Jepang memasuki zaman baru yaitu zaman Meiji. Dimana Jepang mengadakan perubahan-perubahan dalam bidang perindustrian agar sejajar dengan negara-negara barat, dengan jalan membuat slogan Shokusan Kogyo. Berdasarkan slogan tersebut pemerintah mengembangkan sektor-sektor industri utama, yaitu Industri Katun dan Sutera, Industri Pertambangan, Industri Besi Baja, Industri Pembuatan Kapal serta Industri Militer. Dengan berhasilnya Jepang memajukan perindustrian dan perekonomiannya membawa dampak yang negatif pula, salah satunya dampak sosial bagi masyarakat Jepang, dimana terjadi masalah pengangguran dan menurunnva taraf hidup kaum petani, Masalah-masalah tersebut tidak dapat diatasi dengan baik oleh Pemerintah Meiji."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Dewi Andriani
"BAB1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Permasalahan.
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat suatu negara dapat terwujud akibat terjadinya proses modernises!. Modernisasi menurut Prof. J.W. Schoorl di dalam bukunya yang berjudul Modernisasi dirumuskan sebagai suatu penerapan pengetahuan ilmiah yang ada kepada semua aktivitas, semua bidang kehidupan atau kepada semua aspek-aspek kemasyarakatan. Modernisasi juga merupakan suatu proses transformasi, yakni suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya yang meliputi aspek sosial, budaya, politik dan ekonomi. Akan tetapi tidak semua perubahan dapat didefinisikan sebagai modernisasi karena hanya perubahan yang ada sangkutpautnya dengan tambahan ilmu pengetahuan saja yang dapat digolongkan ke dalamnya. (J.W. Schoorl, 1991:4).
Selanjutnya ia mengatakan bahwa tambahan pengetahuan ilmiah merupakan faktor yang terpenting dalam modernisasi. Sehubungan dengan hal tersebut maka masyarakat itu dikatakan lebih atau kurang modern apabiia lebih atau kurang menerapkan pengetahuan dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. (J.W. Schoorl, 1991:4) Proses modernisasi sendiri berjalan melalui proses akulturasi yaitu suatu proses perubahan kebudayaan dimana dua kelompok atau lebih yang berbeda mempunyai kontak yang terus menerus dan berakibat salah satu dari kelompok itu mengambil alih unsur-unsur dari kelompok lainnya.(J.W. Schoorl, 1991:19).
Kata modernisasi dalam kamus besar Jepang mengandung pengertian sebagai berikut:
Genrai, kindaika modernization wa dentoo shakai ya fuken shakai nado no zenkin shakai kara kindai shakai he no idoo ya soreni shitagau shakai. Bunka ryoiki de no henka o yubi shimesu keiyooshi toshite, oobei shakai demo furui kara tsukawarete kita chuuritsu teki na gainen ni suginai. Sokoni bukka teki imi ga komerarenj toshitemo, sorewa modanizumu nado to iu kotoba nado to omonatte [touseifu ni] em to iu hodo no imi shika mo nasarete inai.
Shikashi [seiyou no shoogeki] no shita ni, soreni tsui tsuki hikkooshu begu [ue kara no kindaika] seisaku torareta zenhatsu shookoku ni oitewa, kono kotobawa tokui na imi naiyoo o motsu mono toshite hattachishita. Sokodewa, kindaika to wa, seiyoo kindai shookoku o modem toshite, sono seiji, keizai, gunji, bunka no taisei o ito teki ni tori irete jikoku no hatten o hakaru koto o ippan ni imi sum yooni naru. (Daihyakka Jitten, 1984:617)
Artinya:
"Pada dasamya Kindaika adalah kata sifat yang menunjukkan suatu bentuk perubahan masyarakat dan budaya dari seluruh wilayah yang menyertai perubahan dari masyarakat yang belum modem seperti masyarakat tradisional atau masyarakat feodalisme menjadi masyarakat modem. Konsep ini tidak lebih dari suatu konsep yang dipakai sejak dahulu kala dalam masyarakat Barat. Meskipun memiliki arti yang penting namun Kindaika tidak memiliki arti sebagai suatu perubahan seperti yang dimiliki oleh modernisasi di Barat.
Tetapi kata ini selain merupakan pengaruh Barat, keberadaannya diseluruh negeri yang belum berkembang yang mengadopsi tindakan politik berkembang dengan memiliki arti yang khusus. Kindaika sebagai model modernisasi Barat secara umum memiliki arti melakukan ekspansi bagi negaranya dengan mengadopsi sistem budaya, militer, ekonomi dan sosial."
* Modernisasi sendiri menurut seorang ahli sosiologi Jepang, Kennichi
Tominaga, tidak selalu mengandung pengertian Westernisasi. Hal ini diakibatkan karena modernisasi yang terjadi di negara-negara non Barat mempunyai perbedaan-perbadaan tertentu dalam hal kebudayaan tradisionaf setempat yang tetap dipertahankan. la juga menjelaskan bahwa apabila modernisasi yang terjadi di negara-negara non Barat dilakukan dengan memasukkan bentuk-bentuk kebudayaan Barat secara bulat dan utuh maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai Westernisasi atau Eropanisasi. (Tominaga, 1990: 53-59).
Proses modernisasi sendiri dapat di katakan terjadi di hampir semua bangsa di dunia. Manifestasi proses ini diawali di wilayah Eropa dan Amerika dengan serangkaian peristiwa yang terjadi sekitar abad 16 seperti perang kemerdekaan Amerika tahun 1765-1783, revolusi Perancis tahun 1760 serta revolusi industri di Inggeris tahun 1830. Semua peristiwa tersebut menjadi penyebab timbulnya proses modernisasi di segala bidang kehidupan yang melanda ke seluruh dunia sampai dengan akhir perang dunia kedua.
Penyebarannya menyebabkan masyarakat dunia sering dibagi menjadi dua kategori yaitu negara maju dan negara yang sedang berkembang, masing-masing terdiri atas negara yang telah mengalami modernisasi dan negara yang sedang mengalami modernisasi. Di dalam proses modernisasi termuat pula aspek-aspek rencana pembangunan sosial, ekonomi, budaya atau politik dari suatu negara. Aspek yang paling spektakuler dalam modernisasi suatu masyarakat adalah penggantian teknik produksi dari cara-cara tradisional ke cara-cara modern seperti halnya yang terjadi pada revolusi industri. Akan tetapi proses yang disebut revolusi industri itu hanya satu bagian atau satu aspek saja dari suatu proses yang lebih luas."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T488
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reihani Suci Budi Utami
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang kedudukan dan peran kaisar berdasarkan dua konstitusi yang pernah dan sedang berlaku di Jepang, yakni Konstitusi Meiji dan Konstitusi 1946. Fokus penelitian ini menjabarkan implementasi pasal yang mengatur kedudukan dan peran kaisar di dalam pemerintahan Jepang. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pasal yang mengatur kedudukan kaisar dalam Konstitusi Meiji tidak dijalankan dengan semestinya akibat dominasi militer di dalam pemerintahan. Kaisar Hirohito pada kenyataannya tidak memiliki kekuatan penuh dalam menentukan kebijakan negara. Kemudian, pasal yang mengatur kedudukan kaisar dalam Konstitusi 1946 berjalan dengan semestinya. Kaisar Hirohito, yang kemudian digantikan oleh Putera Mahkota Akihito, menjalankan kedudukannya sebagai simbol persatuan negara dengan melakukan tugas-tugasnya yang bersifat seremonial.

ABSTRACT
This research discussed about the position and role of the emperor according to Meiji Constitution and Constitution of Japan 1946. The main focus on this research is to explain the implementaion of the articles that regulate position and role of the Japanese emperor. The result indicated that the Meiji Constitution articles were not carried out properly due to military dominance within the government. In fact, Emperor Hirohito did not have a full power in determining national policies. On the other hand, the Constitution of Japan 1946 articles worked as it should be. Emperor Hirohito, later replaced by Crown Prince Akihito, performed his position as the symbol of state unity by doing the ceremonial duties. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>