Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161635 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Trimar Handayani
"ABSTRAK
Mitokondria biogenesis dipengaruhi oleh peroxisome proliferator-activated receptor gamma coactivator-1α (PGC-α) yang dapat diinduksi melalui latihan fisik. Latihan fisik memiliki variasi: latihan kontinu (durasi lama) dan latihan interval (durasi singkat). Selama latihan fisik, laktat yang dihasilkan otot rangka dapat digunakan sebagai sumber energi di jantung yang akan diubah oleh laktat dehidrogenase B (LDHB). Tujuan penelitian ini, untuk membandingkan perubahan kadar PGC-1α dan LDH B di jaringan jantung tikus dewasa setelah diberikan latihan interval dan kontinu. Penelitian ini menggunakan 15 ekor tikus Wistar dewasa usia 12 bulan dibagi secara acak menjadi 3 kelompok (n=5). Latihan fisik dilakukan menggunakan treadmill tikus dengan kecepatan yang dinaikkan bertahap selama 8 minggu dengan frekuensi 5 kali perminggu. Pengukuran kadar PGC-1α dan LDH B menggunakan metode ELISA. Uji statistik menggunakan One Way Anova dan korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara kelompok interval dan kontinu terhadap kadar PGC-1α (P<0.05). Tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok terhadap kadar LDH B. Tidak terdapat korelasi antara kadar PGC-1α dan LDH B pada jaringan miokardium tikus dewasa.

ABSTRACT
Mitochondrial biogenesis is affected by peroxisome proliferator-activated receptor gamma coactivator-1α (PGC-1α), and can be induced through physical exercise. Physical exercise has variations: continuous training (long duration) and interval training (short duration). During physical exercise, lactate from skeletal muscle produced can be used as an energy source in the hearth through conversion by lactate dehydrogenase B (LDH B). The purpose of this study was to compare in PGC-1α and LDH B levels of adult rat cardiac tissue after interval and continuous training. This study used 15 adult Wistar rats aged 12 month, divided into 3 groups (n=5). Training was conducted using a rodent treadmill with gradually increased of speed for 8 weeks and frequency of 5 days/weeks. PGC-1α and LDH B levels in heart tissue were measured using ELISA. Statistical tests using One Way Anova and Pearson correlation. The result showed that there were significant differences between interval and continuous training groups of PGC-1α levels (p<0.05). There were no significant differences between groups of LDH B levels. There was no correlation between PGC-1α and LDH B levels in adult rat cardiac tissue.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leily Trianty
"Proses invasi Plasmodium falciparum ke dalam sel darah merah merupakan tahapan penting pada infeksi malaria. Proses ini sangat kompleks melibatkan interaksi antara protein ligan pada permukaan merozoit parasit dengan reseptor permukaan pada sel darah merah inang. Reseptor sel darah merah yang digunakan pada saat invasi parasit P. falciparum diidentifikasi berdasarkan sensitivitasnya terhadap enzim neuraminidase (N), tripsin (T) dan kimotripsin (K). Penelitian ini dilakukan pada 69 darah pasien yang terinfeksi P. falciparum yang dikultur secara ex vivo secara langsung di laboratorium di Timika. Sel darah donor yang digunakan untuk uji invasi sebelumnya diberi perlakuan dengan 50 mU/ml neuraminidase, 1 mg/ml tripsin, atau 1 mg/ml kimotripsin. Kami mengidentifikasi 8 pola invasi parasit malaria dengan tipe terbanyak yang ditemukan adalah tipe A yang resistan terhadap ketiga perlakuan enzim (NrTrKr; 28,99%) dan tipe B (NsTsKr; 21,74%). Selain itu dilakukan pula analisis untuk mengetahui ekspresi relatif protein kelompok Duffy Binding Ligand (DBL) dan Reticulocytes Homolog (Rh) yang berperan pada proses invasi dengan mendeteksi ekspresi protein tersebut dari RNA yang disintesis menjadi cDNA yang diisolasi pada stadium schizon dari masing-masing isolat klinis. Protein kelompok DBL yang dianalisis adalah EBA-140, 175, 181 sedangkan dari kelompok Rh adalah Rh-1, 2a, dan 2b. Hasil analisis kuantitatif dengan real time reverse transcription PCR menunjukkan bahwa protein EBA-140, Rh-1 dan EBA-175 merupakan tiga protein ligan P. falciparum yang paling umum ditemukan pada isolat klinis parasit malaria di Timika, Papua. Variasi genetik sel darah merah seperti Southeast Asian Ovalocytosis (SAO), Gerbich negatif, dan varian hemoglobin (HbE) tidak ditemukan pengaruhnya pada proses invasi pada penelitian ini. Informasi yang dihasilkan pada penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan untuk pengembangan vaksin malaria berbasis hambatan invasi parasit ke dalam sel darah merah.

Plasmodium falciparum invasion is a complex process involving several parasite ligands and their receptors expressed on the red blood cell surface. We reported various receptors used by the parasite ligands during their invasion based on their sensitivity to neuraminidase (N), trypsin (T) or chymotrypsin (C). Most field isolates in Timika invaded red blood cells through type A receptor that was resistant to all enzyme treatments (NrTrCr; 28,99%) and type B that was sensitive to neuraminidase and trypsin (NsTsCr; 21,74%). The expression of two invasion ligands; Plasmodium falciparum Duffy binding ligand (PfDBL) and P. falciparum reticulocyte homolog (PfRh) were quantified from the schizonts stage of each isolate. We employed quantitative real-time reverse-transcription polymerase chain reaction (QRT-RT-PCR) to detect the expression of PfDBL family including EBA-140, EBA-175 and EBL-181 and PfRh genes such as Rh-1, Rh-2a, Rh-2b. We demonstrated thatEBA-140, Rh-1 and EBA-175 werethe major invasion ligands expressed in P. falciparum of Timikan isolates. The presence of red cell polymorphisms including the Southeast Asian Ovalocytosis (SAO), Gerbich negativity, and variant hemoglobin (HbE) as detected by PCR was not found to affect parasite invasion. The present study strengthens the support to include malaria invasion proteins into the development of malaria vaccine platform."
Jakarta: Universitas Indonesia, 2013
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Cahyadirga
"Demam dengue (DD) merupakan penyakit infeksi virus dengue (DENV) dengan vektor Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Secara global, terjadi peningkatan kasus DD sebanyak enam kali lipat dari tahun 2010 hingga 2016 namun sampai saat ini regimen terapi DD adalah terapi suportif yaitu terapi cairan dan simptomatik. Ekstrak Curcuma longa telah diteliti memiliki potensi sebagai antiviral untuk DENV. Namun, mekanisme penghambatannya masih belum diketahui sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek ekstrak Curcuma longa terhadap penghambatan reseptor dan penempelan virus dengue serotipe 2 (DENV-2) secara in vitro dan ikatan curcumin dengan protein E secara in silico.
Penelitian ini merupakan studi eksperimental untuk menganalisa mekanisme kerja dari ekstrak Curcuma longa sebagai antivirus terhadap DENV-2 menggunakan sel Vero sebagai sel uji dan in silico untuk mengetahui ikatan energi curcumin dengan protein E DENV. Focus assay dan MTT Assay digunakan untuk menilai penghambatan reseptor dan protein virus, serta viabilitas sel secara berturut-turut. Konsentrasi ekstrak Curcuma longa yang digunakan yaitu dua kali IC50 (17,91 μg/mL). DMSO digunakan sebagai kontrol.
Persentase hambat pada reseptor sel dan protein virus masing-masing adalah 98,67 ± 1,33% dan 2,29 ± 1,19%. Persentase viabilitas sel pasca pemberian ekstrak Curcuma longa adalah 97,07 ± 0,50%. Energi ikatan pada konformasi terbaik curcumin dengan protein E bernilai -2,71 kkal/mol dengan konstanta inhibisi 10,34 mM. Ekstrak Curcuma longa memiliki efek penghambatan reseptor sel lebih baik daripada protein E virus serta memiliki ikatan yang relatif baik dengan protein E.

Dengue fever (DF) is an disease caused by dengue virus infection (DENV). From 2010 to 2016, there has been a sixfold increase of DF cases globally. However, therapy for DF currently only consist of supportive treatments. Curcuma longa (turmeric) extract has been studied and its potential antiviral activity against dengue serotype 2 virus was found but inhibitory mechanism is still unknown. This research aims to find the inhibitory effect of turmeric extract against cell receptor and attachment protein of DENV-2 in vitro and binding energy between curcumin and dengue protein E in silico.
Experimental, in vitro study was done to analyze inhibitory mechanism of turmeric extract as antivirus to DENV-2 using Vero cell as test cell. In silico calculation of binding energy between curcumin and DENV protein E was also done using a docking software. Focus assay and MTT assay were used to evaluate receptor and viral attachment protein inhibition as well as cell viability, respectively. Turmeric extract concentration used was twice of IC50 (17,91 μg/mL) . DMSO was used as control.
Inhibition percentage on cell receptor and viral attachment protein yielded 98,67±1,33% and 2,29±1,19% respectively. Viability percentage of the cells after treatment with turmeric extract is 97,07 ± 0,50%. Binding energy at the best conformation between curcumin and viral protein E is -2.71 kcal/mol with inhibition constant of 10,34 mM. Turmeric extract has a higher inhibition effect against cell receptor compared to viral attachment protein and has a relatively strong bond with protein E.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Hidrodinamika merupakan sifat dasar dari sistem yang diperlukan untuk mengklasifikasikan sistem unggun terfluidisasi tiga fasa. Parameter-parameter yang termasuk di dalamnya adalah waktu tinggal, hold up dan koefisien dispersi aksial, dimana nilainya diperoleh dari serangkaian percobaan dengan menggunakan metode tracer untuk penentuan waktu tinggal, metode penangkapan gas dan cairan secara simultan untuk penentuan hold up, sedangkan koefisien dispersi aksial diperoleh dari hubungan antara bilangan Peclet dan hold up fasa cair.
Teknik untuk menentukan harga waktu tinggal dari kolom fluidisasi G-C-P yaitu dengan cara menginjeksikan bahan kimia yang bersifat inert, yang disebut sebagai tracer, ke dalam kolom pada waktu t = 0 kemudian konsentrasinya diukur pada aliran keluar sebagai timgsi waktu. Metode ini disebut sebagai metode tracer.
Sedangkan penelitian dengan menggunakan metode penangkapan gas dan cairan secara simultan melibatkan penutupan katup aliran gas dan cairan yang masuk ke dalam kolom secara serentak, kemudian diukur ketinggian kolom yang terisi oleh tiap fasa Metode ini dilakukan untuk sistem gas-cair-padat dan sistem gas-cair.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa kecepatan air dan udara serta ukuran diameter partikel mempengaruhi waktu tinggal, hold :gp tiap fasa dan tingkat dispersi dalam aliran. Semakin besar lcecepatan fluida cair maupun gas, maka harga waktu tinggal semakin kecil, dan semakin kecil diameter partikel harga walctu tinggal akan semakin besar_ Kecepatan air yang semakin besar akan menyebabkan hold up cairan meningkat, sedangkan hold :go gas dan padatan akan menunm. Semakin besar kecepatan udara maka hold :go gas dan padatan akan meningkat, sedangkzm hold iq;
cairan akan menurun Sedangkan pengaruh diameter partikel rnemherikan hasil semakin besar ukuran diameter partikel maka hold up gas dan cairan akan menumn, sedangkan hold up padatan meningkat. Intensitas dispersi akan meningkat dengan bertambahnya kecepatan udara dan ukuran diameter partikel serta dengan berkurangnya kecepatan cairan."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49062
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianto Susilo
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mendapatkan ligan yang selektif dan berikatan kuat dengan reseptor estrogen melalui pengujian afinitas ikatan senyawa estradiol-17β-hemisuksinat. Untuk meningkatkan status senyawa tersebut menjadi kandidat senyawa aktif obat kanker payudara perlu diketahui selektifitasnya terhadap reseptor estrogen dengan metode Scintillation Proximity Assay (SPA). Reagen primer yang diperlukan dalam metode SPA adalah radioligan dan reseptor, dan dilakukan penandaan estradiol-17β-hemisuksinat dengan 125I sebagai radioligan. Studi ikatan radioligan dilakukan terhadap reseptor estrogen meggunakan sel MCF7. Penandaan dilakukan secara tidak langsung dengan dua tahap. Pertama dilakukan aktivasi estradiol-17β-hemisuksinat menggunakan isobutilkloroformat dan tributilamin sebagai katalis, dan penandaan histamin dengan 125I menggunakan metode kloramin-T. Tahap kedua adalah konjugasi histamin bertanda 125I dengan estradiol-17β-hemisuksinat yang sudah diaktivasi. Estradiol-17β-hemisuksinat bertanda 125I dilakukan ekstraksi menggunakan toluen dan fase organik dimurnikan dengan sistem KLT. Rendemen pemurnian yang diperoleh sebesar 79,8% untuk ekstraksi pelarut dan 84,4% untuk sistem KLT dengan kemurnian radiokimia 97,8%. Penentuan afinitas ikatan dilakukan dengan metode SPA menggunakan sel MCF7 yang mengekspresikan reseptor estrogen, dan diperoleh Kd sebesar 7,192 x 10-3 nM dan ikatan maksimum sebesar 336,1 nM. Afinitas ikatan estradiol-17β-hemisuksinat yang diperoleh tinggi, ditunjukkan dengan nilai Kd yang rendah.

ABSTRACT
Research was carried out to get drugs that selective ligand and strongly bind estrogen receptors to determine the binding affinity to estradiol-17β-hemisuccinate. To improve the status of these compounds as a candidate for breast cancer active compound, selectivity of these compounds for estrogen receptor was studied using Scintillation Proximity Assay (SPA) method. Primary reagents required in the SPA method was radioligand and receptors, then performed with 125I labeling of estradiol-17β-hemisuccinate as a radioligand.
Radioligand binding studies were performed on MCF7 cell for estrogen receptor. The labeling process was performed by indirect method via two-stage reaction. First activation of estradiol-17β-hemisuccinate using isobutylchloroformate and tributylamine as a catalist, and labeling of histamine was carried out by 125I using Chloramin-T method. The second stage was conjugation of activated estradiol-17β-hemisuccinate with 125I-histamine. The estradiol-17β-hemisuccinate labeled with 125I was extracted using toluene and organic phase was purified by TLC system. The obtained purification yield for the extraction solvent was 79.8% and for the TLC system was 84,4% with a radiochemical purity was 97.8%. Determination of binding affinity by the SPA method using MCF7 cell lines which express estrogen receptors, were Kd of 7.192 x 10-3 nM and maximum binding of 336.1 nM. Having obtained binding affinity of estradiol-17β-hemisuccinate was obtained high, indicated by a low Kd values.
"
2012
T31150
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Evans Tofano Bobian
"Penyakit Arteri Perifer (PAP) merupakan obstruksi total atau parsial dari arteri perifer yang terutama disebabkan oleh proses aterosklerosis. Disfungsi endotel telah dikenal sebagai penanda dini dari aterosklerosis. Dari penelitian sebelumnya, diketahui polimorfisme Gly972Arg gen IRS-1 berhubungan dengan disfungsi endotel. Hingga saat ini belum ada penelitian yang menghubungkan secara langsung antara polimorfisme IRS-1 dengan penyakit arteri perifer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara polimorfisme Gly972Arg dengan nilai Ankle-Brachial Index (ABI) sebagai penanda penyakit arteri perifer. Studi observasional (potong lintang) ini dilakukan pada 104 subjek populasi Desa Gunung Sari Kecamatan Pamijahan. Dilakukan pemeriksaan lab untuk polimorfisme Gly972Arg gen IRS-1 dengan metode Taqman Assay. Data pemeriksaan ABI diambil dari data retrospektif di Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Jawa Barat yang diambil pada tahun 2017. Terdapat 104 subjek yang diikutsertakan dalam penelitian ini, yaitu grup wildtype/CC (6,7%), heterozigot/CT (82,7%), dan homozigot mutan/TT (10,6%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara polimorfisme Gly972Arg gen IRS-1 dengan nilai ABI (p= 0,7). Setelah dilakukan penyesuaian terhadap merokok, hipertensi, diabetes melitus dan indeks massa tubuh, dapat disimpulkan bahwa hasil hubungan tidak bermakna antara polimorfisme Gly972Arg gen IRS-1 dengan ABI tidak dipengaruhi oleh faktor lain.

Peripheral Artery Disease (PAD) is defined as a total or partial obstruction of peripheral arteries, which mainly caused by an atherosclerotic process. Endothelial dysfunction is widely known as an early predictor of atherosclerosis. From previous studies, Gly972Arg polymorphism of IRS-1 gene is associated with endothelial dysfunction. To date, there is still very limited study about the association between Gly972Arg polymorphism of IRS-1 gene with Ankle-Brachial Index (ABI) as a marker of atherosclerosis in peripheral arteries. Therefore, we attempt to perform a study of association between Gly972Arg polymorphism of IRS-1 gene with ABI values. We performed a cross sectional study on 104 subjects from a rural population in Gunung Sari Village, Pamijahan District, West Java, Indonesia. Laboratory examinations for polymorphism detection uses Taqman Assay Method. Demographic, risk factors, and ABI data were obtained from a retrospective data in 2017. There were 104 subjects in this study. The prevalence of genotypes are as follows: Wildtype (6,7%), heterozygous carrier/CT (82,7%), and homozygous mutant/TT (10,6%). We found no significant association between Gly972Arg of IRS-1 gene with ABI values (p=0,7). After the adjustments for smoking, hypertension, diabetes, and body mass index, we concluded that none of those risk factors affected the results of our study."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59133
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Fatimatus Zahro
"Pendahuluan: Jenis perawatan untuk memperbaiki deformitas dentokraniofasial pada pasien yang masih di dalam fase tumbuh kembang berbeda dengan pasien usia dewasa. Estimasi usia skeletal telah dikembangkan untuk mendapatkan estimasi status pertumbuhan seseorang, namun masih bersifat rerata dan subjektif sehingga menimbulkan ketertarikan terhadap biomarker molekuler. Estradiol (E2) merupakan hormon yang berperan dalam proses maturasi saat akhir pertumbuhan manusia dengan cara menginduksi osifikasi pada lempeng pertumbuhan. Kartilago kondil mandibula mencit sebagai salah satu titik pusat pertumbuhan dentokraniofasial diteliti untuk dilihat ekspresi E2 sebagai kandidat biomarker. Tujuan: Menganalisis ekspresi biomarker E2 melalui estrogen reseptor alfa (ER) pada kondil mandibula di akhir masa pertumbuhan mencit jantan C57BL. Metode: Sampel penelitian merupakan spesimen kondil mencit C57BL jantan pada masa puncak pertumbuhan (usia 28 hari), awal dari akhir pertumbuhan (usia 56 hari), dan akhir pertumbuhan (usia 84 hari). Spesimen dilakukan dilakukan uji immunohistokimia untuk melihat ekspresi E2 melalui ER pada kondil mencit C57BL. Ekspresi ER kemudian dikuantifikasi menggunakan Image-J dan dilakukan uji statistik. Hasil: Tidak ditemukan ekspresi ER pada kelompok usia 28 hari. Ditemukan ekspresi positif lemah ER pada kelompok 56 hari dan 84 hari dengan ekspresinya semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik mengenai ekspresi ER diantara ketiga kelompok usia mencit. Kesimpulan: ER dapat dijadikan kandidat biomarker untuk menilai periode puncak pertumbuhan kondil mandibula.

Introduction: The type of treatment to correct dentocraniofacial deformities in patients who are still in the growth and development phase is different from adult patients. Skeletal age estimation has been developed to estimate a person's growth status, but is still average and subjective, giving rise to interest in molecular biomarkers. Estradiol (E2) is a hormone that plays a role in the maturation process at the end of human growth by inducing ossification in the growth plate. The mandibular condylar cartilage of mice as one of the central points of dentocraniofacial growth was studied to see the expression of E2 as a candidate biomarker. Objective: To analyze the expression of the E2 biomarker through estrogen receptor alpha (ER) in the mandibular condyle at the end of the growth period of male C57BL mice. Methods: The research samples were condylar specimens of male C57BL mice at the peak growth period (28 days of age), the beginning of the end of growth (56 days of age), and the end of growth (84 days of age). Specimens were subjected to immunohistochemical testing to see the expression of E2 through ER in the condyles of C57BL mice. ER expression was then quantified using Image-J and statistical tests were carried out. Results: No ER expression was found in the 28 day age group. There was a weak positive expression of ER in the 56 day and 84 day groups with the expression increasing with age. It was found that there were statistically significant differences regarding ER expression between the three age groups of mice. Conclusion: ER can be used as a candidate biomarker to assess the peak period of mandibular condyle growth."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Sari
"Ketidakseimbangan asupan dan pengeluaran energi dapat menyebabkan terjadinya obesitas yang merupakan faktor risiko utama terjadinya noncommunicable disease (NCD). Latihan fisik dapat menurunkan berat badan penderita overweight dan obesitas melalui penekanan terhadap asupan makanan. HIIT merupakan salah satu bentuk latihan fisik yang dapat mempengaruhi regulasi asupan makanan melalui efek yang dikenal dengan exercise induced anorexia. Efek ini dapat dimediasi oleh IL-6 dan laktat yang meningkat setelah melakukan HIIT. IL-6 dan laktat bekerja secara langsung di hipotalamus untuk menurunkan sekresi AgRP yang merupakan neuropeptida oreksigenik. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh HIIT terhadap asupan makanan yang dilihat dari perubahan kadar IL-6, laktat, dan AgRP. Penelitian menggunakan bahan baku tersimpan (serum darah) dari penelitian payung yang dilakukan sebelumnya pada subjek laki-laki overweight yang diberikan HIIT selama 12 minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kadar IL-6 serum yang signifikan segera setelah HIIT di minggu ke-12 (p<0,05), peningkatan signifikan kadar laktat segera setelah HIIT di minggu ke-1 dan minggu ke-12 (p<0,05) serta ditemukan tidak ada perubahan kadar AgRP (p>0,05). Selain itu, juga tidak ditemukan korelasi antara IL-6 dan AgRP serta laktat dan AgRP. Dapat disimpulkan pelaksanaan HIIT selama 12 minggu belum dapat menekan asupan makanan jika ditinjau dari kadar IL-6, laktat, dan AgRP.

Imbalance of energy intake and expenditure can induce obesity, a main risk factor of noncommunicable disease. Physical exercise can aid weight loss in overweight and obese patients by decreasing food intake. HIIT is a form of physical exercise that causes exercise-induced anorexia, which reduces food intake. This effect may be mediated by the increase of IL-6 and lactate following HIIT. IL-6 and lactate directly regulate the expression of AgRP, an orexigenic neuropeptide, in the hypothalamus. This study aims to investigate the effect of HIIT on food intake as seen from changes in IL-6, lactate, and AgRP. This study used blood serum from previous study conducted on overweight males who participated in HIIT for 12 weeks. This study showed a significant increased in serum IL-6 concentration immediately after HIIT at 12th week (p<0,05), a significant increased in serum lactate concentration immediately after HIIT at 1st and 12th week (p<0,05), and no change in AgRP concentration (p>0,05). In addition, no correlation was found between IL-6 and AgRP as well as lactate and AgRP. It can be concluded that the implementation of HIIT for 12 weeks has not been able to suppress food intake based on the concentration of IL-6, lactate, and AgRP"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Tri Yulianti
"ABSTRAK

Proses penuaan menyebabkan penurunan massa otot rangka, terutama pada protein kontraktil. Latihan interval merupakan salah satu latihan fisik yang dapat menginduksi sintesis miofibril, sehingga berpotensi dapat meningkatkan massa otot rangka pada proses penuaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan interval terhadap kadar protein aktin dan myosin heavy chain (MHC) otot rangka tikus dewasa muda dan dewasa. Penelitian ini menggunakan 24 tikus strain Wistar jantan usia 6 dan 12 bulan yang dibagi menjadi 6 kelompok (n=4). Latihan interval terdiri dari berlari selama 4 menit (intensitas tinggi) dengan interval istirahat aktif 1 menit sebanyak 4 kali pengulangan. Kecepatan berlari pada treadmill ditingkatkan dari 16 m/menit hingga 25 m/menit. Latihan diberikan selama 8 minggu. Kadar aktin dan MHC jaringan otot gastrocnemius diukur dengan ELISA. Pada penelitian ini ditemukan bahwa tidak terdapat penurunan bermakna kadar protein kontraktil aktin dan MHC otot rangka antara kelompok usia dewasa muda dengan usia dewasa. Tidak terdapat peningkatan kadar protein kontraktil aktin dan MHC antara kelompok tanpa latihan dan dengan latihan interval pada kelompok usia dewasa muda. Pada kelompok usia dewasa, tidak terdapat peningkatan bermakna kadar protein kontraktil aktin dan MHC otot rangka antara kelompok tanpa latihan dan dengan latihan interval


ABSTRACT


Aging process leads to decline skeletal muscle mass, particularly in contractile protein. Interval training is the one of physical training that induce myofibrillar protein synthesis, thus increase skeletal muscle mass in aging process. This study aims to determine the effect of interval training on actin and myosin heavy chain (MHC) levels in rats skeletal muscle young adult and adult. This study use twenty-four male Wistar rats aged 6 and 12 months were divided into six groups (n=4). Interval training consisted of 4 min running (high intensity) interspersed by 1 min of active rest, 4 repetitions. The running speed of the treadmill were gradually increased from 16 to 25 m/min. The treatments were given for 8 wk. Actin and MHC gastrocnemius muscle levels were measured by ELISA. This study shows that there were no significant decrease in actin and MHC skeletal muscle levels between young adult and adult groups. There were no increase in actin and MHC skeletal muscle levels between interval training group and control group in the young adult group. For adult group, there were no significant increase in actin and MHC skeletal muscle levels between interval training group and control group.

"
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Julaiha
"Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit dengan risiko penularan yang tinggi. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan menyebabkan respon pengobatan suboptimal sehingga muncul resistensi dan penularan penyakit terus menerus. Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara yang memiliki jumlah kasus TBC terbesar setelah India (WHO, 2015). Reaksi obat tidak dikehendaki (ROTD) akibat penggunaan obat antituberkulosis (OAT) dapat mempengaruhi kepatuhan pasien. Tujuan penelitian ini adalah menilai pengaruh ROTD terhadap peningkatan risiko ketidakpatuhan berobat pada penderita TBC paru dewasa kategori I di RS Urip Sumoharjo Lampung. Desain penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol dengan penggunaan data rekam medik. Kelompok kasus adalah pasien TBC paru dewasa kategori I yang tidak patuh dan ditandai dengan kejadian putus berobat, yaitu pasien TBC paru yang tidak memulai pengobatan atau menghentikan pengobatan selama dua bulan berturut-turut atau lebih. Kelompok kontrol adalah pasien dengan pengobatan lengkap dan dinyatakan sembuh. Populasi penelitian ini adalah seluruh rekam medik pasien TBC paru dewasa dengan umur ≥ 15 tahun kategori I yang berobat jalan di RS Urip Sumoharjo Lampung pada bulan Agustus 2013 s.d Juli 2015. Analisis data menggunakan uji chi square dan uji regresi logistik multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang mengalami ROTD mempunyai risiko 2,143 kali untuk tidak patuh dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami ROTD setelah dikontrol oleh variabel pendidikan, penyakit penyerta, dan jenis OAT. Jenis OAT KDT merupakan faktor risiko terbesar bagi ketidakpatuhan pasien TBC paru dewasa kategori I. Pasien yang mendapatkan OAT jenis KDT berisiko sebesar 11,996 kali untuk tidak patuh dibandingkan dengan pasien TBC paru yang mendapatkan jenis OAT satuan setelah dikontrol oleh variabel ROTD, pendidikan, dan penyakit penyerta.

Tuberculosis is a disease with a high risk of transmission. Poor adherence to treatment led to suboptimal response so it appears resistance and continuous transmission of the disease. In 2015 Indonesia ranks second of countries with the highest number of estimated incident tuberculosis cases after India. Adverse drug reactions of tuberculosis agents increase the risk of poor adherence. The objective of this study was to assess the risk of adult pulmonary TB patients non adherence caused by adverse drug reactions of antituberculosis agents at Urip Sumoharjo Hospital Lampung. This research is an observational study with design case control using data from medical record. Cases were defined as the pulmonary tuberculosis patients who didn?t begin treatment or stop their antituberculosis for 2 month or more. Controls were defined as the pulmonary tuberculosis patients with full treatment and were declared cured. The study population was all medical record of adult pulmonary tuberculosis patient age ≥ 15 years old with category I treatment at Urip Sumoharjo Hospital Lampung period august 2013 ? july 2015.. Data was analyzed by using chi square and multivariate logistic regression method. Result of this study showed that the patient who has adverse drug reactions of antituberculosis agent risk nonadherence 2,143 times higher than patient who has not adverse drug reactions of antituberculosis agent after controlled by educational variables, co-morbidities, and the type of OAT. Fixed dose combination of antituberculosis drug was the highest risk factor for patient non adherence. The patient who received fixed dose combination of antituberculosis drug risk nonadherence 11,996 times higher than patient who received separate antituberculosis drug after controlled by educational variables, co-morbidities, and adverse drug reactions."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T45310
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>