Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148854 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuda Prawira
"Semakin meningkatnya angka kecelakaan kerja di Indonesia tentunya harus dapat menjadi perhatian terutama karena dapat meningkatkan pembayaran tunjangan kecelakaan kerja perusahaan yang berimplikasi kepada penurunan keuntungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan dari tunjangan kecelakaan kerja berdasarkan pengendalian terhadap kecelakaan kerja pada industri manufaktur di Indonesia  dengan menggunakan jenis data panel pada rentang tahun 2010-2015 melalui pendekatan siklus bisnis, pasar tenaga kerja, karakteristik perusahaan serta kondisi fisik dan psikologi pekerja. penelitian ini membuktikan tunjangan kecelakaan kerja dipengaruhi secara negatif dan signifikan oleh program perlindungan pekerja, ukuran perusahaan serta berpengaruh positif dan signifikan terhadap jam kerja lembur dan upah. Adapun siklus bisnis berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tunjangan kecelakaan kerja, salah satu kemungkinan penyebabnya yaitu pendeknya rentang waktu penelitian.

Accident work increasing in Indonesia should get some attention, because its effect increasing a worker compensation that could affect firm profitability Goals of this research is to analyze determinant of compensation of industrial accident with controlling the amount of accident in manufacturing industry. With using panel data methods in 2010-2015, this research can prove that social worker program, firm size could impact negatively toward work accident compensation, wage and overtime wage impact positively to work accident compensation. Bussines cycle impact negative and significant to work accident compensation, this result is different from previous studies. Short time span of this research could be the major cause of the different result."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T53425
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Sri Denti On Madya
"Jumlah tenaga kerja informal lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja formal di Indonesia. Cakupan kepemilikan jaminan kecelakaan kerja masih sangat rendah sedangkan angka kecelakaan kerja masih cenderung tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepemilikan jaminan kecelakaan kerja pada tenaga kerja informal di Indonesia. Variabel yang diamati yaitu, wilayah, umur, jenis kelamin, status pernikahan, status kesehatan, pendidikan, tingkat resiko pekerjaan, lama bekerja, Kepemilikan JKN, rawat jalan dan pendapatan tenaga kerja informal. Data yang digunakan adalah Data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2017 diolah menggunakan stata dengan uji logit serta dianalisis dengan pendekatan model ekonometri.
Hasil penelitian dengan p value <0,05 menunjukkan adanya hubungan antara wilayah, umur, jenis kelamin, status kesehatan, pendidikan, tingkat resiko pekerjaan, Kepemilikan JKN, dan pendapatan tenaga kerja informal terhadap kepemilikan jaminan kecelakaan kerja di Indonesia. Sedangkan variabel umur, status pernikahan, rawat jalan tidak berhubungan secara statistik dengan kepemilikan JKK. Nilai Ods Ratio (OR) tertinggi antara lain variabel pendapatan (OR 6,37), pendidikan tinggi (OR 2,99) dan kepemilikan JKN (OR 2,44) sedangkan yang terendah adalah variabel jenis kelamin (0,71).

The number of informal workers is more than the formal workforce in Indonesia. The coverage of employment accident insurance coverage is still very low while the work accident rate still tends to be high. This study aims to determine the faktors associated with the ownership of employment accident insurance in informal workers in Indonesia. The variables observed were, area, age, sex, marital status, health status, education, occupational risk level, length of employment, JKN ownership, outpatient care and informal labor income. The data used is Susenas Data (National Socio-Economic Survey) in 2017 processed using statistic with logit test and analyzed by econometric model approach.
The results of the study with p value <0.05 indicate the relationship between region, age, sex, health status, education, level of occupational risk, JKN ownership, and informal labor income towards job security insurance ownership in Indonesia. While the variables of age, marital status, outpatient care were not statistically related to JKK ownership. The highest Ods Ratio (OR) scores included income variables (OR 6.37), higher education (OR 2.99) and JKN ownership (OR 2.44) while the lowest was the sex variable (0.71).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melisa Constantia
"Artikel ini bertujuan untuk meneliti penggunaan energi dan faktor utama yang mempengaruhi intensitas emisi karbon dari perusahaan manufaktur dengan menggunakan data industri manufaktur besar dan sedang periode 2011-2014. Meskipun sektor makanan dan minuman barang logam, elektronik, mesin dan barang galian bukan logam adalah sektor utama dengan penggunaan energi terbesar, hanya sektor barang galian bukan logam yang menunjukkan memiliki energi intensitas tertinggi. Sedangkan sektor makanan dan minuman dan barang logam, elektronik dan mesin memiliki intensitas energi yang rendah dikarenakan nilai tambah yang tinggi. Dengan menggunakan metode OLS, 2SLS, dan fixed-effect dalam meneliti determinan intensitas emisi karbon, penelitian ini menemukan bahwa manufaktur besar lebih rendah dan efisien dalam mengeluarkan emisi dibandingkan manufaktur kecil. Selain itu, tenaga kerja dan jumlah modal memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat intensitas emisi karbon. Sedangkan tingkat biaya untuk pemeliharaan mesin memiliki pengaruh positif terhadap intensitas emisi karbon. Hal ini dimungkinkan karena pemakaian mesin canggih yang memerlukan biaya pemeliharaan tinggi cenderung dilakukan oleh sektor industri yang emisi-intensif.

Using a firm-level dataset from the Indonesian large and medium manufacturing sector, this paper investigates the energy usage performance and the main factors that are related to carbon dioxide emission intensity of manufacturing firms, from 2011 to 2014. Although food, beverages; fabricated metal and machinery; and non-metallic mineral are three primary energy-intensive sectors, only the latter had high energy intensity. Meanwhile food industry and fabricated metal and machinery show low energy intensity due to their high value-added. This paper also presents an estimation of carbon dioxide emission due to fuels consumption of firms. During the period of study, the trend of carbon emission has increased, but the carbon emission intensity has shown improvement. Performing panel data framework, this study uses OLS, 2SLS, and fixed effect model in analysing the determinants of CO2 intensity. The result of the FE regressions suggests that larger firms are emission efficient compared to small sized firms. Similarly, capital- and labor-intensive firms are less-carbon intensive. Furthermore, firms that spend more on maintenance have emitted more. This perhaps due to the adoption of high maintenance equipment by emission-intensive firms that requires for more expanses."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lini Ingriyani
"Studi mengenai kompensasi eksekutif sebagian besar berfokus pada tingkat struktur gaji dewan atau sensitifitas kompensasi terhadap kinerja perusahaan dalam struktur tata kelola perusahaan. Dalam studi ini, akan menganalisa efek interaktif antara kompensasi eksekutif, kinerja perusahaan, dan tata kelola perusahaan dengan menambahkan aspek pemantauan dan penyelarasan insentif sebagaimana yang disarankan dalam agency theory. Penelitian ini menggunakan data dari 51 persahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014-2018, dengan model panel dinamis dan metode System Generalized Method of Moments, Dari hasil penelitian ditemukan bahwa hubungan timbal balik terdapat pada tata kelola perusahaan, kompensasi eksekutif, dan kinerja perusahaan. Penelitian ini diharapkan memiliki implikasi mendalam untuk strategi tata kelola perusahaan dan kompensasi eksekutif untuk meningkatkan kinerja perusahaan akan datang.

Much of the management compensation literature focuses either on the level and structure of executives' pay or the pay-for-performance sensitivity in a set of corporate governance structure. In this study, we examine the interactive effect of executive compensation, firm performance and corporate governance by adding aspects of monitoring and aligning incentives as suggested in agency theory, using data for 51 manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange between 2014 and 2018. The data model used is dynamic panel data analyzed with System Generalized Method of Moments. We found evidence of a significant positive reciprocal relationship between executive compensation and corporate governance. From the results of this study found that the reciprocal relationship lies in corporate governance, executive compensation, and company performance. This research is expected to have profound implications for corporate governance strategies and executive compensation to improve future firm performance."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Deni Widia Putri
"

Penelitian ini menganalisis dampak dari perdagangan internasional dan persaingan industri terhadap kesenjangan upah pekerja terampil dan tidak terampil di industri manufaktur Indonesia. Menggunakan data panel tingkat perusahaan yaitu data Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) dari BPS dan data upah minimum provinsi dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Modifikasi model dilakukan pada pengelompokan industri yang berbeda, yaitu industri manufaktur secara umum, manufaktur padat karya dan manufaktur padat modal. Analisis empiris disajikan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan perdagangan internasional bekontribusi pada penurunan kesenjangan upah terampil dan tidak terampil di industri manufaktur Indonesia. Namun peningkatan persaingan industri memberikan dampak yang sebaliknya. Selain itu penelitian ini melakukan analisis perbandingan dampak dari perdagangan internasional dan persaingan industri pada industri padat karya dan padat modal.


This paper analyzes the impact of international trade and industrial competition on skilled–unskilled wage inequality in Indonesia’s manufacturing industry. By making use of firm level panel data which are industri statistic from BPS, minimum wage from Ministry of Labor. Modifying the model for different group, which are manufacturing industry in general, labor-intensive and capital-intensive manufacturing. The empirical analysis presented in this paper shows that international trade has contributed to an decrease in skilled–unskilled wage inequality in Indonesia's manufacturing industry. However, increase in industrial competition has the opposite effect. In addition, this study also analyzes the impact of international trade and industrial competition on labor-intensive and capital-intensive industries.

"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shahnaz Amira
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2015. Struktur modal dalam penelitian ini diproksikan dengan leverage sebagai variabel dependen, sedangkan determinannya sebagai variabel independen adalah tangibilitas aset, ukuran perusahaan, pertumbuhan, dan profitabilitas. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 66 perusahaan. Penelitian ini menggunakan data panel, yaitu gabungan dari time series dan cross section, sehingga menghasilkan 660 data pengamatan. Regresi yang digunakan Fixed Effect Model dengan metode Generalized Least Square. Hasil dari penelitian ini adalah tangibilitas aset, ukuran perusahaan, dan pertumbuhan berpengaruh positif signifikan, sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage.

This research aims to analyze the determinants of capital structure of manufacturing firms listed in Indonesia Stock Exchange from 2006 to 2015. Capital structure proxied by leverage as dependent variable, and the determinants as independent variables are tangilibility, size, growth, and profitability. 66 firms used as sample for this research. This research used pooled data method, which is a combination of time series and cross section, that resulting 660 observations. Fixed Effect Model with Generalized Least Square used as regression method. This research found that tangibility, size, and growth have positive significant effect to leverage, while profitability has negative significant effect toward leverage."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S66152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waworundeng, Adi Gidion
"Perdagangan intra-industri merupakan fenomena yang mendapat banyak perhatian dari banyak peneliti, baik secara teoritis maupun secara empiris. Awalnya fenomena ini banyak terjadi di negara maju, yang kemudian menyebar ke negara-negara berkembang pada tahun-tahun terakhir. Namun, hanya sedikit studi yang telah dilakukan pada negara-negara berkembang secara umum dan belum ada penelitian yang telah dilakukan terhadap perdagangan intra-industri di Indonesia secara mendalam. Studi ini mengkaji pola dan faktor-faktor determinan perdagangan intra-industri di Indonesia, dengan menggunakan indeks Grubel- Lloyd. Kemudian, perdagangan intra-industri dipisahkan menjadi perdagangan intra-industri horisontal dan perdagangan intra-industri vertikal. Model ekonometrik digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor penentu total perdagangan intra-industri, perdagangan intra-industri horisontal dan perdagangan intra-industri vertikal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks intra-industri di Indonesia cenderung meningkat pada periode 1991-200 . Secara umum, perdagangan intra- industri vertikal jauh lebih tinggi daripada perdagangan intra-industri horizontal dalam banyak kasus. Empat faktor penentu diidentifikasi untuk total perdagangan intra-industri yaitu, angka rata-rata PDB, selisih antara PDB, jarak geografis dan variabel dummy untuk AFTA, dan faktor-faktor penentu ini sama dengan factor- faktor untuk perdagangan intra-industri horisontal. Untuk perdagangan intra- industri vertikal, hanya ada tiga faktor penentu yang ditemukan signifikan yaitu, angka rata-rata PDB, selisih antara PDB, dan jarak geografis. Temuan ini sebagian besar sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya.

Intra-industry trade is a phenomenon which has received much attention from researchers, both theoretically an empirically. Initially a phenomenon in developed countries, it has expanded to developing countries in recent year. However, only a few studies have conducted on developing countries in general and none has been done on Indonesia’s intra-industry trade. This study investigates the patterns and determinants of Indonesia’s intra-industry trade, measuring it by Grubel-Lloyd index. Then, intra-industry trade is disentangled into horizontal IIT and vertical IIT. Econometric models are used to explain the determinants of total IIT, horizontal IIT or vertical IIT.
The results show that Indonesia’s intra-industry index has tended to increase from 1991 to 2000. In general, vertical intra-industry trade is much higher than horizontal intra-industry trade in most cases. Four determinants were identified for total IIT, the average of the GDP, the difference of GDP, geographical distance and dummy variable for AFTA, and the same determinants were formed for horizontal IIT. For vertical IIT, however, only three determinants were found significant, the average of the GDP, the difference of GDP, and geographical distance. These findings are mostly in line with the results of previous studies on intra-industry trade.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Fauziah
"Latar Belakang : Kabupaten Karawang adalah salah satu daerah dengan kawasan industri terbesar di Indonesia. Tingginya jumlah pekerja di industri tersebut membuat klaster industri menjadi penyumbang kasus Covid-19 di wilayah Kab.Karawang. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor individu, faktor specific health belief, dan faktor lingkungan dengan perilaku penerapan protokol kesehatan (3M) pencegahan Covid-19 pada pekerja industri manufaktur. Metode : Desain studi yang digunakan adalah cross sectional. Data dikumpulkan pada bulan Agustus – September 2022 melalui survei online secara non-probablity sampling dengan sampel 454 pekerja. Hasil : Sebagian besar responden pekerja industri manufaktur memiliki perilaku yang baik (50.2%) dalam perilaku penerapan protokol kesehatan (3M). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan perilaku penerapan protokol kesehatan (3M) pencegahan Covid-19 adalah pengetahuan (p value = 0.038, OR=1.66), dukungan keluarga (p value = 0.001, OR=2.23), & penerapan kebijakan pencegahan Covid-19 di tempat kerja (p value = 0.034, OR=1.66). Pekerja dengan dukungan keluarga yang rendah berpeluang 2.2 kali lebih tinggi memiliki perilaku penerapan protokol kesehatan (3M) yang kurang dibandingkan pekerja dengan dukungan keluarga inti yang tinggi setelah dikontrol variabel pengetahuan, penerapan kebijakan pencegahan Covid-19, sikap, persepsi kerentanan, persepsi manfaat, dukungan rekan kerja, & dukungan tenaga kesehatan. Kesimpulan : Untuk meningkatkan perilaku penerapan pencegahan Covid-19 pekerja tetap perlu diberikan edukasi yang rutin oleh tenaga kesehatan dengan melibatkan keluarga pekerja serta didukung dengan pengawasan dari penerapan kebijakan pencegahan Covid-19 dari manajemen perusahaan.

Background: Karawang Regency is one of the areas with the largest industrial estate in Indonesia. The high number of workers in the industry makes the industrial cluster a contributor to Covid-19 cases in the Karawang Regency area. Objective: This study aims to determine the relationship between individual factors, specific health belief factors, and environmental factors with the behavior of implementing health protocols (3M) to prevent Covid-19 in manufacturing industry workers. Methods: The study design used was cross sectional. Data were collected in August - September 2022 through an online survey by non-probability sampling with a sample of 454 workers. Results: Most respondents of manufacturing industry workers have good behavior (50.2%) in the behavior of implementing health protocols (3M). The results of multivariate analysis show that the variables that have a significant relationship with the behavior of implementing health protocols (3M) for Covid-19 prevention are knowledge (p value = 0.038, OR = 1.66), family support (p value = 0.001, OR = 2.23), & implementation of Covid-19 prevention policies in the workplace (p value = 0.034, OR = 1.66). Workers with low family support were 2.2 times more likely to have poor health protocol implementation behavior than workers with high nuclear family support after controlling for variables of knowledge, implementation of Covid-19 prevention policies, attitudes, perceived vulnerability, perceived benefits, coworker support, & health worker support. Conclusion: To improve the behavior of implementing Covid-19 prevention, workers still need to be given routine education by health workers by involving workers' families and supported by supervision of the implementation of the Covid-19 prevention policy from company management."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawansyah
"Yang melatar belakangi penelitian ini adalah berlangsungnya transisi demografi di Indonesia, dimana pertmnbuhan penduduk usia kenja begitu pesat dcngan tingkat pendidian angkatan kerja yang semakin membaik dari tahun ke tahun. Selain itu texjadi uansformasi stmktur ketenagakesjaan di Indonesia, angkatan kerja muda cendenmg untuk bekerja di sektor non pertanian, salah satunya adalah sektor industri manufaktur.
Tesis ini bertujuan melakukan analisis terhadap upah tcnaga kexja muda sektor industri manufaktur di Indonesia selama kunm waktu tahun 2000 - 2007. Dengan menggunakan metode deskriptif dan inferensial.
Hasil penelitian menemukan bahwa upah rata-rata uenaga kexja muda sektor industri manufaktur laki-laki dan perernpuan selama tahun 2000 - 2007 berada di atas rata-rata upah minimum provinsi. Namun demikian terdapat juga tenaga kerja muda selctor industri manuthktur yang bekenja dengan upah dibawah rata-rata upah minimum provinsi. Jikn upah rata-rata tenaga kerja muda industri manufaktur selama tahlm 2000 - 2007 dikonlrol dengan indeks harga konsumen tahun 2000 - 2007, terlihat bahwa sebenarnya trend upah tenaga kezja muda industri manufaktur selama tahun 2000 - 2007 seperti parabola tcrbalik, artinya upah rata-rata antara tahun 2000 - 2003 mengalami trend kenaikan dan antara tahun 2003 - 2007 upah rata-rata mengalami trend penurunan dengan puncak tertinggi upah rata-rata tcnaga kelja muda sektor industri manufaktur pada tahun 2003.
Temuan lainnya adalah tingkat pendidikan tenaga kerja muda sektor industri manufaktnr benpengaruh paling signifakan terhadap upah, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula upah yang diterima. Penelitian juga menemukan bahwa pelatihan dapat meningkatkan upah tenaga kenja muda sektor industri manufaktur.
Penelitian ini menyarankan untuk meningkatkan upah tcnaga kerja muda sektor industri manufaktur dapat dilakukan meningkalkan kualitas angkatan kexja muda melalui pelatihan dan mengkondisikan agar penduduk usia muda lebih memilih melanjutkan bcrsekolah daripada masuk ke pasar kexja dengan pendidikan rendah.

Demographic transition at Indonesia is one of the backgrounds of this research, where the number of productive age people is growth quickly and education level of labor forces progressively be better from year to year. Besides those phenomena, ttis' happen structure transformation of labor forces at Indonesia; the young laborjbrces prefer for works' in non-agricultural sector than agricultural sector, one of them ls industrial manufacturing secton.
This thesis is intent to analyze the wage of young labor of industrial manufacturing sector in Indonesia in time jrame between 2000 - 2007, using descrnntive and inferential method.
Result of this research is finding that average of wage qt' young labor of industrial tnamdacturing sector both male and female in time frame between 2000 - 2007 be on averagely province minimum wages. But there were some young labor of inchastrial manufacturing sector who work with wage under averagely province minimum wage. U average of wage of young labor Q' industrial manufacturing sector in time jrame year 2000 - 2007 controlled by year consumer price index year 2000 - 2007, visually that trend of wage mf young labor of industrial manzwlcturing sector in time frame year 2000 - 2007 is like an upending parabola, its mean that the trend of wages between year 2000 - 2003 is increase and otherwise between years 2003 - 2007 the trend of wages is decreases with the highest wage on year 2003.
Other finding is education level of young labor of industrial manufacturing sector positive influential slgnylcantly to wage. Research also finds that training can Increase the wage of young labor of industrial manufacturing sector.
This research suggests to increase young the wage of young labor of industrial manufacturing sector can be done by increasing the quality of young labor forces' through conducting training and creating the condition in order that the young people prefer to school than enter to labor market with low education level.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34251
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Columbanus Teto
"Indonesia dalam 10 tahun terakhir sedang menghadapi gejala deindustrialisasi prematur, akibat terlalu cepat bergeser dari sektor manufaktur menuju sektor jasa-jasa informal. Pertumbuhan nilai tambah manufaktur cenderung stagnan di bawah rata-rata ekonomi nasional sebesar 5%. Akibatnya kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus menurun dari capaian tertinggi 31,95% (2002) menjadi hanya 20,16% (2017). Dikhawatirkan jika kondisi ini terus berlanjut akan menyebabkan perekonomian nasional sulit untuk lepas landas, dan masuk pada jebakan pendapatan menengah (middle income trap) seperti yang dialami oleh Argentina maupun Afrika Selatan. Analisis determinan nilai tambah manufaktur pada Survei Industri Pengolahan Besar dan Sedang BPS 1980-2015 menunjukan rendahnya investasi modal tetap untuk mesin maupun peralatan merupakan penyebab utama dari peforma negatif tersebut. Mau tidak mau perusahaan masih bergantung pada sumber daya pekerja murah dengan produktivitas rendah. Namun kabar baiknya, peningkatan produktivitas dalam output per pekerja membawa dampak yang positif signifikan terhadap nilai tambah manufaktur, terutama pada perusahaan dengan investasi asing langsung. Menariknya penggunaan bahan baku domestik sebagai substitusi bahan baku impor secara umum ternyata lebih inefisien dari sisi biaya produksi, sehingga menekan marjin dari nilai tambah. Meskipun dampaknya terhadap penciptaan multiplier maupun stabilitasi makroekonomi bisa jadi cukup signifikan. Sedangkan apresiasi nilai tukar manufaktur riil membuat harga barang domestik menjadi lebih mahal dari impor, sehingga permintaan untuk ekspor maupun nilai tambah menurun.

In the last 10 years, Indonesia has been facing the tendency of premature deindustrialization due to structural transformation from the manufacturing sector to the informal services sector, without going through mass industrialization. Manufacturing value added growth is stagnant below the national economic average of 5%. Not surprisingly the contribution of manucaturing sector to Gross Domestic Product continues to decline, from the highest achievement of 31.95% (2002) to 20.16% (2017). It is feared that if this condition continues will make the national economy difficult to take off, and enter the middle income trap. As experienced by Argentina and South Africa. Determinant analysis of manufacturing value added using Large and Medium Manufacturing Survey data from Indonesia Bureau of Statistics, shows the low fixed capital investment for machinery and equipment is the main cause of this negative performance. Inevitably the company still relies on cheap labor resources with low productivity. However the good news is increasing productivity in output per labor has a significant positive effect on manufacturing value added. Especially for companies with foreign direct investment. Interestingly the use of domestic raw materials as import raw materials subtitute is proven less efficient in terms of production costs. Thus the margin of value added diminished. Nevertheless, the debate over impact on multiplier and macroeconomic stabilization can be quite significant. While the appreciation of real effective exchange rate for manufacturing markedly made the price of domestic goods more expensive than import, so that demand for exports and value added diminished."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>