Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80116 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Ibrahim Badry
"ABSTRAK
Era Industri 4.0 tidak diragukan lagi akan menghadirkan tingkat persaingan yang tidak seimbang karena munculnya robot sebagai pekerja. Ini, tentu saja, telah meningkatkan kekhawatiran di antara manusia. Salah satu cara untuk mengatasi situasi ini adalah dengan meningkatkan kemampuan manusia dengan bantuan teknologi (yaitu, penalaan manusia). Namun demikian, meskipun metode alternatif ini dapat diterima, metode ini juga memiliki risiko sendiri karena kerentanan umumnya menyertai manusia dalam interaksi sehari-hari mereka dengan dunia dan teknologi, dan perubahan kesadaran dapat muncul sebagai konsekuensi dari interaksi ini. Oleh karena itu, untuk meminimalkan dampaknya yang berbahaya, kerangka pertimbangan etis yang tepat harus dirumuskan dengan berfokus terutama pada interaksi antara manusia dan teknologi dalam konteks ini. Untuk tujuan ini, penulis menggunakan metode pascafenomenologi Don Ihde sebagai alat analisis untuk mengungkapkan hubungan manusia dengan teknologi secara mendalam dan untuk menentukan tingkat refleksi etis dari sudut pandang ini. Ini penting karena, dalam pendekatan etika tradisional, kami tidak menganggap hubungan ini sebagai sumber penilaian etis, dan masalah etika baru-baru ini di Industri 4.0 lebih kompleks dari industri sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur-unsur pokok yang membentuk hubungan manusia dan teknologi dapat berfungsi sebagai aspek utama dari kerangka pertimbangan etis untuk penalaan manusia di era Industri 4.0.

ABSTRACT
The Industry 4.0 era will undoubtedly present an unbalanced level of competition, because of the emergence of robots as workers. This, of course, has increased concerns among humans. One way to overcome this situation is to improve human capabilities with the help of technology (i.e., human enhancement). Nevertheless, although this alternative method is acceptable, it also poses its own risks because vulnerability generally accompanies humans in their daily interactions with the world and technology, and altered consciousness can emerge as a consequence of these interactions. Therefore, in order to minimize any harmful impact, an appropriate ethical assessment framework must be formulated by primarily focusing on the interactions between humans and technology within this context. For this purpose, the authors use Don Ihde's postphenomenology method as an analytical tool for revealing the human relations with technology in-depth and for determining the level of ethical reflection from this standpoint. It is important because, in the traditional ethics approach, we do not regard this relation as a source of ethical judgement, and recent ethical problems in Industry 4.0 are more complex than the previous industry. The results show that the constituent elements of human and technological relationships can serve as the main aspects of an ethical assessment framework for human enhancement in the Industry 4.0 era."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
D2765
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ajay Bagaskara
"Dalam ranah pascahumanisme dalam filsafat teknologi. Eksistensialisme seringkali dianggap tidak penting. Hal ini dikarenakan, dalam pencarian filsafat teknologi pemaknaan manusia terhadap teknologi sering dianggap antroposentris. Namun, sejatinya perenungan eksistensialisme tersendiri justru penting agar seorang engineer melakukan refleksi diri dan mempunyai penjiwaan atas apa yang ia sedang rancang, rakit, ataupun buat. Terkhususnya dalam welding engineering process yang merupakan ranah engineering dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Jika refleksi diri dan penjiwaan dalam perancangan, perakitan, dan pembuatan artefak engineering ini dikesampingan dan tidak dibahas. Maka artefak dan teknologi tetap hanya dinilai sebagai instrumen ataupun objek belaka yang tidak memiliki creative energy untuk membuat menampakkan sesuatu. Pada kesempatan inilah relasi I-Thou yang di rancang oleh Martin Buber dapat membantu seorang engineer menampakkan state of the art dari artefak dengan dialog bersama teknologi yang menghasilkan creative energy bersama yang aktif.
In the realm of post-humanism on philosophy of technology, Existentialism is often deemed unimportant. This is because in philosophy of technology, humans meaning of technology is often considered anthropocentric. However, in fact, independent existentialist contemplation is actually important so that an engineer can self-reflect and have an understanding of what he/she is designing, assembling or creating. Especially in the welding engineering process, which is an engineering domain with a high level of difficulty. If self-reflection and spirit in the design, assembly and manufacture of engineering artifacts are sidelined and not discussed. So artifacts and technology are still only valued as mere instruments or objects that do not have the creative energy to do something. It is on this occasion that the I-Thou relationship designed by Martin Buber can help an engineer reveal the state of the art of artifacts through dialogue with technology that produces active joint creative energy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fachry Romanza
"ABSTRAK
Demokrasi saat ini bukan hanya sebagai sebuah prosedural melainkan bagaimana demokrasi menghadirkan proses yang demokratis. Bagaimana cara itu terwujud menjadi tugas filsafat atau lebih spesifik tugas Filsafat Politik. Derrida, telah memberikan satu ajaran tentang demokrasi, yaitu dengan merubah demokrasi bukan hanya saat ini saja melainkan untuk saat yang akan datang, bagaimana caranya dengan cara menerima ?the other?. The other yang muncul sebagai kaum artikulatif ekstrem dalam pengertian sederhana adalah constitutive outside yang berada diluar diri kita sebagai pihak yang memaksakan pemikirannya terhadap orang lain dengan cara-cara yang melampaui batas kemampuan penerimaan masyarakat pada umumnya. Namun bukan berarti hal tersebut harus sepenuhnya di tolak melainkan harus di terima dan hal tersebutlah yang menjadi point bagi demokrasi yang menerima ruang gerak the others.

ABSTRACT
Contemporary democracy should not be perceived as a procedural concept, but more like how it can conceive a more democratic process (democratization). It is the responsibility of political philosophy to make it come into being. With his thought about democracy, Derrida determine to elucidate the concept of democracy as something that is always to come, with a will to accepting the others. To put it in the simplest way, the other as the articulate extreme other is our constitutive outside that stands to insist their every thought in many ways crossing what generally considered as agreeable within society. This condition should not to be completely refutes as it is the very point to attain a more democratic condition in accepting the others.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42689
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
The, Liang Gie
Yogyakarta: Andi , 1996
601 THE p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Australia: Blackwell, 2005
601 PHI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yudian Wahyudi Asmin
Surabaya: Al-Ikhlas, 1995
601 YUD f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Menezes, J.Inocencio
Yogyakarta: Kanisius, 1986
601 MEN m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Margi Saputro
"Tesis ini memfokuskan pembahasan pada kekuatan yang dimiliki oleh teknologi dalam menentukan arah perkembangan kebudayaan manusia. Teknologi sebagai sebuah sistem terdiri dari manusia sebagai factor didalamnya, dan sebagai factor tersebut manusia tidak memiliki kekuasaan untuk secara menyeluruh mengontrol keseluruhan sistem teknologi sehingga teknologi kemudian berkembang secara otonom. Ketika manusia tidak memiliki control terhadap teknologi maka teknologi pun kemudian berkembang secara otonom, lalu implikasi dari perkembangan teknologi yang otonom tersebut kemudian membuat teknologi menjadi penggerak arah peradaban manusia karena kebudayaan manusia sangat bergantung terhadap teknologi untuk berkembang.

This thesis focused on the explanation of the power held by technology in directing the progress of human culture. Technology as a system consisted also by human in it, and as a mere factor, human are restrained from having full control on the whole system of technology and so the technology then goes on autonomously. The implications of technology being autonomous by the lack of human control is that technology therefore direct the progress of human civilization because human could not separate itself from technology."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T28737
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>