Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12020 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adrina Vanyadhita
"ABSTRAK
Infeksi tuberkulosis merupakan permasalahan global terutama pada negara berkembang. Pada tahun 2013, setidaknya 9 juta populasi dunia menderita tuberkulosis dan 1,5 juta populasi meninggal karena tuberkulosis. Asosiasi antara tuberkulosis dan malnutrisi diantaranya adalah tuberkulosis dapat menyebabkan malnutrisi dan individu yang malnutisi rentan pada tuberkulosis. Oleh karena itu indeks massa tubuh (IMT) rutin diukur saat awal diagnosis dibuat.
"
Bandung : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran, 2016
616 UI-IJCHEST 3:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adrina Vanyadhita
Jakarta: Department of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-IJCHEST 3:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Faricy Yaddin
"ABSTRAK
Tuberkulosis Multidrug Resistant (TB MDR) merupakan suatu masalah dan menjadi tantangan yang paling besar terhadap program pencegahan dan pemberantasan TB dunia. Angka kesembuhan pada TB MDR relatif lebih rendah dengan terapi yang lebih sulit, mahal, dan lebih banyak efek samping. Konversi kultur sputum M. tuberculosis dalam 2 bulan pengobatan dapat digunakan sebagai indikator luaran terapi dan target pertama dalam terapi TB MDR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gabungan derajat positivita sputum basil tahan asam (BTA), adanya kavitas paru, malnutrisi, diabetes mellitus (DM), dan kebiasaan merokok dengan konversi kultur sputum M. tuberculosis dalam 2 bulan pengobatan. Metode penelitian ini adalah penelitian khusus-kontrol dengan mengambil data sekunder dari penderita yang didiagnosis TB MDR di Klinik TB MDR Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Hasan Sadikin pada periode April 2012 sampai dengan desember 2014. Kelompok kontrol adalah data pasien TB MDR yang mengalami konversi dalam 2 bulan pengobatan dan kelompok kasus adalah data pasien yang tidak mengalami konversi dalam 2 bulan pengobatan. Data analis dengan analisis univariat diikuti analisis multivariat regresi logistik. Hasilnya subjek penelitian berjumlah 190 orang, terbagi dalam kelompok kasus dan kontrol masing-masing 95 orang. Variabel bermakna pada analisis univariat adalah derajat positivitas sputum BTA, adanya kavitas paru, DM, dan malnutrisi. Analisis dilanjutkan dengan analisis multivariat regresi logistik dasn diperoleh hasil bahwa variabel yang berhubungan paling kuat dengan konversi kultut sputum BTA dalam 2 bulan pengobatan adalah derajat positivitas sputum BTA (Sputum BTA +1 p = 0,000, OR = 5,46; IK 95%:2,510-11, sputum BTA +2 p = 0,045, OR = 2.253; IK 95%: 1,017 - 4,989) dan adanya kavitas (p = 0,000, OR = 3,22; IK 95%: 1,61 - 6,45). Kesimpulannya derajat positivitas sputum BTA dan adanya kavitas memiliki hubungan yang paling kuat dengan konversi kultur sputum M. tuberculosis dalam 2 bulan pengobatan pada pasien TB MDR. "
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zen Ahmad
"ABSTRAK
Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR TB) adalah tuberkulosis resisten obat yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang resisten terhadap ripamfisin dan isoniazid. Diagnosis MDR TB berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, radiologis, pemeriksaan BTA dengan gene expert, dan kultur resistensi Mycobacterium Tuberculosis. Berikut ini dilaporkan seorang penderita, perempuan, 36 tahun dengan MDR TB yang telah mendapatka pengobatan fase intensif dan mengalami konversi tetapi pada fase lanjutan mengalami reversi. Kasus ini perlu mendapatkan diskusi untuk menetapkan apakah pengobatan MDR TB akan dilanjutkan atau distop, karena dianggap pengobatan yang gagal. "
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
""This book opens with a comprehensive overview of the scientific basis of lung function in health and disease. It then provides detailed coverage of the broad array of diseases and disorders affecting the respiratory system, including obstructive and restrictive diseases, pulmonary vascular disorders, sleep-disordered breathing, lung neoplasms, respiratory infections, and respiratory failure, among others.""
New York : McGraw-Hill Education, 2015
616.24 FIS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sandi Nugraha
"Latar belakang: Malnutrisi merupakan komplikasi utama anak dengan penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) akibat gangguan asupan nutrisi dan metabolisme. Kondisi ini ditandai dengan perubahan cadangan energi dan protein tubuh. Penilaian komposisi tubuh, seperti fat mass (FM) dan fat-free mass (FFM), menjadi indikator penting dalam mengevaluasi status nutrisi. Meskipun antropometri sederhana seperti IMT dan LLA sering digunakan, keduanya memiliki keterbatasan dalam menggambarkan perubahan komposisi tubuh secara akurat. Metode seperti BIA dan ADP merupakan referensi standar dalam menilai komposisi tubuh. Hingga saat ini belum ada studi komposisi tubuh di Indonesia yang mengevaluasi hubungannya dengan antropometri sederhana dan asupan nutrisi, serta membandingkan metode BIA dan ADP pada anak dengan PGTA. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang terhadap 40 anak dengan PGTA, usia 5-18 tahun, yang menjalani dialisis di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Evaluasi status gizi dengan pengukuran antropometri sederhana (berat badan, tinggi badan, IMT, dan lingkar lengan atas), penilaian komposisi tubuh (fat mass dan fat-free mass) menggunakan BIA (Tanita RG 753) dan ADP (BodPod), serta penilaian asupan nutrisi dilakukan dengan metode 3-day food record. Hasil penelitian: Mayoritas subjek berjenis kelamin laki-laki dengan median usia 14 tahun, terdapat55%diantaranyamengalamimalnutrisidan52,5% perawakanpendek(52,5%).Korelasi yang kuat ditemukan pada pengukuran BB, IMT dan LLA terhadap FM (BIA r=0,713-0,769 dan ADP r=0,626-0,680; p<0,001) dan pengukuran BB dan TB terhadap FFM (BIA r=0,878-0,897 dan ADP r=0,888-0,899; p<0,001). Korelasi lebih kuat ditemukan pada pengukuran IMT dan LLA terhadap FMI (BIA r=0,672-0,736 dan ADP r=0,527-0,579; p<0,001) dan BB terhadap FFMI (BIA r=0,633 dan ADP r=0,730; p<0,001). Metode BIA dan ADP menunjukkan korelasi kuat dalam pengukuran FM (r=0,728) dan FFM (r=0,878) dengan p<0,001. Uji kesesuaian antara BIA terhadap ADP menunjukkan rerata perbedaan -1,23 kg dengan LoA-6.34 kg hingga 3.89 kg, sedangkan pada pengukuran FFM didapatkan bias sebesar 2.16 kg dengan LoA -6.02 kg hingga 10.34 kg. Tidak terdapat korelasi pada seluruh asupan nutrisi makronutrien dan mikronutrien dengan FM dan FFM.
Kesimpulan:
Antropometri sederhana menunjukkan korelasi kuat dengan komposisi tubuh yang diukur menggunakan BIA dan ADP pada anak dengan PGTA. Kedua metode memiliki kesesuaian baik, meskipun BIA memberikan estimasi sedikit lebih rendah untuk FM dan lebih tinggi untuk FFM dengan variabilitas yang cukup luas. Antropometri sederhana dapat digunakan sebagai deteksi awal terjadinya malnutrisi pada anak PGTA.

Background: Malnutrition is a major complication in children with end-stage renal disease (ESRD) due to impaired nutritional intake and metabolism, marked by changes in body energy and protein reserves. Body composition assessment, including fat mass (FM) and fat-free mass (FFM), is an important indicator for evaluating nutritional status. Although conventional anthropometric measurements such as BMI and mid-upper arm circumference (MUAC) are commonly used, they have limitations in accurately depicting body composition changes. Methods like bioelectrical impedance analysis (BIA) and air displacement plethysmography (ADP) are reference standards for body composition assessment. To date, no studies in Indonesia have examined the correlation between conventional anthropometry and body composition using BIA and ADP, the correlation and agreement between BIA and ADP in measuring body composition, or the correlation between nutritional intake and body composition as assessed by BIA and ADP in children with ESRD.
Methods: This cross-sectional study involved 40 pediatric patients with ESRD aged 6–18 years undergoing dialysis at Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital. Nutritional status was evaluated using conventional anthropometry (weight, height, BMI, and MUAC), body composition assessment (FM and FFM) using BIA (Tanita RG 753) and ADP (BodPod), and macronutrient and micronutrient intake assessment (vitamin D, calcium, phosphate) using the 3- day food record method.
Results: The majority of the subjects were male, with a median age of 14 years. Of these, 55% were malnourished and 52.5% were stunted. Stronger correlations were observed between weight, BMI, and MUAC measurements with fat mass (FM) (BIA r=0.713–0.769; ADP r=0.626–0.680; p<0.001), as well as between weight and height with fat-free mass (FFM) (BIA r=0.878–0.897; ADP r=0.888–0.899; p<0.001). Similarly, BMI and MUAC showed stronger correlations with fat mass index (FMI) (BIA r=0.672–0.736; ADP r=0.527–0.579; p<0.001), and weight showed stronger correlations with fat-free mass index (FFMI) (BIA r=0.633; ADP r=0.730; p<0.001). Both BIA and ADP exhibited strong correlations for FM (r=0.728) and FFM (r=0.878; p<0.001). Agreement testing revealed a mean difference of -1.23 kg (LoA -6.34 kg to 3.89 kg) for FM, while FFM showed a bias of 2.16 kg (LoA -6.02 kg to 10.34 kg). Weak correlations were found between macronutrient intake and %FM (r=0.320–0.374; p<0.005), while no significant correlations were observed between micronutrient intake (vitamin D, calcium, phosphate) and body composition.
Conclusion: Conventional anthropometric measurements strongly correlate with body composition assessed using BIA and ADP in children with ESRD. Both methods show strong correlations and good agreement, though BIA tends to underestimate FM and overestimate FFM with wide variability. Macronutrient and micronutrient intake shows no significant correlations with body composition. While conventional anthropometry can be used as an alternative for early nutritional evaluation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agustin Agnes
"Latar Belakang: Ada sekitar 50 spesies Nontuberculous mycobacteria (NTM) berpotensi patogen di manusia, yang menyebabkan infeksi tersering di paru. Pemeriksaan mikrobiologi berbasis molekuler diperlukan dalam mendiagnosis infeksi NTM paru. Oleh karena itu perlu dilakukan uji awal untuk deteksi mycobacteria dari spesimen klinis secara langsung dengan metode molekuler yaitu real-time PCR dan sekuensing DNA untuk identifikasi spesies mycobacteria serta mengaplikasikan pada kit PaxView® TB/NTM MPCR-ULFA. Tujuan: Melakukan optimasi berbasis molekuler untuk deteksi dan identifikasi Mycobacteria secara langsung pada sputum pasien terduga infeksi NTM paru. Metode: Studi dekskriptif dan eksperimental laboratorium dengan melakukan optimasi suhu penempelan, reaksi silang, ambang batas deteksi DNA, dan penerapan real-time PCR berbasis SYBR Green yang telah
dioptimasi dan PaxView® TB/NTM MPCR-ULFA pada hasil sputum pasien terduga infeksi NTM paru. Hasil: Dua hasil positif dari 30 sampel sputum pada real-time PCR mycobacterium dan hasil sekuensing adalah Mycobacterium tuberculosis, menunjukkan adanya discordant hasil dengan real-time PCR MTB. Pada kit PaxView® TB/NTM MPCR-ULFA didapatkan 16 hasil positif MTB dan tidak ditemukan NTM. Kesimpulan: Terdapat discordance pada dua sampel hasil penerapan uji awal real-time PCR mycobacterium dengan sekuensing DNA, yang diduga NTM tetapi hasilnya M. tuberculosis. Perlunya dilakukan evaluasi lebih lanjut real-time PCR berbasis SYBR Green.

Background: There are approximately fifty species of Nontuberculous mycobacteria (NTM) are potentially pathogenic in humans, the infection is most common in the lungs. Molecular-based microbiological examination is needed in diagnosing pulmonary NTM infection. Therefore, it is necessary to preliminary test the detection of mycobacteria from clinical specimens directly by molecular methods, namely real-time PCR and DNA sequencing to identify mycobacteria species and apply to the Pax-ULFA PaxView® TB/NTM kit. Aims: To perform Molecular-based optimization for the detection and identification of mycobacteria directly in sputum patient suspected of pulmonary NTM infection. Method: A descriptive and experimental laboratory study, to optimize the annealing temperature, determination of minimal detection of DNA, cross reaction of optimized real-time PCR based on SYBR- Green and applied sputum from patients suspected of NTM pulmonary infection to real-time PCR and PaxView® TB/NTM MPCR-ULFA. Results: Two positive results from 30 sputum samples on real-time PCR mycobacterium and sequencing results were MTB, the results discordant with real-time PCR MTB. In the PaxView® TB/NTM MPCR-ULFA, 16 positive MTB results were obatined and no NTM was found. Conclusion: There was discordance in two sample of real-time PCR mycobacterium spp. with DNA sequencing, which is thought to be NTM but the result is M. tuberculosis. The need for further evaluation of real-time PCR based Mikrobiologi Klinik on SYBR Green.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Djuwita
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, Elyn Dohar Idarin
"Infeksi protozoa usus pada kelompok usia anak masih merupakan masalah kesehatan di negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Di Indonesia dilaporkan prevalensinya berkisar antara 6,1-57,0%. Namun, infeksi protozoa usus pada anak seringkali tidak terdiagnosis karena gejala seringkali sudah tidak khas akibat berbagai pengobatan yang diberikan, terutama di rumah sakit tersier. Hasil negatif palsu juga dapat ditemukan pada kelompok pasien ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi terkait profil klinis pasien anak dengan kecurigaan diagnosis infeksi parasit usus serta hubungannya dengan hasil pemeriksaan spesimen feses. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi infeksi protozoa usus pada anak di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo serta mengetahui karakteristik klinis dan faktor yang berhubungan dengan deteksi protozoa usus. Penelitian dilakukan secara potong lintang retrospektif, menggunakan data rekam medis pasien anak usia <18 tahun dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang diperiksa fesesnya di Laboratorium Parasitologi FKUI. Data demografi, status gizi, riwayat penyakit, riwayat pemberian obat antiparasit, status HIV dan nilai CD4, dan hasil pemeriksaan feses diekstraksi dari rekam medis. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antarvariabel terhadap deteksi protozoa usus. Dari total 251 rekam medis pasien yang tercatat pada tahun 2018 hingga 2020, terdapat 97 sampel yang memenuhi kriteria eligibilitas penelitian dan dilakukan analisis. Hasil penelitian menunjukkan proporsi infeksi protozoa usus sebesar 10,3% (10/97). Infeksi Blastocystis hominis paling banyak ditemukan (6/10), diikuti Cryptosporidium spp. (3/10), Giardia duodenalis (2/10), Cyclospora sp. (1/10) dan Entamoeba histolytica (1/10). Kelompok usia sekolah, status HIV positif, dan nilai CD4 <200 sel/μl merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan deteksi protozoa usus pada studi ini.

Intestinal protozoa infection in the child age group is still a health problem in developing countries, one of which is in Indonesia. In Indonesia, the reported prevalence ranges from 6.1% to 57.0%. These infections tended to be undiagnosed due to nonspecific clinical and laboratory findings, as the patients might have been exposed to various antimicrobial treatments prior to examination. Thus, a study on the relationship between patients’ clinical profiles and stool specimen results needs to be performed. The current study aimed to identify the proportion of intestinal protozoan infection in pediatric patients at Cipto Mangunkusumo General Hospital and the associated factors of the infection. The research was a retrospective, cross-sectional study on patients aged <18 years. Data on patients’ medical records were retrieved: demography, nutritional status, past medical history, treatment history, HIV status, CD4 levels, and results of the fecal examination. Bivariate analysis was performed to identify the associated factors of intestinal protozoan infection. A total of 251 medical records from patients admitted in years 2018 through 2020 were obtained, among which 97 fulfilled the eligibility criteria and underwent final analysis. The proportion of intestinal protozoan infection was 10.3% (10/97), the most prevalent being Blastocystis hominis (6/10), followed by Cryptosporidium spp. (3/10), Giardia duodenalis (2/10), Cyclospora sp. (1/10) and Entamoeba histolytica (1/10). Current study results demonstrated that being school-age children, being HIV-positive, and having CD4 <200 cells/μl contributed to intestinal protozoan infection."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Glenda Clarissa Swandy
"ABSTRACT
Penelitian terkait infeksi odontogenik di Indonesia masih sangat sedikit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil infeksi odontogenik di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo periode 1 Januari 2015 ndash; 31 Desember 2015. Penelitian ini merupakan studi deskriptif retrospektif dengan menggunakan data sekunder yang didapat dari rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. Analisis dilakukan pada 61 rekam medik kasus infeksi odontogenik. Profil infeksi odontogenik dilihat berdasarkan usia, jenis kelamin, dan elemen gigi penyebab. Mayoritas pasien berusia 52-61 tahun 19,67 dan berjenis kelamin perempuan 56 . Elemen gigi penyebab infeksi odontogenik terbanyak adalah gigi molar mandibular pertama kiri 16.

ABSTRACT
Study about number of odontogenic infections in Indonesia is rarely done. This research was aimed to know the profile of odontogenic infections in Dr. Ciptomangunkusumo General Hospital Patients on January 2015 ndash December 2015. This research was a descriptive retrospective study from the medical records of Dr. Ciptomangunkusumo General Hospital Patients. 61 medical records were analyzed. Profile of odontogenic infections was analyzed concerning age, gender, and primary site of odontogenic infections. The majority of patients are in 52 61 age group 19,67 , and female were more involved than male 56 . The primary site of odontogenic infection is the first left mandibular molar 16."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>