Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157493 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chindika Ashilah
"Setelah terjadinya gempa yang menyebabkan kerusakan pada sambungan (Northridge earthquake), konsep strong colomn-weak beam ini menjadi pusat perhatian para peneliti di dunia. Seperti yang diketahui bahwa Indonesia merupakan Negara yang rawan gempa, hal ini disebabkan letak Indonesia yang berada di antara lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng pasifik. Selain itu, juga Indonesia termasuk dalam cincin api pasifik, yang tidak lain gugusan gunung berapi di dunia. Karena salah satu penyebab gempa adalah akibat Gempa melepaskan energi yang dilepaskan ke kulit bumi. Disipasi energi yang dilepaskan ini akan diterima di bangunan. Oleh sebab itu, konsep strong colomn-weak beam merupakan konsep yang mengharapkan sendi plastis terjadi pada balok dan tidak terjadi pada sambungan. Kegagalan pada sambungan sendiri sulit diprediksi sehingga diusahakan untuk dihindari. Maka, oleh sebab itu, muncul teori mengenai reduced beam section (RBS) dimana pada RBS ini sayap balok mengalami perlemahan sehingga sendi plastis diharapkan terjadi pada area tersebut. Di Indonesia sendiri peraturan dan pedoman mengenai hal ini masih jarang dan bahkan belum ada, oleh sebab itu, dalam skripsi ini membahas mengenai hal ini dengan peraturan dan pedoman yang ada di dunia. Dalam pemodelannya juga akan membandingkan mengenai 2 software, yang terdiri dari OpenSEES dan ETABS

After the earthquake that caused damage to the connection (Northridge earthquake), the concept of the strong column-weak beam became the center of attention of researchers in the world. As it is known that Indonesia is an earthquake prone country, this is due to the location of Indonesia which is located between the Australian plate, the Eurasian plate and the Pacific plate. Besides that, Indonesia is also included in the Pacific ring of fire, which is no other than a group of volcanoes in the world. Because one of the causes of the earthquake was due to the Earthquake releasing energy released into the earths skin. Dissipation of the energy released will be accepted in the building. Therefore, the concept of strong colomn-weak beam is a concept that expects plastic hinge to occur in beams and does not occur in joints. Failure on the connection itself is difficult to predict so it is tried to be avoided. Therefore, the theory arises about the reduced beam section (RBS) where in this RBS the beam flange is weakened so that plastic hinge are expected to occur in that area. In Indonesia, the rules and guidelines regarding this matter are still rare and even nonexistent, therefore, in this thesis discuss this matter with existing rules and guidelines in the world. The modeling will also compare 2 software, which consists of OpenSEES and ETABS."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chindika Ashilah
"ABSTRAK
Setelah terjadinya gempa yang menyebabkan kerusakan pada sambungan (Northridge earthquake), konsep strong colomn-weak beam ini menjadi pusat perhatian para peneliti di dunia. Seperti yang diketahui bahwa Indonesia merupakan Negara yang rawan gempa, hal ini disebabkan letak Indonesia yang berada di antara lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng pasifik. Selain itu, juga Indonesia termasuk dalam cincin api pasifik, yang tidak lain gugusan gunung berapi di dunia. Karena salah satu penyebab gempa adalah akibat Gempa melepaskan energi yang dilepaskan ke kulit bumi. Disipasi energi yang dilepaskan ini akan diterima di bangunan. Oleh sebab itu, konsep strong colomn-weak beam merupakan konsep yang mengharapkan sendi plastis terjadi pada balok dan tidak terjadi pada sambungan. Kegagalan pada sambungan sendiri sulit diprediksi sehingga diusahakan untuk dihindari. Maka, oleh sebab itu, muncul teori mengenai reduced beam section (RBS) dimana pada RBS ini sayap balok mengalami perlemahan sehingga sendi plastis diharapkan terjadi pada area tersebut. Belum adanya penelitian mengenai bangunan SRPMK dengan RBS diberikan pembebanan sinusoidal menjadi salah satu latar belakang dilakukannya penelitian ini, sehingga pada penelitian dilakukan uji eksperimental dengan memberikan beban sinusoidal pada struktur untuk melihat respon strukturnya.

ABSTRACT
After the earthquake that caused damage to the connection (Northridge earthquake), the concept of the strong column-weak beam became the center of attention of researchers in the world. As it is known that Indonesia is an earthquake prone country, this is due to the location of Indonesia which is located between the Australian plate, the Eurasian plate and the Pacific plate. Besides that, Indonesia is also included in the Pacific ring of fire, which is no other than a group of volcanoes in the world. Because one of the causes of the earthquake was due to the Earthquake releasing energy released into the earth's skin. Dissipation of the energy released will be accepted in the building. Therefore, the concept of strong colomn-weak beam is a concept that expects plastic hinge to occur in beams and does not occur in joints. Failure on the connection itself is difficult to predict so it is tried to be avoided. Therefore, the theory arises about the reduced beam section (RBS) where in this RBS the beam flange is weakened so that plastic hinge are expected to occur in that area. The absence of research on the building of SRPMK with RBS given sinusoidal loading is one of the background of this research, so the experimental research was conducted by giving sinusoidal load on the structure to see the structural response."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Loshaless, Hansel
"Pada perkembangan desain moderen, aspek arsitektural dari jembatan harus di ekspresikan dalam desain struktur. Rangka pada jembatan akan lebih menarik secara visual jika tidak memiliki rangka diagonal, sehingga jembatan dengan sistem balok menerus atau sitem rangka vierendeel merupakan pilihan yang tepat. Penelitian ini berfokus pada respon seismik dari struktur jembatan balok menerus dan jembatan vierendeel dengan memvariasikan kekakuan elastomeric rubber bearing, kekakuan pilar, panjang bentang jembatan, dan jenis pilar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan sistem rangka vierendeel lebih efisien dibandingkan sistem balok menerus.

In the development of modern design, the architectural aspects of the bridge must be expressed in the design of the structure. The frame on the bridge will be more visually appealing if it does not have any diagonal frame, so a bridge with a continuous beam system or vierendeel system is the right choice. This study focuses on the seismic response of the continuous bridge beam structure and vierendeel bridge by varying elastomeric rubber bearing stiffness, pillar rigidity, the span of the bridge, and pillar type. The results showed that the vierendeel frame was more efficient than continuous beam system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwinita Apritasari
"

Pemodelan struktur dengan nonlinear static procedure merupakan alternatif dalam menganalisa struktur secara nonlinier. Untuk memodelkan analisis tersebut maka dibutuhkan properti nonlinier pada struktur yang dapat dimodelkan menggunakan pedoman yang ada. Eccentrically Braced Frame (EBF) merupakan sistem struktur penahan gaya lateral yang daktail. Link merupakan elemen pada EBF yang mendisipasi energi gempa sehingga sendi plastis akan terjadi pada elemen link. Dalam short link/shear link, sendi plastis terjadi akibat gagal pada geser. Untuk memodelkan sendi plastis pada shear link, pedoman/referensi yang dapat digunakan antara lain FEMA 356 dan teori Richards dan Uang. Penelitian ini membahas mengenai pengaruh hinge property pada struktur EBF dengan shear link yang dimodelkan pada struktur 2D dan 3D menurut FEMA 356 dan teori Richards dan Uang. Pemodelan dilakukan pada software ETABS dan OpenSEES untuk dibandingkan kinerja kedua software tersebut satu sama lain. Pada penelitian ini, OpenSEES secara konstan memiliki hasil yang lebih mendekati dibandingkan dengan ETABS. Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa hinge property mempengaruhi respons struktur dengan analisa pushover. Hasil komparasi kedua hinge property pada ETABS dan OpenSEES menunjukkan bahwa hinge property dengan teori Richards dan Uang lebih mendekati advanced analysis dibandingkan hinge property dengan FEMA 356. Kurva yang didapatkan pada hinge property dengan FEMA 356 jauh lebih tinggi sebesar 34,54% dibandingkan dengan advanced analysis, sedangkan pada hinge property dengan teori Richards dan Uang hanya berbeda sebesar 15,55%. Namun, analisis dengan menggunakan ETABS dapat didekatkan kepada advanced analysis sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua software ini dapat menunjukkan performa yang sama dalam pemodelan sendi plastis pada shear link.


The nonlinear static procedure in structure modeling is an alternative method in nonlinear analysis. To model said analysis a nonlinear property needs to be assigned, based on existing codes. Eccentrically Braced Frame (EBF) is a ductile lateral force-resisting structure. The link is the element of an EBF that dissipates seismic energies, allowing plastic hinges to form only in the link. Plastic hinges in short links/shear links occur when the element fails in shear. Modelization of the plastic hinges of shear links refers to FEMA 356 and the theory developed by Richards & Uang. This research discusses on the effects of hinge properties on shear link EBFs, modelled in 2D and 3D by referring to FEMA 356 and the theory developed by Richards & Uang. Models are made using ETABS and OpenSEES and the results of the two are compared. Results show that hinge properties affect the structure’s pushover curves. The results also show that the hinges made in reference to Richards & Uang's theory resembles the results of advanced analysis more than the hinges made in reference to FEMA 356. The pushover curve from the FEMA 356 model is 34,54% higher than experimental results while the curve from the Richards & Uang model is only 15,55% higher than experimental results. However, analysis using ETABS can be brought closer to advanced analysis so that it can be concluded that both of these software can show the same performance in modeling plastic hinge on shear link.

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
A`rasy Fahruddin
"BTS (Base Transceiver Station) merupakan salahsatu bagian penting dalam jaringan telekomunikasi seluler karena menjadi penghubung antar jaringan dan antara jaringan dengan mobile seluler. BTS membutuhkan sistem pendingin untuk mendapatkan temperatur kerja yang optimal dan menjaga komponen elektronik didalamnya agar tidak cepat rusak. Sistem pendingin konvensional menggunakan Air Conditioner (AC) yang masih menggunakan refrigeran R-22 dimana refrigeran jenis ini masih berpotensi merusak ozon. Untuk itu perlu dirancang sebuah pendingin BTS yang lebih ramah lingkungan tidak merusak ozon. Sistem yang dipilih untuk menggantikan sistem pendingin konvensional yaitu sistem pendingin BTS dengan menggunakan Thermoelectric Cooler (TEC).
Pada penelitian ini dilakukan perancangan perangkat pendingin yang dikhususkan pada pendinginan lemari Radio Base System (RBS). RBS memiliki fungsi yang penting dalam sistem BTS dan cukup sensitif terhadap temperatur kerja. Pada penelitian ini akan dibuat prototype lemari RBS dengan pemanas elektrik dan empat buah perangkat pendingin thermoelektrik. Masing-masing perangkat terdiri dari 4 dan 6 modul thermoelektrik dengan pendingin udara pada sisi panasnya. Dari hasil pengujian didapatkan temperatur kabin dibawah 39,11oC untuk mendinginkan beban panas maksimum 1615 W dengan pemakaian daya listrik sebesar 454 W.

BTS (Base Transceiver Station) is an important part of mobile telecommunications network which works as an internetwork link and network-mobile phone link. BTS requires a cooling system to mantain optimal working temperature of the electronic components so that the lifetime of those components can be lengthened. Air Conditioner (AC) using refrigerant R-22 is a conventional cooling systems which is still a potential damage to ozone layer. Therefore, it is necessary to environmental friendly cooling base stations. Thermoelectric Cooler (TEC) was proposed as an alternative cooling system.
This research focused on the cooling of the Radio Base System (RBS) components. RBS is an important function in the BTS system and quite sensitive to the working temperature. The RBS prototype cabinet with electric heating and four cooling devices thermoelectric has been designed and built. Each cooling device consists of 4 and 6 thermoelectric modules with air cooling on the hot side. The experimental results of the cabin temperature is 39.11°C at maximum heat load 1615 W by using electrical power consumption for cooling of 454 W.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T28818
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ginanjar Yoni Wardoyo
"ABSTRAK
Dari total kapasitas pembangkit tenaga listrik Kalimantan Timur, hingga tahun 2000 baru 36 % yang menggunakan batubara sebagai energi primernya, padahal batubara sebagai sumber daya alam, merupakan salah satu cadangan energi non fosil dan tersebar di beberapa wilayah kalimantan timur dengan total cadangan sebesar 10,2 miliyar ton. Sementara pembangkit tenaga listrik lainnya sebagian besar bahan bakarnya berasal dari minyak dan gas, yang semakin hari cadangannya semakin berkurang. Kondisi ini akan menempatkan batubara sebagai bahan bakar alternativ dan strategis untuk pembangkit tenaga listrik.
Diperkirakan pada masa mendatang kebutuhan energi listrik akan meningkat dua kali lipat atau lebih, sebagai dampak pertumbuhan ekonomi/industri serta penduduk. OIeh karena itu diperlukan kesiapan pembangkit-pembangkit tenaga listrik untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Dengan pemodelan perancangan sistem dinamis dapat dilakukan optimasi penggunaan batubara pada sektor tenaga listrik secara terintegrasi. Pemodelan yang dilakukan memperhitungkan aspek dinamis dan kompleksitas sistem baik secara kualitatif maupun kuantitaf. Karakteristik dari setiap aspek-aspek dinamis disusun dan disaring dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip teori umpan-balik. Kemudian dengan bantuan sumulasi komputer dilakukan analisis berdasarkan asumsi-asumsi yang telah dibangun.
Hasil dari pemodelan perancangan tersebut berupa data-data kebutuhan batubara untuk sektor tenaga listrik dalam kaitannya dengan kebutuhan energi listrik dari tahun
2000 sampai dengan tahun 2020.

ABSTRACT
From the total capacity of power plant in East Kalimantan until year 2000, only 36 % of them are using coal as their primary energy source. Where coal as a natural resource, is one of non-fossil energy reserve and widely spread in several areas in East Kalimantan with total reserve of 10.2 billion tons. While other power plants mostly have their resources from oil and gas, which is getting smaller and smaller in amount by each day. This condition puts coal as a strategic alternative resource for power plant.
It is predicted in the future, the electricity consumption will increase by double or more, as a result of economic/industrial and inhabitant growth. Therefore, power plants? readiness is needed to fulfill the needs.
With dynamic system plan modeling, the use of coal on integrated electrical power sector can be optimized. Modeling is conducted by calculating dynamic and complexity aspects of the system qualitatively and quantitatively. Characteristic of each dynamic aspect is arranged and refined based on Feedback Theory principles. Analysis is done by the help of computer simulation based on assumptions built.
Results from the planning modeling are the data of coal necessities for electrical power sector in connection to electricity necessity from year 2000 until 2020."
[, ], [2008, 2008]
T41024
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Agus Kurniawan
"Berdasarkan peraturan terbaru mengenai peraturan perancangan baja yaitu AISC 2010 telah mengalami beberapa koreksi dari peraturan sebelumnya yaitu AISC 2005. Hal ini juga merupakan perubahan utama yang diterapkan pada SNI 1729:2015 .Salah satu perubahan utama yang terjadi adalah perubahan metode utama perancangan stabilitas baja, dari metode panjang efektif menjadi metode analisa langsung. Penelitian ini akan mempelajari batasan-batasan yang berlaku untuk kedua metode dengan menggunakan advanced analysis sebagai metode pembanding. Advanced analysis adalah analisa orde ke 2 inelastis yang mewakili keruntuhan sebenarnya dari struktur yang akan divalidasi melalui beberapa rangka kalibrasi. Metodologi penelitian ini terbagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap pertama melakukan validasi untuk hasil advanced analysis dengan menyamakan hasil dengan hasil ekperimental atau numerikal yang telah dipublikasi sebelumnya dan tahap kedua adalah membandingkan stress ratio dan hasil desain dari metode ELM dan DAM pada beberapa variasi bangunan serta melakukan pengecekan performa hasil desain dengan menggunakan analisa pushover. Untuk tahap validasi, menggunakan analisa pushover untuk mengetahui karakteristik dari masing-masing metode dan dengan variasi 3 zona gempa di Indonesia dan 3 jenis tanah untuk mengetahui metode apa yang paling dapat mengakomodir beban gempa di area Indonesia. Lalu tahap kedua adalah membandingkan beberapa variasi bangunan dengan kondisi bangunan berada pada zona Padang, tanah lunak.

Based on the latest standard of the guidance of steel design AISC 2010 had many corrections from the previous standard AISC 2005 . This is the main reason of the existence of SNI 1729 2015 .One of the main difference is the changing of analysis on steel rsquo s stability, called effective length method and direct analysis method. This research will study what limitation that are applied to the both method with advanced analysis as a comparison. Advanced analysis is second order inelastic method that represent the real collapse mechanism of structure that will be validated through some calibration frames. The metodology of this research is divided into 2 steps, the first is doing validation for get advanced analysis result through previous experimental or numerical rsquo s result that had been published and the second is comparing the stress ratio and the design both ELM and DAM through some variations of building then doing performanced based design of both methods using pushover analysis. For validation, it is using pushover analysis to know the characteristic of each methods and in addition to compare it with 3 different seismic zones in Indonesia Samarinda, Jakarta and Padang and 3 different type of soils to get the result of which method suits most of the seismic load in spesific area in Indonesia. Then the second phase is comparing some variations of building with condition that the building is located in Padang whose soft soil."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfisyahrin
"Indonesia merupakan negara yang sering terjadi gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi Samudera Pasifik. Diperlukan solusi bangunan tahan gempa seperti bangunan SMRF Special Moment Resisting Frame yang memiliki daktilitas tinggi. Penelitian yang dilakukan menggunakan program Drain-2DX yang dimodelkan secara 2 dimensi dengan analisis pushover.
Bangunan menggunakan profil Wide Flange memiliki kekuatan dan daktilitas lebih besar dibandingkan dengan bangunan menggunakan profil Concrete Filled Steel Tube. Target sendi plastis mempengaruhi kekuatan, kekakuan dan daktilitas. Sebaiknya bangunan dirancang target sendi plastis pada beam karena memiliki kekuatan dan kekakuan yang besar secara global dan memiliki daktilitas yang cukup pada bangunan struktur SMRF.

Indonesia is a frequent country of earthquakes and volcanic eruptions that surround the Pacific Ocean. Required earthquake resistant building solutions such as SMRF Special Moment Resisting Frame buildings that have high ductility. Research conducted using Drain 2DX program that is modeled in 2 dimension with pushover analysis.
Buildings using the Wide Flange profile have greater strength and ductility compared to buildings using Concrete Filled Steel Tube profiles. Preferably the building is designed to target plastic joints on the beam because it has great strength and stiffness globally and has sufficient ductility in the building of the SMRF structure.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68052
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Zaki Firdaus
"ABSTRAK
Di Indonesia telah terjadi pergantian peraturan untuk Struktur Bangunan Baja, dimana perubahan peraturan ini mengacu pada AISC 360-10. Salah satu perubahan yang sangat terlihat adalah metode desain, yang bepengaruh untuk menentukan kuat perlu dan kuat tersedia dari suatu struktur. Metode yang tersedia pada peraturan baru ini adalah Direct Analysis Method DAM yang merupakan metode utama, Effective Length Method ELM , First Order Analysis dengan Amplifikasi ELM orde pertama . Selain metode dalam peraturan ini, terdapat cara lain untuk menganalisa suatu struktur yang cukup sulit dilakukan karena membutuhkan perhitungan untuk non-linear geometry dan material yaitu Advanced Analysis. Untuk Advanced Analysis sendiri dilakukan untuk menentukan batasan suatu struktur hingga terjadi sendi plastis, sehingga terjadi efek non-linear pada struktur. Advanced Analysis ini merupakan salah satu pendekatan analisa yang paling mendekati kondisi asli. Pada struktur baja dengan breising konsentris, yang mana merupakan struktur yang cukup kaku namun kurang daktail dibandingkan dengan dengan breising eksentris dan meningkatkan kekakuan aksial. Pada penelitian ini akan menganalisa pengaruh perbedaan metode DAM, ELM dan ELM orde pertama dengan megacu Advanced Analysis pada struktur baja dengan breising konsentris pada lantai 1,3, dan 5. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa struktur yang dianalisis dengan dua dimensi dan diasumsikan tidak bergoyang K=1 memiliki perbedaan untuk tiap metode relatif sama dan metode yang paling mendekati dengan Advanced Analysis adalah DAM dan ELM, dimana hasil setiap metode relatif dekat dengan Advanced Analysis. Sedangkan jika struktur dua dimensi dianggap dapat bergoyang tegak lurus dengan struktur nilai K bervariasi >1 memiliki hasil yang relatif lebih berbeda dibandingkan dengan asusmsi tidak bergoyang. Dimana hasil ini menunjukkan bahwa DAM lebih mendekati hasil Advanced Analysis. Dari kedua percobaan ini menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada tahap menentukan kuat perlu relatif kecil, dimana efek dari orde kedua, notional load dan reduksi kekakuan tidak memberikan perbedaan yang signifikan. Sedangkan perbedaan yang terjadi lebih diakibatkan dari menentukkan kuat tersedia struktur dimana nilai K berpengaruh secara signifikan untuk struktur yang relatif langsing pada struktur yang dianggap bergoyang pada sumbu minornya. Sedangkan untuk tahap desain struktur 4 lantai dengan breising konsentris, perbedaan antar metode terlihat pada lantai 1 dan 2. Dimana hasil desain untuk kolom tekan memiliki perbedaan untuk DAM dan ELM. Namun hasil desain dari DAM maupun ELM memiliki kinerja struktur yang kurang baik setelah dievalusi dengan metode pushover.

ABSTRACT
The Indonesian National Standard Council BSNI Have changed the rules for specification design of steel building, which is this change based on AISC 360 10. One of the biggest changes is method of design that can influences for determine required strength and available strength. There are three methods to design the stability that is Direct Analysis Method DAM which is the main analysis design, Effective Length Method ELM , and First Order Analysis with Amplification ELM first order . Besides those method, there is another method for analysis the structure that is Advanced Analysis. Advanced Analysis is the method which the closest with real condition because this method consider the effects of non linear geometry and material. So that, this method can be the limit of structure for get the loads and be a reference for other methods. For concentric braced frame, that is the stiff structure enough but less ductile than eccentric braced frame and increase the axial stiffness for structure. On this study, would discusses about the differences of three method that rsquo s DAM, ELM and ELM first order with refers to result of Advanced Analysis on concentric braced frame for one, three and five story. The results of this study show that the structures analyzed in two dimensions and assumed no sway K 1 have the differences for each methods relatively same and the method with closest result to Advanced Analysis is DAM and ELM, which the results for each methods are relatively close to Advanced Analysis. Meanwhile, if the two dimensions structure assumed as sway to perpendicular of structure K value is variety 1 have the result relatively more differences than if the structure is no sway. Which the results show that DAM is closer to Advanced Analysis. from both test show that the differences occurring for determine required strength are relatively small. Which mean that the effect of second order analysis, notional load and the stiffness reduction are not significantly give affect for the differences. While the differences are influenced by determine available strength which is the value of K significantly influence for the structure that relatively slender and assumed sway to perpendicular of structure. Furthermore, the design step for steel structure 4th story with concentric braced frame show that the differences occur in 1st and 2nd story. Which the result of design for compression column have differences only for DAM and ELM. But the design from DAM or ELM have performance that not good after evaluated with pushover.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeffry Fendy
"Dermaga merupakan salah satu komponen yang penting dalam kegiatan perekonomian suatu daerah, dan dapat mengakibatkan kerugian yang besar secara ekonomis jika mengalami kerusakan. Salah satu tipe dermaga yang banyak ditemui di Indonesia adalah dermaga tipe pile supported wharf, yaitu dermaga yang di dukung oleh tiang pancang. Salah satu alternatif desain dermaga yang sedang berkembang adalah dengan mempergunakan sistem sesimic isolation, yang diharapkan mampu memberikan performa yang lebih baik dari dermaga konvensional. Penelitian ini bertujuan antara lain mempelajari performa dermaga seismic isolation terhadap gaya statik dan dinamiknya, mengetahui korelasi antara dimensi dermaga, bentuk dermaga (irregular/ regular), dan seberapa besar penggunaan seismic isolation dapat menghemat material tiang pancang.
Metode penelitian yang dipergunakan berupa analisa model Finite Element 3 dimensi, dimana untuk sistem seismic isolation dipergunakan tipe LRB (Lead Rubber Bearing). Model yang dipergunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu model konvensional dan seismic isolation, dimana masing-masing divariasikan menjadi bentuk reguler dan irregular, kemudian divariasikan terhadap rasio Panjang/lebar, dengan total 18 variasi model. Dimana dari hasil penelitian didapatkan bahwa penggunaan sistem seismic isolation mampu menghemat material tiang pancang sebesar 21% dan efektif pada dermaga dengan rasio panjang/lebar yang tinggi maupun dengan bentuk irregular.

Wharf structure is an important element in the economic activity of a society, it could cause a huge economic loss when its damaged and cannot be operated. Pile supported wharf is one of wharf variant that often found in Indonesia, this wharf is a deck (usually from concrete) supported by several piles. One of the alternative designs that has been emerging is the seismic isolation system, which expected to perform and give better results compared to the conventional wharf design. The objectives of this research are to study the seismic isolated wharf performance with its dynamic and static force, to study the correlation between the dimension/configuration and seismic isolation usage, and to study how much savings can be done (in terms of pile material) with seismic isolation system.
The research method used is a 3D finite element modeling, which uses LRB (Lead Rubber Bearing) type isolator as the seismic isolation mechanism. The models are classified into 2 groups, seismic isolated and conventional. Each group are varied into regular and irregular configuration, and also varied with the dimension ratio, with total 18 variation models. From this research, it is shown that the usage seismic isolation system can be used to save 21 % pile material, and that seismic isolation system gives a better result when applied on wharf that has high length/width dimension and/or irregular configuration.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53137
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>